BACA DAN SEBARKAN LINK ARTIKEL BERIKUT INI!!! 100% HALAL UNTUK DI COPY PASTE!!
WASPADAI TERUS AJARAN WAHHABI!!!
Oleh Ustadz Abou Fateh -Hafizhahullahu-
Sumber: http://www.facebook.com/note.php?note_id=188416944508556&id=351534640896&ref=mf
- Para Ulama Telah Membantah Muhammad Ibn Abd Al-Wahhab; Perintis Gerakan Wahhabi, klik http://www.facebook.com/note.php?note_id=112485828768335&id=351534640896&ref=mf
- Imam Taqiyyudin Abu Bakr al-Husni, penulis kitab Kifayat al-Akhyar, (–herannya kitab ini menjadi salah satu buku rujukan Wahabi–) dalam kitabnya berjudul “Daf’u Syubah Man Syabbaha Wa Tamarrad” menuliskan: “Kekufuran Ibn Taimiyah telah disepakati oleh Ulama empat madzhab”. klik http://www.facebook.com/note.php?note_id=112479795435605&id=351534640896&ref=share
- BACA DAN SEBARKAN!! al Imam Ibn al Jawzi Membongkar Kesesatan Aqidah Tasybih ((( Mewaspadai Ajaran Wahabi ))) klik inihttp://www.facebook.com/note.php?note_id=164430070240577&id=351534640896&ref=mf
- Wahabi Punya Akal Sehat Ga Sih???? Dia Yakin Arsy Makhluk Allah; Tapi Dia Bilang Allah bertempat Di arsy!! Na’udzu Billah!!! klikhttp://www.facebook.com/note.php?note_id=139898152693769&id=351534640896&ref=mf
- Dalil Kebolehan Mencium Makam Rasulullah Atau Orang-orang Saleh Dari Kitab Wafa’ al Wafa (Menohok Ajaran Sesat Wahabi) klik ini http://www.facebook.com/note.php?note_id=160954943921423&id=351534640896&ref=mf
- Wahabi Merusak Kitab Nihayah al-Qaul al-Mufid, [[ Ini Buktinya ]], baca dan sebarkan…. tengok kiri kanan jangan sampai ada kerabat kita yang jadi Wahhabi, Klik http://www.facebook.com/note.php?note_id=154182567931994&id=351534640896&ref=mf
- Dalil Kebolehan Mencium Makam Rasulullah Atau Orang-orang Saleh Dari Kitab Wafa’ al Wafa (Menohok Ajaran Sesat Wahabi), baca dan sebarkan. Klik http://www.facebook.com/note.php?note_id=160954943921423&id=351534640896&ref=mf
- Hadits Riwayat Imam Muslim Dalam Kitab Shahih Dengan Syarh-nya Tentang Anjuran Tabarruk Dengan Peninggalan Orang2 Saleh, Sementara Wahabi sesat mengatakan tabarruk perbuatan bid’ah dan syirik. Klik http://www.facebook.com/note.php?note_id=162827517067499&id=351534640896&ref=mf
- Imam Syafi’i Setiap Hari Ziarah Ke Makam Imam Abu Hanifah Dan Tawassul Dengannya, Sementara Wahabi Mengatakan Syirik Dan Kufur. Waspadai terus ajaran sesat Wahabi…. Klik http://www.facebook.com/note.php?note_id=162829053734012&id=351534640896&ref=mf
- Satu catatan untuk Ibnu Utsaimin dan para pengikutnya: “DI MATA KALIAN SENDIRI RAJA KALIAN ADALAH ORANG KAFIR” karena ia berdoa dengan menghadap ke makam Rasulullah… Klik http://www.facebook.com/note.php?note_id=177951145555136&id=351534640896&ref=mf
- Dedengkot Wahabi “Berantem” Saling Menyesatkan; Ibnu Bas dan Ibnu Utsaimin [Bukti Nyata Kesesatan Aqidah Wahabi]… baca dan sebarkan!!!! Klik http://www.facebook.com/note.php?note_id=181310078552576&id=351534640896&ref=mf
- Ibn al Jawzi Dalam Sifat as Shofwah Menganjurkan Ziarah Ke Makam Orang2 Saleh Dan Tawassul, Sementara Wahabi Mengatakan Syirik Klik http://www.facebook.com/note.php?note_id=162824827067768&id=351534640896&ref=mf
- Salah Seorang Ulama Terkemuka Dalam Madzhab Hanafi; Imam Ibn Abidin, MENGATAKAN bahwa Kaum Wahabi SESAT…!!!! Klik http://www.facebook.com/note.php?note_id=150450398305211&id=351534640896&ref=mf
- Ibnu Hajar al-Haitami; Ulama Terkemuka Madzhab Syafi’i, Mengatakan: “IBNU TAIMIYAH SESAT” (Menohok Wahabi) Klik http://www.facebook.com/note.php?note_id=150951658255085&id=351534640896&ref=mf
- Menohok Kaum Wahabi Yang Anti Tawassul, Dari Tulisan Adz-Dzahabi. Sodorkan Tulisan adz-Dzahabi Ini Kepada Mereka!!!! Klik http://www.facebook.com/note.php?note_id=151512118199039&id=351534640896&ref=mf
- Lengkap membahas masalah peray…aan Maulid Nabi dari a sampe z, sangat penting untuk membantah ajaran sesat Wahabi, baca dan sebarkan…. Barakallah fikum!!! Klik http://www.facebook.com/note.php?note_id=153892607960990&id=351534640896&ref=mf
- Konyol, salah seorang pemuka Wahabi, bernama al Qanuji, dlm karyanya berjudul “ad Din al Khalish”, j. 1, h. 140, brkt: “Taqlid dengan madzhab-madzhab adalah syirik”. Ini artinya, menurut dia seluruh umat Islam telah menjadi kafir karena mreka semua bertaqlid kepada empat madzhab (Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali). klik http://www.facebook.com/note.php?note_id=154893354527582
- Di Atas Arsy Terdapat Tempat [[[ Membongkar Kesesatan Nashiruddin al Albani; Salah Satu Tiang Ajaran Sesat Wahhabi ]]] Klik http://www.facebook.com/note.php?note_id=153597111323873&id=351534640896&ref=mf
- Ibnu Taimiyah Dalam Karyanya Mengatakan Bahwa Dari Arah Timur Akan Muncul FITNAH BESAR Dan PANGKAL KEKUFURAN yaitu Fitnah Wahhabi An-Najedi Klik http://www.facebook.com/note.php?note_id=154442421239342&id=351534640896&ref=mf
- Wahabi mengatakan: “Maulid nabi sesat, ga ada di zaman Rasulullah”. heh.. Wahabi, buka dan baca link ini; Imam Kalian; Ibnu Taimiyah al Mujassim mengatakan perayaan maulid nabi pekerjaan yang baik. Katakan oleh kalian: “IBNU TAIMIYAH SESAT”. Klik http://www.facebook.com/note.php?note_id=154866137863637&id=351534640896&ref=mf
- Lagi; Kaum Wahabi “Mengoyak” (mereduksi) Kitab al Adzkar Karya Imam An Nawawi, heh!! mereka ga punya amanat ilmiah, klik http://www.facebook.com/note.php?note_id=160029190680665
- Hati2, Ada Dua Orang Bernama Abu Ya’la, Keduanya Orang Berbeda [Sangat Penting Untuk Menghindari Tipu Daya Kaum Wahhabi], klik http://www.facebook.com/note.php?note_id=185239738159610&id=351534640896&ref=mf
- Heh..!”Cium Tangan” Dibilang Mendekati Perbuatan Syirik?! Membasmi Atau Menyebarkan “TBC”??! [Mendudukan Persoalan Dengan Dalil] Klik http://www.facebook.com/note.php?note_id=132078848329&id=1789501505&ref=mf
- Nasehat adz-Dzahabi Terhadap Ibn Taimiyah; Bukti Pengakuan Seorang Murid Bagi Kesesatan Sang Guru Klik http://www.facebook.com/note.php?note_id=381439268329&id=1789501505&ref=mf
- Wahabi = Khawarij,,,,, Khawarij = Wahabi, demikain tulisan Syekh Shawi dalam Hasyiyah Tafsir al Jalalain, silahkan cek dalam link berikut Klik http://www.facebook.com/note.php?note_id=153873444629573&id=351534640896&ref=mf
- Diantaranya, Karena Takwil Berikut Ini Ulama Sekaliber Imam an-Nawawi Dianggap sesat Oleh Kaum Wahhabi. Hasbunallah!! Klik http://www.facebook.com/note.php?note_id=154238364593081&id=351534640896&ref=mf
- Dedengkot Wahabi; IBNU UTSAIMIN mengatakan bahwa Imam Ibnu Hajar al Asqalani bukan dari golongan Ahlussunnah Wal Jama’ah, klik ini http://www.facebook.com/note.php?note_id=112481828768735&id=351534640896&ref=mf
- Supaya Jangan Sembarangan Mengklaim Ahli Bid’ah Kepada Orang Lain (Hakekat Bid’ah Lengkap Dari a Sampai z, Mewaspadai Wahabi) Klik http://www.facebook.com/note.php?note_id=112546762095575&id=351534640896&ref=mf
- Supaya Tidak Sembarang Berbicara Masalah Hukum Agama; Anda Tidak Akan Mencapai Derajat Mujtahid Maka Anda Harus Menjadi Muqallid, klikhttp://www.facebook.com/note.php?note_id=112489875434597&id=351534640896&ref=share
- Salah satu akar terorisme; karena salahpaham terhadap kandungan QS. al-Ma’idah: 44. Waspada, jangan sampai anda terjebak…Oleh Wahabi Teroris!!! Klik http://www.facebook.com/note.php?note_id=112481618768756&id=351534640896&ref=mf
- Membongkar Kesesatan Ajaran Wahabi Yang Membagi Tauhid kepada 3 Bagian; Aqidah Mereka Ini Nyata Bid’ah Sesat Klik http://www.facebook.com/note.php?note_id=112480862102165&id=351534640896&ref=mf
- Imam Taqiyyudin Abu Bakr al-Husni, penulis kitab Kifayat al-Akhyar, (–herannya kitab ini menjadi salah satu buku rujukan Wahabi–) dalam kitabnya berjudul “Daf’u Syubah Man Syabbaha Wa Tamarrad” menuliskan: “Kekufuran Ibn Taimiyah telah disepakati oleh Ulama empat madzhab”. Klik http://www.facebook.com/note.php?note_id=112479795435605&id=351534640896&ref=share
- [Mewaspadai Wahhabiyyah] Masa Memakai Tasbih Untuk Menghitung Bilangan Dzikir Disebut Bid’ah Juga?! [Panjang.. Baca yang sabar] Klik http://www.facebook.com/note.php?note_id=112554782094773&id=351534640896&ref=mf
- al Imam Ibn al Jawzi Membongkar Kesesatan Aqidah Tasybih ((( Mewaspadai Ajaran Wahabi ))) klik ini http://www.facebook.com/note.php?note_id=164430070240577&id=351534640896&ref=mf
- Jangan Salah Memahami Hadits Ini, Orang2 Wahhabi Mengkafirkan Banyak Orang Islam Karena Salah Memahami Hadits Ini, Hattiii2..!!! Klik http://www.facebook.com/note.php?note_id=112487062101545&id=351534640896&ref=mf
- Di Antara Argumen Buruk Kaum Wahhabi Tentang Tabarruk Dan Tawassul; KITA BONGKAR DI SINI.. !!! Klik http://www.facebook.com/note.php?note_id=112482865435298&id=351534640896&ref=m
Ana sangat tidak setuju point 30.
karena antum hanya berdalil utk tidak mengkafirkan penguasa yg tidak berhukum dengan hukum Allah hanya dengan modal 5:44..
Oke tarolah itu benar tidak kafir secara harfiah, namun apakah antum sudah meninjau sisi-sisi lainnya, dengan kata lain apakah faktor itu saja kami menghukumi penguasa sekarang ini kafir??? Padahal ada banyak sekali faktor diantaranya,
1. mereka telah bekerjasama dengan orang kafir (AS dkk) utk memerangi umat islam, membunuhi umat islam lewat tangan densus dan sejenisnya (5:51)
2. mereka telah membiarkan perolok-olokan thd ajaran islam dengan melindungi ahmadiyah, melindungi JIL, dsb. (9:64-66)
3. mereka telah membuat hukum sendiri (KUHP) sedang antum tau Allah tidak ridho hukumnya disekutukan.(QS18:26,42:21), antum silakan download videos di blog ana : ceramah Syeh umar bakri muhammad tentang bahasan ayat 5:44 ini—FYI, syeh umar bakri ini bukan salafy/wahhabi tapi dia dulunya HTI.
4. mereka telah sepakat demokrasi lebih baik dari nilai islam dalam pernyataan-pernyataanya di media (anak SMP yg baru belajar pun tahu bahwa demokrasi bukan dari Islam)
dan masih banyak faktor lainnya.
Klo sepakat ama point 30 yg antum posting berarti antum sama saja sama salafy/wahhabi yg taat ama pemerintahan thogut demokrasi ini..Gimana sih, dah jelek2in salafy tapi murjiahnya sama kaya salafy..
salam,
http://www.abuicanimovic.blogspot.com
Menurut pemahaman kami, ustadz Abou Fateh pada point 30, memang khusus menyampaikan adanya kesalahpahaman dalam memahami (QS Al Maa’idah [5]:40 ). Itupun dalam judulnya disebutkan salah satu akar terorisme
Sebagaimana kami sampaikan dalam tulisan pada https://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/02/07/muslim-bukanlah-ekstrimis/ Muslim bukanlah ekstrimis ataupun teroris. Didalam tulisan itupun kami kritisi bagaimana pemimpim-pemimpin negeri yang muslim, secara tidak disadari mereka telah menjadikan orang-orang musyrik maupun orang-orang Yahudi menjadi teman kepercayaan atau penasehat.
Berikut cuplikannya
Wassalam
iya bang maaf ……..
sesungguhnya anda telah memfitnah dengan kata kata yg keji
ternyata ana salah masuk situs..
wasallam
sebenarnya bnyk dr orng islam hanya mengekor sj,bkn wahhaby tp mrk terpengaruh dr karya 2 dr ulama2 wahhaby tentunya tulisan sprt ini hrs bnykd sebarluaskan. Sungguh mengerikan paham Wahhaby.
