Persamaan kaum Wahabi dengan kaum Syiah
Salah satu kesamaan antara kaum Syiah (mereka yang mengaku-aku mencintai ahlul bait) dan Wahhabi (mereka yang mengaku-aku Salafy dan ada diantara mereka bahkan membenci para ulama yang sholeh dari kalangan ahlul bait) adalah sama-sama korban hasutan atau ghazwul fikri (perang pemahaman) dari kaum Yahudi yang sekarang dinamakan kaum Zionis Yahudi atau freemason, iluminati, lucifier dan nama lainnya yang menyebarluaskan paham paganisme berkitabkan talmud yakni satu kepercayaan yang berasal dari sistem kepercayaan kuno Kabbalah yang berasal dari iblis..
Allah ta’ala berfirman yang artinya,
“Dan setelah datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah yang membenarkan apa (kitab) yang ada pada mereka, sebahagian dari orang-orang yang diberi kitab (Taurat) melemparkan kitab Allah ke belakang (punggung)nya, seolah-olah mereka tidak mengetahui (bahwa itu adalah kitab Allah).” (QS Al Baqarah [2]: 101 )
“Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir).” (QS Al Baqarah [2]:102 )
Oleh karena mereka termakan hasutan atau ghazwul fikri (perang pemahaman) dari kaum Zionis Yahudi sehingga mereka menjadi “dua seteru abadi”
Majalah Dakwah Islam “Cahaya Nabawiy” Edisi no 101, Januari 2012 memuat topik utama berjudul “SYIAH-WAHABI: Dua seteru abadi” ,
Berikut sedikit kutipannya,
**** awal kutipan ****
“Sebenarnya ada fakta lain yang luput dari pemberitaan media dalam tragedi itu.
Peristiwa itu bermula dari tertangkapnya mata-mata utusan Darul Hadits oleh orang-orang suku Hutsi yang menganut Syiah. Selama beberapa lama Darul Hadits memang mengirim mata-mata untuk mengamati kesaharian warga Syiah. Suku Hutsi merasa kehormatan mereka terusik dengan keberadaan mata-mata ini.
Kehormatan adalah masalah besar bagi suku-suku di Jazirah Arab. Tak ayal, suku Hutsi pun menyerbu Darul Hadits sebagai ungkapan amarah mereka.
Selama beberapa hari Darul Hadits dikepung orang-orang Hutsi yang kebanyakan tergabung dalam milisi pemberontak
Dua warga Indonesia tewas dalam baku tembak, sementara yang lainnya bersembunyi di kampus. Anehnya, meskipun beberapa kali dibujuk , para mahasiswa tetap tak mau dievakuasi pihak kedutaan. Mereka berdalih bahwa diri mereka sedang berjihad melawan musuh. Doktrin yang ditanamkan kepada mahasiswa Darul Hadits cukup, sangar yakni, “Jihad terhadap syiah rafidah al-Houtsi”
***** akhir kutipan *****
Ironis sekali , kedua sekte masing-masing merasa berjihad dan memerangi sesama manusia yang telah bersyahadat.
Kedua-duanya sama-sama korban hasutan atau korban ghazwul fikri (perang pemahaman) dari kaum Zionis Yahudi namun menjadi dua kaum yang bertentangan agar mereka berseteru yakni yang satu mengaku-aku mencintai ahlul bait dan yang satu ada yang membenci ahlul bait
Imam Syaidina Ali ra bertanya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, “Wahai Rasulullah! Apakah ciri-ciri mereka?” Baginda shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Mereka menyanjungimu dengan sesuatu yang tidak ada padamu”.
Di riwayatkan oleh Imam al-Dar Qutni dari Sayyidina ‘Ali bin Abi Thalib Karamallahu wajhu, beliau berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tentang ciri-ciri mereka, lalu Baginda shallallahu alaihi wasallam bersabda:
ينتحلون حب أهل البيت وليسوا كذلك وعلامة ذلك أنهم يسبون أبا بكر وعمر
“Mereka seolah-olah mencintai ahlul bait (keluarga Nabi), padahal mereka tidak sedemikian dan tandanya ialah mereka mencaci Abu Bakar dan ‘ Umar”
Sedangkan kaum Wahhabi yang menjadi korban hasutan atau korban ghazwul fikri (perang pemahaman) dari kaum Zionis Yahudi sehingga mereka tidak dapat membedakan antara kaum Syiah yang mengaku-aku mencintai Ahlul Bait dengan para ulama yang sholeh dari kalangan Ahlul Bait, keturunan cucu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
Imam at Tirmidzi dan Imam ath Thabrani meriwayatkan sebuah hadits dari Ibnu Abbas ra., ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Cintailah Allah agar kalian memperoleh sebagian nikmat-Nya, cintailah aku agar kalian memperoleh cinta Allah, dan cintailah keluargaku (ahlul baitku) agar kalian memperoleh cintaku.”
Imam Syafi’i ~rahimahullah bersyair, “Wahai Ahlul-Bait Rasulallah, mencintai kalian adalah kewajiban dari Allah diturunkan dalam al-Quran cukuplah bukti betapa tinggi martabat kalian tiada sholat tanpa shalawat bagi kalian.”
Syair Beliau yang lain “Jika sekiranya disebabkan kecintaan kepada keluarga Rasulallah shallallahu alaihi wasallam maka aku dituduh Rafidhi (Syi’ah). Maka saksikanlah jin dan manusia, bahwa sesungguhnya aku adalah Rafidhi.”
Maksud perkataan Imam Syafi’i ~rahimahullah , jika mencintai keturunan cucu Rasulullah disebut Rafidhi maka beliau rela disebut Rafidhi walaupun kita paham bahwa pemahaman syiah rafidhi telah menyelisihi pemahaman Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
Mereka yang telah menjadi korban hasutan atau korban ghazwul fikri (perang pemahaman) dari kaum Zionis Yahudi sehingga mereka tidak mau berupaya mengenal dengan dekat sosok-sosok seperti, Sayyidina Husain bin Ali ra, Al Imam Ali Zaenal Abidin ra, Al Imam Muhammad al Baqir ra, Al Imam Ja’far Shadiq ra, Al Imam Ali ar Ridha ra , Al Imam Ahmad al Muhajir ra, Al Imam Syaikh Abdul Qadir Jaelani ra. dan lain lain.
Mereka tidak dapat membedakan antara kaum Syiah yang mengaku-aku mencintai dan mengikuti Ahlul Bait dengan para ulama yang sholeh dari kalangan Habib atau Ahlul Bait, keturunan cucu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
Silahkan telusurilah melalui apa yang disampaikan oleh Al Imam Al Haddad dan yang setingkat dengannya, sampai ke Al Imam Umar bin Abdurrahman Al Attos dan yang setingkat dengannya, sampai ke Asy’syeh Abubakar bin Salim, kemudian Al Imam Syihabuddin, kemudian Al Imam Al Aidrus dan Syeh Ali bin Abibakar, kemudian Al Imam Asseggaf dan orang orang yang setingkat mereka dan yang diatas mereka, sampai keguru besar Al Fagih Almuqoddam Muhammad bin Ali Ba’alawi Syaikhutthoriqoh dan orang orang yang setingkat dengannya, sampai ke Imam Al Muhajir Ilallah Ahmad bin Isa dan orang orang yang setingkat dengannya.
Sejak abad 7 H di Hadramaut (Yaman), dengan keluasan ilmu, akhlak yang lembut, dan keberanian, Imam Ahmad Al Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali Al Uraidhi bin Ja’far Ash Shodiq bin Muhammad Al Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Husain ra beliau berhasil mengajak para pengikut Khawarij untuk menganut madzhab Syafi’i dalam fiqih , Ahlus Sunnah wal jama’ah dalam akidah (i’tiqod) mengikuti Imam Asy’ari (bermazhab Imam Syafi’i) dan Imam Maturidi (bermazhab Imam Hanafi) serta tentang akhlak atau tentang ihsan mengikuti ulama-ulama tasawuf yang mutakbaroh dan bermazhab dengan Imam Mazhab yang empat.
Di Hadramaut kini, akidah dan madzhab Imam Al Muhajir yang adalah Sunni Syafi’i, terus berkembang sampai sekarang, dan Hadramaut menjadi kiblat kaum sunni yang “ideal” karena kemutawatiran sanad serta kemurnian agama dan aqidahnya.
Dari Hadramaut (Yaman), anak cucu Imam Al Muhajir menjadi pelopor dakwah Islam sampai ke “ufuk Timur”, seperti di daratan India, kepulauan Melayu dan Indonesia. Mereka rela berdakwah dengan memainkan wayang mengenalkan kalimat syahadah , mereka berjuang dan berdakwah dengan kelembutan tanpa senjata , tanpa kekerasan, tanpa pasukan , tetapi mereka datang dengan kedamaian dan kebaikan. Juga ada yang ke daerah Afrika seperti Ethopia, sampai kepulauan Madagaskar. Dalam berdakwah, mereka tidak pernah bergeser dari asas keyakinannya yang berdasar Al Qur’an, As Sunnah, Ijma dan Qiyas
Prof.Dr.H. Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA) dalam majalah tengah bulanan “Panji Masyarakat” No.169/ tahun ke XV11 15 februari 1975 (4 Shafar 1395 H) halaman 37-38 menjelaskan bahwa pengajaran agama Islam di negeri kita diajarkan langsung oleh para ulama keturunan cucu Rasulullah seperti Syarif Hidayatullah atau yang dikenal dengan Sunan Gunung Jati. Berikut kutipan penjelasan Buya Hamka
***** awal kutipan ****
“Rasulallah shallallahu alaihi wasallam mempunyai empat anak-anak lelaki yang semuanya wafat waktu kecil dan mempunyai empat anak wanita. Dari empat anak wanita ini hanya satu saja yaitu (Siti) Fathimah yang memberikan beliau shallallahu alaihi wasallam dua cucu lelaki dari perkawinannya dengan Ali bin Abi Thalib. Dua anak ini bernama Al-Hasan dan Al-Husain dan keturunan dari dua anak ini disebut orang Sayyid jamaknya ialah Sadat. Sebab Nabi sendiri mengatakan, ‘kedua anakku ini menjadi Sayyid (Tuan) dari pemuda-pemuda di Syurga’. Dan sebagian negeri lainnya memanggil keturunan Al-Hasan dan Al-Husain Syarif yang berarti orang mulia dan jamaknya adalah Asyraf.
Sejak zaman kebesaran Aceh telah banyak keturunan Al-Hasan dan Al-Husain itu datang ketanah air kita ini. Sejak dari semenanjung Tanah Melayu, kepulauan Indonesia dan Pilipina. Harus diakui banyak jasa mereka dalam penyebaran Islam diseluruh Nusantara ini. Diantaranya Penyebar Islam dan pembangunan kerajaan Banten dan Cirebon adalah Syarif Hidayatullah yang diperanakkan di Aceh. Syarif kebungsuan tercatat sebagai penyebar Islam ke Mindanao dan Sulu. Yang pernah jadi raja di Aceh adalah bangsa Sayid dari keluarga Jamalullail, di Pontianak pernah diperintah bangsa Sayyid Al-Qadri. Di Siak oleh keluaga Sayyid bin Syahab, Perlis (Malaysia) dirajai oleh bangsa Sayyid Jamalullail. Yang dipertuan Agung 111 Malaysia Sayyid Putera adalah Raja Perlis. Gubernur Serawak yang ketiga, Tun Tuanku Haji Bujang dari keluarga Alaydrus.
Kedudukan mereka dinegeri ini yang turun temurun menyebabkan mereka telah menjadi anak negeri dimana mereka berdiam. Kebanyakan mereka jadi Ulama. Mereka datang dari hadramaut dari keturunan Isa Al-Muhajir dan Fagih Al-Muqaddam. Yang banyak kita kenal dinegeri kita yaitu keluarga Alatas, Assegaf, Alkaff, Bafaqih, Balfaqih, Alaydrus, bin Syekh Abubakar, Alhabsyi, Alhaddad, Al Jufri, Albar, Almusawa, bin Smith, bin Syahab, bin Yahya …..dan seterusnya.
Yang terbanyak dari mereka adalah keturunan dari Al-Husain dari Hadramaut (Yaman selatan), ada juga yang keturunan Al-Hasan yang datang dari Hejaz, keturunan syarif-syarif Makkah Abi Numay, tetapi tidak sebanyak dari Hadramaut. Selain dipanggil Tuan Sayid mereka juga dipanggil Habib. Mereka ini telah tersebar didunia. Di negeri-negeri besar seperti Mesir, Baqdad, Syam dan lain-lain mereka adakan NAQIB, yaitu yang bertugas mencatat dan mendaftarkan keturunan-keturunan Sadat tersebut. Disaat sekarang umum- nya mencapai 36-37-38 silsilah sampai kepada Sayyidina Ali bin Abi Thalib dan Sayyidati Fathimah Az-Zahra ra.
****** akhir kutipan ******
Persamaan yang lain antara kaum Syiah dan kaum Wahhabi adalah oleh karena mereka termakan hasutan atau ghazwul fikri (perang pemahaman) dari kaum Zionis Yahudi sehingga mereka berkeyakinan bahwa pintu ijtihad masih terbuka luas walaupun mereka tidak sampai berkompetensi sebagai Imam Mujtahid Mutlak.
Hal serupa terjadi pada mereka yang juga menjadi korban hasutan atau ghazwul fikri (perang pemahaman) dari kaum Zionis Yahudi yakni mereka yang menyebarluaskan paham liberalisme dan mereka bebas berijtihad terhadap Al Qur’an dan Hadits sesuai kebebasan yang mereka inginkan.
Mereka memahami Al Qur’an dan Hadits dengan makna dzahir/harfiah/tertulis/tersurat atau dengan metodologi “terjemahannya saja” yang bersandarkan arti bahasa (lughot) dan isitilah (terminologi) saja
Kompetensi untuk menggali sendiri dari Al Qur’an dan As Sunnah adalah
a. Mengetahui dan menguasai bahasa arab sedalam-dalamnya, karena al-Quran dan as-sunnah diturunkan Allah dan disampaikan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam bahasa Arab yang fushahah dan balaghah yang bermutu tinggi, pengertiannya luas dan dalam, mengandung hukum yang harus diterima. Yang perlu diketahui dan dikuasainya bukan hanya arti bahasa tetapi juga ilmu-ilmu yang bersangkutan dengan bahasa arab itu seumpama nahwu, sharaf, balaghah (ma’ani, bayan dan badi’).
b. Mengetahui dan menguasai ilmu ushul fiqh, sebab kalau tidak, bagaimana mungkin menggali hukum secara baik dan benar dari al-Quran dan as-Sunnah padahal tidak menguasai sifat lafad-lafad dalam al-Quran dan as-Sunnah itu yang beraneka ragam seperti ada lafadz nash, ada lafadz dlahir, ada lafadz mijmal, ada lafadz bayan, ada lafadz muawwal, ada yang umum, ada yang khusus, ada yang mutlaq, ada yang muqoyyad, ada majaz, ada lafadz kinayah selain lafadz hakikat. Semua itu masing-masing mempengaruhi hukum-hukum yang terkandung di dalamnya.
c. Mengetahui dan menguasai dalil ‘aqli penyelaras dalil naqli terutama dalam masalah-masalah yaqiniyah qath’iyah.
d. Mengetahui yang nasikh dan yang mansukh dan mengetahui asbab an-nuzul dan asbab al-wurud, mengetahui yang mutawatir dan yang ahad, baik dalam al-Quran maupun dalam as-Sunnah. Mengetahui yang sahih dan yang lainnya dan mengetahui para rawi as-Sunnah.
e. Mengetahui ilmu-ilmu yang lainnya yang berhubungan dengan tata cara menggali hukum dari al-Quran dan as-Sunnah.
Contohnya kaum Wahabi, apa yang mereka anggap sebagai dosa pun adalah berdasarkan pemahaman mereka dengan akal pikiran mereka sendiri. Apakah pemahaman mereka pasti benar ?
Mereka katakan bahwa apa yang mereka pahami berdasarkan Al Qur’an dan Hadits yang shohih. Lalu apakah pemahaman mereka pasti shohih atau pasti benar juga?
Contohnya apa yang mereka pahami sebagai bid’ah dholalah adalah karena mereka memahami hadits “Kullu bid’atin dholalah” tidak menggunakan alat bahasa seperti nahwu, shorof, balaghoh.
Mereka juga ada termakan hasutan atau korban ghazwul fikri (perang pemahaman) dari kaum Zionis Yahudi sehingga melarang suatu perbuatan di luar perkara syariat (di luar dari apa yang telah disyariatkanNya) dengan mempergunakan kaidah yang berbunyi “Lau Kaana Khairan Lasabaquuna ilaihi” dan dimaknakan sebagai “seandainya hal itu baik, tentu mereka, para sahabat akan mendahului kita dalam melakukannya”
Mereka telah membuat suatu larangan yang tidak pernah dilarang oleh Allah Azza wa Jalla dan tidak pernah pula disampaikan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam karena kaidah tersebut bukan firmanNya dan bukan pula perkataan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
Kaidah tersebut ada yang mirip dengan firmanNya namun merupakan perkataan orang-orang kafir
waqaala alladziina kafaruu lilladziina aamanuu lau kaana khairan maa sabaquunaa ilaihi wa-idz lam yahtaduu bihi fasayaquuluuna haadzaa ifkun qadiimun,
“Dan orang-orang kafir berkata kepada orang-orang yang beriman: “Kalau sekiranya di (Al-Qur’an) adalah suatu yang baik, tentulah mereka tiada mendahului kami (beriman) kepadanya. Dan karena mereka tidak mendapat petunjuk dengannya maka mereka akan berkata: “Ini adalah dusta yang lama”. (QS al Ahqaaf [46]:11 ).
Ayat Al Ahqaaf [46]:11 tentang orang-orang kafir meremehkan orang-orang yang beriman yakni Bilal, ‘Ammar, Shuhaib, dan Khabbab serta orang-orang yang serupa dengan mereka dari kalangan kaum lemah, para budak dan hamba sahaya, karena mereka (orang-orang kafir) berkeyakinan bahwa mereka mempunyai kedudukan terhormat
Qutadah mengatakan bahwa ayat Al Ahqaaf [46]:11 diturunkan berkenaan dengan sejumlah orang musyrikin (kafir) yang suatu ketika berkata, “Kami yang paling mulia, perkasa, dan terhormat. Jika terdapat kebaikan dalam Al-Qur’an / Islam, tentulah kami yang pertama kali masuk Islam (Diriwayatkan Ibnu Jarir)
Secara umum QS Al-Ahqaaf [46]:11 itu menyampaikan bahwa orang-orang kafir meremehkan, bahwa jika beriman pada Al-Qur’an itu mendatangkan kebaikan tentu derajat atau kedudukan Bilal, ‘Ammar, Shuhaib dll akan sebaik mereka.
Perkataan “Lau Kaana Khairan Lasabaquunaa ilaihi” memang ada dalam kitab Ibnu Katsir pada tafsir (QS al Ahqaaf [46]:11) namun perlu ada penyelidikan lebih lanjut kehadiran perkataan tersebut karena perkataan “Lau Kaana Khairan Lasabaquunaa ilaihi” sebagaimana yang diartikan oleh mereka tidak ada kaitannya dengan ayat yang ditafsir.
Ayat tersebut justru menjelaskan bahwa para Sahabat “melakukannya” sedangkan orang kafir tidak “melakukannya”.
Para Sahabat “mengamalkannya” sedangkan orang kafir tidak “mengamalkannya”
Para Sahabat beriman pada Al Qur’an sedangkan orang kafir tidak beriman pada Al Qur’an
Dari susunan kata “Lau Kaana Khairan Lasabaquuna ilaihi” tak ada satupun yang dapat diartikan sebagai “para Sahabat”. Uraian selengkapnya dapat dibaca dalam tulisan pada https://mutiarazuhud.wordpress.com/2012/04/19/penetapan-perkara-baru/
Contohnya cobalah tanyakan kepada anak kecil yang sudah akil baligh dan sudah belajar agama dengan para ulama yang sholeh yang mengikuti Imam Mazhab yang empat , apakah seseorang yang membiasakan membaca surah Yasin setiap malam Jum’at justru akan masuk neraka ?
Wassalam
Zon di Jonggol, Kabupaten Bogor 16830
Alhamdulillah tulisan yang bagus…. cuma yang kurang pas dalam menyinggu ijtihad yang seakan tidak boleh. Kenapa manusia suka melarang apa yang dibolehkan Alloh…. Kiteika syarat2 itjihad terpenuhi, kenapa harus dilarang..
Mas Ali Ashari, apakah memang berkompetensi untuk melakukan ijtihad dan istinbat ?
Apakah cukup sumber untuk melakukan ijtihad dan istinbat ?