Prinsip saya mah: ambil dalil yg terkuat sesuai Al Qur’an dan As-Sunnah dari manapun itu keluarnya, sehingga tdk menyamaratakan penilaian terhadap suatu aliran/golongan/manhaj.
Kalau Syiah’ ok lah menyimpang sesat, karena tdk mengakui sahabat abu bakar dan umar bin khotob rodiyallohu anhuma, tapi itu juga perlu kajian /penelitian ilmiah apakah semuanya seperti itu (syiah imammiayh, rafidhoh, syiah zaidiyyah,dll).
Mengenai wahabi, mereka sendiri sebenarnya tdk mau dikatakan wahaby, tapi hanya orang2 diluar mereka lah yg menyebutnya, dan ini aneh . Kalau syiah memang mereka mengakui sebagai syi’ah. Oleh karena itu sya mencoba mempelajari beberapa fatwa ulama2 arab saudi yg lebih dikenal dg salafy, akan tetapi fatwa mereka tdk seperti tuduhan dari orang2 yg menjadi lawannya, >>>>>> justru mereka mengajak kembali kepada AL QUr’an dan A-Sunnah seperti pemahaman 3 generasi terbaik umat ini (sahabat, tabiin, dan tabiut tabi’in) dengan kemampuan ijtihad mereka, karena seperti kita ketahui universitas2 di arab saudi seperti univ madinah, dll, yg banyak org indonesia menimba ilmu disana, termasuk pendiri PKS DR. Hidayat Nur Wahid (jelas beliau tahu seluk beluk pemahaman islam di arab saudi) dari situlah banyak lahir ulama termasuk ahli hadits.
Dengan kemampuannya ulama ahli hadits ini, mreka mentahqiq(meneliti ulang) kitab 2 ulama terdahulu seperti al adzkaar (imam nawawi) menurut keimuan yg mereka kuasai ada beberapa hadits yg lemah dan palsu sehingga perlu dikeluarkan dari kitab itu, Hal ini sering menjadi fitnah bahwa salafy sering mereduksi/memalsukan kitab2 para ulama, sebenarnya Tidak sudarakau, justru mereka meneliti ulang, apakah salah jika ada ulama melakukan penelitian hadits dan berijtihad mengenai kesimpulan mengenai hadits itu palsu , lemah, shahih, hasan, menurut keilmuan mereka…????, sya kira tdk masalah, yg penting ilmiah dpt dipertanggungjawabkan scara ilmiah/akademik. Sehingga kesimpulannya ada pada kita , apakah sepakat dg mereka, atau tidak, kan tinggal begitu saja. kalau tidak ya sudah tdk apa2, tetapi tdk boleh sesama muslim saling menghujat/memfitnah sebelum kita ketahui secara pasti dan ilmiah ajaran suatu aliran itu.
Adapun beberapa hal seperti penyampaian yg terlalu keras, ingin menang sendiri, itu sifat manusiawi dan itu tdk bisa mengukur salah atau benar apa yg disampaikannya itu. Bisa jadi isinya benar, namun manusianya kurang mengetahui lbh dalam etika kehidupan sosial. nah hal ini jangan sampai kita buta dalam melihat kebenaran itu.
Adapun jika ada yg salah , maka ya tdk usah kita ikuti, sehingga muhammadiyyah, persis, pks/ikhwanul muslimin pun banyak sepakat / sama pemahamannya dg salafy khususnya mengenai beberapa syari’at dan akidah, tetapi tdk sepakat/berbeda mengenai urusan pemerintahan dan etika kehidupan sosial.
Mas Heri Sopari
Pada hakikatnya lebih baik dan selamat kita mengikuti pemahaman atau pendapat Imam Mazhab yang empat sebagai pemimpin atau imam ijtihad kaum muslim pada umumnya (Imam Mujtahid Mutlak) yang bertalaqqi (mengaji) dengan Salafush Sholeh.
Kita mengikuti Imam Mazhab yang empat beserta penjelasan dari ulama-ulama pengikut mereka sambil merujuk darimana mereka mengambil yaitu Al Quran dan as Sunnah.
Begitupula kita dalam belajar agama, di dunia maya melalui media internet maupun di dunia nyata melalui buku, tulisan atau mengaji kepada ulama , pastikanlah apa yang disampaikan bersumber dari pemahaman atau pendapat Imam Mazhab atau pastikan penulis atau pendakwahnya bermazhab dengan salah satu Imam Mazhab yang empat.
Sebaiknya janganlah mengikuti pemahaman ulama yang mengaku-aku mengikuti pemahaman Salafush Sholeh namun kenyataannya mereka tidak bertalaqqi (mengaji) dengan Salafush Sholeh. Darimana mereka mendapatkan pemahaman Salafush Sholeh kalau bukan pemahaman mereka sendiri dengan akal pikiran mereka sendiri.
Sebaiknya jangan pula mengikuti pendapat ulama yang berasal dari perkataan atau kitab Imam Mazhab yang empat namun telah ditahrif atau dipahami oleh ulama bukan pengikut Imam Mazhab dengan akal pikiran mereka sendiri.
Rasulullah telah melarang kita untuk memahami Al Qur’an dengan akal pikiran kita sendiri
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa menguraikan Al Qur’an dengan akal pikirannya sendiri dan merasa benar, maka sesungguhnya dia telah berbuat kesalahan”. (HR. Ahmad)
Dari Ibnu ‘Abbas r.a. berkata Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “di dalam agama itu tidak ada pemahaman berdasarkan akal pikiran, sesungguhnya agama itu dari Tuhan, perintah-Nya dan larangan-Nya.” (Hadits riwayat Ath-Thabarani)
Ibnul Mubarak berkata :”Sanad merupakan bagian dari agama, kalaulah bukan karena sanad, maka pasti akan bisa berkata siapa saja yang mau dengan apa saja yang diinginkannya.” (Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Muqoddimah kitab Shahihnya 1/47 no:32 )
Dari Ibnu Abbas ra Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda…”Barangsiapa yg berkata mengenai Al-Qur’an tanpa ilmu maka ia menyediakan tempatnya sendiri di dalam neraka” (HR.Tirmidzi)
Imam Syafi’i ~rahimahullah mengatakan “tiada ilmu tanpa sanad”.
Al-Hafidh Imam Attsauri ~rahimullah mengatakan “Penuntut ilmu tanpa sanad adalah bagaikan orang yang ingin naik ke atap rumah tanpa tangga”
Bahkan Al-Imam Abu Yazid Al-Bustamiy , quddisa sirruh (Makna tafsir QS.Al-Kahfi 60) ; “Barangsiapa tidak memiliki susunan guru dalam bimbingan agamanya, tidak ragu lagi niscaya gurunya syetan” Tafsir Ruhul-Bayan Juz 5 hal. 203
Sanad ilmu / sanad guru sama pentingnya dengan sanad hadits.
Sanad hadits adalah otentifikasi atau kebenaran sumber perolehan matan/redaksi hadits dari lisan Rasulullah.
Sedangkan Sanad ilmu atau sanad guru adalah otentifikasi atau kebenaran sumber perolehan penjelasan baik Al Qur’an maupun As Sunnah dari lisan Rasulullah.
Hal yang harus kita ingat bahwa Al Qur’an pada awalnya tidaklah dibukukan. Ayat-ayat Al Qur’an hanya dibacakan dan dihafal (imla) kemudian dipahami bersama dengan yang menyampaikannya.
Hal yang akan dipertanyakan terhadap sebuah pendapat / pemahaman seperti :
“Apakah yang kamu pahami telah disampaikan / dikatakan oleh ulama-ulama terdahulu yang tersambung lisannya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam” ?
“Siapakah ulama-ulama terdahulu yang mengatakan hal itu” ?
“Dari siapakah mendapatkan pemahaman seperti itu” ?
Imam Malik ra berkata: “Janganlah engkau membawa ilmu (yang kau pelajari) dari orang yang tidak engkau ketahui catatan (riwayat) pendidikannya (sanad ilmu)”
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda yang artinya “Sampaikan dariku sekalipun satu ayat dan ceritakanlah (apa yang kalian dengar) dari Bani Isra’il dan itu tidak apa (dosa). Dan siapa yang berdusta atasku dengan sengaja maka bersiap-siaplah menempati tempat duduknya di neraka” (HR Bukhari)
Hakikat makna hadits tersebut adalah kita hanya boleh menyampaikan satu ayat yang diperoleh dari orang yang disampaikan secara turun temurun sampai kepada lisannya Sayyidina Muhammad bin Abdullah Shallallahu alaihi wasallam.
Kita tidak diperkenankan menyampaikan apa yang kita pahami dengan akal pikiran sendiri dengan cara membaca dan memahami namun kita sampaikan apa yang kita dengar dan pahami dari lisan mereka yang sanad ilmunya tersambung kepada lisannya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam karena hanya perkataan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang merupakan kebenaran atau ilmuNya.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menyampaikan agama kepada Sahabat. Sahabat menyampaikan kepada Tabi’in. Tabi’in menyampaikan pada Tabi’ut Tabi’in. Para Imam Mazhab yang empat, pemimpin / imam ijtihad kaum muslim pada umumnya, mereka berijtihad dan beristinbat berlandaskan hasil bertalaqqi (mengaji ) pada Salafush Sholeh
Contoh sanad Ilmu atau sanad guru Imam Syafi’i ra
1. Baginda Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam
2. Baginda Abdullah bin Umar bin Al-Khottob ra
3. Al-Imam Nafi’, Tabi’ Abdullah bin Umar ra
4. Al-Imam Malik bin Anas ra
5. Al-Imam Syafei’ Muhammad bin Idris ra
Jumhur ulama dari dahulu sampai sekarang telah sepakat bahwa perbedaan di antara Imam Mazhab yang empat hanyalah dalam masalah furuiyah (cabang) bukan pada masalah pokok seperti pemahaman dalam i’tiqod (akidah). Perbedaan pemahaman yang tidak menimbulkan perselisihan, seperti saling menyesatkan , saling mengkafirkan atau saling membunuh. Imam Mazhab yang empat tidak pernah menyesatkan Imam Mazhab sebelumnya.
Ada timbul perselisihan dari mereka yang mengaku-aku mengikuti pemahaman Imam Mazhab yang empat namun pemahaman mereka menyelisihi pemahaman Imam Mazhab yang empat, seperti membangga-banggakan mazhabnya.
Contoh nasehat Imam Mazhab yang empat, jika sholat berjama’ah maka ikutilah mazhab yang dipergunakan oleh Imam Sholat. Andaikanpun terjadi kesalahan pada Imam Sholat, tidak ditanggung oleh makmumnya.
Hadits yang diriwayatkan oleh Umamah al Bahiliy dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,”Ikatan-ikatan Islam akan lepas satu demi satu. Apabila lepas satu ikatan, akan diikuti oleh lepasnya ikatan berikutnya. Ikatan islam yang pertama kali lepas adalah pemerintahan dan yang terakhir adalah shalat.” (HR. Ahmad)
Jika pemahaman agama baik dan benar, sesuai sebagaimana asalnya dari Tuhan maka tidak akan menimbulkan pertentangan atau perselisihan yang menimbulkan perbuatan saling menyesatkan, saling mengkafirkan atau saling membunuh.
Firman Allah Azza wa Jalla,
أَفَلاَ يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِندِ غَيْرِ اللّهِ لَوَجَدُواْ فِيهِ اخْتِلاَفاً كَثِيراً
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur’an ? Kalau kiranya Al Qur’an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.” (QS An Nisaa 4 : 82)
Mereka yang pemahaman agamanya berdasarkan akal pikiran sendiri boleh jadi akan timbul pertentangan atau perselisihan yang menimbulkan perbuatan saling menyesatkan, saling mengkafirkan atau saling membunuh seperti contohnya yang dapat kita ketahui dari
Klik untuk mengakses Muhammad_Sewed_di_Gugat.pdf
Klik untuk mengakses
http://isnad.net/dialog-luqman-hizbi-firanda-sururi
http://isnad.net/?dl_name=dzulqornain_yayasan.rar
Klik untuk mengakses dzul-akmal-undercover.pdf
http://www.facebook.com/note.php?note_id=255000094557451
http://www.facebook.com/notes/padepokan-kanjeng-sunan/buku-sms-abu-abu-salafi-melawan-salafi-al-bani-vs-bin-bas-utsaimin/248700811863777
http://www.wattpad.com/397024-salafy-haraky-vs-salafy-yamani-vs-salafy-sururi
http://semogakamiselamat.wordpress.com/2011/11/07/point-point-kesesatan-para-penyembah-thogut-radio-rodja/
Mereka yang pemahaman agamanya berdasarkan akal pikiran sendiri “memerangi” orang beriman sebagaimana yang dialami oleh mufti mesir Profesor Doktor Ali Jum`ah yang mempertahankan fatwa bahwa Niqab ( Cadar / Purdah) adalah suatu kebiasaan yang di bolehkan dan bukan merupakan satu kewajiban (jika ditinggalkan berdosa) sebagaimana kesepakatan jumhur ulama bahwa wajah dan kedua telapak tangan bukan termasuk aurat bagi perempuan. Hal ini diuraikan dalam tulisan pada https://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/10/30/hukum-penutup-muka/
Mereka yang pemahaman agamanya berdasarkan akal pikiran sendiri “memerangi” orang beriman sebagaimana perintah ulama mereka dalam kitabnya berjudul “al-Majmu’ al-mufid min ‘Aqidati al Tauhid” hal. 55
لاينفع اسلامكم اذا أعلنتم الحرب العشواء على هذه الطرق الصوفية فقضيتم عليها قاتلوا هم قبل أن تقاتلوا اليهود والمجوس
“Tidak berguna Islam kalian sebelum kalian mengumumkan perang terhadap torikoh sufi dan kalian membantainya, perangilah mereka sebelum memerangi yahudi dan majusi”
Contoh lain mereka yang pemahaman agamanya berdasarkan akal pikiran sendiri “memerangi” orang beriman bahkan membunuh saudara muslimnya sendiri sebagaimana yang terurai dalam tulisan pada http://www.aswaja-nu.com/2010/01/dialog-syaikh-al-syanqithi-vs-wahhabi_20.html atau pada http://www.facebook.com/photo.php?fbid=220630637981571&set=a.220630511314917.56251.100001039095629
Oleh karenanya lebih baik dan selamat kita mengikuti pemahaman/pendapat Imam Mazhab yang empat, pemimpin atau imam ijtihad kaum muslim pada umumnya (Imam Mujtahid Mutlak) karena mereka bertalaqqi (mengaji) langsung dengan Salafush Sholeh.
Untuk memahami Al Qur’an dan As Sunnah, marilah kita bertalaqqi (mengaji) kepada ulama-ulama yang mengikuti pemahaman Imam Mazhab yang empat. Jika kita membaca tulisan baik didunia maya maupun nyata melalui kitab/buku maka pastikanlah sumbernya berasal dari pemahaman/pendapat Imam Mazhab yang empat.
Cara lain agar selamat adalah mengikuti pendapat/pemahaman para Habib dan para Sayyid yang sholeh, ahli ba’it , keturunan cucu Rasululah , mereka yang dapat pengajaran agama turun temurun dari orang tua-orang tua mereka terdahulu tersambung kepada lisannya Imam Sayyidina Ali ra yang mendapatkan pengajaran agama langsung dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
Namun kita harus bisa bedakan antara ahli bait, keturunan cucu Rasulullah dengan mereka yang mengaku-aku sebagai pengikut Imam Sayyidina Ali ra
Mereka yang mengaku-aku sebagai pengikut Imam Sayyidina Ali ra, juga korban hasutan atau ghazwul fikri (perang pemahaman) dari kaum Zionis Yahudi.
Imam Sayyidina ‘Ali ra berkata: aku bertanya: Wahai Rasulullah! Apakah ciri-ciri mereka? Baginda Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Mereka menyanjungimu dengan sesuatu yang tidak ada padamu”.
Nasib Abdullah bin Saba’ pada akhir hayatnya menjadi orang buangan, yang dibuang oleh Sayyidina Ali ra setelah beliau menjadi Khalifah keempat, Beliau marah karena dia membuat fitnah atas diri Beliau, dia akhirnya dibuang ke daerah Madain.
Kelompok Abdullah bin Saba’ ini terpisah menjadi 2 ( dua ) kelompok besar, yaitu :
1. Kelompok yang menyatakan bahwa sesungguhnya Sayyidina Ali ra adalah Allah sendiri yang menciptakan segala sesuatu dan memberi rizki. Dalam hal ini, Sayyidina Ali ra mengajak mereka berdialog, namun mereka ternyata bersikeras mempertahankan pendapatnya. Maka akhirnya Sayyidina Ali ra membakar orang– orang yang diketahui dari golongan mereka dengan api. Kemudian golongan mereka berkata : “Seandainya Ali bukan Allah itu sendiri tentu ia tidak membakar mereka dengan api. Karena sesungguhnya tidak akan melakukan pembakaran dengan api kecuali Tuhan.” Mereka berkeyakinan bahwa Ali akan menghidupkan mereka, setelah ia membunuh mereka. Mereka inilah orang-orang yang membawa kepercayaan bahwa tuhan melakukan penitisan kepada makhluknya beserta cabang-cabang kepercayaan ini meliputi faham-faham yang sesat.
2. Kelompok yang memberontak terhadap Sayyidina Ali ra setelah terjadinya perang Shiffin. Mereka juga menuduh Ali Kafir, karena beliau telah menghentikan peperangan dan menyetujui Tahkim dengan kitabullah dalam menyelesaikan perselisihan yang terjadi Sayyidina Ali ra dan Muawiyah ra. Sebagian dari mereka juga ada yang mengkafirkan ketiga orang Khalifah sebelum Sayyidina Ali ra. Mereka ini telah membunuh seorang Tabi’in besar yang bernama Abdullah bin Khobbab ra dan istrinya, karena ia memuji keempat Khulafaur Rasyidin. Kemudian ketika Sayyidina Ali ra meminta agar mereka menyerahkan para pembunuhnya, mereka menolak sambil berkata: “Kami semua ikut membunuh mereka dan kami semua menganggap halal terhadap darah-darah kalian dan darah-darah mereka semua.”Mereka yang mengaku-aku mengikuti pemahaman Salafush Sholeh juga korban hasutan atau ghazwul fikri (perang pemahaman) dari kaum Zionis Yahudi
Mereka yang mengaku-aku mengikuti pemahaman Salafush Sholeh terhasut oleh kaum Zionis Yahudi sehingga mereka memahami Al Qur’an dan As Sunnah bersandarkan pada belajar sendiri (secara otodidak) melalui cara muthola’ah (menelaah kitab) dan memahaminya dengan akal pikiran sendiri (pemahaman secara ilmiah). Mereka “meninggalkan” pendapat/pemahaman Imam Mazhab yang empat, pemimpin atau imam ijtihad kaum muslim pada umumnya (Imam Mujtahid Mutlak) yang bertalaqqi (mengaji) langsung dengan Salafush Sholeh.
Salah satu penghasutnya adalah perwira Yahudi Inggris bernama Edward Terrence Lawrence yang dikenal oleh ulama jazirah Arab sebagai Laurens Of Arabian. Laurens menyelidiki dimana letak kekuatan umat Islam dan berkesimpulan bahwa kekuatan umat Islam terletak kepada ketaatan dengan mazhab (bermazhab) dan istiqomah mengikuti tharikat-tharikat tasawuf. Laurens mengupah ulama-ulama yang anti tharikat dan anti mazhab untuk menulis buku buku yang menyerang tharikat dan mazhab. Buku tersebut diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dan dibiayai oleh pihak orientalis.
Kaum Zionis Yahudi juga menghasut kaum SEPILIS (sekulerisme, pluralisme, liberalisme) untuk memahami Al Qur’an dan As Sunnah dengan akal pikiran sendiri, yang dikatakan oleh mereka sebagai pemahaman yang menyesuaikan dengan keadaan zaman (modernisasi/pembaharuan) atau pemahaman bersifat pragmatis (kepentingan). Sebagaimana contoh diuraikan dalam tulisan pada https://mutiarazuhud.wordpress.com/2010/04/28/mengangkat-taimiyah/
Sebenarnya mereka bukan memahami berdasarkan akal pikiran sendiri. Imam Ahmad bin hambal pun bilang: hendaknya kita ini jangan mengikuti Imam Hanafi, Imam Maliki, dan Imam Syafii, tetapi ambilah dari sumber mereka mengambil (AL QUr’an dan As-Sunnah), begitu juga Imam Syafii bilang: Jika hadits itu shahih maka itulah madzhab ku, coba direnungkan Imam AHli Hadits ( Imam Ahmad, Imam Bukhari, Imam Muslim , dll) lahir setelah imam Syafi’i, jadi peluang fatwa Imam Syafii berbeda dg hadits shahih itu tetap ada. Jadi mereka hakikatnya mengikuti apa yg para imam sampaikan, yaitu pelajari Al Qur’an dan As-Sunnah, Ijtihad tidak tertutup pada Imam Mazhab saja, siapapun kalau memenuhi syarat bisa juga berijtihad, dan para ulama arab saudi (salafy), mesir(al azhar/ikhwanul muslimin), Indonesia (Muhammadiyyah, Persis, NU), Jordania (Hizbut Tahrir), dan lain yg lainnya berlainan fatwanya, siapa yg benar…??? ya yg mengikuti AL Qur’an dan As-Sunnah( dan itu bisa jadi beberapa hal sama dg Imam Madzhab yg 4 bisa juga tidak dalam hal2 tertentu) dan ini tidak haram, selama dalilnya Shahih. Jadi ukurannya bukan mazhab, tapi dalil yg shahih yg bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah/keilmuan. (Adapun untuk org awam, ya…apa yg Mas sampaikan dlm beberapa komentar , yaitu bermadzhab, itu tdk salah, dan bahkan ada yg menganjurkan,…menurut sya itu silahkan saja, asal jangan fanatik madzhab yg akhirnya satu sama lain mengklaim paling benar yg akhirnya perpecahan / terkotak kotaknya umat ini yg terjadi)
Kita ketahui bahwa ke 4 Imam Madzhab itu merupakan ahli fikih, sedangkan dunia ini tdk hanya bergulat dibidang fikih (ibadah/amal ketaatan), perlu bidang lainnya yg harus dikaji sesuai syariat (contoh pemerintahan/khilafah, perlu dikaji ulang untuk menegakkan khilafah, karena hal ini adalah fardlu kifayah). Sistem demokrasi di Indonesia perlu dibenahi, ada yg masuk lewat partai, diluar partai, atau memupuk umat dulu dg tauhid, dsb. Coba bagaimana jika ada UU/ Peraturan Pemerintah yg bertentangan dg Syari’at, maka perlu umat ini yg berjuang untuk membuat perubahan ke arah yg lbh baik sesuai syari’at.
yahudi, amerika dan sekutunya menghancurkan palestina, sehingga butuh bantuan baik materil atau bahkan bantuan jihad dari negara2 yg notabenenya bermayoritas muslim, nah Al Qaeda yg saat ini berani melawan Musuh Umat ini (AMerika Cs), dimata Allah bisa jadi mereka lah umat Islam yg paling baik. Mesir dg ikhwanul muslimin nya…saat ini akan segera bangkit, dan hal ini sangat membuat cemas israel. kalau kita hanya ngurusin perbedaan pendapat yg sebenarnya menurut sya masih bisa saling toleransi, dan memperbaiki diri masing2, maka Yahudi dan Nasrani akan senang. Menjaga persaudaraan itu lebih utama.
Masalah cadar: sya pun tdk sepakat itu wajib. Syaikh Nashiruddin AL -ALbani pun hanya menyatakan sunnah, sedangkan Syaikh Bin Baz dan Fatwa Ulama salafy mereka menyatakan wajib, kenapa…????karena menurut mereka, kita harus menjaga dari zina, sedangkan kita ketahui kalau laki2 melihat wajah wanita, mau2 tdk mau pasti ada bujukan syetan, nah mereka berijtihad untuk menjauhi perkara besar/zina/mendekati zina, maka menurut ushul fiqh “perkara2 yg menudukung kpd yg wajib maka hal itu juga menjadi wajib” < bukankah menjauhi zina itu wajib…??? sementara menurut ulama saudi, muka/bibir wanita itu bisa menimbulkan/menyebabkan asal muasal dari perbuatan zina…., sehingga wajib juga untuk menutupnya. Menurut sya …tidak masalah kalau memang mereka berijtihad seperti itu, ya tdk apa2, justru itu lebih utama. Adapun yg tdk sepakat ya ..tdk masalah juga….(diantara ulama salafy pun ada yg berbeda pendapatnya …)
Jadi perbedaan ini akan nampak indah sebenarnya kalau kita saling menghargai/saling menghormati. Kalau pendapat kita A, sementara yg lain B, maka janganlah saling menyesatkan sesama saudara. Kita hanya wajib menyampaikan saja, jangan dipaksakan, kalau dipaksakan maka akan terjadi permusuhan dan kita liat saat ini, kecuali nanti kalau ada Khilafah, maka sang khilafahlah yg akan memutuskan. Salafy dan Tasawwuf keduanya saling serang…, sementara Ikhwanul muslimin/PKS, Muhammadiyyag, Persis, MMI, Hizbut Tahrir, meskipun berbeda tapi mereka berada ditengah tengah(tidak mengutamakan perbedaan itu), dan ini lah dakwah secara ikhsan itu.
Mas Hery, mustahil para Imam Mazhab yang empat menyuruh kaum muslim meninggalkan hasil ijtihad dan istinbat mereka yang termuat dalam kitab fiqih. Mereka hanya mengatakan tinggalkanlah pendapat mereka jika menyelisihi Al Qur’an dan As Sunnah.
Kita mengikuti pendapat/pemahaman Imam Mazhab yang empat, pemimpin atau imam ijtihad kaum muslim (Imam Mujtahid Mutlak) yang bertalaqqi (mengaji) langsung dengan Salafush Sholeh
Para Imam Mazhab yang empat mengetahui dan mengikuti pemahaman Salafush Sholeh melalui lisannya Salafush Sholeh. Mereka melihat sendiri penerapan, perbuatan serta contoh nyata dari Salafush Sholeh.
Kita mengikuti pendapat/pemahaman Imam Mazhab yang empat sambil merujuk darimana mengambilnya yakni Al Qur’an dan As Sunnah
Sebaiknya janganlah mengikuti pendapat/pemahaman ulama yang mengaku-aku mengikuti pemahaman Salafush Sholeh namun kenyataannya mereka tidak pernah bertalaqqi (mengaji) dengan Salafush Sholeh. Darimana mereka mendapatkan pemahaman Salafush Sholeh kalau bukan pemahaman mereka sendiri dengan akal pikiran mereka sendiri.
Rasulullah telah melarang kita untuk memahami Al Qur’an dengan akal pikiran kita sendiri
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa menguraikan Al Qur’an dengan akal pikirannya sendiri dan merasa benar, maka sesungguhnya dia telah berbuat kesalahan”. (HR. Ahmad)
Dari Ibnu ‘Abbas r.a. berkata Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “di dalam agama itu tidak ada pemahaman berdasarkan akal pikiran, sesungguhnya agama itu dari Tuhan, perintah-Nya dan larangan-Nya.” (Hadits riwayat Ath-Thabarani)
Ibnul Mubarak berkata :”Sanad merupakan bagian dari agama, kalaulah bukan karena sanad, maka pasti akan bisa berkata siapa saja yang mau dengan apa saja yang diinginkannya.” (Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Muqoddimah kitab Shahihnya 1/47 no:32 )
Dari Ibnu Abbas ra Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda…”Barangsiapa yg berkata mengenai Al-Qur’an tanpa ilmu maka ia menyediakan tempatnya sendiri di dalam neraka” (HR.Tirmidzi)
Imam Syafi’i ~rahimahullah mengatakan “tiada ilmu tanpa sanad”.