Perlu kita ingat bahwa jumlah hadits yang telah dibukukan pada masa sekarang ini hanyalah sebagaian kecil dari jumlah hadits yang telah dikumpulkan dan dihafal oleh Imam Mazhab yang empat
Jadi untuk perkara syariat atau fiqih lebih baik mengikuti salah satu dari Imam Mazhab yang empat
Buat apa menyibukkan diri dan membuang waktu mengulang kembali apa yang telah dilakukan dan dihasilkan oleh Imam Mazhab yang empat
Karena hidayah urusan Allah mas, dan ilmu gak berhenti sampai situ saja.
Pa Ustadz,apakah kami salah hanya karena kami lebih memilih keluarga nabi yang jelas2 bersih dari segala dosa walau sekecil debu,ketimbang kami memilih para sahabatnya yg kemaruk harta dan dunia serta memusuhi keluarga nabi.pake otak dong pa ustadz…
Wa allaisa lil insaani illaa maa sa’aa.. Setiap manusia bisa berbuat dosa, bahkan keluarga nabi sekalipun. Dan setiap manusia bisa menjadi orang shalih walaupun bukan keluarga nabi. Setiap orang dinilai dari taqwa dan amal perbuatannya, bukan dari keturunan siapa..
Tentulah manusia selain Rasulullah tidak luput dari dosa namun para ulama dari kalangan ahlul bait, keturunan cucu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mendapatkan pengajaran agama dari orang tua mereka secara turun temurun tersambung kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sehingga para ulama yang sholeh dari kalangan ahlul bait, keturunan cucu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam lebih terjaga kemutawatiran sanad, kemurnian agama dan akidahnya.
Ilmu agama adalah ilmu yang diwariskan dari ulama-ulama terdahulu yang tersambung kepada lisannya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda yang artinya “Sampaikan dariku sekalipun satu ayat dan ceritakanlah (apa yang kalian dengar) dari Bani Isra’il dan itu tidak apa (dosa). Dan siapa yang berdusta atasku dengan sengaja maka bersiap-siaplah menempati tempat duduknya di neraka” (HR Bukhari)
Hadits tersebut bukanlah menyuruh kita menyampaikan apa yang kita baca dan pahami sendiri dari kitab atau buku
Hakikat makna hadits tersebut adalah kita hanya boleh menyampaikan satu ayat yang diperoleh dan didengar dari para ulama yang sholeh dan disampaikan secara turun temurun yang bersumber dari lisannya Sayyidina Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Oleh karenanya ulama dikatakan sebagai pewaris Nabi.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Ulama adalah pewaris para nabi” (HR At-Tirmidzi).
Ulama pewaris Nabi artinya menerima dari ulama-ulama yang sholeh sebelumnya yang tersambung kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
Pada hakikatnya Al Qur’an dan Hadits disampaikan tidak dalam bentuk tulisan namun disampaikan melalui lisan ke lisan para ulama yang sholeh dengan imla atau secara hafalan.
Dalam khazanah Islam, metode hafalan merupakan bagian integral dalam proses menuntut ilmu. Ia sudah dikenal dan dipraktekkan sejak zaman baginda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Setiap menerima wahyu, beliau langsung menyampaikan dan memerintahkan para sahabat untuk menghafalkannya. Sebelum memerintahkan untuk dihafal, terlebih dahulu beliau menafsirkan dan menjelaskan kandungan dari setiap ayat yang baru diwahyukan.
Jika kita telusuri lebih jauh, perintah baginda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam untuk menghafalkan Al-Qur’an bukan hanya karena kemuliaan, keagungan dan kedalaman kandungannya, tapi juga untuk menjaga otentisitas Al-Qur’an itu sendiri. Makanya hingga kini, walaupun sudah berusia sekitar 1400 tahun lebih, Al-Qur’an tetap terjaga orisinalitasnya. Kaitan antara hafalan dan otentisitas Al-Qur’an ini tampak dari kenyataan bahwa pada prinsipnya, Al-Qur’an bukanlah “tulisan” (rasm), tetapi “bacaan” (qira’ah). Artinya, ia adalah ucapan dan sebutan. Proses turun-(pewahyuan)-nya maupun penyampaian, pengajaran dan periwayatan-(transmisi)-nya, semuanya dilakukan secara lisan dan hafalan, bukan tulisan. Karena itu, dari dahulu yang dimaksud dengan “membaca” Al-Qur’an adalah membaca dari ingatan (qara’a ‘an zhahri qalbin).
Dengan demikian, sumber semua tulisan itu sendiri adalah hafalan, atau apa yang sebelumnya telah tertera dalam ingatan sang qari’. Sedangkan fungsi tulisan atau bentuk kitab sebagai penunjang semata.
Salah satu ciri dalam metode pengajaran talaqqi adalah sanad. Pada asalnya, istilah sanad atau isnad hanya digunakan dalam bidang ilmu hadits (Mustolah Hadits) yang merujuk kepada hubungan antara perawi dengan perawi sebelumnya pada setiap tingkatan yang berakhir kepada Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- pada matan haditsnya.
Namun, jika kita merujuk kepada lafadz Sanad itu sendiri dari segi bahasa, maka penggunaannya sangat luas. Dalam Lisan Al-Arab misalnya disebutkan: “Isnad dari sudut bahasa terambil dari fi’il “asnada” (yaitu menyandarkan) seperti dalam perkataan mereka: Saya sandarkan perkataan ini kepada si fulan. Artinya, menyandarkan sandaran, yang mana ia diangkatkan kepada yang berkata. Maka menyandarkan perkataan berarti mengangkatkan perkataan (mengembalikan perkataan kepada orang yang berkata dengan perkataan tersebut)“.
Sanad ini sangat penting, dan merupakan salah satu kebanggaan Islam dan umat. Karena sanad inilah Al-Qur’an dan sunah Nabawiyah terjaga dari distorsi kaum kafir dan munafik. Karena sanad inilah warisan Nabi tak dapat diputar balikkan.
Ibnul Mubarak berkata :”Sanad merupakan bagian dari agama, kalaulah bukan karena sanad, maka pasti akan bisa berkata siapa saja yang mau dengan apa saja yang diinginkannya (dengan akal pikirannya sendiri).” (Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Muqoddimah kitab Shahihnya 1/47 no:32 )
Imam Syafi’i ~rahimahullah mengatakan “tiada ilmu tanpa sanad”.
Imam Malik ra berkata: “Janganlah engkau membawa ilmu (yang kau pelajari) dari orang yang tidak engkau ketahui catatan (riwayat) pendidikannya (sanad ilmu)”
Al-Hafidh Imam Attsauri ~rahimullah mengatakan “Penuntut ilmu tanpa sanad adalah bagaikan orang yang ingin naik ke atap rumah tanpa tangga”
Bahkan Al-Imam Abu Yazid Al-Bustamiy , quddisa sirruh (Makna tafsir QS.Al-Kahfi 60) ; “Barangsiapa tidak memiliki susunan guru dalam bimbingan agamanya, tidak ragu lagi niscaya gurunya syetan” Tafsir Ruhul-Bayan Juz 5 hal. 203
Tanda atau ciri seorang ulama tidak terputus sanad ilmu atau sanad gurunya adalah pemahaman atau pendapat ulama tersebut tidak menyelisihi pendapat gurunya dan guru-gurunya terdahulu serta berakhlak baik
Asy-Syeikh as-Sayyid Yusuf Bakhour al-Hasani menyampaikan bahwa “maksud dari pengijazahan sanad itu adalah agar kamu menghafazh bukan sekadar untuk meriwayatkan tetapi juga untuk meneladani orang yang kamu mengambil sanad daripadanya, dan orang yang kamu ambil sanadnya itu juga meneladani orang yang di atas di mana dia mengambil sanad daripadanya dan begitulah seterusnya hingga berujung kepada kamu meneladani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dengan demikian, keterjagaan al-Qur’an itu benar-benar sempurna baik secara lafazh, makna dan pengamalan“
Kesimpulannya jika seorang ulama menyampaikan sesuatu berdasarkan Al Qur’an dan Hadits namun apa yang disampaikannya berbeda dengan apa yang disampaikan oleh para ulama yang sholeh yang mengikuti salah satu dari Imam Mazhab yang empat maka ulama tersebut sanad ilmu atau sanad gurunya terputus pada akal pikirannya sendiri sehingga apa yang disampaikannya adalah paham baru atau ajaran baru, bukan ajaran yang disampaikan oleh lisannya Nabi Muhammad Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
Jadi hindarilah sekte atau firqoh yang menyempal keluar (kharaja) dari mayoritas kaum muslim (as-sawadul a’zham)
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak menghimpun ummatku diatas kesesatan. Dan tangan Allah bersama jama’ah. Barangsiapa yang menyelewengkan (menyempal), maka ia menyeleweng (menyempal) ke neraka“. (HR. Tirmidzi: 2168).
Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah dalam Fathul Bari XII/37 menukil perkataan Imam Thabari rahimahullah yang menyatakan: “Berkata kaum (yakni para ulama), bahwa jama’ah adalah as-sawadul a’zham (mayoritas kaum muslim)“
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda “Sesungguhnya umatku tidak akan bersepakat pada kesesatan. Oleh karena itu, apabila kalian melihat terjadi perselisihan maka ikutilah as-sawad al a’zham (mayoritas kaum muslim).” (HR.Ibnu Majah, Abdullah bin Hamid, at Tabrani, al Lalika’i, Abu Nu’aim. Menurut Al Hafidz As Suyuthi dalam Jamius Shoghir, ini adalah hadits Shohih).
Mereka yang menyempal keluar (kharaja) dari mayoritas kaum muslim (as-sawadul a’zham) salah satunya dikarenakan salah memahami firman Allah ta’ala yang artinya “Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)” (QS Al An’aam [6]:116)
Yang dimaksud “menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi” adalah menuruti kaum musyrik. Hal ini dapat kita ketahui dengan memperhatikan ayat-ayat sebelumnya pada surat tersebut.
Mereka menyempal keluar (kharaja) dari mayoritas kaum muslim (as-sawadul a’zham) karena mereka merasa sebagai yang dimaksud dengan Al Ghuroba atau orang-orang yang asing sebagaimana hadits berikut
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abbad dan Ibnu Abu Umar semuanya dari Marwan al-Fazari, Ibnu Abbad berkata, telah menceritakan kepada kami Marwan dari Yazid -yaitu Ibnu Kaisan- dari Abu Hazim dari Abu Hurairah dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Islam muncul dalam keadaan asing, dan ia akan kembali dalam keadaan asing, maka beruntunglah orang-orang yang terasing.” (HR Muslim 208)
Ghuroba atau “orang-orang yang terasing” dalam hadits tersebut bukanlah mereka yang mengasingkan diri dari para ulama yang sholeh atau mereka yang menyempal dari mayoritas kaum muslim (as-sawadul a’zham)
Hal yang dimaksud dengan ghuroba adalah semakin sedikit kaum muslim yang sholeh diantara mayoritas kaum muslim (as-sawad al a’zham)
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam besabda “Orang yang asing, orang-orang yang berbuat kebajikan ketika manusia rusak atau orang-orang shalih di antara banyaknya orang yang buruk, orang yang menyelisihinya lebih banyak dari yang mentaatinya”. (HR. Ahmad)
Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda “Sesungguhnya Islam itu pada mulanya datang dengan asing dan akan kembali dengan asing lagi seperti pada mulanya datang. Maka berbahagialah bagi orang-orang yang asing”. Beliau ditanya, “Ya Rasulullah, siapakah orang-orang yang asing itu ?”. Beliau bersabda, “Mereka yang memperbaiki dikala rusaknya manusia”. [HR. Ibnu Majah dan Thabrani]
Pada akhir zaman salah satu tandanya adalah semakin sulit ditemukan muslim yang sholeh
Dari Ummul Mukminin Zainab binti Jahsy (isteri Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam), beliau berkata:” (Pada suatu hari) Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam masuk ke dalam rumahnya dengan keadaan cemas sambil bersabda, “La ilaha illallah, celaka (binasa) bangsa Arab dari kejahatan (malapetaka) yang sudah hampir menimpa mereka. Pada hari ini telah terbuka bagian dinding Ya’juj dan Ma’juj seperti ini”, dan Baginda menemukan ujung ibu jari dengan ujung jari yang sebelahnya (jari telunjuk) yang dengan itu mengisyaratkan seperti bulatan. Saya (Zainab binti Jahsy) lalu bertanya, Ya Rasulullah! Apakah kami akan binasa, sedangkan di kalangan kami masih ada orang-orang yang shaleh?” Lalu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, Ya, jikalau kejahatan sudah terlalu banyak.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Mereka menyempal keluar (kharaja) dari mayoritas kaum muslim (as-sawadul a’zham) karena beranggapan mayoritas kaum muslim telah rusak.
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Maslamah bin Qa’nab; Telah menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah dari Suhail bin Abu Shalih dari Bapaknya dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Demikian juga diriwayatkan dari jalur lainnya, Dan telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya dia berkata; Aku membaca Hadits Malik dari Suhail bin Abu Shalih dari Bapaknya dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Apabila ada seseorang yang berkata; ‘Celakalah (rusaklah) manusia’, maka sebenarnya ia sendiri yang lebih celaka (rusak) dari mereka. (HR Muslim 4755)
Mereka menyempal keluar (kharaja) dari mayoritas kaum muslim (as-sawadul a’zham) karena menuhankan pendapat (kaum) mereka sendiri (istibdad bir ro’yi) sehingga merasa (kaum) mereka pasti masuk surga
Sayyidina Umar ra menasehatkan “Yang paling aku khawatirkan dari kalian adalah bangga terhadap pendapatnya sendiri. Ketahuilah orang yang mengakui sebagai orang cerdas sebenarnya adalah orang yang sangat bodoh. Orang yang mengatakan bahwa dirinya pasti masuk surga, dia akan masuk neraka“
Mereka menyempal keluar (kharaja) dari mayoritas kaum muslim (as-sawad al a’zham) merasa atau mengaku mengikuti pemahaman Salaful Ummah atau Salafush Sholeh namun pada kenyataanya mereka tidak bertemu dengan Salafush Sholeh untuk mendapatkan pemahaman Salafush Sholeh.
Pada hakikatnya apa yang dikatakan oleh mereka sebagai “pemahaman Salafush Sholeh” adalah ketika mereka membaca hadits, tentunya ada sanad yang tersusun dari Tabi’ut Tabi’in, Tabi’in dan Sahabat. Inilah yang mereka katakan bahwa mereka telah mengetahui pemahaman Salafush Sholeh. Bukankah itu pemahaman mereka sendiri terhadap hadits tersebut.
Mereka berijtihad dengan pendapatnya terhadap hadits tersebut. Apa yang mereka katakan tentang hadits tersebut, pada hakikatnya adalah hasil ijtihad dan ra’yu mereka sendiri. Sumbernya memang hadits tersebut tapi apa yang mereka sampaikan semata lahir dari kepala mereka sendiri. Sayangnya mereka mengatakan kepada orang banyak bahwa apa yang mereka sampaikan adalah pemahaman Salafush Sholeh.
Tidak ada yang dapat menjamin hasil upaya ijtihad mereka pasti benar dan terlebih lagi mereka tidak dikenal berkompetensi sebagai Imam Mujtahid Mutlak. Apapun hasil ijtihad mereka, benar atau salah, mereka atasnamakan kepada Salafush Sholeh. Jika hasil ijtihad mereka salah, inilah yang namanya fitnah terhadap Salafush Sholeh.
Rasulullah telah bersabda bahwa jika telah bermunculan fitnah atau perselisihan karena perbedaan pendapat maka hijrahlah ke Yaman, bumi para Wali Allah.
Diriwayatkan dari Ibnu Abi al-Shoif dalam kitab Fadhoil al-Yaman, dari Abu Dzar al-Ghifari, Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda, ‘Kalau terjadi fitnah pergilah kamu ke negeri Yaman karena disana banyak terdapat keberkahan’
Diriwayatkan oleh Jabir bin Abdillah al-Anshari, Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda, ‘Dua pertiga keberkahan dunia akan tertumpah ke negeri Yaman. Barang siapa yang akan lari dari fitnah, pergilah ke negeri Yaman, Sesungguhnya di sana tempat beribadah’
Abu Said al-Khudri ra meriwayatkan hadits dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, ‘Pergilah kalian ke Yaman jika terjadi fitnah, karena kaumnya mempunyai sifat kasih sayang dan buminya mempunyai keberkahan dan beribadat di dalamnya mendatangkan pahala yang banyak’
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna berkata, telah menceritakan kepada kami Husain bin Al Hasan berkata, telah menceritakan kepada kami Ibnu ‘Aun dari Nafi’ dari Ibnu ‘Umar berkata, Beliau berdoa: Ya Allah, berkatilah kami pada negeri Syam kami dan negeri Yaman kami. Ibnu ‘Umar berkata, Para sahabat berkata, Juga untuk negeri Najed kami. Beliau kembali berdoa: Ya Allah, berkatilah kami pada negeri Syam kami dan negeri Yaman kami. Para sahabat berkata lagi, Juga untuk negeri Najed kami. Ibnu ‘Umar berkata, Beliau lalu berdoa: Disanalah akan terjadi bencana dan fitnah, dan di sana akan muncul tanduk setan (HR Bukhari 979)
Dari Ibnu Umar ia mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda sementara beliau menghadap timur: “Ingat, sesungguhnya fitnah itu disini, sesungguhnya fitnah itu disini dari arah terbitnya tanduk setan.” (HR Muslim 5167)
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menetapkan miqot bagi penduduk negeri Yaman di Yalamlam sebelah tenggara kota Makkah/Madinah sesuai arah dari negeri Yaman, sedangkan penduduk negeri Najed di Qarnul Manazil sebelah timur dari kota Makkah/Madinah sesuai arah dari negeri Najed. Begitupula penduduk Iraq miqot di Dzat Irq, Timur Laut Makkah/Madinah sesuai arah dari negeri Iraq.
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Abdullah bin ‘Ammar Al Maushulli yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu Haasyim Muhammad bin ‘Ali dari Al Mu’afiy dari Aflah bin Humaid dari Qasim dari Aisyah yang berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menetapkan miqat bagi penduduk Madinah di Dzul Hulaifah, bagi penduduk Syam dan Mesir di Juhfah, bagi penduduk Iraq di Dzatu ‘Irq, bagi penduduk Najd di Qarn dan bagi penduduk Yaman di Yalamlam [Shahih Sunan Nasa’i no 2656]
Telah menceritakan kepada kami Qutaibah telah menceritakan kepada kami Hammad dari ‘Amru dari Thawus dari Ibnu ‘Abbas radliallahu ‘anhuma berkata: Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah menetapkan miqat bagi penduduk Madinah di Dzul Hulaifah, bagi penduduk Syam di Al Juhfah, bagi penduduk Yaman di Yalamlam dan bagi penduduk Najed di Qarnul Manazil. Itulah ketentuan masing-masing bagi setiap penduduk negeri-negeri tersebut dan juga bagi yang bukan penduduk negeri-negeri tersebut bila datang melewati tempat-tempat tersebut dan berniat untuk hajji dan ‘umrah. Sedangkan bagi orang-orang selain itu, maka mereka memulai dari tempat tinggalnya (keluarga) dan begitulah ketentuannya sehingga bagi penduduk Makkah, mereka memulainya (bertalbiyah) dari (rumah mereka) di Makkah. (HR Bukhari 1431)
Abu Musa al-Asy’ari meriwayatkan dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda , ‘Allah akan mendatangkan suatu kaum yang dicintai-Nya dan mereka mencintai Allah”. Bersabda Nabi shallallahu alaihi wasallam : mereka adalah kaummu Ya Abu Musa, orang-orang Yaman’.
Firman Allah ta’ala yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mu’min, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.” (QS Al Ma’iadah [5]:54)
Dari Jabir, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam ditanya mengenai ayat tersebut, maka Rasul menjawab, ‘Mereka adalah ahlu Yaman dari suku Kindah, Sukun dan Tajib’.
Ibnu Jarir meriwayatkan, ketika dibacakan tentang ayat tersebut di depan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, beliau berkata, ‘Kaummu wahai Abu Musa, orang-orang Yaman’.
Dalam kitab Fath al-Qadir, Ibnu Jarir meriwayat dari Suraikh bin Ubaid, ketika turun ayat 54 surat al-Maidah, Umar berkata, ‘Saya dan kaum saya wahai Rasulullah’. Rasul menjawab, ‘Bukan, tetapi ini untuk dia dan kaumnya, yakni Abu Musa al-Asy’ari’.
Al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalani telah meriwayatkan suatu hadits dalam kitabnya berjudul Fath al-Bari, dari Jabir bin Math’am dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkata, ‘Wahai ahlu Yaman kamu mempunyai derajat yang tinggi. Mereka seperti awan dan merekalah sebaik-baiknya manusia di muka bumi’
Dalam Jami’ al-Kabir, Imam al-Suyuthi meriwayatkan hadits dari Salmah bin Nufail, ‘Sesungguhnya aku menemukan nafas al-Rahman dari sini’. Dengan isyarat yang menunjuk ke negeri Yaman”. Masih dalam Jami’ al-Kabir, Imam al-Sayuthi meriwayatkan hadits marfu’ dari Amru ibnu Usbah , berkata Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, ‘Sebaik-baiknya lelaki, lelaki ahlu Yaman‘.