Al-Hafidh Imam Attsauri ~rahimullah mengatakan “Penuntut ilmu tanpa sanad adalah bagaikan orang yang ingin naik ke atap rumah tanpa tangga”
Bahkan Al-Imam Abu Yazid Al-Bustamiy , quddisa sirruh (Makna tafsir QS.Al-Kahfi 60) ; “Barangsiapa tidak memiliki susunan guru dalam bimbingan agamanya, tidak ragu lagi niscaya gurunya syetan” Tafsir Ruhul-Bayan Juz 5 hal. 203
Sanad ilmu / sanad guru sama pentingnya dengan sanad hadits.
Sanad hadits adalah otentifikasi atau kebenaran sumber perolehan matan/redaksi hadits dari lisan Rasulullah.
Sedangkan Sanad ilmu atau sanad guru adalah otentifikasi atau kebenaran sumber perolehan penjelasan baik Al Qur’an maupun As Sunnah dari lisan Rasulullah.
Hal yang harus kita ingat bahwa Al Qur’an pada awalnya tidaklah dibukukan. Ayat-ayat Al Qur’an hanya dibacakan dan dihafal (imla) kemudian dipahami bersama dengan yang menyampaikannya.
Hal yang akan dipertanyakan terhadap sebuah pendapat / pemahaman seperti :
“Apakah yang kamu pahami telah disampaikan / dikatakan oleh ulama-ulama terdahulu yang tersambung lisannya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam” ?
“Siapakah ulama-ulama terdahulu yang mengatakan hal itu” ?
“Dari siapakah mendapatkan pemahaman seperti itu” ?
Imam Malik ra berkata: “Janganlah engkau membawa ilmu (yang kau pelajari) dari orang yang tidak engkau ketahui catatan (riwayat) pendidikannya (sanad ilmu)”
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda yang artinya “Sampaikan dariku sekalipun satu ayat dan ceritakanlah (apa yang kalian dengar) dari Bani Isra’il dan itu tidak apa (dosa). Dan siapa yang berdusta atasku dengan sengaja maka bersiap-siaplah menempati tempat duduknya di neraka” (HR Bukhari)
Hakikat makna hadits tersebut adalah kita hanya boleh menyampaikan satu ayat yang diperoleh dari orang yang disampaikan secara turun temurun sampai kepada lisannya Sayyidina Muhammad bin Abdullah Shallallahu alaihi wasallam.
Kita tidak diperkenankan menyampaikan apa yang kita pahami dengan akal pikiran sendiri dengan cara membaca dan memahami namun kita sampaikan apa yang kita dengar dan pahami dari lisan mereka yang sanad ilmunya tersambung kepada lisannya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam karena hanya perkataan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang merupakan kebenaran atau ilmuNya.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menyampaikan agama kepada Sahabat. Sahabat menyampaikan kepada Tabi’in. Tabi’in menyampaikan pada Tabi’ut Tabi’in. Para Imam Mazhab yang empat, pemimpin / imam ijtihad kaum muslim pada umumnya, mereka berijtihad dan beristinbat berlandaskan hasil bertalaqqi (mengaji ) pada Salafush Sholeh
Imam Mazhab tidak menyuruh meninggalkan hasil ijtihad mereka bahkan tidak juga menyuruh kita taklid kepada mereka, karena yg harus diikuti adalah al qur’an dan as-sunnah, sementara kalau seseorang mampu berijtihad bisa saja berbeda dg pendapat para imam dan ini tidaklah haram selama berdalil dg dalil yg shahih. Imam Bukhari, Imam Muslim, dan Imam ahli hadits yg lainnya…??? bermazdhab apakah mereka…??? mereka ahli hadits, jadi yg mereka pegang adalah hadits, bukan pendapat madzhab. Hemat saya, yg mau mengikuti imam madzhab ya silahkan, khusus untuk org awam memang lebih baik begitu (tapi tetap belajar untuk mengetahui dalil yg dijadikan rujuakn). Tapi yg tidak bermadzhab juga tidak haram, justru kalau ada pendapat yg shahih itulah yg harus dikedepankan meskipun berbeda dg pendapat madzhab, karena dasar syariat ini bukan madzhab, tapi AL QUr’an da As-Sunnah. Jadi dari manapun dalil itu keluar, selama berdasarkan dalil yg shahih (sesuai al qur’an dan as-sunnah) maka wajib kita terima.
Orang yg tidak bermadzhab, bukan berarti tidak belajar pada imam madzhab, justru mereka mengkaji pendapat para imam itu, dan dijadikan rujukan juga, dan mengambil dalil/fatwa yg lebih kuat dasarnya. Dan ini juga tidak sembarang comot, tetapi berdasarkan kaidah2 keilmuan yg dapat dipertanggungjawabkan secara akademis/ilmiah. Muhammadiyyah, salafy, HTI, persis, Ikhwanul Muslimin, dll mereka pun prinsipnya sama, tidak bermadzhab tetapi pendapat madzhab bisa dijadikan rujukan, dan dala mengambil fatwa itu dilaksanakan tarjih(mengambil dalil yg paling kuat). Hal ini lah pertanggunjawaban kita sbg manusia yg diberi akal pikiran. Taklid boleh asal tidak taklid buta.
Kalau kita hanya membatasi 4 madzhab, berarti guru guru imam madzhab itu, termasuk ulama seperti al auza’i apakah salah, karena tdk bermazhab kpd imam yg 4 itu…??? sya yakin tidaklah demikian, setiap orang punya hak untuk berijtihad, tentunya harus didukung juga dengan persyaratan2 tertentu(keilmuan yg mumpuni). Kenapa ulama2 akhir termasuk salafy muhammadiyyah, IM, MMI, HTI berbeda2 pendapatnya…???? ya karena mereka masing2 berijtihad. Kita ga tahu hakikat sebenarnya di sisi Allah, apakah mereka ada yg sesat seperti klaim dari manhaj tertentu, sya melihatnya mereka berusaha untuk menegakkan Islam, mudah2an fatwa mereka jika salahpun mendapat pahala.
Seperti kita ketahui, bahwa islam di tanah air ada yg melakukan kegiatan tahlilan, maulid, dan lainnya. hal ini tidak pernah dilakukan oleh rosul, bahkan ke 4 imam madzhab pun sya kira tdk pernah melakukan hal itu. Nah…ini kan sama…dg org yg tidak bermadzhab…., karena beberapa ulama di Indonesia KH. hasyim Asy’ari dan golongan nahdliyin bermadzhab imam syafii tetapi mereka pun berijtihad dalam masalah ini. Jadi intinya ijtihad itu, tidak terbatas kepada 4 imam madzhab, siapapun boleh tetapi syarat dan ketentuan berlaku. Sya kira islam ini mudah, tidak usah dipersulit.
Betul mas Hery, kita harus mengikuti Al Qur’an dan As Sunnah
Namun permasalahannya adalah pemahaman siapa yang sebaiknya diikuti ?
Akal pikiran sendiri ?
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa menguraikan Al Qur’an dengan akal pikirannya sendiri dan merasa benar, maka sesungguhnya dia telah berbuat kesalahan”. (HR. Ahmad)
Dari Ibnu ‘Abbas r.a. berkata Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “di dalam agama itu tidak ada pemahaman berdasarkan akal pikiran, sesungguhnya agama itu dari Tuhan, perintah-Nya dan larangan-Nya.” (Hadits riwayat Ath-Thabarani)
Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab yang jelas namun pemahaman yang dalam haruslah dilakukan oleh orang-orang yang berkompeten atau ahlinya (ulama).
Firman Allah ta’ala yang artinya, “Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui” (QS Fush shilat [41]:3)
Pada hakikatnya kita diperintahkan untuk mengikuti orang yang mengetahui Al Qur’an dan As Sunnah
Firman Allah ta’ala yang artinya, “Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.” [QS. an-Nahl : 43]
Pertanyaanlah adalah pemahaman/pendapat ulama siapakah yang patut kita ikuti agar tidak menimbulkan penyesalan di akhirat kelak.
Firman Allah ta’ala yang artinya,
“(Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa; dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus sama sekali.” (QS al Baqarah [2]: 166)
“Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti: “Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami.” Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan keluar dari api neraka.” (QS Al Baqarah [2]: 167)
Para Imam Mazhab yang empat mengetahui dan mengikuti pemahaman Salafush Sholeh melalui lisannya Salafush Sholeh. Mereka melihat sendiri penerapan, perbuatan serta contoh nyata dari Salafush Sholeh.
Silahkan mas Hery pilih sendiri
Mengikuti pemahaman para Imam Mazhab yang empat bertalaqqi (mengaji) langsung dengan Salafush Sholeh.
atau
Mengikuti pemahaman ulama yang mengaku-aku mengikuti pemahaman Salafush Sholeh namun tidak bertalaqqi (mengaji) dengan Salafush Sholeh
Ya terima kasih Mas, sya pribadi tentunya mau mengikuti AL Qur’an dan Al Hadits/As-Sunnah yg shahih, tanpa melihat fatwa itu keluar dari mana, dari NU, Tasawwuf, Wahaby/Salafy, Muhammadiyyah, Persis, Ikwanul Muslimin, HTI, MMI, pokoknya prinsip ilmu buat sya adalah ambil dalil yg paling kuat.
Beberapa ulama melakukan ijtihad, termasuk NU dg tahlilan , dll (padahal Imam Syafii Pun tdk pernah melakukannya), ini juga termasuk menurut akal sendiri juga kalau pakai terminologi Mas Zon, tapi sya tdk melihat seperti itu…sya menilainya adalah ijtihad.
Muhammadiyyah, IM, IMM, Wahaby/salafy, persis juga berijtihad tdk melakukan tahlilan, barzajnjian, termasuk menggali ilmu (hadits/fiqh), tdk bermadzhab, menurut sya bukan berdasarkan akal pikiran sendiri, namun mereka berijtihad sesuai kemampuan ilmu/kapasitas masing2.
Buat saya semuanya berijtihad, dan hukumnya kita serahkan pada Allah SWT. Mudah2an mereka semua mendapat taufik dan Hidayyah dan ampunan ALlah SWT kalau ada yg salah. Terkadang menurut syari’at / secara dzohir menurut sudut pandang masing2 ,apa yg fahami/dilakukan oleh golongan/ulama lainnya itu SALAH kalau berbeda dg yg golongan yg menilai. dan akhirnya merasa benar sendiri sementara yg lainnya salah smuanya.
Menurut sya semua faham/manhaj/golongan ada kekurangan dan kelebihannya masing2. harusnya bersatu, saling mengingatkan dg ikhsan jika ada yg salah, saling memaafkan dlm perbedaan dan bersatu dlm persamaan (agama Tauhid)
1. sya sepakat dg tasawwuf selama berdalil pd AL Qur’an dan As-sunnah, begitu juga dg ulama/manhaj/golongan lainnya selama dalilnya shahih.
2. Kenapa sya seperti itu, dulu sya NU tulen, tetapi setelah berinteraksi dg berbagai pemahaman, wawasan sya menurut hemat sya menjadi terbuka terhadap pemahaman lainnya, tidak fanatik thdp madzhab (yg sering menjadi perpecahan/saling dengki), fanatik golongan, fanatik/loyal sama ulama/kyai tertentu, buat saya siapapun dapat ditolak fatwanya kecuali Rosulullah SAW. dan pemahaman salafusholih ( 3 generasi terbaik umat ini) yg lebih tahu mengenai agama ini, selama ulama2 memahami Islam berdasarkan generasi ini, Insya Allah tidak akan tersesat.
Ya, jalan hidup ini adalah pilihan , silahkan memilih sesuai keyakinan /keilmuan/kemampuan yg dimiliki masing2, dan kita akan mempertangyungjawabkannya dihadapan Allah SWT kelak di akhirat.
Assalamuallaykum ………..maaf ikutan urun rembuk mas Hery …..sepengetahuan yang namanya ijtihad tidak sesimple itu mas Hery …Secara bahasa, ijtihad berarti bersungguh-sungguh, bersusah-payah, menggunakan segenap kemampuan. Maka sebagian kaum muda beranggapan bahwa jika mereka bersusah-payah menggali hukum syar’iyyah dengan segenap ilmunya yang sangat minim dan segenap kemampuan aqalnya yang sangat dangkal, itu adalah ijtihad.
Namun, di kalangan ulama, ijtihad ini khusus digunakan dalam pengertian usaha yang sungguh-sungguh dari seorang ahli hukum (fuqoha) untuk mengetahui hukum syari’at. Adapun Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa ijtihad adalah usaha sungguh-sungguh dari seorang Mujtahid dalam upaya mengetahui atau menetapkan hukum syari’at. Dalam definisi lain dikatakan bahwa ijtihad ialah mencurahkan seluruh kemampuan untuk menetapkan hukum syara’ dengan jalan istinbat (mengeluarkan hukum) dari Kitabullah dan Sunnah Rasul……
Ijtihad dilakukan oleh mujtahid untuk mengeluarkan hukum berdasarkan pada Kitabullah dan Sunnah Rasul. Karena mujtahid ini mengeluarkan hukum, maka ia disebut pula sebagai hakim sebagaimana tercantum dalam hadits dimana Rasul bersabda:
“Apabila seorang hakim menetapkan hukum dengan jalan ijtihad, kemudian ia benar, maka ia mendapatkan dua pahala. Namun bila ia menetapkan hukum dengan jalan ijtihad, kemudian ia keliru, maka ia mendapatkan satu pahala.”
Pahala itu berlaku bagi Mujtahid. Namun bagi orang yang bukan mujtahid, jika benar maka tidak mendapat apa-apa, jika salah maka mendapat dosa. Lalu siapa Mujtahid itu?…Tidak semua orang dapat berijtihad begitu saja dan mengeluarkan fatwa. Untuk mencapai derajat Mujtahid, seseorang harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Diantara syarat-syarat mujtahid itu adalah:
1. Menguasai bahasa Arab. Mujtahid haruslah mampu memahami ucapan orang Arab dan kebiasaan-kebiasaan yang berlaku dalam pemakaian bahasa Arab di kalangan mereka. Sehingga ia dapat membedakan antara ucapan yang sharih, zhahir, mujmal, haqiqat, majaz, umum, khusus, muhkam, mutasyabih, muthlaq, muqoyyad, nash, serta mudah atau tidaknya dalam pemahaman.
2. Mengetahui Nasakh dan Mansukh dalam Al-Qur’an serta Asbabun Nuzul, dan seluk beluk ayat-ayat hukum.
3. Mengerti Sunnah (Hadits) serta Asbabul Wurud. Mujtahid haruslah mengerti seluk beluk hadits dan perawinya secara umum.
4. Mengerti ijma’ dan ikhtilaf. Mujtahid haruslah mengetahui ijma’ para ulama dan dasar-dasarnya. Dan mujtahid juga harus mengetahui hal-hal ikhtilaf beserta seluk-beluknya.
5. Mengetahui Qiyas. Mujtahid haruslah mengetahui jalan-jalan qiyas yang benar. Bahkan boleh dikatakan bahwa ijtihad itu adalah Qiyas itu sendiri.
6. Mengetahui maksud-maksud hukum.
7. Telah baligh serta mempunyai pemahaman dan penalaran yang benar.
8. Mempunyai Aqidah dan niat yang benar….
demikian mas Hery maaf kalau nggak berkenan dari pendapat ana yang dhoif ………
Wass. T kasih atas komentarnya, semoga Allah SWT memberikan taufik dan hidayah kepada kita smua..amin.
Betul Mas Mamo, saya sepakat dengan syarat2 mujtahid yg telah mas sebutkan. Artinya, siapapun yg memenuhi syarat itu memiliki hak untuk berijtihad mengenai berbagai hukum dalam syariat termasuk ilmu fiqh dan ilmu lainnya. Jadi tidak terbatas pada Imam 4 Madzhab, sya yakin ulama setelahnya banyak yg mampu untuk berijtihad, namun ulama2 ini ada yg sepakat dg Imam Madzhab,sehingga mereka dikatakan ulama madzhab syafii atau madzhab lainnya, hal ini tidak menjadi masalah karena mereka pun telah berijtihad mempelajari dasar2 syariat dan akhirnya sepakat dg salah satu Imam madzhab.
Tetapi sebenarnya banyak ulama lain selain 4 Imam Mazdhab yg tdk terikat dg Madzhab seperti Imam Al Auzai, dll, termasuk guru2 para Imam Madzhab, Imam2 ahli hadits seperti Imam Bukhari, Imam Muslim, dll (mereka tidak terikat madzhab, karena mereka ahli hadits, jadi mereka ikuti hadits yg shahih menurut kriteria/syarat masing2), mereka berijtihad dan tidak mengikuti madzhab manapun.
Yg jadi persoalan adalah kita mau ikuti yg mana…????
tentunya semua ingin ikuti yg selamat , yg tidak sesat. Dengan demikian, orang yg fair menurut sya, adalah orang yg mau mempelajari perbandingan madzhab, atau bahkan aliran lainnya selama dalam ahlus sunnah wal jamaah. Semua aliran/madzhab/manhaj/golongan yg telah sya sebutkan diatas mereka semua mengaku mengikuti Ahlus SUnnah wal jamaah.Sehingga kita pun harus menelusuri/mengkaji berbagai faham ini, insya Alloh kita punya filter mana yg sesat dan yg tidak (dg tetap istikhoroh meminta petunjuk Allah SWT).
Sebagai fitrah manusia, kita kadang sepakat dg ulama A pada satu sisi, dan kadang kita sepakat dg ulama lainnya dalam satu sisi. dan ini tidak terlarang/haram bukan…..??? Karena kita ketahui imam madzhab pun berbeda-beda sesuai ijtihad masing-masing. Ada yg mengikuti total madzhab Imam Syafii, ada jg yg tidak, karena apa , Imam Syafii pun mengatakan kepada Imam Ahmad bin Hambal (muridnya) : “Ahmad kamu lebih tahu hadits daripada aku jika ada pendapatku yg bertentangan dg hadits shahih, maka lemparkan pendapatku ke tembok, dan ambilah hadits shahih itu”.
Imam AHmad pun bilang, seyogyanya kita jangan taklid kepada hanafi, Maliki, Syafii tapi ambilah dari mana mereka mengambil sumbernya.
Hal ini menyatakan kepada umat hendaknya kita jangan taklid buta, kita harus mempelajari dasar /dalil yg dijadikan rujukan. Oleh karena itu ijtihad tdk terbatas kepada Imam 4 Madzhab tadi, baik dalam masalah fiqh ataupun yg lainnya. Tetapi pendapat ulama2 setelahnya bisa jadi sama dg Imam Madzhab, bisa jadi tidak karena yg namanya Ijtihad itu tergantung pemahaman masing2 sesuai kapasitas.
Misal NU dg tahlilan maupun barjanjian atau yasinan pada malam jum’at , ini kan tdk dilakukan oleh imam madzhab yg 4,…..????, nah berarti kyai/ulama NU berijtihad juga. Kemudian apakah salah…jika ulama non NU, berijtihad juga…., kan tidak masalah selama syarat berijtihad itu terpenuhi. Sekarang kita mau sepakat dengan yg mana…???? kalau sya , ya sepakat dengan ulama manapun selama dasarnya shahih, darimana tahu dasarnya shahih atau tdk, kita kaji berbagai pandangan ulama mengenai dasar hadits tsbt. Jika masih dalam pertentangan, ada yg mengatakan shahih ada yg mengatakan dhaif, nah pada level ini kita semua punya hak untuk memilih sesuai keyakinan dan kemampuan kita. pada level ini apa kita berijtihad, atau mungkin istihsan…??? menurut saya Insya ALlah pada level ini, usaha kita mau mempelajari ilmu akan dinilai ibadah oleh Allah SWT dan jika salah pun ampunan Allah masih terbuka, karena kalau seandainya Rosulullah SAW masih ada tentunya kita tdk akan terpecah pecah, yg akhirnya menguras energi untuk belajar agama dan menyikapi berbagai perbedaan bukan..?
Kita ini diberi kemampuan berfikir untuk belajar dan memilih sesuatu sesuai kapasitas kita, Insya Allah kesalahan yg diakibatkan oleh kebodohan(tdk berilmu) maka akan dimaafkan Allah SWT, tetapi kalau kesalahan dilakukan setelah mengetahui ilmunya maka akan dpt dosa.
Sebenarnya yg lebih penting adalah bagaimana kita menyikapi berbagai perbedaan madzhab/manhaj/ golongan. Selama kita masih bersahadat, kita masih bersaudara dan haram saling mencaci maki atau saling menyakiti. Kesalahan yg terjadi pada orang lain hendaklah disikapi dg ikhsan bukan dengan kekerasan/caci maki. Standar keilmuan dalam syari’at sebagai standar untuk membedakan mana yg benar dan mana yg salah /tersesat harus dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
Adapun perbedaan yg masing2 punya dalil yg shahih yg telah disepakati berdasarkan standar keilmuan (misal ilmu hadits), maka itu tdk menjadi masalah. namun kita harus legowo menerima pendapat yg lebih kuat dalilnya , jika ternyata secara ilmiah dalil yg kita miliki adalah kurang kuat/lemah. Jadi acuannya adalah Al Qur’an dan Al Hadits (berdasarkan standar keilmuan yg benar).
Yang menjadi perbedaan bukan hanya dalam msalah fiqh (imam Madzhab), terkadang dalam akidah juga.
Misal Mu’tazilah, Murji’ah, Jabariyyah, Syi’ah, Qhoramithah, dll.
Perbedaan dalam masalah akidah ini yg sangat krusial, karena hal ini yg bisa menyebabkan kita tersesat. tetapi kalau seandainya kita tdk tahu, insya Allah, Allah akan memaafkan.
Imam Abul Hasan Al As’ari dulunya tidak berani menetapkan sifat2 Allah, karena takut tasybih (penyerupan thdp makhluk), adapun setelan itu , Imam Al Asy’ari pun dalam kitab Al Ibânah ‘An Ushûli Diyânah , akhirnya mengakui akan sifat2 Allah SWT (wajhullah, yadullah, dll). http://www.persis.or.id (Pokok-Pokok Aqidah Ahlus Sunnah (I) 23 May 2011, hal 1) , linknya : http://www.persis.or.id/?mod=sitelogo&cmd=aqidah.
Coba Mas kaji tulisan sya dibawah ini mengenai Asma dan Sifat Allah SWT.
Kita yakin dengan sifat2 Allah SWT yg tertera dalam Al Qur’an, tanpa menyerupakan dengan makhluk. Seperti Imam Malik pernah ditanya mengenai Istiwa’, beliau menjawab, istiwa itu benar adanya, adapun menanyakan bagaimana caranya/kaifiyat itu adalah bid’ah.
hal ini memang berat, ketika Yg Benar menurut Allah adalah mengakui sesuai apa adanya tanpa menyerupakan dg makhluk. dan Jika Yg benar adalah mengganti artinya /maknanya , berarti meniadakan sifat2 Allah SWT yg Allah sendiri menyampaikannya dalam Al Qur’an. Ya akhirnya, terserah masing2 sesuai kapasitas ilmunya mau pilih yg mana.
Beberapa sifat Allah SWT
1. Berbicara : “Dan Allah berbicara kepada Musa dengan langsung”. (An-Nisa ‘ : 164) .
2. Tidak ada sesuatu pun yang menyerupai-Nya dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat (Asy-Syura : 11)
3. Marah: “Dan barangsiapa membunuh seorang mukmin secara sengaja, maka balasannya adalah Jahannam, ia kekal di dalamnya, sedangkan Allah MARAH dan melaknatnya.” (An-Nisa ‘ : 43)
4. Murka : “itu dikarenakan mereka mengikuti apa yang menjadikan Allah murka dan mereka membenci keridhaan-Nya.” (Muhammad : 28)
5. Tiba/datang : “Tiada yang mereka nanti-nantikan melainkan keda-
tangan Allah dan malaikat (pada hari kiamat) dalam naungan awan, dan iputuskanlah perkaranya.” (Al -Baqarah : 210 )
6. Wajah : “Dan tetap kekal Wajah Rabbmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” (Ar-Rahman : 27)
7. Kedua Mata: “Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Rabbmu, sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan Mata Kami.” (Ath-Thur : 48)
8. Kedua Tangan : “Apakah yang menghalangi kamu sujud kepada (Adam) yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku.” (Shad : 75)
9. Bersemayam /Istiwa’ : “Allah Yang Maha Pemurah, Yang bersemayam di atas
‘Arsy.” (Thaha : 5).
“konsep ibnu taimiyyah: meyakini dalam ayat itu benar adanya, tetapi tidak menanyakan caranya, tidak menyerupakan dg makhluk”.
beberapa ulama:
Dr. yusuf qordhawi(Ikhwanulmuslimin/mesir), dia tdk menafikan peran ibnu Taimiyyah dlm Islam, dan tdk pernah mencerca/menjelekkan faham Ibnu Taimiyyah, Ulama2 Muhammadiyyah, Persis, HTI bahkan PKS, ko konsepnya sama ya…, artinya, ambil dalil yg paling shahih, sementara dalam msalah akidah mereka sepakat jg dg Ibnu Taimiyyah. silahkan buka di http://www.persis.or.id/index.php?rowfiq=0&mod=sitelogo&cmd=aqidah&mod=sitelogo , di link ini persis menyampaikan pokok akidah2 ahlusunnah menurut abul hasan al ays’ari dalam kitab al ibanah (yg sering juga dijadikan rujukan masy indonesia). dalm pembahasan tsb intinya, konsepnya sama dg Ibnu Taimiyyah…, sya tdk memaksakan kita harus sama pemahamannya, yg penting kita punya dasar masing2, mudah2an Allah SWT memberikan taufik dan hidayahnya kpd kita semua.
———————
Perlu dalil dari As-Sunnah/hadits untuk memalingkan/merubah makna dari sifat2 Allah SWT, tapi saya kira salafus shalih pun tdk prnah menanyakan hal ini, karena buat mereka sudah jelas tdk ada keraguan lagi mengenai sifat2 Allah SWT :
beberapa ayat perlu dicermati :
1. Istiwa kalau dibaca ya tetap istiwa, kalau diterjemahkan tetap istiwa
Arrahmaanu ‘Alal Arsyistawa (Thaha : 5)
artinya ; Tuhan Yang Maha Pemurah, Yang bersemayam di atas `Arsy.
Kita tdk boleh merubah makna istiwa dg istaula atau dan lain2, kita wajib meyakini ayat ini benar (Allah istiwa diatas arsy) . Istiwa sering diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia bersemayam, tapi kita tdk boleh menyerupakan dg makhluk yaitu bersemayamnya Allah seperti bersemayamnya manusia (ini bid’ah dan sesat), apalagi mengatakan bahwa duduk seperti duduknya manusia (itu jelas tasybih). Jadi tasybih itu penyerupaan bentuk/tatacara sifat2 Allah dg makhluknya. Adapun menetapkan sifat Allah seperti istiwa, hal ini adalah benar adanya sesuai Al Qur’an dan kita tidak menghilangkan sifat Istiwanya Allah diatas Arsy, namun tatacaranya hanya Allah yg Tahu, dan kita dilarang menanyakan, atau menyerupakan dg tatacara makhluknya). Begitu juga dg ayat2 dibawah ini.
2. Wajhullah kalau dibaca ya tetap wajhullah,, kalau diterjemahkan tetap Wajhulloh
(Wayabqo Wajhurobbika Dzul Zalaali wal ikroom: Arrahman : 27) . Yg tidak boleh adalah menyerupakan wajah Allah dg Makhluknya, ini yg terlarang./kufur. Adapun menetapkan sifat Allah (wajhullah) , hal ini sama dg Istiwa yaitu sesuai dg Al Qur’an. Namun Maknanya/tatacaranya/bentuk dzatnya Hanya Allah yg Tahu, dan kita dilarang menanyakan itu.
3. bi Yadayya, pasti kita baca Bii Yadayya (bukan diubah jadi bii quwwata ), kalau diterjemahkan secara dzohir pasti Bi yadayya (kedua tanganku), kalau diterjemahkan menjadi quwwata : maka harus ada dalil dari Al QUr’an dan As-Sunnah.