Dari Ali bin Abi Thalib, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, ‘Siapa yang mencintai orang-orang Yaman berarti telah mencintaiku, siapa yang membenci mereka berarti telah membenciku”
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah menyampaikan bahwa ahlul Yaman adalah orang-orang yang mudah menerima kebenaran, mudah terbuka mata hatinya (ain bashiroh) dann banyak dikaruniakan hikmah (pemahaman yang dalam terhadap Al Qur’an dan Hadits) sebagaimana Ulil Albab
Telah menceritakan kepada kami Abul Yaman Telah mengabarkan kepada kami Syu’aib Telah menceritakan kepada kami Abu Zinad dari Al A’raj dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda: “Telah datang penduduk Yaman, mereka adalah orang-orang yang berperasaan dan hatinya paling lembut, kefaqihan dari Yaman, hikmah ada pada orang Yaman.” (HR Bukhari 4039)
Dan telah menceritakan kepada kami Amru an-Naqid dan Hasan al-Hulwani keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami Ya’qub -yaitu Ibnu Ibrahim bin Sa’d- telah menceritakan kepada kami bapakku dari Shalih dari al-A’raj dia berkata, Abu Hurairah berkata; “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Telah datang penduduk Yaman, mereka adalah kaum yang paling lembut hatinya. Fiqh ada pada orang Yaman. Hikmah juga ada pada orang Yaman. (HR Muslim 74)
Apa yang diikuti oleh ahlul yaman dapat kita telusuri melalui para ulama dari kalangan ahlul bait, keturunan cucu Rasulullah.
Silahkan telusurilah melalui apa yang disampaikan oleh Al Imam Al Haddad dan yang setingkat dengannya, sampai ke Al Imam Umar bin Abdurrahman Al Attos dan yang setingkat dengannya, sampai ke Asy’syeh Abubakar bin Salim, kemudian Al Imam Syihabuddin, kemudian Al Imam Al Aidrus dan Syeh Ali bin Abibakar, kemudian Al Imam Asseggaf dan orang orang yang setingkat mereka dan yang diatas mereka, sampai keguru besar Al Fagih Almuqoddam Muhammad bin Ali Ba’alawi Syaikhutthoriqoh dan orang orang yang setingkat dengannya, sampai ke Imam Ahmad Al Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali Al Uraidhi bin Ja’far Ash Shodiq bin Muhammad Al Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Husain ra sejak Abad 7 H di Hadramaut Yaman beliau menganut madzhab Syafi’i dalam fiqih , Ahlus Sunnah wal jama’ah dalam akidah (i’tiqod) mengikuti Imam Asy’ari (bermazhab Imam Syafi’i) dan Imam Maturidi (bermazhab Imam Hanafi) serta tentang akhlak atau tentang ihsan mengikuti ulama-ulama tasawuf yang muktabaroh dan bermazhab dengan Imam Mazhab yang empat.
Di Hadramaut kini, akidah dan madzhab Imam Al Muhajir yang adalah Sunni Syafi’i, terus berkembang sampai sekarang, dan Hadramaut menjadi kiblat kaum sunni yang “ideal” karena kemutawatiran sanad serta kemurnian agama dan aqidahnya.
Dari Hadramaut (Yaman), anak cucu Imam Al Muhajir menjadi pelopor dakwah Islam sampai ke “ufuk Timur”, seperti di daratan India, kepulauan Melayu dan Indonesia. Mereka rela berdakwah dengan memainkan wayang mengenalkan kalimat syahadah , mereka berjuang dan berdakwah dengan kelembutan tanpa senjata , tanpa kekerasan, tanpa pasukan , tetapi mereka datang dengan kedamaian dan kebaikan. Juga ada yang ke daerah Afrika seperti Ethopia, sampai kepulauan Madagaskar. Dalam berdakwah, mereka tidak pernah bergeser dari asas keyakinannya yang berdasar Al Qur’an, As Sunnah, Ijma dan Qiyas
rudi gunawan
antum jangan membuat asumsi dan persepsi SERTA DALIL UMUM buat manusia secara umum pula.
AHLUL BAIT NABI SAW ATAU ITRAH AHLUL BAIT NABI SAW SUDAH DISUCIKAN OLEH ALLAH QS.33:33. DAN BANYAK HADIST2 YG MENGATAKAN KEUTAMAAN MEREKA DAN KEBEBASAN MEREKA DARI DOSA SEHINGGA MEREKA DITUNJUK SEBAGAI PENDAMPING AL-QURAN UNTUK MEMANDU SELURUH MANUSIA KEJALAN YG BENAR.
kalo antum tak setuju silahkan…..kalo antum tak sependapat silahkan tak ada yg melarang disini. cuma ana hanya meningatkan antum yg mengatakan mereka SUCI ITU ALLAH DAN RASULNYA. bukan org syiah. PAHAM
KALO INI SAJA ANTUM TDK TAHU BAGAIMANA LAGI SAYA MAU MENERANGKAN LEBIH BANYAK TTG MEREKA ( ITRAH AHLUL BAIT NABI SAW).
Sebutkan siapa saja sahabat yg kemaruk itu dgn jlas kang…??? hti2 anfa jgn mncela para sahabat..aplg sahabat yg sdh di jamin masuk.surga..klo sahabat itu berbuat sperti yg anda tuduhkan..mna mngkin mereka d surga…
kayaknya malah penulis artikel ini yang telah terkena ghazwul fikri-nya orang yahudi….
dulu saya juga menganggap orang2 yang disebut ‘wahabi’ itu kayak gitu, gak cinta ahlul bait, dan sebagainya…. tapi ternyata mereka banyak menulis tentang mencintai ahlul bait, keutamaan2 ahlul bait, dari dulu sampai sekarang.
Mungkin penulis seorang yang fanatik terhadap keturunannya ahlul bait.
Ya akhii, kita semua mencintai ahlul bait dan keturunannya. Tapi jangan sampai kecintaan itu membuat kita buta sehingga anti kritik. Jangan kritikan ilmiyah terhadap keturunan ahlul bait itu diartikan sebagai rasa benci terhadap mereka. Ulama di dunia ini tidak hanya keturunan ahlul bait, rahimahumullah.
Kutipan : “Ironis sekali , kedua sekte masing-masing merasa berjihad dan memerangi sesama manusia yang telah bersyahadat.”
Yakinkah njenengan kalo syahadatnya agama Syiah sama dengan Syahadatnya kamu muslim?
Astaghfirullah, sejak dahulu kala Negara Iran yang dinamakan Republik Islam Iran tidak ada yang memprotes penamaan tersebut walaupun mereka berbeda pemahaman dengan mayoritas kaum muslim
Hendata Abdulah
Kutipan : “Ironis sekali , kedua sekte masing-masing merasa berjihad dan memerangi sesama manusia yang telah bersyahadat.”
jawab
itu adalah ajaran sahabat nabi saw. masak antum tidak tahu sejarah ?? bagaimana sahabat nabi saling membunuh, saling menikam dimedan perang. seperti perang unta, perang shiffin dan perang nahrawan. semua komandan perangnya adalah sahabat nabi saw. Dan yg paling banyak terbunuh juga sahabat nabi saw. Dan semua mereka itu bersyahadat bro.
pertanyaanya adalah Apakah mereka salah jika mengikuti tingkah laku sahabat yg saling bunuh. mereka hanya meniru saja bro. Kalo antum mau salahkan salahkanlah terlebih dahulu sahabat tsb. karena kejadian tersebut nabi saw telah wafat, Alquran sudah diturunkan semua. agama sudah sempurna, hukum membunuh sudah dijelaskan dalam Al-quran dan hadist shahih.
dalam Al-quran dan hadist shahih tak ditemukan adanya keistimewaan sahabat jika melanggar aturan atau hukum agama. Sebab Al-quran adalah timbangan keadilan, islam tak pernah membedakan antara kaya dan miskin, yg taat dan yg munafik jika mereka melanggar hukum agama seperti membunuh maka jelas mereka berdosa besar. ITU SUDAH FINAL.
Permasalahannya siapa yg menjadi “biang kerok” sehingga terjadilah peprangan antara sahabat tsb. Tidak bisa biang kerok dan perusak agama dan yg menegakkan agama sama2 dalam RIDHO ALLAH. AKAL YG WARAS MENOLAKNYA. HANYA TAQLID BUTA DAN FANATIK BUTA SAJA YG MEMBENARKANNYA. .
Hendata Abdulah
Yakinkah njenengan kalo syahadatnya agama Syiah sama dengan Syahadatnya kamu muslim?
JAWAB
YAKIN 100 % cuma ada tambahan yaitu ali waliyullah.
dalil imam ali as waliyullah sudah sangat jelas Al-quran dan hadist shahih banyak menceritakannya. dan derajat atau kedudukan imam Ali as jauh diatas para sahabat termasuk abu bakar, umar dan usman. Ulama-ulama suni yg wara’ turut mendukung pemahaman syiah imamiyah ini. salah satunya imam mazhab kalian yaitu imam ahmad bin hambal. PAHAM
Mas Jalan ahlul bait, mayoritas kaum muslim (as-sawad al a’zham) menghadapi perbedaan pendapat antara Sayyidina Ali ra dengan Muawiyah dan Istri Nabi berpegang pada sunnah Rasulullah seperti
Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya At Tamimi telah mengabarkan kepada kami Abdul Aziz bin Muhammad dari Yazid bin Abdullah bin Usamah bin Hadi dari Muhammad bin Ibrahim dari Busr bin Sa’id dari Abu Qais bekas budak ‘Amru bin’Ash, dari ‘Amru bin’Ash bahwa dia pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Jika seorang hakim berijtihad dalam menetapkan suatu hukum, ternyata hukumnya benar, maka hakim tersebut akan mendapatkan dua pahala, dan apabila dia berijtihad dalam menetapkan suatu hukum, namun dia salah, maka dia akan mendapatkan satu pahala. (HR Muslim 3240)
Jadi kaum muslim berprasangka baik terhadap Muawiyah dan Istri Nabi mempunyai kapasitas untuk melakukan ijtihad dan istinbat.
Sedangkan orang-orang yang melakukan bom bunuh diri dalam rangka melakukan pemberontakan atau makar (bughot) pada umumnya mereka tidak mempunyai kapasitas untuk melakukan ijtihad dan istinbat. Mereka hanya taqlid buta terhadap pemimpin lintas negara (trans nasional).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya lagi: ‘Apakah kamu yang telah membunuhnya? ‘ Dia menjawabnya, ‘Ya.’ Beliau bertanya lagi: ‘Lalu apa yang hendak kamu perbuat dengan kalimat, ‘Tidak ada tuhan (yang berhak disembah) kecuali Allah’, jika di hari kiamat kelak ia datang (untuk minta pertanggung jawaban) pada hari kiamat nanti? ‘ (HR Muslim 142)
Diriwayatkan hadits dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Demi Allah, kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman. Belum sempurna keimanan kalian hingga kalian saling mencintai.” (HR Muslim)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Kamu akan melihat orang-orang mukmin dalam hal saling mengasihi, mencintai, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga dan panas (turut merasakan sakitnya).” (HR Bukhari 5552) (HR Muslim 4685)
Berikut penjelasan Habib Muhammad Rizieq Shihab dalam ceramah yang bertemakan “Hari Asyura dan Tragedi Karbala Dalam Perspektif Ahlusunnah wal Jama’ah” disiarkan Live oleh Radio Rasil AM 720 Khz yang dapat didengarkan pada http://radiosilaturahim.com/habib-riziek-shihab-asyura-karbala/ atau link langsung pada http://podcast.radiosilaturahim.com/rasil/kajianumum/habib_riziek_asyura_karbala.mp3
Berikut beberapa kutipan transkript dari mendengar penjelasan beliau
***** awal kutipan *****
“Saat ini ada segelintir kelompok yang sengaja menciptakan kondisi di mana setiap ada diantara ummat Islam yang membicarakan tentang Sayyidina Ali,Sayyidah Fatimah,Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husein sebagai Tokoh-tokoh Ahlul Bait Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam maka akan langsung di vonis sebagai Syiah sehingga diharapkan ummat akan takut atau minder membicarakan tentang Ahlul Bait Nabi shallallahu alaihi wasallam karena khawatir dicap sebagai Syiah.”
“Kalau kita bicara tragedi asyura langsung dituduh syiah. Ini suatu pembodohan dan ini suatu penyesatan. Syiah dengan cintanya kepada ahlul bait, itu urusan mereka. Tapi peristiwa karbala bukan hanya milik orang syiah. Peristiwa Karbala adalah memilik umat Islam. Bahkan Ahlus Sunnah wal Jama’ah mestinya lebih prihatin, lebih peduli, lebih mau tahu tentang peristiwa pembantaian tersebut karena Ahlus sunnah wal Jama’ah adalah kelompok yang selalu mengumandang cinta kepada keluarga Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam”
Habib Rizieq mendorong semua pihak khususnya para ulama untuk tidak ragu ragu membuka kepada ummat sejarah perjuangan Al Husein sepahit apapun lembaran sejarahnya. Habib menegaskan bahwa Ahlul Bait Nabi shallallahu alaihi wasallam bukan hanya milik Syiah saja tetapi milik semua Ummat Islam, apapun madzhabnya, Ahlusunnah wal Jama’ah maupun Syiah.
Al Husein bin Ali bukan hanya menolak “Kekhilafahan” Yazid bin Muawiyah bahkan sebelumnya Al Husein juga telah menolak “Kekhilafahan” Ayah Yazid yaitu Muawiyah bin Abi Sufyan, salah satu alasannya karena melakukan pemberontakan terhadap khalifah sebelumnya.
“Terlepas dari kontroversial sikap Muawiyah bin Abi Sufyan dan kelompoknya maka ahlus sunnah wal jama’ah tidak mengkafirkan mereka”.
Perdamaian antara Sayyidina Hasan bin Ali dengan Muawiyah bin Abi Sufyan di atas beberapa syarat. Salah satu syaratnya dan ditolak oleh Muawiyah adalah menghentikan caci makinya terhadap sayyidina Ali sebagaimana sebelumnya dia membudayakan caci maki terhadap Sayyidina Ali di negeri Syam di tempat dimana dia berkuasa. Namun Muawiyah hanya menyetujui menghentikan caci maki terhadap Sayyidina Ali dihadapan ahlul bait.
Dalam pandangangan Al Husein bin Ali pembudayaan caci maki terhadap Sayyidina Ali yang dilakukan oleh Muawiyah di negeri Syam itu merupakan sesuatu hal yang tidak pantas dan tidak patut. Dan beliau menolak Muawiyah sebagai khalifah.
Namun Al Husein bin Ali mentaati perintah kakaknya Sayyidina Hasan bin Ali yang dipandangnya sebagai khalifah yang sah untuk menghormati perdamaian yang dibuat antara Sayyidina Hasan bin Ali dengan Muawiyah bin Abi Sufyan.
Selama 20 tahun Muawiyah berkuasa menggantikan Al Hasan, tidak sekalipun Al Husein mengangkat senjata untuk memberontak walaupun dia tidak mengakui Muawiyah sebagai khalifah.
Adapun alasan Al Husein menolak Yazid menjadi pemimpin ummat Islam adalah :
– Khilafah harus ditentukan melalui Syuro sesuai kesepakatan antara Hasan bin Ali dengan Muawiyah bin Abi Sufyan.
– Yazid adalah orang yang moralnya buruk sehingga tidak berhak menjadi Pemimpin Ummat Islam.
– Yazid adalah seorang yang Fasik, Zalim dan banyak melakukan maksiat sehingga sangat tidak pantas memimpin ummat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
Dalam berbagai riwayat kita temukan bahwa Yazid adalah seorang Pemuda yang gemar berjudi, akrab dengan Khamr (minuman keras) dan senang bermain perempuan (zina) . Dalam hal ini, para Ulama telah sepakat akan kefasikan Yazid bin Muawiyah.
– Khilafah bukan harta warisan. Masih banyak Sahabat lain yang lebih layak untuk memimpin.
***** akhir kutipan *****
Jadi kelirulah jika orang berkata “Sezuhud-zuhudnya, sewara’-wara’nya, se tawadhu’-tawadhu’nya generasi khalaf….Tidak akan pernah mampu menandingi generasi salaf”
Pernyataan mereka ini merujuk pada hadits berikut,
Dari Abdullah ibn Mas’ud radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Sebaik-baik manusia adalah (yang hidup) di zamanku, kemudian orang-orang setelahnya, kemudian orang-orang setelahnya“. HR. Bukhari, no. 2652, Muslim, no. 6635.
Karena pada generasi salaf pun, Al-Qur’an menginformasikan kepada kita kebanyakan dari mereka yang sezaman dengan Nabi sebagai orang-orang munafik, yang keterlaluan dalam kemunafikannya (Qs. At-Taubah: 101), masih berpenyakit dalam hatinya, tidak memiliki keteguhan iman, dan berprsangka jahiliyah terhadap Allah swt (Qs. Ali-Imran: 154), sangat enggan berjihad (Qs. An-Nisa’: 71-72 dan At-Taubah ayat 38), melakukan kekacauan dalam barisan (Qs. At-Taubah: 47), lari tunggang langgang ketika berhadapan dengan musuh (Qs. Ali-Imran: 153 dan At-Taubah : 25), bahkan kebanyakan mereka lebih memilih perdagangan dan permainan daripada mendengarkan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam berkhutbah, “Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah: “Apa yang di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perniagaan”, dan Allah Sebaik-baik Pemberi rezki.” (Qs. Al-Jumu’ah: 11).
Sebaik-baik manusia tidak dibatasi oleh generasi. Sebaik-baik manusia tidak terbatas pada generasi Salaf namun diikuti generasi-generasi berikutnya bagi mereka yang bersaksi bahwa “Muhammad adalah utusan Allah”. Ini terkait dengan firman Allah ta’ala yang artinya, “kuntum khayra ummatin ukhrijat lilnnaasi“, “Kamu (umat Rasulullah) adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia” (QS Ali Imran [3]:110).
Sahabat dikatakan “sebaik-baik manusia” karena termasuk manusia awal yang “melihat” Rasulullah atau manusia awal yang bersaksi atau bersyahadat.
Ibnu Hajar al-Asqalani asy-Syafi’i berkata: “Ash-Shabi (sahabat) ialah orang yang bertemu dengan Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, beriman kepada beliau dan meninggal dalam keadaan Islam“
Begitu pula dengan Tabi’in (orang yang “melihat”/”bertemu” dengan Sahabat) maupun Tabi’ut Tabi’in (orang yang “melihat”/”bertemu” dengan Tabi’in adalah “sebaik-baik manusia” karena mereka termasuk manusia awal yang bersaksi atau bersyahadat.
Bahkan Allah Azza wa Jalla menjamin untuk masuk surga bagi “sebaik-baik manusia” paling awal atau manusia yang bersaksi/bersyahadat paling awal atau yang membenarkan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam sebagai utusan Allah ta’ala paling awal atau as-sabiqun al-awwalun. Hal ini dinyatakan dalam firmanNya yang artinya, “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar”. (QS At Taubah [9]:100 )
Mereka yang termasuk 10 paling awal bersyahadat/bersaksi atau yang termasuk “as-sabiqun al-awwalun” adalah, Abu Bakar Ash Shidiq ra, Umar bin Khattab ra, Ustman bin Affan ra, Ali bin Abi Thalib ra, Thalhah bin Abdullah ra, Zubeir bin Awwam ra, Sa’ad bin Abi Waqqas ra, Sa’id bin Zaid ra, ‘Abdurrahman bin ‘Auf ra dan Abu ‘Ubaidah bin Jarrah ra .
Jadi yang disebut generasi terbaik atau sebaik-baik manusia adalah bagi seluruh umat Nabi Sayyidina Muhammad Shallallahu alaihi wasallam atau bagi seluruh manusia yang telah bersaksi/bersyahadat atau bagi seluruh muslim sampai akhir zaman. Seluruh muslim mempunyai kesempatan untuk menjadi sholeh tanpa dibatasi zaman kapan mereka hidup.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan para Sahabat merindukan kaum muslim setelah generasi Salafush Sholeh yang kelak menjadi saudara-saudara Rasulullah
Dalam riwayat Ahmad dari Anas r.a, katanya : Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda , “Aku sangat suka untuk bertemu dengan saudara-saudaraku yang beriman denganku walaupun mereka tidak pernah melihatku”
Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mendatangi pekuburan lalu bersabda: “Semoga keselamatan terlimpahkah atas kalian penghuni kuburan kaum mukminin, dan sesungguhnya insya Allah kami akan bertemu kalian, sungguh aku sangat gembira seandainya kita dapat melihat saudara-saudara kita”.