إ
(Qoola yaa iblisu maa mana’aka antasjuda limma kholaqtu bi yadayya astakbarta am kunta minal a’lamiin)
artinya : Allah berfirman: “Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?”. (Shad : 75)
Coba direnungkan dan difikirkan secara jernih : apakah kalimat bi Yadayya harus diubah dg bi Quwwah/dg kekuatan-Ku. Hanya karena takut menyerupakan Allah dg Makhluk…???, sekali kali tidaklah berarti menyerupakan Allah dg makhluk ketika kita menyifatkan sifat Allah sebagaimana sifat yg ada dimakhluk. Allah punya nama (asmaul husna), kekuatan/kekuasaan/ mendengar (sifal As-Sami’), melihat (Al Bashar), manusia pun punya itu smua namun BERBEDA/TIDAK SAMA/TDK SERUPA dg Kepunyaan Allah SWT (baik sifat Bentuk / tatacaranya), . Yang dilarang itu menyerupakan Allah , seperti kita katakan Wajah Allah (Wajhullah) sama dg wajahnya makhluk (nah ini yg salah/ mutasyabihaha dan mujasiimah itu). Kalau ibnu Taimiyyah tidak demikian Saudaraku, Justru beliau sendiri berpedoman pada ayat Laisaa Kamitslihi Syaiun (Tdk ada yg serupa dg-Nya).
Justru kalau kita menerjemahkan dg merubah makna dzohir menjadi makna kiasannya. Ini adalah suatu pengingkaran/tidak mengakui sifat Allah SWT yg jelas jelas Allah sampaikan dalam Al Qur’an, perubahan makna ini harus berdasarkan dalil bukan berdasarkan akal/logika.
Berdasarkan kaidah ini , kaum asy’ariah pada awalnya berkeyakinan : sesuatu yg diberi sifat pasti berjisim (memiliki raga), dan jisim 2 itu memiliki keserupaan. Jadi kalau Allah diberi sifat akan terjadi tasybih (penyerupaan dg makhluk), oleh karenanya menafikan/menghilangkan sifat2 Allah.
Hal ini dpt dibantah :
1. Sesungguhnya menetapkan asma dan sifat Allah berdasarkan akal adalah menyelisihi salafus shalih.
2. Harusnya menetapkan sifat Allah berdasarkan al Qur’an dan As-Sunnah/Al-Hadits, tanpa : tamsil (menyerupaka), ta;thil (meniadakan), takyif(menyakan bagaimana), dan tahrif( menyimpangkan dari makna aslinya)
Imam Abul Hasan Al asy’ari (sperti link PERSIS diatas)
Wallohu A”lam (semoga kita mendapat petunjuk)
Selain perbedaan Fiqh dan Aqidah, ada juga perbedaan dalam hal Penjelasan Aqidah (Tauhid).
Muhammadiyyah, persis, salafy, IM, mereka bukan melarang ziarah kubur, tetapi yg dilarang adalah berziarah untuk mencari berkah, meminta pada penghuni kubur, hal ini karena termasuk meminta kepada selain Allah SWT. Yg menurut sunnah/petunjuk rosul adalah mendo’akannya bukan meminta pertolongan. Karena hanya Allah lah yg dimintai pertolongan dalam masalah2 yg menyangkut hak Tuhan (memberi rizki, memohon berkah dalam hidup, memohon kesuksesan dunia akhirat,)…(sebagai bukti Tauhid kita seperti dalam ayat yg sering kita baca :Iyya kana’budu waiyyaka nastai’in).
Jadi belum cukup bertauhid dg benar/sungguh2 kalau hanya mengakui Allah SWT sebagai Tuhan yg memberi rizki, menciptakan Makhluk, mengatur alam semesta , Yg menghilangkan kesusahan, dll, TETAPI harus 1) beribadah hanya kpd Allah SWT (termasuk berdoa, memohon pertolongan, memohon perlindungan, memintaberkah dalam rizki, dll), dan
2) Mengakui, meyakini, beriman pada Asma dan Sifat Allah SWT (yg ada dalam al Qur’an dan Hadits Shahih/hasan)
3) Meyakini/mengakui bahwa yg Berhak Membuat Syariat (Yg memerintahkan Ibadah dan Tata Caranya ) hanya Allah SWT yg dijelaskan oleh lisan/perbuatan Rosulullah SAW.
Mudah2an ada manfaatnya, mohon maaf jika ada kekurangan, karena itu atas kesalahan/kebodohan saya, tapi jika ada benarnya maka itu dari Allah SWT.
Ulama-ulama terdahulu telah mengenal sistem bermadzhab dan mengikuti sistem tersebut. Bahkan Imam Abu Hanifah, pendiri madzhab tertua yang madzhabnya masih ada hingga saat ini, beliau pernah bertaqlid kepada ulama Madinah. Begitu pula Imam Malik yang pernah juga menganut madzhab Hanafi. Imam Syafi’i juga pernah mengikut kepada madzhab Maliki sebelum beliau menjadi mujtahid muthlaq dan mendirikan madzhab yang berbeda. Begitu pula Imam Ahmad bin Hanbal telah bermadzhab Syafi’i sebelum ilmunya cukup untuk menjadi mujtahid muthlaq dan mendirikan madzhab sendiri…………Empat madzhab itu seperti Operating System. Windows, Macintosh, dan Linux mempunyai system yang berbeda. Walau pun berasal dari bahasa yang sama, yaitu bahasa mesin, dan dijalankan di perangkat yang sama, yaitu computer. Satu computer tidak bisa mrnjalankan dua OS yang berbeda secara bersamaan. Ketika menggunakan Windows, Anda tidak bisa menjalankan program-program yang hanya bisa dijalankan di Linux, begitu pula sebaliknya. Anda harus memboot dulu lalu mengganti OS Anda dengan Linux, jika ingin menjalankan program-program untuk Linux.
Anda tidak bisa mencampur dua madzhab dalam satu waktu yang sama. Anda harus pindah madzhab dulu sebelum Anda menggunakan pendapat dalam madzhab tersebut. Karena dalam madzhab itu tidak hanya terdapat fiqh, tetapi juga ushul fiqh yang mengatur tata cara ijtihad. Walau pun empat madzhab menggunakan sumber yang sama dan dijalankan dalam Din yang sama, namun mereka punya system yang berbeda dalam ushul fiqh dan fiqh……….Taqlid, tanpa buta, adalah cara mudah bagi mereka yang belum cukup ilmunya. Orang yang pergi bertanya kpd imam madzhab itu bukan berarti awam. Banyak di antara mereka yang telah hafal ratusan ribu hadits. Setelah mendapat jawaban sang imam, ia pun mengikutinya, taqlid, bermadzhab.
Pernah imam Muslim menghadapi suatu perkara. Sudah beberapa hari ia bermujahadah, namun belum juga menemukan solusi. Lalu pergilah ia kepada Al-Imam Al-Bukhori. Dengan mudahnya Al-Imam memberikan jawaban. Maka Imam Muslim pun mencium tangan sang imam sambil memuji keilmuan beliau. Padahal kalau Imam Muslim mau, beliau bisa saja berfatwa dengan keilmuan beliau yang mumpuni. Tetapi itu bukanlah adab ahli ilmu.
Apakah itu berarti bahwa Imam Bukhori itu membuat madzhab? Jika beliau menyusun ushul sendiri, lalu berijtihad dengan kaidahnya sendiri dan syarat-syarat lainnya telah beliau penuhi, maka beliau telah membangun madzhab sendiri. Tetapi kenyataannya tidak. Imam Bukhori berijtihad berdasarkan kaidah madzhab Syafi’i. Beliau mujtahid, namun bukan mujtahid muthlaq…..Jangan dikira bahwa madzhab itu hanya untuk orang-orang awam saja, bahkan para ulama besar pun juga bermadzhab. Di dalam kitab “Al-Imam Asy-Syafi”i, Bainal Madzhabihil Qadim wal Jadid”, Dr. Nahrawi Abdussalam menuliskan bahwa di antara para pengikut mazhab Syafi’i adalah Al-Imam Al-Bukhari, seorang tokoh ahli hadits yang kitabnya tershahih di dunia setelah Al-Quran.
Al-Bukhari memang tokoh ahli hadits dan paling kritis dalam menyeleksi hadits. Namun beliau bukan ahli ijtihad yang mengistinbath hukum sendiri sampai setingkat mujtahid muthlaq. Dalam masalah menarik kesimpulan hukum, beliau menggunakan metodologi yang digunakan dalam madzhab Syafi’i. Dengan demikian, beliau adalah salah satu ulama besar yang bermadzhab, yaitu madzhab Syafi’i……………
@Mas Mamo dan Bang Zon
Terima kasih atas ilmunya, semoga rahmat dan ridho Allah SWT mengiringi hari-hari Anda berdua. Semoga hidaya Allah menyertai kita semua.
Alhamdulillah mas Bima …………terimakasih doa’ nya Aamiin …..
Bismillah. setiap umat punya hak untuk menganut faham /ajaran/manhaj/madzhab/ bahkan agama menurut keyakinannya masing2.
Beberapa hal sudut pandang madzhab menurut hemat sya (khusus u saya, tdk sepakat tdk masalah)
1). Pada hakikatnya kalau kita mengetahui adanya hadits shahih (sebagaimana dalam shahih bukhari, dll) kita juga sebenarnya mengikuti apa yg disampaikan Imam Syafii kpd Imam Ahmad (ambil hadits shahih itu, dan lemparkanlah pendapatku). Jika ada pendapat Madzhab yg berbeda dg hadist shahih maka , menurut hemat saya , harus mengambil hadits shahih tsbt. sebagaimana para ulama (muhammadiyyah, persis, ikhwanul muslimin, salafy, HTI, MMI, dll). Dalam hal ini seseorang tdk bisa memaksakan kehendaknya masing2, silahkan pilih menurut keyakinan dan ilmu yg dimiliki apakah mau tetap mengikuti Imam Syafii, Imam AHmad, Imam Malik, dll, Itu tidak ada yg mengharamkam/melarang, dan jangan menyalahkan org yg tidak bermadzhab…karena ini pun tidak ada yg mengharamkan. Sementara yg berhak mengharamkan adalah Allah SWT yg disampaikan melalui lisan Rosulnya, sementara fatwa manusia siapapun bisa ditolak fatwanya kecuali Rosulullah SAW (ini ucapan Imam Malik).
2.) Jadi sya pribadi yg jadi acuan adalah Al Qur’an dan Hadits, sementara pendapat Imam madzhab bisa dijadikan referensi selama tidak bertentangan dg hadits shahih. Betul para ulama juga sekaliber Imam Nawawi, Ibnu Rajab, Ibnu Hajar, dll mereka juga ikut bermadzhab kepada salah satu Imam Madzhab. dan sya pun dulu berprinsip seperti itu, namun saat ini sya tdk berprinsip lagi seperti itu, karena bertentangan dg hati nurani saya. Kalau anda berkeyakinan harus bermadzhab, itu silahkan saja. Kita pertanggungjawabkan masing2 nanti di hadapan Allah SWT. Tidak ada masalah bukan…???, yg penting saling toleransi, menjaga ukhuwah islamiyyah.
3) menurut hemat saya :
Imam Malik , imam Syafii, lahir lebih dahulu dari AHli hadits termasuk Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam AHmad, dll, sehingga potensi adanya hadits shahih yg belum/tidak digunakan oleh Imam Madzhab baik Hanafi , Maliki maupun Imam Syafii, itu tetap ada.
Para Imam Madzhab apakah salah jika tdk memakai hadits shahih dlm fatwanya…??
TIDAK SALAH, karena mereka jika salah pun akan tetap berpahala karena berijtihad.
Beda halnya dg zaman kita saat ini, kalau kita tidak mengikuti hadits shahih dan lebih mengutamakan Madzhab, maka sya pribadi merasa khawatir menyelisihi Rosulullah SAW.
4) Apakah pintu Ijtihad itu sudah tertutup…??? sya kira tidak demikian, Imam Ahmad pun merintah kita untuk menggali langsung dari sumbernya. Artinya kalau punya kapasitas dan kemampuan tidak ada yg salah untuk berijtihad, jadi dalam hal ini sya lebih sepakat dg ulama2 yg tdk bermadzhab. Tapi mereka lebih mengedepankan dalil yg terkuat (menurut sya ini ilmiah).
5) Mohon maaf sebelumnya…, kyai2 NU yg berijtihad melaksanakan peringatan kematian (tahlilan), barjanjian, yasinan malam jum’at, dll. Yang jadi pertanyaan besar buat saya adalah , kalau memang mengikuti Madzhab Syafii, ya harus utuh, total, jangan sepenggal sepenggal. Sya yakin Imam Syafii tdk pernah melakukan tahlilan, barjanjian, dan yasinan stiap malam jum’at itu. Nah hal ini kasusnya sama juga dengan ulama2 lainnya, yg berbeda dg Imam Syafii dalam masalah fikih, mereka pun berijtihad (menggali hukum & kapasitas keilmuannya memenuhi syarat—-> yg akhirnya disatu sisi sepakat dg Imam Syafii, namun disisi lainnya sepakat dg Imam Lainnya). Dan nanti di akhirat pun, sya yakin tidak akan ditanya bermadzhab apakah kita, namun yg akan ditanya pasti dalilnya(ilmunya) dari mana…??? , apakah sesuai dg Rosulullah SAW atau Tdk. Jadi Indikator agama Islam ini menurut hemat sya adalah AL Qur’an dan As-Sunnah (hadits), bukan madzhab.
6) Jadi sebenarnya ulama2 yg tidak bermadzhab, bukan berarti meninggalkan ke 4 madzhab tadi, tetapi mengambil dalil terkuat (Muhammadiyyah= Majlis Tarjihnya, begitu juga Fatwa Saudi Arabia, Mesir (ikhwanul Muslimin), dll. Islam ini lahir di Arab Saudi, secara logika Fatwa2 yg lebih kuat menurut hemat sya adalah Fatwa2 ulama disana (dari segi keilmuan pun sya kira tdk diragukan lagi)….. , Sementara fatwa di Indonesia ada yg bersesuaian dg disana dan ada yg tidak. (itu tdk masalah buat saya, silahkan pilih menurut keyakinan masing2).