Para Sahabat bertanya, “Tidakkah kami semua saudara-saudaramu wahai Rasulullah?”
Beliau menjawab dengan bersabda: “Kamu semua adalah sahabatku, sedangkan saudara-saudara kita ialah mereka yang belum berwujud”
Sahabat bertanya lagi, “Bagaimana kamu dapat mengenali mereka yang belum berwujud dari kalangan umatmu wahai Rasulullah? “
Beliau menjawab dengan bersabda: “Apa pendapat kalian, seandainya seorang lelaki mempunyai seekor kuda yang berbulu putih di dahi serta di kakinya, dan kuda itu berada di tengah-tengah sekelompok kuda yang hitam legam. Apakah dia akan mengenali kudanya itu?”
Para Sahabat menjawab, “Sudah tentu wahai Rasulullah.’
Beliau bersabda lagi: ‘Maka mereka datang dalam keadaan muka dan kaki mereka putih bercahaya karena bekas wudhu Aku mendahului mereka ke telaga.
Ingatlah! Ada golongan lelaki yang dihalangi dari datang ke telagaku sebagaimana dihalaunya unta-unta sesat‘. Aku memanggil mereka, ‘Kemarilah kamu semua‘. Maka dikatakan, ‘Sesungguhnya mereka telah menukar ajaranmu selepas kamu wafat‘. Maka aku bersabda: Pergilah jauh-jauh dari sini. (HR Muslim 367)
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam hadits di atas mencirikan kaum muslim yang akan menjadi saudara-saudara Beliau dan kelak bergabung di telaganya adalah kaum muslim yang keadaan muka dan kaki mereka putih bercahaya karena bekas wudhu artinya kaum muslim yang dengan sholatnya terhindar dari perbuatan keji dan mungkar atau muslim yang dengan sholatnya menjadi muslim yang ihsan, muslim yang beraklakul karimah.
Firman Allah ta’ala yang artinya “Sesungguhnya shalat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar” (QS al Ankabut [29]:45)
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa yang shalatnya tidak mencegah dari perbuatan keji dan mungkar, maka ia tidak bertambah dari Allah kecuali semakin jauh dariNya” (diriwayatkan oleh ath Thabarani dalam al-Kabir nomor 11025, 11/46)
Lalu dia bertanya lagi, ‘Wahai Rasulullah, apakah ihsan itu? ‘ Beliau menjawab, ‘Kamu takut (khasyyah) kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya (bermakrifat), maka jika kamu tidak melihat-Nya (bermakrifat) maka sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR Muslim 11)
Firman Allah ta’ala yang artinya “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama” (QS Al Faathir [35]:28)
Muslim yang takut kepada Allah karena mereka selalu yakin diawasi oleh Allah Azza wa Jalla atau mereka yang selalu memandang Allah dengan hatinya (ain bashiroh), setiap akan bersikap atau berbuat sehingga mencegah dirinya dari melakukan sesuatu yang dibenciNya , menghindari perbuatan maksiat, menghindari perbuatan keji dan mungkar sehingga terbentuklah muslim yang berakhlakul karimah atau muslim yang sholeh
Tujuan beragama adalah menjadi muslim yang ihsan atau muslim yang berakhlakul karimah
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda “Sesungguhnya aku diutus (Allah) untuk menyempurnakan Akhlak.” (HR Ahmad)
Firman Allah ta’ala yang artinya,
“Sungguh dalam dirimu terdapat akhlak yang mulia”. (QS Al-Qalam:4)
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”. (QS Al-Ahzab:21)
Muslim yang memandang Allah ta’ala dengan hati (ain bashiroh) atau muslim yang bermakrifat adalah muslim yang selalu meyakini kehadiranNya, selalu sadar dan ingat kepadaNya.
Imam Qusyairi mengatakan “Asy-Syahid untuk menunjukkan sesuatu yang hadir dalam hati, yaitu sesuatu yang membuatnya selalu sadar dan ingat, sehingga seakan-akan pemilik hati tersebut senantiasa melihat dan menyaksikan-Nya, sekalipun Dia tidak tampak. Setiap apa yang membuat ingatannya menguasai hati seseorang maka dia adalah seorang syahid (penyaksi)”
Dalam sebuah wawancara dengan Dr. Sri Mulyati, MA (Dosen Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) , beliau mengatakan bahwa untuk dapat melihat Allah dengan hati sebagaimana kaum sufi, tahapan pertama yang harus dilewati adalah Takhalli, mengosongkan diri dari segala yang tidak baik, baru kemudian sampai pada apa yang disebut Tahalli, harus benar-benar mengisi kebaikan, berikutnya adalah Tajalli, benar-benar mengetahui rahasia Tuhan. Dan ini adalah bentuk manifestasi dari rahasia-rahasia yang diperlihatkan kepada hamba-Nya. Boleh jadi mereka sudah Takhalli tapi sudah ditunjukkan oleh Allah kepada yang ia kehendaki.
Tidak semua manusia dapat melihat Allah dengan hatinya.
Orang kafir itu tertutup dari cahaya hidayah oleh kegelapan sesat.
Ahli maksiat tertutup dari cahaya taqwa oleh kegelapan alpa
Ahli Ibadah tertutup dari cahaya taufiq dan pertolongan Allah Ta’ala oleh kegelapan memandang ibadahnya
Siapa yang memandang pada gerak dan perbuatannya ketika taat kepada Allah ta’ala, pada saat yang sama ia telah terhalang (terhijab) dari Sang Empunya Gerak dan Perbuatan, dan ia jadi merugi besar.
Siapa yang memandang Sang Empunya Gerak dan Tindakan, ia akan terhalang (terhijab) dari memandang gerak dan perbuatannya sendiri, sebab ketika ia melihat kelemahannya dalam mewujudkan tindakan dan menyempurnakannya, ia telah tenggelam dalam anugerahNya.
Setiap dosa merupakan bintik hitam hati, sedangkan setiap kebaikan adalah bintik cahaya pada hati Ketika bintik hitam memenuhi hati sehingga terhalang (terhijab) dari memandang Allah. Inilah yang dinamakan buta mata hati.
Firman Allah ta’ala yang artinya,
shummun bukmun ‘umyun fahum laa yarji’uuna , “mereka tuli, bisu dan buta (tidak dapat menerima kebenaran), maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar)” (QS Al BAqarah [2]:18)
shummun bukmun ‘umyun fahum laa ya’qiluuna , “mereka tuli (tidak dapat menerima panggilan/seruan), bisu dan buta, maka (oleh sebab itu) mereka tidak mengerti. (QS Al Baqarah [2]:171)
“maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.” (al Hajj 22 : 46)
“Dan barangsiapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar).” (QS Al Isra 17 : 72)
Orang-orang seperti Dzul Khuwaishirah dari Bani Tamim An Najdi walaupun mereka bertambah ilmu namun semakin jauh dari Allah ta’ala
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang bertambah ilmunya tapi tidak bertambah hidayahnya, maka dia tidak bertambah dekat kepada Allah melainkan bertambah jauh“
Sungguh celaka orang yang tidak berilmu.
Sungguh celaka orang yang beramal tanpa ilmu
Sungguh celaka orang yang berilmu tetapi tidak beramal
Sungguh celaka orang yang berilmu dan beramal tetapi tidak menjadikannya muslim yang berakhlak baik atau muslim yang ihsan.
Urutannya adalah ilmu, amal, akhlak (ihsan)
Ciri khas dari orang-orang seperti Dzul Khuwaishirah At Tamim An Najdi telah disampaikan dalam tulisan pada https://mutiarazuhud.wordpress.com/2013/06/16/ciri-khas/
Ilmu harus dikawal hidayah. Tanpa hidayah, seseorang yang berilmu menjadi sombong dan semakin jauh dari Allah ta’ala. Sebaliknya seorang ahli ilmu (ulama) yang mendapat hidayah (karunia hikmah) maka hubungannya dengan Allah Azza wa Jalla semakin dekat sehingga meraih maqom (derajat) disisiNya dan dibuktikan dengan dapat menyaksikanNya dengan hati (ain bashiroh).
Sebagaimana diperibahasakan oleh orang tua kita dahulu bagaikan padi semakin berisi semakin merunduk, semakin berilmu dan beramal maka semakin tawadhu, rendah hati dan tidak sombong.
Para ulama tasawuf atau kaum sufi mengatakan bahwa hijab itu meliputi antara lain nafsu hijab, dosa hijab, hubbub al-dunya hijab, cara pandang terhadap fiqh yang terlalu formalistik juga hijab, terjebaknya orang dalam kenikmatan ladzatul ‘ibadah, sampai karomah juga bisa menjadi hijab, dll. Salah satu bentuk nafsu hijab terbesar itu justru kesombongan, karena sombong itu, membuat, manusia hanya melihat dirinya. Kita bisa bayangkan, kalau keadaan batin itu hanya melihat dirinya sendiri, orang lain tidak kelihatan, bagaimana dia bisa menyaksikan Allah dengan hatinya (ain bashiroh).
Rasulullah bersabda: “Kesombongan adalah menolak kebenaran dan menganggap remeh orang lain.” (Shahih, HR. Muslim no. 91 dari hadits Abdullah bin Mas’ud)
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda , “Tiada masuk surga orang yang dalam hatinya terdapat sebesar biji sawi dari kesombongan. kesombongan adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia” (HR. Muslim)
Dalam sebuah hadits qudsi , Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda , “Allah berfirman, Keagungan adalah sarungKu dan kesombongan adalah pakaianKu. Barangsiapa merebutnya (dari Aku) maka Aku menyiksanya”. (HR. Muslim)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Kemuliaan adalah sarung-Nya dan kesombongan adalah selendang-Nya. Barang siapa menentang-Ku, maka Aku akan mengadzabnya.” (HR Muslim)
Seorang lelaki bertanya pada Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam “Musllim yang bagaimana yang paling baik?” “Ketika orang lain tidak (terancam) disakiti oleh tangan dan lisannya” Jawab Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam.
Rasulullah shallallahu aliahi wasallam bersabda “Tiada lurus iman seorang hamba sehingga lurus hatinya, dan tiada lurus hatinya sehingga lurus lidahnya“. (HR. Ahmad)
Sayyidina Umar ra menasehatkan, “Jangan pernah tertipu oleh teriakan seseorang (dakwah bersuara / bernada keras). Tapi akuilah orang yang menyampaikan amanah dan tidak menyakiti orang lain dengan tangan dan lidahnya“
Sayyidina Umar ra juga menasehatkan “Orang yang tidak memiliki tiga perkara berikut, berarti imannya belum bermanfaat. Tiga perkara tersebut adalah santun ketika mengingatkan orang lain; wara yang menjauhkannya dari hal-hal yang haram / terlarang; dan akhlak mulia dalam bermasyarakat (bergaul)“.
Muslim yang ihsan atau muslim yang berakhlakul karimah adalah muslim yang dekat dengan Allah atau muslim yang telah meraih maqom (derajat) di sisiNya sehingga dapat menyaksikan Allah dengan hatinya (ain bashiroh) akan berkumpul dengan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
Firman Allah ta’ala yang artinya,
”…Sekiranya kalau bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya, niscaya tidak ada seorangpun dari kamu yang bersih (dari perbuatan keji dan mungkar) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa saja yang dikehendaki…” (QS An-Nuur:21)
“Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat. Dan sesungguhnya mereka pada sisi Kami benar-benar termasuk orang-orang pilihan yang paling baik.” (QS Shaad [38]:46-47)
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu” (QS Al Hujuraat [49]:13)
“Tunjukilah kami jalan yang lurus , (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri ni’mat kepada mereka” (QS Al Fatihah [1]:6-7)
“Dan barangsiapa yang menta’ati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni’mat oleh Allah, yaitu : Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang sholeh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya .” (QS An Nisaa [4]: 69)
Muslim yang terbaik bukan nabi yang mendekatkan diri (taqarub) kepada Allah sehingga meraih maqom (derajat) disisiNya dan menjadi kekasih Allah (wali Allah) adalah shiddiqin, muslim yang membenarkan dan menyaksikan Allah dengan hatinya (ain bashiroh) atau muslim yang bermakrifat.
Al-Hakim al-Tirmidzi (205-320H/ 820-935M) membagi maqamat al-walayah (derajat kedekatan para Wali Allah ke dalam lima maqamat.
Kelima maqamat itu adalah:
al-muwahhidin
al-shadiqin
al-shiddiqin
al-muqarrabin
al-munfaridin
Pertama, al-muwahhidun (penganut faham tauhid). Seorang yang mengesakan Allah disebut ahl al-tawhid. Seorang ahl al-tawhid telah keluar dari kekufuran dan telah memiliki cahaya iman. Dengan modal tauhid dan keimanan tersebut, ahl al-tawhid pada dasarnya telah mendekatkan diri kepada Allah. Al-Hakim al-Tirmidzi menganggap hal ini sebagai awwal manazil al-qurbah (permulaan peringkat kedekatan kepada Allah); namun masih berada pada posisi qurbat al-’ammah (kedekatan secara umum), bukan qurbat al-awliyâ` (kedekatan para wali)
Kedua, al-shadiqun yang juga dinamakan waliyy haqq Allah. Mereka adalah orang yang memperoleh kewalian setelah bertobat, bertekad bulat untuk menyempurnakan tobatnya, menjaga anggota tubuhnya dari perbuatan maksiat, menunaikan al-faraidl (berbagai kewajiban), menjaga al-hudŭd (hukum dan perundang-undangan Allah), dan membatasi al-mubahat (hal-hal yang dibolehkan). Apabila berhadapan dengan al-mahdlur (hal-hal yang dilarang) akan berpaling dan menolak sehingga jiwanya istiqamah.
Dinamakan waliyy haq Allah karena ibadah dan ketaatannya kepada Allah serta perjuangannya dalam melawan hawa nafsu berlangsung secara terus menerus tanpa pamrih, semata-mata karena menunaikan haqq Allah atas diri-Nya.
Kewalian ini dinamakan walayat haqq Allah min al-shadiqin (kewalian orang-orang yang benar dalam memenuhi haq Allah).
Ada dua ciri utama yang menjadi karakteristik awliya haqq Allah, yaitu: (1) bertaubat secara benar dan memlihara anggota tubuhnya dari hal-hal yang dilarang, dan (2) mengendalikan diri dari hal-hal yang dibolehkan.
Seorang waliyy haqq Allah, menurut al-Hakim al-Tirmidzi, mensucikan batinnya setelah merasakan istiqamah dalam penyucian lahirianya. Ia bertekad bulat untuk memenuhi dorongan rendah pada dirinya yang berkenaan dengan al-jawarih al-sab’a (tujuh anggota tubuh), yakni mata, lidah, pendengaran, tangan, kaki, perut, dan kemaluan.
Ketiga, al-Shiddiqin adalah orang-orang yang telah merdeka dari perbudakan nafsu. Kemerdekaan ini bukan bebas dari nafsu atau keinginan rendah; melainkan karena nafsunya berhasil mengambil jarak dari kalbu mereka. Al-Shiddiqun kokoh dalam kedekatannya kepada Allah, bersikap shidq (jujur dan benar) dalam prilakunya, sabar dalam mentaati Allah. Menunaikan al-faraidl, menjaga al-hudŭd, dan mempertahankan posisinya dengan sungguh-sungguh.
Mereka mencapai ghayat al-shidq (puncak kesungguhan) dalam memenuhi hak Allah, berada pada manzil al-qurbah (posisi yang dekat dengan Allah) dan mendapatkan khǎlish al-’ubŭdiyyah (hakikat kehambaan). Mereka dinamakan al-muhǐbŭn (orang-orang yang kembali).
Keempat, al-muqarrabŭn mereka adalah al-shiddiqǔn yang memiliki peluang untuk meningkatkan kualitas kedekatannya kepada Allah pada martabat al-muqarrabin (martabat para wali yang didekatkan kepada Allah), bahkan hingga berada di puncak kewalian.
Kelima, al-munfaridǔn. Hakim al-Tirmidzi berpandangan bahwa para wali yang mengalami kenaikan peringkat dari maqamat al-muwahhidun, al-shaddiqun, al-shiddiqun, hingga al-muqarrabun diatas telah sempurna tingkat kewalian mereka.hanya saja Allah mengangkat salah seorang mereka pada puncak kewalian tertinggi yang disebut dengan malak al-malak dan menempatkan wali itu pada posisi bayn yadayhi (di hadapan-Nya). Pada saat seperti itu ia sibuk dengan Allah dan lupa kepada sesuatu selain Allah.
Muslim yang dekat dengan Allah sehingga menjadi kekasih Allah (Wali Allah) dirindukan oleh para Nabi dan Syuhada. Wajah mereka bercahaya sebagaiman yang telah disampaikan dalam tulisan pada https://mutiarazuhud.wordpress.com/2013/06/16/wajah-bercahaya/
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda “sesungguhnya ada di antara hamba Allah (manusia) yang mereka itu bukanlah para Nabi dan bukan pula para Syuhada’. Mereka dirindukan oleh para Nabi dan Syuhada’ pada hari kiamat karena kedudukan (pangkat) mereka di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala“ Seorang dari sahabatnya berkata, “siapa gerangan mereka itu wahai Rasulullah? Semoga kita dapat mencintai mereka“. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab dengan sabdanya: “Mereka adalah suatu kaum yang saling berkasih sayang dengan anugerah Allah bukan karena ada hubungan kekeluargaan dan bukan karena harta benda, wajah-wajah mereka memancarkan cahaya dan mereka berdiri di atas mimbar-mimbar dari cahaya. Tiada mereka merasa takut seperti manusia merasakannya dan tiada mereka berduka cita apabila para manusia berduka cita”. (HR. an Nasai dan Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya)
Hadits senada, dari ‘Umar bin Khathab ra bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya diantara hamba-hambaku itu ada manusia manusia yang bukan termasuk golongan para Nabi, bukan pula syuhada tetapi pada hari kiamat Allah ‘Azza wa Jalla menempatkan maqam mereka itu adalah maqam para Nabi dan syuhada.” Seorang laki-laki bertanya : “siapa mereka itu dan apa amalan mereka?”mudah-mudahan kami menyukainya“. Nabi bersabda: “yaitu Kaum yang saling menyayangi karena Allah ‘Azza wa Jalla walaupun mereka tidak bertalian darah, dan mereka itu saling menyayangi bukan karena hartanya, dan demi Allah sungguh wajah mereka itu bercahaya, dan sungguh tempat mereka itu dari cahaya, dan mereka itu tidak takut seperti yang ditakuti manusia, dan tidak susah seperti yang disusahkan manusia,” kemudian beliau membaca ayat : ” Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”. (QS Yunus [10]:62)
Dalam hadits qudsi, “Allah berfirman yang artinya: “Para Wali-Ku itu ada dibawah naungan-Ku, tiada yang mengenal mereka dan mendekat kepada seorang wali, kecuali jika Allah memberikan Taufiq HidayahNya”
Abu Yazid al Busthami mengatakan: “Para wali Allah merupakan pengantin-pengantin di bumi-Nya dan takkan dapat melihat para pengantin itu melainkan ahlinya“.
Sahl Ibn ‘Abd Allah at-Tustari ketika ditanya oleh muridnya tentang bagaimana (cara) mengenal Waliyullah, ia menjawab: “Allah tidak akan memperkenalkan mereka kecuali kepada orang-orang yang serupa dengan mereka, atau kepada orang yang bakal mendapat manfaat dari mereka – untuk mengenal dan mendekat kepada-Nya.”
As Sarraj at-Tusi mengatakan : “Jika ada yang menanyakan kepadamu perihal siapa sebenarnya wali itu dan bagaimana sifat mereka, maka jawablah : Mereka adalah orang yang tahu tentang Allah dan hukum-hukum Allah, dan mengamalkan apa yang diajakrkan Allah kepada mereka. Mereka adalah hamba-hamba Allah yang tulus dan wali-wali-Nya yang bertakwa“.
Dari Abu Umamah ra, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “berfirman Allah Yang Maha Besar dan Agung: “Diantara para wali-Ku di hadhirat-Ku, yang paling menerbitkan iri-hati ialah si mu’min yang kurang hartanya, yang menemukan nasib hidupnya dalam shalat, yang paling baik ibadat kepada Tuhannya, dan taat kepada-Nya dalam keadaan tersembunyi maupun terang. Ia tak terlihat di antara khalayak, tak tertuding dengan telunjuk. Rezekinya secukupnya, tetapi iapun sabar dengan hal itu. Kemudian Beliau shallallahu alaihi wasallam menjentikkan jarinya, lalu bersabda: ”Kematiannya dipercepat, tangisnya hanya sedikit dan peninggalannya amat kurangnya”. (HR. At Tirmidzi, Ibn Majah, Ibn Hanbal)”.
Para Wali Allah (kekasih Allah) , jika melihat mereka mengingatkan kita kepada Allah
Dari Amru Ibnul Jammuh, katanya: “Ia pernah mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Allah berfirman: “Sesungguhnya hamba-hambaKu, wali-waliKu adalah orang-orang yang Aku sayangi. Mereka selalu mengingatiKu dan Akupun mengingat mereka.” (Hadis riwayat Abu Daud dalam Sunannya dan Abu Nu’aim dalam Hilya jilid I hal. 6)
Dari Said ra, ia berkata: “Ketika Rasulullah shallallahu alaihi wasallam ditanya: “Siapa wali-wali Allah?” Maka beliau bersabda: “Wali-wali Allah adalah orang-orang yang jika dilihat dapat mengingatkan kita kepada Allah.”(Hadis riwayat Ibnu Abi Dunya di dalam kitab Auliya’ dan Abu Nu’aim di dalam Al Hilya Jilid I hal 6)
Imam Al-Bazzaar meriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, ia mengatakan, seseorang bertanya, ya Rasulullah shallalahu alaihi wasallam, siapa para wali Allah itu? Beliau menjawab, “Orang-orang yang jika mereka dilihat, mengingatkan kepada Allah,” (Tafsir Ibnu Katsir III/83).
Para Wali Allah (kekasih Allah) selalu sabar, wara’ dan berbudi pekerti yang baik.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra bahwa“Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Ada tiga sifat yang jika dimiliki oleh seorang, maka ia akan menjadi wali Allah, iaitu: pandai mengendalikan perasaannya di saat marah, wara’ dan berbudi luhur kepada orang lain.” (Hadis riwayat Ibnu Abi Dunya di dalam kitab Al Auliya’)“
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Wahai Abu Hurairah, berjalanlah engkau seperti segolongan orang yang tidak takut ketika manusia ketakutan di hari kiamat. Mereka tidak takut siksa api neraka ketika manusia takut. Mereka menempuh perjalanan yang berat sampai mereka menempati tingkatan para nabi. Mereka suka berlapar, berpakaian sederhana dan haus, meskipun mereka mampu. Mereka lakukan semua itu demi untuk mendapatkan redha Allah. Mereka tinggalkan rezeki yang halal karena akan amanahnya. Mereka bersahabat dengan dunia hanya dengan badan mereka, tetapi mereka tidak tertipu oleh dunia. Ibadah mereka menjadikan para malaikat dan para nabi sangat kagum. Sungguh amat beruntung mereka, alangkah senangnya jika aku dapat bertemu dengan mereka.” Kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menangis karena rindu kepada mereka. Dan beliau bersabda: “Jika Allah hendak menyiksa penduduk bumi, kemudian Dia melihat mereka, maka Allah akan menjauhkan siksaNya. Wahai Abu Hurairah, hendaknya engkau menempuh jalan mereka, sebab siapapun yang menyimpang dari penjalanan mereka, maka ia akan mendapati siksa yang berat”. (Hadis riwayat Abu Hu’aim dalam kitab Al Hilya)
Para Wali Allah (kekasih Allah) suka menangis dan mengingat Allah.
‘Iyadz ibnu Ghanam menuturkan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Malaikat memberitahu kepadaku: “Sebaik-baik umatku berada di tingkatan-tingkatan tinggi. Mereka suka tertawa secara terang, jika mendapat nikmat dan rahmat dari Allah, tetapi mereka suka menangis secara rahasia, karena mereka takut mendapat siksa dari Allah. Mereka suka mengingat Tuhannya di waktu pagi dan petang di rumah-rumah Tuhannya. Mereka suka berdoa dengan penuh harapan dan ketakutan. Mereka suka memohon dengan tangan mereka ke atas dan ke bawah. Hati mereka selalu merindukan Allah. Mereka suka memberi perhatian kepada manusia, meskipun mereka tidak dipedulikan orang. Mereka berjalan di muka bumi dengan rendah hati, tidak congkak, tidak bersikap bodoh dan selalu berjalan dengan tenang. Mereka suka berpakaian sederhana. Mereka suka mengikuti nasihat dan petunjuk Al Qur’an. Mereka suka membaca Al Qur’an dan suka berkorban. Allah suka memandangi mereka dengan kasih sayangNya. Mereka suka membahagikan nikmat Allah kepada sesama mereka dan suka memikirkan negeri-negeri yang lain. Jasad mereka di bumi, tapi pandangan mereka ke atas. Kaki mereka di tanah, tetapi hati mereka di langit. Jiwa mereka di bumi, tetapi hati mereka di Arsy. Roh mereka di dunia, tetapi akal mereka di akhirat. Mereka hanya memikirkan kesenangan akhirat. Dunia dinilai sebagai kubur bagi mereka. Kubur mereka di dunia, tetapi kedudukan mereka di sisi Allah sangat tinggi. Kemudian beliau menyebutkan firman Allah yang artinya: “Kedudukan yang setinggi itu adalah untuk orang-orang yang takut kepada hadiratKu dan yang takut kepada ancamanKu.” (Hadis riwayat Abu Nu’aim dalam Hilya jilid I, hal 16)
Para wali Allah jika mereka meminta akan dikabulkanNya
Dari Anas ibnu Malik ra berkata: “Rasul shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Berapa banyak manusia lemah dan dekil yang selalu dihina orang, tetapi jika ia berkeinginan, maka Allah memenuhinya, dan Al Barra’ ibnu Malik, salah seorang di antara mereka.” Ketika Barra’ memerangi kaum musyrikin, para Sahabat: berkata: “Wahai Barra’, sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda: “Andaikata Barra’ berdoa, pasti akan terkabul. Oleh karena itu, berdoalah untuk kami.” Maka Barra’ berdoa, sehingga kami diberi kemenangan. Di medan peperangan Sus, Barra’ berdo’a: “Ya Allah, aku mohon, berilah kemenangan kaum Muslimin dan temukanlah aku dengan NabiMu.” Maka kaum Muslimin diberi kemenangan dan Barra’ gugur sebagai syahid.
Suatu hari Umar r.a. kedatangan rombongan dari Yaman, lalu ia bertanya: “Adakah di antara kalian yang datang dari suku Qarn?”. Lalu seorang maju ke dapan menghadap Umar. Orang tersebut saling bertatap pandang sejenak dengan Umar. Umar pun memperhatikannya dengan penuh selidik. “Siapa namamu?” tanya Umar. “Aku Uwais”, jawabnya datar. “Apakah engkau hanya mempunyai seorang Ibu yang masih hidup?, tanya Umar lagi. “Benar, Amirul Mu’minin”, jawab Uwais tegas. Umar masih penasaran lalu bertanya kembali “Apakah engkau mempunyai bercak putih sebesar uang dirham?” (maksudnya penyakit kulit berwarna putih seperti panu tapi tidak hilang). “Benar, Amirul Mu’minin, dulu aku terkena penyakit kulit “belang”, lalu aku berdo’a kepada Allah agar disembuhkan. Alhamdulillah, Allah memberiku kesembuhan kecuali sebesar uang dirham di dekat pusarku yang masih tersisa, itu untuk mengingatkanku kepada Tuhanku”. “Mintakan aku ampunan kepada Allah”. Uwais terperanjat mendengar permintaan Umar tersebut, sambil berkata dengan penuh keheranan. “Wahai Amirul Mu’minin, engkau justru yang lebih behak memintakan kami ampunan kepada Allah, bukankah engkau sahabat Nabi?” Lalu Umar berkata “Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkata “Sesungguhnya sebaik-baik Tabi’in adalah seorang bernama Uwais, mempunyai seorang ibu yang selalu dipatuhinya, pernah sakit belang dan disembuhkan Allah kecuali sebesar uang dinar di dekat pusarnya, apabila ia bersumpah pasti dikabulkan Allah. Bila kalian menemuinya mintalah kepadanya agar ia memintakan ampunan kepada Allah” Uwais lalu mendoa’kan Umar agar diberi ampunan Allah. Lalu Uwais pun menghilang dalam kerumunan rombongan dari Yaman yang akan melanjutkan perjalanan ke Kufah. (HR Ahmad)
Riwayat tersebut bukan berarti Sayyidina Umar ra tidak termasuk wali Allah (kekasih Allah) namun sekedar mengabarkan Uwais ra adalah seorang wali Allah di antara Tabi’in
Bumi ini tidak pernah kosong dari para Wali Allah
Imam Sayyidina Ali Bin Abi Thalib berkata kepada Kumail An Nakha’i: “Bumi ini tidak akan kosong dari hamba-hamba Allah yang menegakkan agama Allah dengan penuh keberanian dan keikhlasan, sehingga agama Allah tidak akan punah dari peredarannya. Akan tetapi, berapakah jumlah mereka dan dimanakah mereka berada? Kiranya hanya Allah yang mengetahui tentang mereka. Demi Allah, jumlah mereka tidak banyak, tetapi nilai mereka di sisi Allah sangat mulia. Dengan mereka, Allah menjaga agamaNya dan syariatNya, sampai dapat diterima oleh orang-orang seperti mereka. Mereka menyebarkan ilmu dan ruh keyakinan. Mereka tidak suka kemewahan, mereka senang dengan kesederhanaan. Meskipun tubuh mereka berada di dunia, tetapi rohaninya membumbung ke alam malakut. Mereka adalah khalifah-khalifah Allah di muka bumi dan para da’i kepada agamaNya yang lurus. Sungguh, betapa rindunya aku kepada mereka” (Nahjul Balaghah hal 595 dan Al Hilya jilid 1 hal. 80)
Para Wali Allah (kekasih Allah) adalah penerus setelah khataman Nabiyyin ditugaskan untuk “menjaga” agama Islam. Rasulullah mengkiaskannya dengan estafet (penyerahan) “bendera”.
Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada Ali, -ketika beliau mengangkatnya sebagai pengganti (di Madinah) dalam beberapa peperangan beliau. Ali bertanya; Apakah anda meninggalkanku bersama para wanita dan anak-anak! beliau menjawab: Wahai Ali, tidakkah kamu rela bahwa kedudukanmu denganku seperti kedudukan Harun dengan Musa? hanya saja tidak ada Nabi setelahku. Dan saya juga mendengar beliau bersabda pada Perang Khaibar; Sungguh, saya akan memberikan bendera ini kepada seorang laki-laki yang mencintai Allah dan RasulNya dan Allah dan RasulNya juga mencintainya. Maka kami semuanya saling mengharap agar mendapatkan bendera itu. Beliau bersabda: Panggilllah Ali! (HR Muslim 4420)
Imam Sayyidina Ali ra adalah bertindak sebagai Nabi namun bukan Nabi karena tidak ada Nabi setelah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Beliau adalah Imam para Wali Allah
Sebagaimana yang dialami oleh Sayyidina Ali ra (imam para wali Allah), para Wali Allah memang pada umumnya terkena fitnah
Rasulullah bersabda :
اِنَّ ِللهِ ضَنَائِنَ مِنْ عِبَادِهِ يُعْذِيْهِمْ فِى رَحْمَتِهِ وَيُحْيِيْهِمْ فِى عَافِيَتِهِ اِذَا تَوَافَّاهُمْ تَوَافاَّهُمْ اِلَى جَنَّتِهِ اُولَئِكَ الَّذِيْنَ تَمُرُّ عَلَيْهِمُ الْفِتَنُ كَقَطْعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ وَهُوَ مِنْهَا فِى عَافِيَةٍ
Sesungguhnya bagi Allah ada orang-orang yang baik (yang tidak pernah menonjolkan diri di antara para hamba-Nya yang dipelihara dalam kasih sayang dan dihidupkan di dalam afiat (sehat yang sempurna). Apabila mereka diwafatkan, niscaya dimasukkan kedalam surganya. Mereka terkena fitnah atau ujian, sehingga mereka seperti berjalan di sebagian malam yang gelap, sedang mereka selamat daripadanya. (Hadis riwayat Abu Nu’aim dalam kitab Al Hilya jilid I hal 6)
mutiara zuhud
Salah satu kesamaan antara kaum Syiah (mereka yang mengaku-aku mencintai ahlul bait)
jawab
itu menurut antum bukan menurut fakta dan data. kalo antum tuduh mereka mengaku-ngaku mencintai ahlul bait lalu bagaimana dgn suni yg nota bene tak pernah meriwayatkan walaupun satu hadist dari ahlul bait sambung menyabung sampai kerasulullah.didalam kitabus as sitah . INIKAH BENTUK KECINTAAN KALIAN TERHADAP AHLUL BAIT ????
KALO KALIAN MENCINTAI AHLUL BAIT PASTI KALIAN MENGIKUTI MAZHAB AHLUL BAIT YAITU IMAM JAFAR AS SIDIQ. tetapi kalian lebih memilih 4 mazhab dimana mereka tak satupun berasal dari ahlul bait. padahal kalian ketahui imam maliki dan imam abu hanifah pernah menjadi murid veliau bahkan mereka mengakui ilmu jafar as sidiq berada jauh diatas mereka. Dan tak ada ulama dimasa imam jafar as sidiq yg tak mengakui kealiman, ketaqwaan dan ketawadhuan imam ja’far as sidik .
Tapi fakta mengemukakan hanya syiah imamiyah 12 imam yg mengikuti fatwa2 beliau sedangkan suni tak menirimanya sebagai imam mazhab
inikah bentuk kecintaan suni kepada ahlul bait ??????
berikut akan ana beritahu beberapa kemulian keutamaan ahlul bait nabi saw sehingga wajib…..sekali lagi ana katakan wajib seorang yg beriman ikut petunjuk mereka. Karena mereka sudah mendapatkan SK dari nabi saw untuk diikuti agar kaum muslim mau selamat .
Al-Dhahabi yang merupakan seorang ulamak yang terkenal, berkata di dalam Tadhkirat al-Huffaz, Jilid. 4, ms. 298, dan Ibn Hajar al-’Asqalani berkata didalam al-Durar al-Kaminah, Jilid. 1, ms. 67 bahawa Sadruddin Ibrahim bin Muhammad bin al-Hamawayh al-Juwayni al-Shafi’i merupakan seorang ulama hadith yang terkenal. Beliau (Al-Juwayni) melaporkan dari Abdullah ibn Abbas ra yang melaporkan dari Rasulullah saw yang bersabda,
“Aku adalah penghulu bagi para Nabi dan Ali ibn Abi Talib adalah penghulu bagi penggantiku, dan selepas daripada aku, penggantiku adalah 12, yang pertama merupakan Ali ibn Abi Talib dan yang terakhir merupakan Al Mahdi.“
Al-Juwayni juga meriwayatkan daripada Ibn ‘Abbas (ra) yang meriwayatkan daripada Rasulullah saw:
“Sesungguhnya Khalifahku dan pewarisku dan Hujjah Allah keatas makhlukNya selepas dari ku adalah 12. Yang pertama daripada mereka adalah saudaraku dan yang terakhir daripada mereka adalah anakku (cucu).“ Baginda ditanya: “Ya Rasulullah, Siapakah saudaramu?” Beliau menjawab, “Ali ibn Abi Talib” Kemudian mereka bertanya lagi, “Dan siapakah anakmu?” Rasulullah saw menjawab, “Al Mahdi, beliau yang akan memenuhi dunia ini dengan keadilan dan kesaksamaan seperti mana pada ketika itu ia dipenuhi oleh ketidakadilan dan kekejaman. Dengan Dia yang telah mengangkatku sebagai pemberi khabar buruk dan khabar baik, biarpun hanya sehari tinggal untuk kehidupan dunia ini, Allah Maha Kuasa akan memanjangkan hari itu sehingga beliau menghantar anakku Mahdi, kemudian Beliau akan menyuruh Ruhullah ‘Isa ibn Maryam as untuk turun dan solat dibelakang beliau (Mahdi). Dan dunia akan disinari oleh cahaya kehebatannya. Dan kekuasaannya akan mencapai timur dan barat.”
Al-Juwayni juga meriwayatkan bahawa Rasululla saw juga memberitahu: “Aku, Ali, Hasan, Husayn dan sembilan orang daripada zuriat Husayn adalah mereka yang disucikan dan yang tidak melakukan kesalahan.”
[Al-Juwayni, Fara’id al-Simtayn, Mu’assassat al-Mahmudi li-Taba’ah, Beirut 1978, p. 160.]
HADIST TSAQALAIN
Dari Zaid bin Tsabit RA yang berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda“Sesungguhnya Aku telah meninggalkan di tengah-tengah kalian dua Khalifah yaitu Kitab Allah yang merupakan Tali yang terbentang antara bumi dan langit, serta KeturunanKu Ahlul BaitKu. Keduanya tidak akan berpisah sampai menemuiKu di Telaga Surga Al Haudh. (Hadis Ini diriwayatkan oleh Ahmad bin Hanbal dalam Musnad Ahmad jilid 5 hal 182, Syaikh Syuaib Al Arnauth dalam Takhrij Musnad Ahmad menyatakan bahwa hadis ini shahih. Hadis ini juga diriwayatkan oleh Ath Thabrani dalam Mu’jam Al Kabir jilid 5 hal 154, Al Haitsami dalam Majma’ Az Zawaid jilid 1 hal 170 berkata “para perawi hadis ini tsiqah”. Hadis ini juga disebutkan olehAs Suyuthi dalam Jami’ Ash Shaghir hadis no 2631 dan beliau menyatakan hadis tersebut Shahih.)
HADIST SAFINAH ( AHLUL BAIT SEPERTI BAHTERA NABI NUH)
عن ابن عباس رضى الله عنهما قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم (مثل اهل بيتى كمثل سفينة نوح من
عن أبو ذر سمعت رسول الله صلى الله عليه و سلم يقول : مثل أهل بيتي مثل سفينة نوح من ركبها نجا و من تخلف عنها غرق [المستدرك الجزء 2 صفحة 373
Dari Abu Dzar ra. berkata, aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perumpamaan ahli baitku adalah seperti kapal Nuh as, barangsiapa menaikinya akan selamat dan barangsiapa yang bertetentangan darinya [tidak menaikinya] akan tenggelam.” [Al-Mustadrak juz 2: 373]
AHLUL BAIT SEPERTI KEPALA TERHADAP BADAN
Jadikanlah Ahl baitku daripada kamu seperti kedudukan kepala daripada jasad dan seperti kedudukan dua mata daripada kepala, maka sesungguhnya tubuh badan itu tidak dapat menuju ke arah yang betul melainkan dengan kepala dan kepala itu tidak dapat menuju ke arah’ yang betul melainkan dengan dua mata.” ( Syabrawi al-Syafi’i, al-Ithaf bi Hubb al-Asyraf, h.26)
BERPEGANG TEGUH KEPADA AHLUL BAIT DAN BERJALAN MENGIKUT PERJALANAN MEREKA, DI JAMIN KESELAMATAN DARIPADA PERPECAHAN DAN PERSELISIHAN.
AT-Tabrani meriwayatkan (hadith) daripada Ibn ‘Abbas r.d. bahawa Nabi s. ‘a.w bersabda:
“Bintang-bintang adalah keamanan bagi penghuni bumi daripada tenggelam dan ahli baitku adalah keamanan bagi penghuni bumi daripada perselisihan.”
(al-Syabrawi al-Syafi’I, al-Ithaf bi Hubb al-Ashraf, h.20; al-Hakim dalam al-Mustadrak al-Sahihain, j3. h.143, dan berkata bahawa hadith ini sahih sanadnya tetapi tidak dikeluarkan seperti yang dikemukakan oleh al-Muttaqi dalam Kanz al-Ummal, jld.6. hal.217; Ibn Hajar dalam al-Sawa’iq dan menganggapnya sebagai hadith sahih, hal.140.)
BUKANKAH SEMUA HADIST2 KEUTAMAAN AHLUL BAIT ITU DIPEGANG ERAT2 OLEH GIGI GERAHAN ORG YG BERMAZHAB SYIAH !!!!!!!
BUKANKAH ORG SUNI ENGAN MENJADIKAN MEREKA ADALAH SUMBER KEBENARAN DAN RUJUKAN DALAM BERHUJJAH DAN BERPEDOMAN DGN MEREKA
BUKANKAH ORG SUNI LEBIH MEMILIH DAN MEMBATASI MAZHAB ISLAM HANYA EMAPAT TIDAK LIMA ( IMAM JA’FAR TIDAK DIAKAUI OLEH SUNI MAZHABNYA ).
BUKANKAH SYIAH YG MENGIKUTI MAZHAB JA’FARIYAH.