Mudah2an ada manfaatnya, jika ad yg salah itu dr kejahilan sya, namun jika ada benarnya itu datang dari Allah SWT. Wallohu A’alam
Komentar sya thdp tulisan Anda:
Anda tidak bisa mencampur dua madzhab dalam satu waktu yang sama. Anda harus pindah madzhab dulu sebelum Anda menggunakan pendapat dalam madzhab tersebut. Karena dalam madzhab itu tidak hanya terdapat fiqh, tetapi juga ushul fiqh yang mengatur tata cara ijtihad. Walau pun empat madzhab menggunakan sumber yang sama dan dijalankan dalam Din yang sama, namun mereka punya system yang berbeda dalam ushul fiqh dan fiqh……….Taqlid, tanpa buta, adalah cara mudah bagi mereka yang belum cukup ilmunya. Orang yang pergi bertanya kpd imam madzhab itu bukan berarti awam. Banyak di antara mereka yang telah hafal ratusan ribu hadits. Setelah mendapat jawaban sang imam, ia pun mengikutinya, taqlid, bermadzhab.
>>>Pendapat yg melarang, mencampurkan 2 madzhab dalam waktu yg sama…, bagi yg meyakininya silahkan jalankan itu. Namun sya sepakat dg ulama2 yg tdk terikat madzhab, namun mereka merujuk ke al hadits yg dijadikan acuan.
>>>> Hadits Shahih itu tidak hanya dlm Kitab Shahih Bukhari dan Muslim, namun dalam kitab2 Imam Ahli Hadits yg lainnya pun banyak sekali.
>>>>>Ulama AHli hadits, seperti Syaikh AHmad As-Syakir, Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albany, dengan segenap kemampuan dan keilmuannya mereka juga berijtihad mengikuti Ulama2 lainnya seperti Imam Bukhari dll, untuk menyusun kitab Hadits , jadi sekarang ini, kalau sepakat maupun tdk sepakat dg mereka ya tdk masalah (terserah masing2).
KEDUSTAAN TERHADAP SYAIKH MUHAMMAD BIN ABDUL WAHHAB Rahimahullah
Tinjauan kritis dari Kitab Mutiara Cahaya Dalam Menolak paham Wahabi ( Durarus Saniyah Fir Raddi Alal Wahabiyyah karangan Ahmad Zaini Dahlan
Sudah menjadi sunnatullah bila dakwah tauhid dan para da’inya akan dimusuhi oleh para penentang. Alloh sudah tegaskan hal itu dalam firman-Nya:
Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan setan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Rabbmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan. (QS. al-An’am: 112). Lihat juga surat al-Furqan ayat 31.
Di antara para da’i tauhid, bahkan merupakan tokohnya adalah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab . Tidak ada yang mengingkarinya kecuali orangorang yang berkumpul dalam satu gerbong penentang dakwah tauhid, dakwah para nabi. Lantaran itu beliau mendapat rintangan dan permusuhan bahkan tuduhan dusta seperti yang dialami para nabi, terutama nabi kita Muhammad Shalallallahu alihi wa sallam .
Salah satu tokoh musuh dakwah ,tauhid ini adalah Ahmad Zaini Dahlan, penulis kitab di muka. Sejatinya, kesesatan dan kedustaan kitab ini sudah sangat jelas, bagaikan matahari di siang bolong. Masalahnya, kitab tersebut dijadikan rujukan dan disebarkan, sehingga masyarakat tertipu. Mungkin setali tiga uang dengan penyesatan yang dilakukan Amerika dan Barat dengan propaganda Islam identik dengan terorisme. Ambil contoh buku l’tiqad Ahlus Sunnah wal Jama’ah karya K.H. Siradjuddin Abbas, mulai hal. 309. Kyai ini menjadikan kitab diatas sebagai rujukan. Juga, buku Konsep Dasar Pengertian Ahlus Sunnah walJama’ah, Drs. K.H. Ach. Masduqi menjiplak tuduhan Siradjuddin Abbas. Terakhir, sebuah majalah Cahaya Nabawiy terbitan Ma’had Sunniyah Salafiyah Pasuruan, membuat judul yang hebat “Membongkar Kedok Wahabi”. Lagi-lagi rujukan yang dipakai adalah karya Dahlan seperti Fitnatul Wahhabiyyah, Daulah Utsmaniyyah, dan Khulashatul Kalam.
Kitab Dahlan tersebut telah diterjemahkan dengan judul Mutiara Bercahaya dalam Menolak Paham Wahabiterbitan PT. Garoeda Buana Indah Pasuruan.
Nampaknya terdapat benang merah antara para penentang itu yaitu mereka berada dalam satu grup yakni “NU / Tasawuf” . Dalam sejarahnya memang dikatakan, di antara motif yang melatari berdirinya organisasi NU/Tasawuf tersebut adalah untuk menghadang gerakan Wahabi.(2).
Ulasan berikut ini Iebih banyak menyoroti kedustaan kitab tersebut, karena apabila suatu kitab sarat dengan kedustaan otomatis jatuhlah nilai ilmiah dan kredibilitasnya dan serta merta tidak layak bahkan haram dijadikan referensi (3) Oleh karena itu pulalah Syaikh Muhammad Rasyid Ridha berkomentar, “Kitab (Dahlan) ini hanya berputar pada dua hal: kedustaan terhadap SyaikhMuhammad bin Abdul Wahhab dan kejahilan dengan menyalahkan Syaikh padahal beliau benar.”4
1) Menggunakan HaditsHadits Dhaif dan Palsu untuk Melegalkan Pendapatnva.
Kitab ini membahas banyak hal seperti ziarah kubur Rasulullah , tawassul dengan beliau, meminta syafa’at kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dan mencari berkah dengan orang-orang shalih. Permasalahan tersebut pernah dimuat beserta bantahan syubhatnya, jadi tidak perlu diulas lagi.(5) Namun sebagai bukti saya sebutkan beberapa hadits yang dipakai dan dinyatakan shahih oleh Dahlan.
“Siapa yang menziarahi kuburku maka wajib mendapatkan syafa’atku “.
“ Siapa yang menziarahiku setelah matiku seakan-akan dia menziarahiku pada masa hidupku.
Siapa yang berhaji ke Baitullah namun tidak menziarahiku maka sungguh di telah menyepelekanku”.
Hadits pertama dan kedua munkar sedangkan yang ketiga palsu. (Periksa Talkhis Habir 3/902- 903 al-Hafizh lbnu Hajar, ash Sharimu Muhki fir Raddi ‘alas Subki mulai hal. 20 al-Hafizh Muhammad bin Abdul Hadi Nailul Authar 5/107 108 Imam Syaukani Irwa ul GhaIil 4/333-341 no. 1127 dan Silsilah 3 Ahaditsi Dha’ifah no. 47, keduanya oleh Syaikh al-Albani, Shiyanatul lnsan mulai hal. 49 Syaikh Muhammad Basyir as-Sahsawani).
Selain itu membolehkan berdo’a dan istighatsah kepada selain Alloh, seperti kepada para nabi dan orang-orang shalih yang telah meninggal. Memuat cerita cerita batil dan menyeret dalil sesuai selera nafsunya.
2. Membuat Kedustaan atas Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab.
a. Dahlan mengatakan, “Yang nampak dan keadaan Muhammad bin Abdul Wahhab bahwasanya dia mengaku sebagai nabi.” (hal. 50).
b. Katanya pula, “Dia juga menyuruh wanita untuk mencukur rambut para wanita pengikutnya.” (hal. 54, lihat Hadzihi Mafahimuna, Syaikh Shalih Alu Syaikh, hal. 6)
c. Katanya pula, “Dia (Muhammad bin Abdul Wahhab) berkhutbah di masjid-masjid dan berkata dalam setiap khutbahnya, ‘Barangsiapa bertawassul dengan Nabi saw dia adalah kafir.” (hal 96, terjemah).
d. Katanya, “Sulaiman bin Abdul ; Wahhab yang berilmu banyak, saudara Muhammad bin Abdul Wahhab adalah orang yang selalu mengingkari dengan ingkar yang sangat terhadap apa yang dia kerjakan dan perintahkan…. Pada suatu hari Sulaiman bertanya kepadanya, “Wahai Muhammad bin Abdul Wahhab, berapakah rukun Islam itu?” Dia menjawab, “Lima.” Lalu Sulaiman berkata kepadanya, “Akan tetapi kamu menjadikannya enam, rukun Islam yang keenam itu menurutmu ialah barangsiapa yang tidak menganutmu maka dia bukan orang Islam.” (hal. 96, terjemah)
e.Katanya lagi, “Ada orang bertanya, ‘Wahai Muhammad bin Abdul Wahhab, apakah agama yang didatangkan ini muttashil (tersambung) atau muntashil (terputus)?’ Dia menjawab, ‘Bahkan para guruku dan guru-guru mereka hingga enam ratus tahun sebelumnya, semuanya adalah musyrik.’ Laki-laki tadi bertanya, ‘Lalu dari siapakah kamu mengambilnya?’ Dia menjawab, ‘Dan wahyu ilham seperti Khidhir.” (hal. 97, terjemah).
f. Ada seorang muadzin buta yang bersuara bagus mengucapkan shalawat di atas menara padahal telah dilarang, maka Iangsung diperintahkan untuk dibunuh. Kata Muhammad bin Abdul Wahhab, “Perempuan perempuan yang berzina di rumah pelacuran adalah lebih sedikit dosanya daripada para muadzin yang melakukan adzan di menara-menara dengan membaca shalawat atas nabi.” (hal. 99)
g. Guru-gurunya memiliki firasat bahwa pada din Muhammad bin Abdul Wahhab ada tanda-tanda menjadi seorang pencela agama dan penyesat. (hal. 102) .
h. Menggolongkan Wahabi ke dalam kelompok Khawarij dengan memanipulasi hadits-hadits tentang Khawarij, dan masih banyak lagi.
Membongkar Kedustaan
Betapa murahnya kedustaan itu sehingga Dahlan sangat berani mengobralnya. Tidak takutkah dia akan siksa neraka?! Alloh berfirman:
“ Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata. (QS. al-Ahzab: 58)
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam , bersabda:
“ Bagi orang yang mengklaim sesuatu harus mendatangkan bukti. (Shahih, HR. Baihaqi 10/252, dan asalnya terdapat pada Shahihain, dihasankan al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari)
Sekarang kita tanyakan kepada si penuduh ini, di kitab mana Syaikh mengatakan semua itu tadi, atau kapan ceramah itu terjadi dan siapa saksi anda?
ltulah sumber primer yang dapat dijadikan bukti, apakah tuduhan anda benar? Ternyata tidak ada referensi yang disebutkan. mi menandakan tuduhan anda dusta dan justru kalau disebutkan akan membongkar kedustaan anda yang parah ini. Sejatinya tanpa disebutkan pun sudah jelas sekali bagi orang yang diberi akal sehat dan hati yang bersih, bahwa tuduhan itu dusta. Mustahil Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab mengatakan itu, karena beliau dikenal luas sebagai da’i bahkan tokoh terdepan pendakwah tauhid di jazirah pada masanya tanpa ada yang memungkiri dan kalangan ulama yang shalih.
Tidakkah Dahlan membaca karya-karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab yang sudah dikenal? Padahal dia sendiri tinggal di Makkah?! Dan tidak ada satu pun karya beliau yang membenarkan tuduhan anda.
Dengan demikian, untuk membongkar kedustaan mi tidak perlu terlalu bersusah payah. Tanpa dibongkar saja sudah nampak jelas kedustaannya.
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab sendiri sudah tahu dan memahami benar tuduhan-tuduhan tersebut. Beliau hanya berucap, “ini kedustaan yang sangat besar.” ini dapat diketahui dan tulisan-tulisan beliau kepada para tokoh sezaman nya. OIeh karena Syaikh menjelaskan aqidahnya sekaligus membantah tuduhan dusta tadi.
Inilah risalah beliau kepada penduduk Qashim. Usai membaca basmalah beliau berkata,
“Aku mempersaksikan kepada Allah, para malaikat, dan kalian bahwa aku meyakini apa yang diyakini firqah najiyah (golongan yang selamat) Ahlus Sunnah wal Jama’ah— yaitu beriman kepada AIloh, para malaikat, kitab, para rasul-Nya, hari kebangkitan, dan takdir yang baik ataupun yang buruk. Termasuk iman kepada Alloh adalah mengimani sifat-sifat yang Alloh sifatkan pada Diri-Nya yang terdapat pada kitab-Nya dan yang disabdakan rasul-Nya tanpa mentahrif dan menta’thil. Bahkan aku meyakini kalau AlIoh tiada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya… Dan aku meyakini, aI-Qur’an adalah kalam AIloh, diturunkan bukan makhluk, dari-Nya berasal dan kepada-Nya akan kembali. Dia benar-benar berbicara dan menu runkan al-Qur’an ini kepada hamba, rasul, orang yang terpercaya mengemban wahyuNya, dan yang menjadi perantara antar-Nya dan para hamba-Nya. Hamba itu adalah nabi kita Muhammad… Aku meyakini semua yang dikhabarkan Nabi sesudah mati. Aku mengimani telaga nabi kita Muhammad… Aku mengimani syafa’at Nabi . Beliau adalah orang yang pertama kali memberi syafa’at dan yang diberi izin untuk memberi syafa’at. Tidak ada yang mengingkari syafa’at ini kecuali ahli bid’ah dan orang yang sesat. Tetapi syafa’at ml harus seizin dan ridha Alloh. Aku mengimani bahwa nabi kita Muhammad adalah nabi dan rasul terakhir. Tidak sah keimanan seseorang sehingga mengimani risalah dan kenabiannya. Orang yang paling utama setelah Nabi adalah Abu Bakar ash-Shiddiq , lalu Umar al-Faruq , Utsman pemilik dua cahaya, dan Ali bin Abi Thalib * .
Aku tidak mempersaksikañ bagi seseorang masuk surga atau neraka kecuali telah dipersaksikan oleh Rasulullah . Aku tidak mengkafirkan seorang muslim pun karena dosanya dan aku keluarkan dan lingkup Islam… lnilah aqidah ringkas yang kupàparkan, karena pikiranku sedang sibuk, agar kalian dapat mengetahui apa yang ada pada diriku. Dan Alloh adalah saksi atas apa yang aku katakan.