LALU DGN BUKTI2 SEPERETI INI MASIH PUNYA MALUKAH ANTUM BERBICARA : ” SYIAH HANYA MENGAKU-NGAKU MENCINTAI AHLUL BAIT NABI SAW ????? SUNGGUH KASIHAN SAYA MELIHAT ANTUM WAHAI AKHI ZON DALAM BERBICARA TANPA DASAR ILMU
Mas Jalan ahlul bait, bukan kami tidak mengakui Imam Ja’far namun pada masa kini tidak ada ulama yang memiliki ilmu riwayah dan dirayah dari Imam Ja’far
Contoh yang lain bahwa orang-orang yang mengaku-ngaku bermazhab dengan Imam Zaid bin Ali bin al-Husain bin Ali bin Abi Thalib pada kenyataannya mereka adalah orang-orang yang mengikuti orang-orang bekas tentara (pengikut) Imam Zaid
Salah satu ulama Zaidiyyah, Imam Ahmad as-Syarafiy (w. 1055 H) menegaskan bahwa: “Syi’ah Zaidiyah terpecah kepada tiga golongan, yaitu: Batriyah, Jaririyah, dan Garudiyah. Dan konon ada yang membagi sekte Zaidiyah kepada: Shalihiyah, Sulaimaniyah dan Jarudiyah. Dan pandangan Shalihiyah pada dasarnya sama dengan pandangan Batriyyah. Dan sekte Sulaymaniyah sebenarnya adalah Jarririyah. Jadi ketiga sekte tersebut merupakan golongan-golongan Syi’ah Zaidiyyah pada era awal. Ketiga sekte inipun tidak berafiliasi kepada keturunan Ahlu Bait sama sekali. Mereka hanyalah sekedar penyokong berat (bekas tentara atau pasukan) imam Zaid ketika terjadi revolusi melawan Bani Umayah, dan mereka ikut berperang bersama imam Zaid”.
Begitupula menurut pendapat Dr. Samira Mukhtar al-Laitsi dalam bukunya (Jihad as-Syi’ah), ketiga sekte tersebut merupakan golongan Syi’ah Zaidiyyah di masa pemerintahan Abbasiah. Dan mayoritas dari mereka ikut serta dalam revolusi imam Zaid. Dan ketiga sekte tersebut dianggap paling progresif dan popular serta berkembang pesat pada masa itu. Dan setelah abad kedua, gerakan Syi’ah Zaidiyah yang nampak di permukaan hanyalah sekte Garudiyah. Hal ini disebabkan karena tidak ditemukannya pandangan-pandangan yang dinisbahkan kepada sekte Syi’ah Zaidiyah lainnya.
Jika kaum syiah benar mengikuti ahlul bait maka mereka akan mengikuti apa yang disampaikan oleh Al Imam Al Haddad dan yang setingkat dengannya, sampai ke Al Imam Umar bin Abdurrahman Al Attos dan yang setingkat dengannya, sampai ke Asy’syeh Abubakar bin Salim, kemudian Al Imam Syihabuddin, kemudian Al Imam Al Aidrus dan Syeh Ali bin Abibakar, kemudian Al Imam Asseggaf dan orang orang yang setingkat mereka dan yang diatas mereka, sampai keguru besar Al Fagih Almuqoddam Muhammad bin Ali Ba’alawi Syaikhutthoriqoh dan orang orang yang setingkat dengannya, sampai ke Imam Ahmad Al Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali Al Uraidhi bin Ja’far Ash Shodiq bin Muhammad Al Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Husain ra
Imam Ahmad Al Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali Al Uraidhi bin Ja’far Ash Shodiq bin Muhammad Al Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Husain ra sejak Abad 7 H di Hadramaut Yaman beliau menganut madzhab Syafi’i dalam fiqih , Ahlus Sunnah wal jama’ah dalam akidah (i’tiqod) mengikuti Imam Asy’ari (bermazhab Imam Syafi’i) dan Imam Maturidi (bermazhab Imam Hanafi) serta tentang akhlak atau tentang ihsan mengikuti ulama-ulama tasawuf yang muktabaroh dan bermazhab dengan Imam Mazhab yang empat.
Di Hadramaut kini, akidah dan madzhab Imam Al Muhajir yang adalah Sunni Syafi’i, terus berkembang sampai sekarang, dan Hadramaut menjadi kiblat kaum sunni yang “ideal” karena kemutawatiran sanad serta kemurnian agama dan aqidahnya.
Dari Hadramaut (Yaman), anak cucu Imam Al Muhajir menjadi pelopor dakwah Islam sampai ke “ufuk Timur”, seperti di daratan India, kepulauan Melayu dan Indonesia. Mereka rela berdakwah dengan memainkan wayang mengenalkan kalimat syahadah , mereka berjuang dan berdakwah dengan kelembutan tanpa senjata , tanpa kekerasan, tanpa pasukan , tetapi mereka datang dengan kedamaian dan kebaikan. Juga ada yang ke daerah Afrika seperti Ethopia, sampai kepulauan Madagaskar. Dalam berdakwah, mereka tidak pernah bergeser dari asas keyakinannya yang berdasar Al Qur’an, As Sunnah, Ijma dan Qiyas.
Prof.Dr.H. Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA) dalam majalah tengah bulanan “Panji Masyarakat” No.169/ tahun ke XV11 15 februari 1975 (4 Shafar 1395 H) halaman 37-38 menjelaskan bahwa pengajaran agama Islam di negeri kita diajarkan langsung oleh para ulama keturunan cucu Rasulullah seperti Syarif Hidayatullah atau yang dikenal dengan Sunan Gunung Jati. Berikut kutipan penjelasan Buya Hamka
***** awal kutipan ****
“Rasulallah shallallahu alaihi wasallam mempunyai empat anak-anak lelaki yang semuanya wafat waktu kecil dan mempunyai empat anak wanita. Dari empat anak wanita ini hanya satu saja yaitu (Siti) Fathimah yang memberikan beliau shallallahu alaihi wasallam dua cucu lelaki dari perkawinannya dengan Ali bin Abi Thalib. Dua anak ini bernama Al-Hasan dan Al-Husain dan keturunan dari dua anak ini disebut orang Sayyid jamaknya ialah Sadat. Sebab Nabi sendiri mengatakan, ‘kedua anakku ini menjadi Sayyid (Tuan) dari pemuda-pemuda di Syurga’. Dan sebagian negeri lainnya memanggil keturunan Al-Hasan dan Al-Husain Syarif yang berarti orang mulia dan jamaknya adalah Asyraf.
Sejak zaman kebesaran Aceh telah banyak keturunan Al-Hasan dan Al-Husain itu datang ketanah air kita ini. Sejak dari semenanjung Tanah Melayu, kepulauan Indonesia dan Pilipina. Harus diakui banyak jasa mereka dalam penyebaran Islam diseluruh Nusantara ini. Diantaranya Penyebar Islam dan pembangunan kerajaan Banten dan Cirebon adalah Syarif Hidayatullah yang diperanakkan di Aceh. Syarif kebungsuan tercatat sebagai penyebar Islam ke Mindanao dan Sulu. Yang pernah jadi raja di Aceh adalah bangsa Sayid dari keluarga Jamalullail, di Pontianak pernah diperintah bangsa Sayyid Al-Qadri. Di Siak oleh keluaga Sayyid bin Syahab, Perlis (Malaysia) dirajai oleh bangsa Sayyid Jamalullail. Yang dipertuan Agung 111 Malaysia Sayyid Putera adalah Raja Perlis. Gubernur Serawak yang ketiga, Tun Tuanku Haji Bujang dari keluarga Alaydrus.
Kedudukan mereka dinegeri ini yang turun temurun menyebabkan mereka telah menjadi anak negeri dimana mereka berdiam. Kebanyakan mereka jadi Ulama. Mereka datang dari hadramaut dari keturunan Isa Al-Muhajir dan Fagih Al-Muqaddam. Yang banyak kita kenal dinegeri kita yaitu keluarga Alatas, Assegaf, Alkaff, Bafaqih, Balfaqih, Alaydrus, bin Syekh Abubakar, Alhabsyi, Alhaddad, Al Jufri, Albar, Almusawa, bin Smith, bin Syahab, bin Yahya …..dan seterusnya.
Yang terbanyak dari mereka adalah keturunan dari Al-Husain dari Hadramaut (Yaman selatan), ada juga yang keturunan Al-Hasan yang datang dari Hejaz, keturunan syarif-syarif Makkah Abi Numay, tetapi tidak sebanyak dari Hadramaut. Selain dipanggil Tuan Sayid mereka juga dipanggil Habib. Mereka ini telah tersebar didunia. Di negeri-negeri besar seperti Mesir, Baqdad, Syam dan lain-lain mereka adakan NAQIB, yaitu yang bertugas mencatat dan mendaftarkan keturunan-keturunan Sadat tersebut. Disaat sekarang umum- nya mencapai 36-37-38 silsilah sampai kepada Sayyidina Ali bin Abi Thalib dan Sayyidati Fathimah Az-Zahra ra.
****** akhir kutipan *****
AKHI ZON
Tentulah manusia selain Rasulullah tidak luput dari dosa namun para ulama dari kalangan ahlul bait, keturunan cucu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mendapatkan pengajaran agama
JAWAB
Ana nasehatkan antum agar jangan tersesat dijalan yg lurus dan mengeluarkan perkataan dimana antum tidak mengetahuinya sedikitpun.
Selain nabi saw ada 4 sosok manusia suci ( ali, Fatimah hasan dan husein) dimana kesucian mereka dikatakan oleh Allah sendiri dalam Al-quran
SESUNGGUHNYA ALLAH BERMAKSUD HENDAK MENGHILANGKAN DOSA DARI KAMU, HAI AHLUL BAIT DAN MEMBERSIHKAN KAMU SESUCI-SUCINYA ( QS. 33:33)
Untuk lebih jelasnya ttg kebenaran 4 manusia pilihan tersebut selain rasulullah .silahkan antum merujuk pada hadist yg diriwayatkan oleh ummu salamah salah seorang istri nabi saw dimana ayat tersebut turun dirunahnya.
Artinya perkataan antum “Tentulah manusia selain Rasulullah tidak luput dari dosa “ TIDAL BERDASAR DAN HANYA BERASUMSI BELAKA . TAPI KALO RASULULLAH ADALAH MANUSIA SUCI DAN LEBIH UTAMA DIBANDINGKAN PARA NABI DAN KEEMPAT AHLUL BAIT NABI SAW TSB TIDAK ADA SATUPUN ORG SYIAH YG MENGINGKARINYA.
JIKA ANTUM TTP NGEYEL PADA PENDAPAT ANTUM MAKA ANA MEMINTA 1 SAJA DOSA YG DILAKUKAN OLEH IMAM ALI AS, FATIMAH AS , HASAN AS DAN HUSEIN AS . DITUNGGU JAWABAN ANTUM
MAS AKHI ZON
Pernyataan antum mengambarkan antum sangat awan ttg ajaran syiah itu sendiri. Semua referensi yg antum gunakan berasal dari kalangan suni yg banyak membenci ahlul bait. Antum akan menjadi tertawaan orang syiah bahkan yg paling awam sekalipun dgn perkataan antum ini : “Mas Jalan ahlul bait, bukan kami tidak mengakui Imam Ja’far namun pada masa kini tidak ada ulama yang memiliki ilmu riwayah dan dirayah dari Imam Ja’far”
Itu sama saja antum tak mengakui keilmuan dan keutamaaan ahlul bait nabi saw sebagai pembawa petunjuk meneruskan risalah kakek mereka. Antum lebih percaya perkataan 4 imam dan berpegang pada mereka apapun yg dikatakan mereka. Sedangkan perkataaan imam ja’far, fiqih imam ja’far tak ada diikuti oleh org suni. LALU DGN ALASAN APA ANTUM MENGATAKAN KALIAN MENGIKUTI PETUNJUK AHLUL BAIT ATAU MENCINTAI AHLUL BAIT. INI JELAS2 DUSTA !!!!.
ORG SYIAH IMAMAMAH 12 imam YG NYATA2 MENGIKUTI MAZHAB AHLUL BAIT (jafariyah),!!!!
Iran-syiah imamiyah yg mengaangkat ahlul bait nabi saw sebagai pimpinan tertinggi Negara dan agama dan mereka taat kepada keputusan ahlul bait nabi tsb KALIAN KATAKAN HANYA PURA2 MENCINTAI AHLUL BAIT SEDANGKAN KALIAN YG TAK MENGIKUTI, dan tak mengakui kepemimpinan ahlul bait dizaman sekarang ini MENGKLAIM MENCINTAI AHLUL BAIT . Sungguh analogy yg memyedihkan.
Ana mau Tanya siapa yg kalian angkat sebagai pimpinan tertinggi ULAMA ahlul bait sekarang ini dimana kalian taqlid atas keputusan nya(sebagaimana kalian taqlid dgn 4 imam mazhab)DAN MEYAKINI MEREKA PEMBAWA KEBENARAN DAN PETUNJUK KAKEK MEREKA YAITU RASULULLAH SAW ????? TAK ADA !!!!!!
ANDA LIHAT DISELURUH NEGARA2 ISLAM DIDUNIA SELAIN IRAN, ADAKAH MEREKA MENGANGKAT PIMPINAN SEKALIGUS ULAMA YG HARUS DITAATI DALAM KEHIDUPAN MEREKA BERASAL DARI AHLUL BAIT NABI SAW ????
Lalu apa alasan antum mengatakan syiah hanya berpura2 mencintai ahlul bait nabi saw . Dan yg mencintai ahlul bait hanya dari kalangan suni .MASUK AKALKAH ALASAN ANTUM INI ????? SUNGGUH LELUCON YG AMAT MENGELIKAN.
Satu lagi pernyataan antum yg lucu
Akhi zon
Jika kaum syiah benar mengikuti ahlul bait maka mereka akan mengikuti apa yang disampaikan oleh Al Imam Al Haddad dan yang setingkat dengannya, sampai ke Al Imam Umar bin Abdurrahman Al Attos dan yang setingkat dengannya, sampai ke Asy’syeh Abubakar bin Salim, kemudian Al Imam Syihabuddin, kemudian Al Imam Al Aidrus dan Syeh Ali bin Abibakar, kemudian Al Imam Asseggaf dan orang orang yang setingkat mereka dan yang diatas mereka, sampai keguru besar Al Fagih Almuqoddam Muhammad bin Ali Ba’alawi Syaikhutthoriqoh dan orang orang yang setingkat dengannya, sampai ke Imam Ahmad Al Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali Al Uraidhi bin Ja’far Ash Shodiq bin Muhammad Al Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Husain ra
Jawab
Saya mau Tanya apakah antum yg paling tahu tentang ajaran syiah khususnya 12 imam atau org syiah sendiri ????
Sudah berapa puluh kitab yg antum baca ttg kitab2 yg mereka tulis ????
Apakah antum mau membenarkan jika ada org syiah yg mengatakan bahwa :
“jika kalian benar-benar mengikuti sunah nabi saw maka tak layak kalian mengikuti kedua syekh antum tersebut yaitu umar dan abu bakar karena mereka dgn terang2an menentang sunah nabi saw.”
Abu bakar telah membakar 500 hadist nabi yg ada padanya. Umar membakar hadist2 nabi saw dimasa pemerinttahannya . umar terus terang mengatakan bahwa dia tak butuh sunah nabi cukup al-quran saja, beliau menuduh nabi saw MERACAU KARENA SAKIT YG DIDERITA RASULULLAH SAW .
Bahkan umar yg terus terang mengucapkan selamat atas TERPILIHNYA imam ali as SEBAGAI IMAM KAUM MUSLIMIN SERTA atas pelantikannya dighadir kum didepan kaum muslimin SELEPAS HAJI WADA’ tetapi setelah wafat nabi saw beliau mengkhinati ikrar yg dia ucapkan.
BAHKAN HADIST2 SUNI IKUT MERAMAIKAN TTG PERISTIWA PENGANGKATAN ALI AS SEBAGAI KHALIFAH SETELAH NABI SAW dan peristiwa ttg abu bakar dan umar diatas
SAYA MAU TANYA APAKAH ANTUM MAU MEMBENARKAN UCAPAN SAYA DIATAS JIKA SAYA BERIKAN DALIL2NYA DALAM KITAB2 RUJUKAN SUNI YG ANTUM PERCAYAI ????? PASTI ANTUM DUSTAKAN . LALU KENAPA ANTUM MENGIRING ORG SYIAH imamiyah dan lainnya “WAJIB” MENGIKUTI PENDAPAT ANTUM TTG SYIAH ZAIDIYAH ???????
APAKAH ANTUM PUNYA DALIL SHAHIH ?????? KALO PUNYA DALIL SILAHKAN . KALO HANYA PERSEPSI DAN ASUMSI MAKA JELAS2 IA DITOLAK BAGI ORG YG BERAKAL. KARENA AGAMA INI DIBANGUN BERDASAEKAN DALIL BUKAN BERDASARKAN PERSEPSI DAN ASUMSI.
MAKANNYA KEYAKINAN SYIAH IMAMIYAH 12 imam ADALAH : “ KAMI BERPUTAR KEMANAPUN DALIL ( AL-QURAN DAN HADIST SHAHIH) BERPUTAR
SEDANGKAN FAKTA-FAKTA DIATAS YG SEMUANYA MEMPUNYAI DALIL (HADIST2 TSB DIRIWAYATKAN SEBAGIAN ULAMA ANTUM SENDIRI ) DAN PASTI ANTUM DUSTAI ITU LALU APA ALASANNYA ANTUM MENYURUH ORG SYIAH “MENGIKUTI PEMAHAMAN “ MAZHAB ZAIDIYAH TANPA DALIL ??? BISA ANTUM JELASKAN INI ??????
SAYA PUNYA BUKU Al Imam Syihabuddin, DISANA BELIAU MENGATAKAN ALI LEBIH BERHAK ATAS KHALIFAH DARIPADA ABU BAKAR DAN UMAR SETELAH NABI SAW WAFAT. BELIAU JUGA TAK MELARANG ORANG SYIAH MELAKNAT ABU BAKAR DAN UMAR ATAS KESERAKAHAN MEREKA YG MERAMPAS HAK IMAM ALI AS MELALUI KUDETA YG TERKENAL YAITU PERISTIWA SAQIFAH BANI SAIDAH.
ANA MAU TANYA MAUKAH ANTUM MENERIMA PENDAPAT AL IMAM SYIHABUDDIN, KALO SAYA BISA TUNJUKAN REFERENSINYA ????
Di riwayatkan oleh Imam al-Dar Qutni dari Sayyidina ‘Ali bin Abi Thalib Karamallahu wajhu, beliau berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tentang ciri-ciri mereka, lalu Baginda shallallahu alaihi wasallam bersabda:
ينتحلون حب أهل البيت وليسوا كذلك وعلامة ذلك أنهم يسبون أبا بكر وعمر
“Mereka seolah-olah mencintai ahlul bait (keluarga Nabi), padahal mereka tidak sedemikian dan tandanya ialah mereka mencaci Abu Bakar dan ‘ Umar”
Jawab
Silahkan anum copas. Copas tapi tolong disebutkan perawinya dan hadist ini dibab berapa serta no berapa agar kita dapat melihatnya bersama-sama. Apakah perawinya tsiqah atau tidak dalam kitab rijal. Sehingga dalil antum punya nilai. Silahkan ana tunggu
Justru dalil yg antum kemukakan memberatkan kaum suni. Selama saya disuni dahulu tak satu ustad suni yg mengatakan imam ali as dan saidah Fatimah lebih mulia dan lebih utama dari abu bakar, umar dan usman. Semua ustad2 dalam ceramahnya menyebut abu bakar, umar dan usman adalah manusia yg paling utama setelah nabi saw.
Hal ini sudah cukup jelas mengambarkan kaum suni hanya CINTA PALSU dgn ahlul bait nabi saw. Sehingga sabda nabi (kalopun itu shahih) : “Mereka seolah-olah mencintai ahlul bait (keluarga Nabi), padahal mereka tidak sedemikian” DITUJUKAN OLEH MAZHAB SUNI.
AKHI ZON
….maka beliau rela disebut Rafidhi walaupun kita paham bahwa pemahaman syiah rafidhi telah menyelisihi pemahaman Ahlus Sunnah wal Jama’ah
Jawab
Memangnya kalo berlawanan dgn pemahaman ahlul sunah sudah pasti sesat ???….sudah pasti keliru ?????? banyak sekali pemahan syiah rafidhi ( org yg melaknat abu bakar dan umar) yg tak sejalan dgn ajaran kaum suni dan ternyata syiah tersebut benar dan pemahaman suni yg salah.
Contoh pemahaman suni :
1. semua sahabat adalah udul, jujur paling taat kepada Allah dan rasulNYA
2. Kitab bukhari muslim adalah kitab tershahih didunia setelah Al-Quran
3. Khalifah rasyidin adalah abu bakar, umar, usman dan imam ali as
4. Mazhab yg diyakini suni ada 4 ( maliki, hambali, hanafi dan syafi’i) dan kaum suni meyakini mereka adalah org yg shaleh, paling berilmu, paling paham agama dan dapat menyelamatkan manusia dari kesesatan
5. Abu bakar, umar dan usman adalah khalifah yg sah dan berada dijalan yg lurus dan pemerintahan mereka berdasarkan al-quran dan sunah nabi saw
Dari kelima doktrin kaum suni tak ada satupun bersandar pada Al-Quran dan hadist shahih…tak ada satupun.