Kemudian tidak samar bagi kalian, aku telah mendengar bahwa risalah Sulaiman bin Suhaim telah sampai kepada kalian. Sebagian orang yang mengaku memiliki ilmu di antara kalian telah membenarkan omongannya. Dan Alloh mengetahui orang tersebut telah banyak membuat-buat kedustaan atasku yang aku tidak mengatakannya dan kebanyakanya tidak terlintas sama sekali di pikiranku.
Di antara kedustaan itu, Aku dikatakan membuang kitab-kitab madzhab empat, aku mengatakan, manusia sejak enam ratus tahun tidak berada dalam suatu agama, aku mengklaim ijtihad, aku keluar dan taqlid, perbedaan pendapat di kalangan ulama adalah bencana, aku mengkafirkan orang yang bertawassul dengan orang-orang shalih, aku mengkafirkan Bushiri karena mengucapkan, ‘Wahai makhluk paling mulia…’, aku mengatakan, kalau aku mampu menghancurkan kubah yang ada di atas kubur Rasulullah niscaya aku hancurkan, andaikan aku memiliki kekuatan tentu tiang-tiang Ka’bah aku ganti dengan kayu, aku haramkan ziarah kubur Nabi, aku ingkari ziarah kubur orang tua, aku kafirkan orang bersumpah dengan selain Alloh, aku kafirkan lbnul Faridh dan lbnu Arabi, aku bakar kitab Dala’il Khairat dan Raudhu Riyahiin, dan aku ganti nàmañya menjadi Raudhusy Syayathiin.
Jawabku atas semua tuduhan tadi adalah Maha Suci Engkau Ya Alloh, ini adalah kedustaan yang besar. Dulu Muhammad juga dituduh mencela isa bin Mayam dan orang-orang shalih. Hati mereka penuh dengan membuat buat dusta dan ucapan dusta.”6
Tentang bantahan dan saudara Muhammad bin Abdul Wahhab sendiri, yaitu Syaikh Sulaiman bin Abdul Wahhab, kita katakan, “Apakah setiap orang yang menentang saudaranya lantas dia berada di atas kebenaran? Lalu sejak kapan Sulaiman ini dikenal sebagai orang yang kredibel Sehingga dijadikan hujjah, bukan Muhammad bin Abdul Wahhab? Kalau begitu, penyeilisihan Abu Jahal dan Abu Lahab terhadap Nabi , merupakan hujjah kebenaran dan beliau yang salah. Hujjah itu adalah bila pemikiran Syaikh Muhammad ini dicocokkan dengan aIQur’an dan Sunnah.”7
Terlebih Syaikh Sulaiman ini menyadari kesalahannya dan kembali kepada kebenaran sebagai nampak pada risalahnya kepada Hamd bin Muhammad atTuwaijiri dan Ahmad bin Muhammad, keduanya anak Utsman bin Syabanah.8
Syaikh Dahlan mengatakan kalau Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab termasuk Khawarij yang telah diperingatkan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam , dalam hadits haditsnya. Dikarenakan pada hadits-hadits tersebut terdapat kata “Najd”, fitnah muncul dan timur, dan semacamnya.
Di antara hadits yang disebutkan yaitu:
Ya Alloh berkahilah Syam kami, Ya Alloh berkahilah Yaman kami. Para sahabat berkata, “Wahal Rasulullah, dan Najd kami. “Jawab beiiau, “Ya Alloh berkahilah Syam kami, Ya Alloh berkahilah Yaman kami.” Pada kali yang ketiga beliau bersabda, “Di sana terjadi kegoncangan dan fitnah dan di sana akan muncul tanduk setan.”
Lantas bagaimana penjelasan para ulama tentang hadits-hadits tersebut?
AI-Khathabi berkata, “Najd adalah arah timur, siapa yang ada di Madinah maka najd-nya adalah lembah Iraq dan daerah sekitarnya. ituiah arah timur Madinah. Asal makna kata najd adalah tanah yang meninggi. Berbeda dengan ghaur yaitu tanah yang rendah. Tihamah semuanya termasuk ghaur dan Makkah termasuk Tihamah.” Kata al-. Hafizh, “Semua tempat yang lebih tinggi dan sampingnya disebut najd dan yang rendah disebut ghaur.” Kata ai-Hafizh ibnu Hajar, “Dengan begitu diketahui kesalahan ad-Dawudi yang mengatakan, Najd itu daerah khusus. Tidak demikian, bahkan semua tempat yang Iebih tinggi dan sekitarnya dinamakan najd dan yang rendah dinamakan ghaur.” (Fathul Bari 14/ 546-547)
Pada bab Qatlu Khawarij (pembunuhan terhadap Khawárij).
aI-Hafizh menjelaskan bahwa Khawarij yang menentang Ali dan Mu’awiyah itu menetap di suatu tempat namanya di Harura’ dan di Nahrawan. (Fathul Ban 14/287- 295).
Pada akhir kitab Tauhid, setelah sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam “Akan muncul orang-orang dan arah timur’, alHafizh berkata, “Telah berlalu pada kitab Fitan bahwa mereka adalah Khawarij, penjelasan sebab kemunculan mereka, dan apa yang ada pada mereka. Tempat awal munculnya di Iraq. Dilihat dan Makkah tempat itu berada di wilayah timur.” (Fathul Bari 15/520 cet. Darul Fikr)
Imam Bukhari rohimahullah menuturkan, Basyir bin Umar bertanya kepada Sahi bin Hanif, “Apakah engkau mendengar Nabi Shallallahu alaihi wa sallam mengatakan tentang Khawarij?” Jawabnya, “Aku mendengar beliau mengatakannya sambil mengisyaratkan tangannya ke arah Iraq. Dan sana akan muncul suatu kaum yang membaca aI-Qur’an tetapi tidak melewati tenggorokan mereka. Mereka keluar dan agama bagaikan anak panah yang menembus sasaran.” (no. 6934)
Dan keterangan tadi jelas bahwa arah timur dan Najd yang dimaksud adalah Najd Iraq bukan Najd Saudi, seperti dituduhkan Dahlan. Nampak sekali kalau Syaikh Dahlan menafsirkan hadits sesuai selera hawa nafsunya.
Tidak cukup sampai di situ, diajuga berani membawakan suatu hadits walaupun tidak mengetahui siapa mukharrijnya (yang meriwayatkannya). (hal. 120).
Pengakuan Para Ulama
Banyak sekali ulama yang menyetujui dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan memuji beliau, di antaranya:
1. al-Aliamah Muhammad bin Ismail al-Amir ash-Shan’ani, pengarang kitab Subulus Salam. Beliau memuji Syaikh Muhammad dengan lantunan bait syair. Syair itu diawali dengan:
Salamku kepada orang Najd
dan penduduk Najd
Kendatipun salamku dan jauh tidak berguna
2. Syaikh Muhammad bin Ahmad alHit zhi, dalam bentuk syair.
3. Ai-Allamah Muhammad bin Ali asy-Syaukani, pengarang Nailul Authar, dalam bentuk syair.
4.Syaikh Husain bin Ghanam, ulama Ahsa’ pemilik kitab Raudhatul Afkar wal Atham.
5. Syaikh ‘lmran bin Au bin Ridhwan, dari Persia.
6.Al-Aliamah Sayyid Mahmud Syukri al-Alusi, ulama Iraq. Kata beliau, “Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan keluarga ilmu di Najd. Bapak beliau Syaikh Abdul Wahhab adalah orang alim dan faqih dalam madzhab Imam Ahmad. Kakek beliau juga orang alim dan faqih. Tetapi Syaikh Muhammad tidak mengikuti metode bapak dan kakeknya karena beliau sangat fanatik kepada sunnah dan banyak mengingkari para ulama yang menyelisihi kebenaran. Alhasil, beliau termasuk ulama yang memerintahkan kebaikan dan melarang kemunkaran.”
7. Amir Syakib Arselan dalam suatu kitabnya Tarikh Najd al-Hadits.
8. Syaikh Muhammad Hamid Fiqi,
ketua Jama’ah Ansharus Sunnah al Muhammadiyah Mesir, ulama alAzhar Mesir, dalam kitab Atsarud Dakwah al-Wahhabiyyah.
9.Sayyid Muhammad Rasyid Ridha.
10. SyaikhAz-Zirkili dalam kitab al. A’lamjuz 7.
11. dan masih banyak lagi. (Lihat kitab Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, Aqidatuhu. as-Salafiyyah wa Da’watuhu al-ishlahiyyah wa Tsana’u Ulama ‘alaihi, Syaikh Ahmad bin Hajar bin MuhammadAlu Abu Buthami, Hakim Mahkamah Syar’iyah di Qathar, Emirat Arab, mulai hal. 80)
Syaikh ibnu Baz Rohimahullah ketika ditanya tentang orang yang membuat kedustaan terhadap Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, menjawab, “ini termasuk kejahilan orang yang jahil. Orang-orang yang memusuhi Syaikh ada dua macam.
Pertama, kelompok yang berada dalam kesyirikan. Mereka memusuhi Syaikh kerena ingin kembali ke dalam kesyirikan. Sebab Syaikh menyerukan kepada tauhid sedangkan mereka orang-orang musyrik yang sesat.
Kedua, orang-orang jahil yang tertipu juru dakwah kebatilan. Orang-orang jahil tersebut taqklid kepada orang jahil pula atau orang-orang yang dengki. Orang-orang musyrik memusuhi para rasul dan memerangi dakwah para rasul karena kejahilan dan kesesatan. Sebagian kelompok memusuhi para rasul dan risalah mereka karena kedengkian, keingkaran dan menuruti hawa nafsu. Kita memohon keselamatan kepada Allah dan hal itu. (Fatawa Syaikh ibnu Baz, 9/234).
Kesimpulannya, dalam kitab in Syaikh Dahlan memutarbalikkan fakta. Semua ini didasari kaidah kaidah kejahilan terhadap dakwah Wahhabiyah, bahkan kejahilan terhadap dakwah Sunniyah Salafiyyah.
Dia membolehkan do’a kepada selain Alloh, seperti para nabi dan orang-orang shalih yang telah mati. Boieh beristighatsah kepada mereka, bepergian menuju kubur
mereka dan berdo’a disisinya serta memohon kebutuhan kepada mereka. Kitab ini sarat dengan cerita cerita batil, berupa hikayat, syiar syair dan mimpi. Menggunakan dalil dalil yang shahih bukan pada tempatnya.(9)
Termasuk kelompok yang sengit memusuhi dakwah salafiyah adalah Hizbut Tahrir. Mereka menyebarkan tuduhan dusta kepada dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dengan menyebutkan kitab-kitab yang membantah dan mencela dakwah beliau. Mengapa saya katakan tuduhan mereka dusta, karena isi kitab yang mereka sebutkan sarat dengan kedustaan yang direkayasa. Perlu diketahui, firqah ini sejak didirikannya memang sangat memusuhi dakwah salafiyah. Namun yang sangat disesalkan, mengapa harus dengan kedustaañ. Mengapa tidak menempuh cara yang elegan, dialog secara ilmiah.
Taruhlah mereka tidak mengetahui isi kitab-kitab yang mereka cantumkan, jelas ini adalah musibah. Namun bagaimana mungkin mereka tidak mengetahui sedangkan selebaran itu berjudul “Kitab-Kitab Yang Membantah Dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab.” Sebenarnya mereka mengetahui kandungan kitab-kitab tersebut hanya saja karena mendukung dakwah mereka maka dijadikan sebagai amunisi untuk menyerang dakwah salafiyah ini. Tepat mengenai sasaran atau tidak itu urusan belakang. Benarlah apa yang dikatakan seorang penyair:
“ Jika kamu tidak mengetahul maka itu adalah musibah Tetapi jika kamu mengetahui maka musibahnya lebih dahsyat.”
Foot Note :
1. “Nama “Wahhabiyyah” itu salah karena nama beliau adalah Muhammad bin Abdul Wahhab. Semestinya nannya adalah “Muhammadiyyah. Dan sini nampak, penyandaran nama itu hanya untuk menakut-nakuti masyarakat dan dakwah tauhid, dakwah salaf, dakwah para nabi, dan membuat mereka benci kepada dakwah haq itu. Lihat kitab Manhaj Firqatin Najiyah, Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu, hal. 45.
(2) Lihat buku Pertumbuhan dan Perkembangan Nahdhatul Ulama, hal. 15-56, Chairul Anam, Jatayu, Sala.
(3) Kitab Dahlan ini sudah banyak dibantah para ulama, di antaranya Syaikh Muhammad Basyir as-Sahsawani al-Hindi, ahli hadits India dalam kitab Shiyanatul Insan ‘an Waswastisy Syaikh Dahlan (Penjagaan Manusia dan Bisikan Syaikh Dahlan). Syaikh Shalih bin Muhammad asy-Syitri dalam kitab Ta’yiidul Malikil Mannaan fi Naqdhi Dhalalati Dahlan (Pertolongan Malik dan al-Mannaan (AlIoh Yang Maha Menguasai dan Maha Memberi) untuk membatalkan kesesatan Dahlan), SyaikhAhmad bin Ibrahim dalam kitab ar-Raddu ‘ala Ma Ja’a fi Khulashatil Kalam minat Tha’ni ‘ala! Wahhabiyyah wal iftira ‘I Dahlan. (Lihat Kutubun Hadzdzdara minha al-Ulama, Syaikh Masyhur Hasan Salman, 1/251-252)
(4) Muqaddimah beliau pada kitab Shiyanatul Insan, hal. 1 2.
(5) Periksa MajalahAL FURQON Edisi 3, 4, 10, 11 Tahun II 3,8 Tahun III 5, 8 Tahun IV.
(6) Lihat Durarus Sariyyah 1/28-31 dengan diringkas, seperti termuat dalam Tashhth Khatha’TarikhiHaulal Wahhabiyyah, DR.Muhammad Sad asy-Syuwai’i hal. 107-111.
(7) Lihat Mausu’atuAhijSunnah, SyaikhAbdur Rahman ad-Dimasyqiyah, hal. 1221.
(8) Seperti dituturkan Sykh Abul Lathif bin Abdur Rahman dalam Mishbahuzh Zhulam hal. 104-108, lihat juga Shiyanatul Insan, mulal hal.461.
(9) Kutubun Hadzdzdara minha al-Ulama, Syaikh Masyhur Hasan Salman, 1/251.