Inilah pendapat syiah imamiyah 12 imam dan pendapat mereka didukung oleh Al-quran dan sunah nabi saw, serta sebagian ulama suni baik ulama tarikh dan hadist. Hal ini cukup membuktikan kebenaran pendapat ulama2 ahll bait nabi saw ttg ke-5 point yg saya sebutkan
Biaskah akhi zon menerangkan pada saya ttg ucapan antum yg mengatakan bahwa kaum syiah (baca : termasuk syiah imamiyah 12 imam) hanya berpura-pura mencintai ahlul bait nabi saw padahal mereka tidak mencintai mereka. Sedangkan ahlul sunah yg mengklaim mncintai ahlul bait seperti yg didenggung2 dimejid2 dan ceramah2 adalah benar atau suni memang benar-benar atau sungguh2 mencintai ahlul bait.
Pujangga bijak pernah bersyair : Cintamu memerlukan bukti dan pengorbanan. Jika mencintai sesuatu tanpa ada pengorbanan itu namanya CINTA PALSU.
Silahkan pemirsa bloq tanggapi apakah syiah atau suni yg mencintai ahlul bait. Untuk lebih mudahnya saya akan buat fakta2 bukan persepsi apalagi asumsi ; silahkan dikritisi jika saya salah:
1. Syiah meyakini ahlul bait nabi ( imam ali as, saidah fatimah as, imam hasam dan husein as adalah manusia yg telah disucikan oleh allah dari dosa berdasarkan qs.33:33 , dan penjelasan hayat ini silahkan merujuk pada hadist dari ummu salamah
Suni menolaknya dan berkata selain rasulullah tidak ada manusia yg suci dan bebas dari dosa ( dalilnya tak jelas)
2. Jika suatu suatu hadist diyakini syiah keshahihannya / kebenarannya, maka sanadnya wajib melewati ahlul bait nabi saw sampai kerasulullah . Sedangkan suni suatu hadist dapat dikatakan shahih (walaupun diriwayatkan selain ahlul bait nabi saw) dan doktrin suni mengatakan bahwa :”kitab hadist paling shahih bukan berdasarkan periwayatan ahlul bait tapi melalui dua syiekh yaitu imam bukhari dan muslim dimana kitabnya adalah kitab tershahih setelah al-quran walaupun kedua syeikh ini bukan ahlul bait. Bahkan yg lebih parahnya walaupun banyak cerita khurafat, syirik dan hadist dhoif serta palsu didalamnya. Tapi ahlul sunah tetap menganggap kedua kitab ini adalah kitab tershahih setelah al-quran
3. Hadist tentang kekhalifahan imam ali as sebagai penerus dan penganti nabi saw diakui kebenarannya oleh syiah tapi hal ini diingkari oleh suni.
4. Syiah meyakini kebenarannya bahwa ali adalah sahabat yg paling utama, paling berilmu, paling tahu urusan agama dari seluruh sahabat tapi kaum suni mengatakan abu bakar, umar dan usmanlah yg paling utama hal ini dibuktikan bahwa suni mengakui keutamaan ali hanya berada diurutan ke-4 sesuai masa kekhalifahan bukan berdasarkan dalil.
5. Syiah meyakini 12 khalifah yg dimaksud dalam beberapa hadist suni adalah itrah, ahlul bait nabi saw yg berhak memegang kekhalifahan dimuk bumi ini tapi suni menolaknya
6. Sebagai bukti/fakta kecintaan syiah kepada itrah ahlul bait nabi saw mereka meyakini kebenaran, keutamaan dan keluasan ilmu ahlul bait sehingga mereka menempatkan ulama ahlul bait sebagai pimpinan tertinggi negara dan agama dalam mengatur urusan mereka. .hal ini langsung dipraktekan bukan hanya teori basi seperti suni. Silahkan kalian lihat
Contohnya : ketika syiah menjadi mayoritas dalam suatu negara seperti iran dan irak ( dimana mayoritas penduduk kedua negara ini berpaham syiah) mereka menempatkan, memuliakan serta ridho ahlulbait nabi saw sebagai pimpinan tertinggi dalam mengatur negara.
Sedangkan kita ketahui ada belasan bahkan mungkin puluhan jumlah negara2 yg mayoritas penduduknya suni tapi tak ada satupun yg menempatkan ahlul bait nabi saw sebagai pimpinan dan ulama tertinggi yg mengatur dalam hal bernegara.
HANYA 6 SAJA YG DAPAT SAYA SEBUTKAN DARI SEKIAN BANYAK BUKTI SYIAH MENCINTAI ,MENGUTAMAKAN,AHLUL BAIT NABI SAW DARI ORANG LAIN. TAPI ANEHNYA MEREKA YG MENGUTAMAKAN DAN MELEBIHKAN SERTA MENEMPATKAN AHLUL BAIT NABI SAW DITEMPAT YG SELAYAKNYA DISEBUT HANYA PURA2 MENCINTAI AHLUL BAIT NABI SAW SEDANGKAN MEREKA YG TAK BERBUAT SUATU APAPUN YG MENGANGKAT DERAJAT AHLUL BAIT NABI PADA POSISI YG SEBENARNYA MENGKLAIM ADALAH PENCINTA AHLUL BAIT SEJATI.!!!!
SUNGGUH ANEH DAN BERTENTANGAN DENGAN AKAL SEHAT TAPI ITULAH KENYATAANNYA BAGAIMANAPUN BELASAN BUKTI DISODORKAN PASTI KAUM SUNI TETAP MENGATAKAN “KAMILAH PENCINTA AHLUL BAIT SEJATI SDANGKAN SYIAH HANYA BERPURA2. ……HEBAT ARGUMENTASINYA ….AYO….BERI APLUSAN BAGI KAUM SUNI ….(TEPUK TANGAN)
INIKAH BUKTI KALIAN ORANG2 SUNI MENCINTAI ITRAH AHLUL BAIT NABI SAW ????
Mas Jalan ahlul bait, diluar Rasulullah bukan maksum namun ishmah , penjagaan Allah Azza wa Jalla bagi para kekasihNya tergantung manzilah (maqom / derajat) kedekatannya. Termasuk penjagaan terhadap Imam yang 12.
Apa yang diikuti oleh kaum syiah adalah hasil ijtihad dan istinbat para ulama mereka sendiri terhadap Al Qur’an , Hadits yang diriwayatkan oleh ahlul bait, maupun perkataan Imam yang 12. Ijtihad dan istinbat belum tentu benar.
Kalau kaum Wahabi mengaku-ngaku mengikuti Salafush Sholeh namun pada kenyataannya mereka memahami Al Qur’an dan Hadits bersandarkan mutholaah (menelaah kitab) secara otodidak (shahafi) dengan akal pikiran mereka sendiri.
Jadi baik kaum syiah dan kaum wahabi sama-sana bersandar pada hasil ijtihad dan istinbat para ulama mereka sendiri walaupun sumber untuk ijtihad dan istinbatnya berbeda.
Kalau kaum syiah benar mencintai ahlul bait, maka telusurilah dan ikutilah apa yang telah disampaikan oleh Al Imam Al Haddad dan yang setingkat dengannya, sampai ke Al Imam Umar bin Abdurrahman Al Attos dan yang setingkat dengannya, sampai ke Asy’syeh Abubakar bin Salim, kemudian Al Imam Syihabuddin, kemudian Al Imam Al Aidrus dan Syeh Ali bin Abibakar, kemudian Al Imam Asseggaf dan orang orang yang setingkat mereka dan yang diatas mereka, sampai keguru besar Al Fagih Almuqoddam Muhammad bin Ali Ba’alawi Syaikhutthoriqoh dan orang orang yang setingkat dengannya, sampai ke Imam Ahmad Al Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali Al Uraidhi bin Ja’far Ash Shodiq bin Muhammad Al Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Husain ra sejak Abad 7 H di Hadramaut Yaman beliau menganut madzhab Syafi’i dalam fiqih , Ahlus Sunnah wal jama’ah dalam akidah (i’tiqod) mengikuti Imam Asy’ari (bermazhab Imam Syafi’i) dan Imam Maturidi (bermazhab Imam Hanafi) serta tentang akhlak atau tentang ihsan mengikuti ulama-ulama tasawuf yang muktabaroh dan bermazhab dengan Imam Mazhab yang empat.
Di Hadramaut kini, akidah dan madzhab Imam Al Muhajir yang adalah Sunni Syafi’i, terus berkembang sampai sekarang, dan Hadramaut menjadi kiblat kaum sunni yang “ideal” karena kemutawatiran sanad serta kemurnian agama dan aqidahnya.
Dari Hadramaut (Yaman), anak cucu Imam Al Muhajir menjadi pelopor dakwah Islam sampai ke “ufuk Timur”, seperti di daratan India, kepulauan Melayu dan Indonesia. Mereka rela berdakwah dengan memainkan wayang mengenalkan kalimat syahadah , mereka berjuang dan berdakwah dengan kelembutan tanpa senjata , tanpa kekerasan, tanpa pasukan , tetapi mereka datang dengan kedamaian dan kebaikan. Juga ada yang ke daerah Afrika seperti Ethopia, sampai kepulauan Madagaskar. Dalam berdakwah, mereka tidak pernah bergeser dari asas keyakinannya yang berdasar Al Qur’an, As Sunnah, Ijma dan Qiyas
mutiarazuhud
Mas Jalan ahlul bait, diluar Rasulullah bukan maksum namun ishmah , penjagaan Allah Azza wa Jalla bagi para kekasihNya tergantung manzilah (maqom / derajat) kedekatannya. Termasuk penjagaan terhadap Imam yang 12.
jawab
saya berdalil berdasarkan ayat Al-Quran al-Ahzab ayat 33:
Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sesuci-sucinya
lalu antum mengatakan itu : ishmah , penjagaan Allah Azza wa Jalla bagi para kekasihNya tergantung manzilah (maqom / derajat) kedekatannya. Termasuk penjagaan terhadap Imam yang 12.
sungguh hebat antum menafsirkannya ayat tersebut pake tingkat dan tergantung manzilah (maqom / derajat). ana mau tanya :
ANTUM AHLI TAFSIR AL-QURANKAH ??????
YG NAMANYA ORG SUCI ATAU MAKSUM YA PASTI KEKASIH ALLAH DAN PASTI DALAM PENJAGAAN ALLAH. kecuali yg memberikan kesucian adalah antum dan teman2 antum barulah antum membuat asumsi bermacam-macam
tapi saya cukup mengerti ttg alasan antum itu walaupun tak ada ulama 3 generasi terbaik yg menyatakan seperti antum.. Sebab menurut antum mengakui dan merujuk pada keturunan manusia suci tersebut berarti mencampakan 4 mazhab yg antum banggakan selama ini.
Sebab ke-4 mazhab yg antum banggakan hidup dan sezaman dengan imam-imam mazhab syiah ahlul bait keturunan suci FATIMAH AZ ZAHRAH, PENGHULU WANITA SURGA. AYAH DARN KAKEK DARI ORANG YG BERSAMA AL-QURAN DAN AL-QURAN BERSAMANYA KEMANAPUN AIA ( IMAM ALI AS) BERADA.SERTA AYAH DARI KETUA PEMUDA SURGA YAITU AL-HUASEIN. tapi ANEHNYA orang2 suni YG MENGAKU AHLUL SUNAH NABI SAW tak mau mengambil dan mengikuti keturunan 4 manusia suci tersebut malah memilih dari keturunan yg tak jelas ketaqwaan dan ketaatan, keilmuan kakek moyang mereka ( baca: maliki, hambali, hanfi dan syafi;i).
sungguh ana sangat prihatin melihat hal ini ya…akhi zon
buat akhi zon
SAYA PUNYA BUKU Al Imam Syihabuddin, DISANA BELIAU MENGATAKAN ALI LEBIH BERHAK ATAS KHALIFAH DARIPADA ABU BAKAR DAN UMAR SETELAH NABI SAW WAFAT. BELIAU JUGA TAK MELARANG ORANG SYIAH MELAKNAT ABU BAKAR DAN UMAR ATAS KESERAKAHAN MEREKA YG MERAMPAS HAK IMAM ALI AS MELALUI KUDETA YG TERKENAL YAITU PERISTIWA SAQIFAH BANI SAIDAH.
ANA MAU TANYA MAUKAH ANTUM MENERIMA PENDAPAT AL IMAM SYIHABUDDIN, KALO SAYA BISA TUNJUKAN REFERENSINYA ????
tolong dijawab pertanyaan saya ini dan antum jangan berputar2.
pertanyaan saya kedua:
Sebutkan bukti kecintaan kalian kaum suni terhadap ahlul bait nabi saw ?
pertanyaan saya ketiga
Siapa itrah ahlul bait nabi saw yg antum pegang sekarang dimana itrah ahlul bait tersebut masih hidup ?
6 point bukti kecintaan syiah kepada ahlul bait antum abaikan begitu saja. Lalu antum giring org2 syiah dgn mencatut beberapa nama ahlul bait yg bermazhab suni ( syafi’i) adalah mewakili jalan ahlul bait.setelah itu antum jadikan yaman sebagai model ideal org2 yg mencintai ahlul bait.
ULAMA2 AHLUL BAIT ITU BANYAK SEKALI BUKAN HANYA SEGELINTIR ORG ITU SAJA. KALO ANTUM MENGATAKAN SEPERTI ITU BERARTI ORG2 YG MENGIKUTI ULAMA AHLULBAIT YG BERPAHAM SYIAH IMAMIYAH ADALAH SESAT ATAU KAFIR, ATAU ZINDIQ. DASAR ANTUM ITU APA AKHI ZON. ???
COBALAH SEKALI LAGI ANTUM ITU BERBICARA PAKE DALIL YAITU AL-QURAN DAN HADIST SHAHIH BUKAN PAKE KEYAKINAN MAZHAB ANTUM SAJA. HANYA KARENA ADA ULAMA AHLUL BAIT YG BERMAZHAB SYAFI’I (SAMA DGN AKHI ZON) LALU ANTUM MENGKLAIM BAHWA MAZHAB SYAFI’ILAH YG BENAR KARENA MAZHAB INI DIIKUTI OLEH ULAMA2 AHLUL BAIT.
INI HUJJAH MODEL APO AKHI ZON ??????
JANGAN-JANGAN ANTUM SENDIRI TAK TAHU CARA BERDALIL DGN BENAR !
SEKALI LAGI ANA MINTA DALIL BUKAN MINTA PENDAPAT ANTUM SEBAGI AHAKIM INI YG BENAR DAN INI YG SALAH. ANA TAK KEBERATAN ANTUM MENGATAKAN SYIAH IMAMIYAH SESAT, KAFIR, ZINDIQ DLL. SILAHKAN TAPI BUKTIKANLAH DGN DALIL. BUKAN DGN PERSEPSI, ASUMSI ANTUM PRIBADI. PAHAM.
AKHI ZON
Mas Jalan ahlul bait, diluar Rasulullah bukan maksum namun ishmah , penjagaan Allah Azza wa Jalla bagi para kekasihNya tergantung manzilah (maqom / derajat) kedekatannya. Termasuk penjagaan terhadap Imam yang 12.
JAWAB
Saya bisa menjawab 1000 kalimat dan 1000 bantahan.balasan tapi pertanyaannya dari seribu bantahan dan kalimat tersebut berdasarkan apa dulu. kalo berdasarkan persepsi, asumsi semua org bisa tapi kalo berdasarkan dalil shahih, jangankan seribu satupun belum tentu bisa. .
Alasan antum tersebut diatas yg menolak 4 org adalah manusia yg disucikan Allah adalah penolakan yg sangat lemah sekali karena ia hanya berdasarkan persepsi, asumsi dan akal2an antum saja.ini menambah satu bukti lagi antum tak mencintai ahlul bait nabi saw. jika antum mencintainya lalu mengapa antum keberatan membenarkan perkataan Allah dalam QS.33:33. ??? sedang satu dalil saja untuk membantah mereka adalah manusia suci tak antum kemukakan. HEBAT ANTUM TELAH BENANI MENTAKWIL AYAT INI TANPA DASAR ILMU. PADAHAL HADIST PENJELASANNYA SUDAH SGT JELAS SEKALI.
Kami tahu dan paham betul kenapa org suni keberatan jika mengakui keempat manusia suci ini sama sucinya dgn nabi saw..
adapun sebabnya ialah:
1. Jika kaum suni mengakuinya maka khalifah abu bakar, umar dan usman batal seketika karena masih ada manusia yg disucikan Allah untuk memimpin umat islam setelah nabi saw wafat.yaitu imam ali as
2. Bergeserlah pemahaman ahlul sunah wal jemaah dari pemahaman “pemuja sahabat” mengikuti jalan sahabat ( yg berakhlak gado2) menjadi mengikut jalan ahlul bait yg dijamain kedelamatan siapa yg mengikuti mereka sampai sekarang.
3. Runtuhlah keyakinan 4 mazhab ( maliki, hanafi,hambali dan syafi’i) yg tak punya dasar sebgai hujjah untuk diikuti kaummuslimin. dan kaum muslimin akan mengikuti mazhab ja’fariyah.
BUKANKAH BEGITU AKHI ZON ????
BENARKAH IMAM MAZHAB AHLUL SUNAH DAPAT DIJADIKAN LANDASAN PETUNJUK BAGI KESELAMATAN UMAT ?
SAYA AKAN AMBIL CONTOH SALAH SATU MAZHAB AHLUL SUNAH IMAM MALIK
Imam Malik Cacat!
Sebagai sekedar contoh, Malik, seorang Imam besar yang di andalkan dalam menilai para periwayat ternyata ia sendiri bermasalah.
Perhatikan catatan di bawah ini:
Imam Malik adalah salah seorang tokoh besar dan imam, pendiri mazhab yang dikenal. Ia sangat dekat dengan para penguasa dinasti Abbasiah; Manshur dan Harun ar Rasyîd.
Ia pernah meriwayatkan hadis dari dari Hamîd ibn Qais al A’raj dan sekaligus mentsiqahkannya. Namun gara-gara saudara Hamîd yang bernama Amr ibn Qais yang melecehkan dan menyerang Imam Malik lalu kemudian celan itu sampai kepadanya, sepontan Malik berkata, “Andai aku tahu bahwa Hamîd adalah saudaranya pasti aku tidak sudi meriwayatkan darinya.”[1]
Ibnu al Madîni berkata, “Malik menyebut-nyebut Hamîd al A’raj seraya mentsiqahkan, kemudian ia berkata, ‘saudaranya! ‘saudaranya! Lalu ia mendha’ifkannya (Hamîd).[2]
Mungkin Anda bertanya-tanya, apa salah dan dosa Hamîd ibn Qais, jika Amr, saudaranya yang mencacat Malik, sampai-sampai Malik meninggalkan meriwayatkan darinya dan melemahkannya setelah sebelumnya mentsiqahkan dan rela meriwayatkan darinya?! Lebih dari itu, Ibnu hajar menyebutkan bahwa Hamîd ini telah ditsiqahkan oleh banyak tokoh kenamaan Ahlusunah seperti Ibnu Ma’in, Abu Zar’ah, Ahmad ibn Hanbal, Adu Daud, Ibnu Kharrâsy, Imam Bukhari, Ya’qub ibn Sufyan dan Ibnu Sa’ad.
Tidakkah berbahaya melibatkan emosi berlebihan dalam menjarh para periwayat. Lalu apa tidak mungkin juga luapan emosi terlibat jauh dalam mentsiqahkan dan memuji seorang periwayat?!
Saya akan kembali membahas masalah ini ketika menyoroti tindak cacat mencacat antara rekan semasa dan yang bergelut dalam profesi yang sama.
Dalam Tahdzîb at Tahdzîb-nya, Ibnu Hajar berkata ketika menyebutkan biografi Sa’ad ibn Ibrahim ibn Abdurrahman ibn Auf, “Malik tidak mau menulis hadis darinya.” As Sâji berkata membongkar akar masalahnya, ia berkata, “Disebutkan bahwa Sa’ad menasihati Malik, lalu malik sakit hati karenanya.”
Ibnu Hajar juga menukil pernyataan Ibnu Ma’in bahwa Sa’ad berbicara tentang nasab Malik, oleh sebab itu Malik tidak mau meriwayatkan darinya.
Keterangan Ibnu Ma’in ini mungkin dapat memberikan alasan, mengapa Malik marah terhadap Sa’ad yang telah berbicara tentang masalah yang sangat pribadi, yaitu nasab seorang. Tetapi sepertinya Sa’ad tidak bisa disalahkan begitu saja, sebab konon, Malik lahir tiga tahun setelah kematian ayahnya, Malik mengklaim bahwa ia berada dalam kandungan ibundanya selama tiga tahun!
Ibnu Hajar juga menyebutkan bahwa Imam Malik juga berkomentar kasar tentang Muhammad ibn Ishaq; sejarawan agung, “Ia (Muhammad ibn Ishaq) adalah dajjal dari dajjal-dajjal (maksudnya pembohong besar),
[1] Al Kâmil Fi Dhu’afâ’ ar Rijâl,5/8 ketika menyebut biografi Amr ibn Qais al Makki, Tahdzîb at Tahdzîb,7/432juga ketika menyebut biografi Amr ibn Qais al Makki.
[2] Tahdzîb at Tahdzîb,7/432.
SUMBER: http://jakfari.wordpress.com/2008/05/07/masihkan-ulama-hadis-ahlusunnah-dapat-dipercaya-1/
Mas Jalan Ahlul Bait, sudahlah kami tidak mau berpenjang lebar, kalau benar kaum syiah mencintai ahlul bait maka ikutilah apa yang disampaikan oleh Al Imam Al Haddad dan yang setingkat dengannya, sampai ke Al Imam Umar bin Abdurrahman Al Attos dan yang setingkat dengannya, sampai ke Asy’syeh Abubakar bin Salim, kemudian Al Imam Syihabuddin, kemudian Al Imam Al Aidrus dan Syeh Ali bin Abibakar, kemudian Al Imam Asseggaf dan orang orang yang setingkat mereka dan yang diatas mereka, sampai keguru besar Al Fagih Almuqoddam Muhammad bin Ali Ba’alawi Syaikhutthoriqoh dan orang orang yang setingkat dengannya, sampai ke Imam Ahmad Al Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali Al Uraidhi bin Ja’far Ash Shodiq bin Muhammad Al Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Husain ra sejak Abad 7 H di Hadramaut Yaman beliau menganut madzhab Syafi’i dalam fiqih , Ahlus Sunnah wal jama’ah dalam akidah (i’tiqod) mengikuti Imam Asy’ari (bermazhab Imam Syafi’i) dan Imam Maturidi (bermazhab Imam Hanafi) serta tentang akhlak atau tentang ihsan mengikuti ulama-ulama tasawuf yang muktabaroh dan bermazhab dengan Imam Mazhab yang empat.
Di Hadramaut kini, akidah dan madzhab Imam Al Muhajir yang adalah Sunni Syafi’i, terus berkembang sampai sekarang, dan Hadramaut menjadi kiblat kaum sunni yang “ideal” karena kemutawatiran sanad serta kemurnian agama dan aqidahnya.
Dari Hadramaut (Yaman), anak cucu Imam Al Muhajir menjadi pelopor dakwah Islam sampai ke “ufuk Timur”, seperti di daratan India, kepulauan Melayu dan Indonesia. Mereka rela berdakwah dengan memainkan wayang mengenalkan kalimat syahadah , mereka berjuang dan berdakwah dengan kelembutan tanpa senjata , tanpa kekerasan, tanpa pasukan , tetapi mereka datang dengan kedamaian dan kebaikan. Juga ada yang ke daerah Afrika seperti Ethopia, sampai kepulauan Madagaskar. Dalam berdakwah, mereka tidak pernah bergeser dari asas keyakinannya yang berdasar Al Qur’an, As Sunnah, Ijma dan Qiyas
Perbedaan di antara Imam Mazhab yang empat semata-mata dikarenakan terbentuk setelah adanya furu’ (cabang), sementara furu’ tersebut ada disebabkan adanya sifat zanni dalam nash. Oleh sebab itu, pada sisi zanni inilah kebenaran bisa menjadi banyak (relatif), mutaghayirat disebabkan pengaruh bias dalil yang ada. Boleh jadi nash yang digunakan sama, namun cara pengambilan kesimpulannya berbeda.
Jadi perbedaan pendapat di antara Imam Mazhab yang empat tidak dapat dikatakan pendapat yang satu lebih kuat (arjah atau tarjih) dari pendapat yang lainnya atau bahkan yang lebih ekstrim mereka yang mengatakan pendapat yang satu yang benar dan yang lain salah.
Perbedaan pendapat di antara Imam Mazhab yang empat yang dimaksud dengan “perbedaan adalah rahmat”. Sedangkan perbedaan pendapat di antara bukan ahli istidlal adalah kesalahpahaman semata yang dapat menyesatkan orang banyak.
2. IMAM ABU HANIFAH
SIAPA yang tak mengenal imam abu hanifah. Seorang ulama terkenal dan alim dimata ahlul sunah wal Jemaah. Sehingga suni menempati imam abu hanifah sebagai salah astu imam mazhab memberi petunjuk keakhirat. BENARKAH DEMIKIAN ????
MARI KITA SIMAK APA PENDAPAT ULAMA-ULAMA AHLUL SUNAH WAL JEMAAH TENTANG IMAM ABU HANIFAH .
Ibn Hajar [Ali bin Ahmad Andalusi, mati dalam tahun 456 Hijrah] dan yang lainnya telah selalu mencela Imam Malik dan Muhammad bin Idris Shafii. Begitu juga sahabat Imam Shafii, seperti Imamul-Haramain, Imam Ghazali dan lainnya telah kondem Abu Hanifa dan Malik. Biar saya tanya kepada kamu sesuatu: apakah jenis manusia Imam Shafii tu, Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Ghazali dan Jarullah Zamakhshari ?
IMAN SHAFII berkata: ‘Tidak ada yang dilahirkan, orang paling terkutuk di dalam Islam dari ABU HANIFAH.’ Dia juga berkata: ‘Saya lihat dalam buku sahabat Abu Hanifa, dan saya dapati di dalam nya 130 ms mengandungi perkara yang bertentangan dengan al-Quran dan juga hadith.’ Abu Hamid Ghazali di dalam bukunya ‘Manqul fi ilmil-Usul’ telah berkata: ‘Yang sebenarnya Abu Hanifa merubah etika agama, menjadikannya meragukan, merobah susunannya, dan mencapur-adukkan perundangannya dengan suatu cara dimana etika yang disebutkan oleh nabi telah berubah keseluruhannya. Seorang yang melakukannya dengan sengaja dan menganggaplah dibolehkan adalah kafir. Seorang yang melakukannya dengan pengetahuan bahawa ianya adalah haram maka berdosa.’
Menurut ilmuan yang terkenal ini [Imam Ghazali], Abu Hanifa sama ada kafir atau pembuat dosa. Banyak bukunya yang lain kondem Abu Hanifa. Jarullah Zamakhshari, pengarang ‘Tafsir-e-Kashshaf dan juga seorang ulama yang wara’, telah menulis di dalam ‘Rabiul-Abrar’ bahawa Yusuf bin Asbat berkata: ‘Abu Hanifa menolak paling kurang 400 hadith nabi Islam.’
Ulasan Yusuf adalah: Abu Hanifa berkata: ‘JIKA RASUL ISLAM MENGENALI SAYA, DIA PASTI AKAN MENERIMA KEBANYAKKAN DARI KATA-KATA SAYA.’ Ulama kamu telah membuat kritikan yang sama kepada Abu Hanifa dan ketiga-tiga Imam yang lain. Ianya boleh dijumpai di dalam Ghazali ‘Mutahawwal’; Shafii ‘Nuqtush-Sharifa’; Zamakhshari ‘Rabiul-Abrar’; dan Ibn Jauzi ‘Muntazim. Imam Ghazali berkata di dalam buku Mutahawwal: ‘Terdapat banyak kesalahan didalam kerja-kerja Abu Hanifa. Dia tidak punya pengetahuan di dalam ilmu etimologi [ilmu asal usul perkataan], nahu ataupun hadith.’ Dia juga menulis: ‘Oleh kerana dia tidak punya ilmu hadith, dia banyak bergantung kepada kias nya sendiri. Yang pertama bertindak diatas kias adalah syaitan.’ IBN JAUZI MENULIS DI DALAM ‘MUNTAZIM’, ‘SEMUA ULAMA BERSATU DI DALAM MENGUTUK ABU HANIFAH. TERDAPAT TIGA KATEGORI PADA KRITIKAN yang sedemikian;
1. kumpulan berpendapat bahawa kepercayaannya di dalam asas-asas Islam tidak kukuh;
2. yang lain berkata bahawa dia tidak punya daya ingatan yang kuat dan tidak boleh mengingati hadith; dan
3. yang ketiga percaya bahawa dia bertindak mengikut kias dan pendapatnya selalu bertentangan dengan hadith yang benar.’
Ulama kamu sendiri telah mengkritik imam kamu SENDIRI LALU BAGAIMANA ORANG DILUAR SUNI MAU PERCAYA KREDIBLEITAS, AHKLAK, KEILMUAN DAN PEMAHAMAN ABU HANIFAH TTG AL-QURAN DAN HADIST JIKA KONDISI SEPERTI ITU.
KASIHAN ORG SUNI SUDAH 2 MAZHAB MEREKA CACAT DAN YG MENCACATNYA JUSTRU DARI ORG SUNI SENDIRI
Sumber : dialoq suni-syiah dipesawar-pakistan
AKHI ZON
Perbedaan di antara Imam Mazhab yang empat semata-mata dikarenakan terbentuk setelah adanya furu’ (cabang), sementara furu’ tersebut ada disebabkan adanya sifat zanni dalam nash….dst.
jadi ketika imam malik mengatakan seperti dikatakan Ibnu Hajar menyebutkan bahwa Imam Malik juga berkomentar kasar tentang Muhammad ibn Ishaq; sejarawan agung, “Ia (Muhammad ibn Ishaq) adalah dajjal dari dajjal-dajjal (maksudnya pembohong besar),
APAKAH INI MASALAH FURU’ ??
ATAU YG INI JUGA
IMAN SHAFII berkata: ‘Tidak ada yang dilahirkan, orang paling terkutuk di dalam Islam dari ABU HANIFAH.’ Dia juga berkata: ‘Saya lihat dalam buku sahabat Abu Hanifa, dan saya dapati di dalam nya 130 ms mengandungi perkara yang bertentangan dengan al-Quran dan juga hadith
MASALAH FURU’ JUGA YA AKHI ZON…..HEHEHEHEHEHEHE
SEBENARNYA PENGERTIAN FURU MENURUT ANTUM ITU APA SIH ?? KOK SAYA JADI BINGGUNG NIH. BISA DIBERIKAN SAYA PENCERAHAN YA USTAD AKHI ZON
Akhi zon
Mereka yang telah menjadi korban hasutan atau korban ghazwul fikri (perang pemahaman) dari kaum Zionis Yahudi sehingga mereka tidak mau berupaya mengenal dengan dekat sosok-sosok seperti, Sayyidina Husain bin Ali ra, Al Imam Ali Zaenal Abidin ra, Al Imam Muhammad al Baqir ra,
Jawab
Antum ini janganlah membuat lelucon murahan seperti itu ya…akhi zon.. Jika antum mau meluangkan waktu untuk meelusuri kitab2 ulamaa syiah maka antum akan temukan Berbab-bab bahkan berjilid-jilid kitab ttg riwayat mereka ( 12 imam syiah imamiyah) ditulis oleh ulama2 syiah baik dari kalangan ahlul bait maupun yg non ahlul bait.
Saya akan BERIKAN BEBERAPA KITAB/BUKU TTG KEHIDUPAN IMAM-IMAM SYIAH ( 12 IMAM) SECARA LENGKAP DAN DETAIL YG TAK AKAN ANTUM TEMUKAN DIKITAB ULAMA2 AHLUL SUNAH WAL JEMAAH. diantaranya :
1. Imamah dan wilayah dalam ajran ahlul bait karya……. sayyid Muhammad Radawi
2. Inilah Akidah syiah karya …………..Nasir Makarim Syirazi
3. Peri Kehidupan 14 Manusia Suci (A Brief History of The Fourteen Infallibles) karya Ansariyan
4. Riwayat hidup para imam suci ahlul bait karya…..Bâqir Syarîf Al-Qurasyî
5. Sejarah 14 manusia suci Karya: Sayid Mahdi Ayatullahi
6. Dst
Untuk lebih jelasnya silahkan merujuk pada kitab2 syiah. Jika antum ingin mengetahuinya. Dan jika antum hanya merujuk pada ulama dan syeikh regular antum yg suni memang tak terdapat disana. Bahkan sebagian besar mereka mendustai ttg adanya 12 imam atau khalifah yg disebut oleh nabi saw.
JADI TUDUHAN ANTUM SYIAH HANYA KORBAN GHAZWUL FIKRI HANYALAH UNTUK MENUTUP-MENUTUPI KELEMAHAN 4 MAZHAB YG TAK ADA SATUPUN DALIL AGAMA SBG PETUNJUK YG MEMBENARKAN 4 MAZHAB ANDA. Tapi aneh bin ajaib yg tak ada perintah itu pula yg antum ikuti. Lalu antum membanga-bangakan bahwa sunilah kelompok yg selamat …..sungguh JAUH PANGANG DARI API.
Mas Jalan ahlul bait, mohon maaf kami tidak akan membahas pendapat atau pemahaman anda atau tidak akan melanjutkan diskusi dengan anda. Kalau anda benar mencintai ahlul bait maka tersurilah dan ikutilah apa yang disampaikan oleh Al Imam Al Haddad dan yang setingkat dengannya, sampai ke Al Imam Umar bin Abdurrahman Al Attos dan yang setingkat dengannya, sampai ke Asy’syeh Abubakar bin Salim, kemudian Al Imam Syihabuddin, kemudian Al Imam Al Aidrus dan Syeh Ali bin Abibakar, kemudian Al Imam Asseggaf dan orang orang yang setingkat mereka dan yang diatas mereka, sampai keguru besar Al Fagih Almuqoddam Muhammad bin Ali Ba’alawi Syaikhutthoriqoh dan orang orang yang setingkat dengannya, sampai ke Imam Ahmad Al Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali Al Uraidhi bin Ja’far Ash Shodiq bin Muhammad Al Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Husain ra sejak Abad 7 H di Hadramaut Yaman beliau menganut madzhab Syafi’i dalam fiqih , Ahlus Sunnah wal jama’ah dalam akidah (i’tiqod) mengikuti Imam Asy’ari (bermazhab Imam Syafi’i) dan Imam Maturidi (bermazhab Imam Hanafi) serta tentang akhlak atau tentang ihsan mengikuti ulama-ulama tasawuf yang muktabaroh dan bermazhab dengan Imam Mazhab yang empat.
Di Hadramaut kini, akidah dan madzhab Imam Al Muhajir yang adalah Sunni Syafi’i, terus berkembang sampai sekarang, dan Hadramaut menjadi kiblat kaum sunni yang “ideal” karena kemutawatiran sanad serta kemurnian agama dan aqidahnya.
Dari Hadramaut (Yaman), anak cucu Imam Al Muhajir menjadi pelopor dakwah Islam sampai ke “ufuk Timur”, seperti di daratan India, kepulauan Melayu dan Indonesia. Mereka rela berdakwah dengan memainkan wayang mengenalkan kalimat syahadah , mereka berjuang dan berdakwah dengan kelembutan tanpa senjata , tanpa kekerasan, tanpa pasukan , tetapi mereka datang dengan kedamaian dan kebaikan. Juga ada yang ke daerah Afrika seperti Ethopia, sampai kepulauan Madagaskar. Dalam berdakwah, mereka tidak pernah bergeser dari asas keyakinannya yang berdasar Al Qur’an, As Sunnah, Ijma dan Qiyas
mutiara zuhud
…..sampai ke Asy’syeh Abubakar bin Salim, kemudian Al Imam Syihabuddin, kemudian…dst
jawab
dari awal jawaban antum itu itu terus. sudah bangkrutkah hujjah antum wahai akhi zon ??????
saya punya buku/kitab yg ditulis oleh Al Imam Syihabuddin, Didalam buku tersebut Al Imam Syihabuddin tidak melarang kaum muslim melaknat abu bakar dan umar. atas perampasan mereka thd hak kekhalifahan imam ali as. serta dibuku tersebut juga Al Imam Syihabuddinmengakui bahwa imam ali as adalah pewaris khalifah yg sah dimana banyak hadist menceritakannya.
dan juga Al Imam Syihabuddin menyebutkan bahwa imam ali jauh lebih utama daripada abu bakar dan umar.
PERTANYAAN SAYA ADALAH :
MAUKAH ANTUM MENERIMA UCAPAN Al Imam Syihabuddin JIKA ANA TUNJUKAN BUKTI2 TERSEBUT YG DIAMBIL DARI BUKU Al Imam Syihabuddin ????.
Tidak ada perkataan yg tegas dan jelas dari imam2 tersebut agar kaum muslimin untuk mengikuti mazhab imam syafi’i.
bahkan kalo antummau ana bisa tampilkan pernyataan/fatwa imam syafi’i yg bertentangan dgn Al-Quran. salah satunya fatwa imam syaf’i : ” Boleh menikahi anak zinanya. karena anak zina dianggap bukan anak kandung ( darah daging)
sebagai Ummat Islam sumber hukum utama itu Al-qur`an dan al-hadist , bukan ulama siapapun itu….dan imam syihabudin itu siapa…..?
dan dapatkah antum jelaskan letak ” bertentangannya ” fatwa Imam Syafi`i dengan Qur`an……..?
jawab
maaf akhi ahmad syahid ana tak punya waktu melayani orang yg ahlul bid’ah seperti antum yg banyak menjawab hal-hal agama berdasarkan ra’yu sedangkan makhluk Allah yg pertama mengunakan ra’yu adalah iblis laknatullah.
jawaban-jawaban antum dibloq ini: https://mutiarazuhud.wordpress.com/2012/05/13/antara-syiah-wahabi/
secara jelas dan tegas antum ini sudah berbicara melampaui kemampuan antum. Dan antum sudah menempatkan diri sebagai seorang MUJTAHID. sedangkan syarat2 sebagai seorang mustahid tak satupun ada dalam diri antum.
contoh: antum membagi-bagi sahabat ada yg ini dan itu. antum menolak keras ada sahabat nabi saw yang diakui oleh ulama2 suni memang mereka adalah shabat nabi saw( tidak membedakan antara yg munafik, kafir, dan taat kepada Allah) dan nabi secara jelas, tegas menyatakan mereka adalah sahabat beliau tanpa membedakan secara bahasa dan lainnya.TAPI ANTUM MEBEDAKANNYA ……BETAPA HEBATNYA ILMU ANTUM JADI APAPUN HUJJAH ANA NANTI AKAN SIA-SIA.BELAKA KARENA ” ILMU ANTUM SANGAT….SANGAT TINGGI SEKALI” DAN ORG SEPERTI ANTUM HANYA HITUNGAN JARI SAJA DIDUNIA INI.
sahabat ada puluhan ribu jumlahnya bahkan mungkin mencapai ratusan ribu. kalo sebagian besar atau kecil ada yg durhaka KEPADA ALLAH DAN RASULNYA itu SANGAT WAJAR karena jumlah mereka sangat banyak dan frekwensi mereka ketemu dgn nabi saw sangat sedikit. Jadi kalo mereka sesat itu wajar-wajar saja. HADIST BUKHARI,MUSLIM, AHMAD, AN-NASAI TURMIDZI, AL-HAKIM DLL IKUT MEMBENARKANNYA. TAPI ANEHNYA ANTUM MENOLAK DGN MENGATAKAN MEREKA HANYA SAHABAT DARI SEGI BAHASA TANPA DALIL. TAPI KETIKA ADA ISTRI NABI AS, ANAK NABI AS SESAT, INGKAR PADA ALLAH DAN NABINYA ANTUM TERIMA DGN LAPANG DADA.
PADAHAL JUMLAH MEREKA TIDAK MENCAPAI HITUNGAN SEBELAH JARI TANGAN.DAN FREKWENSI MEREKA BERTEMU, DIDAKWAH DAN DIAJAK NABI AS TSB UTK TAAT KEPADA ALLAH FREKWENSINYA BERATUS-RATUS KALI LIPAS DARI SAHABAT2 NABI SAW.
SEMUA ILMU LOGIKA AKAN MENOLAK DOKTRIN INI. TAPI ANEHNYA ANTUM MENERIMANYA.
saudaraku jalan ahlibait , pembagian atau klasifikasi Sahabat Nabi hampir semua Muhaditsin Ahlu Sunnah membaginya , seperti al-hakim an-naisaburi penulis al-mustadrak membagi dan meng klasifikasi Sahabat menjadi 12 bagian , begitu juga Al-hafidz Ibnu Hajar dalam al Ishobah fi ma`rifati Sahabah membagi menjadi Kibar dan Shighaar.
adapun soal logika maka dalam hal ini bukan domainnya logika , sangat keliru jika keadilan Sahabat dinilai dengan LOGIKA , dan soal riwayat tentang kaum Munafikin sama sekali tidak dapat dijadikan dalil untuk membolehkan mencela Sahabat Nabi SAW, sebab kaum munafikin hanya masuk sebagai sahabat dari sisi bahasa saja.
lagipula antum tidak akan pernah ditanya kenapa tidak kau cela si A atau si B , justru antum akan ditanya dan diminta pertanggung jawaban jika antumj mencela si A atau si B , apalagi mencela Sahabat Nabi SAW.
Ahmadsyahid
Berkata dalam bloq ini https://mutiarazuhud.wordpress.com/2012/05/13/antara-syiah-wahabi/
Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Muhammad adalah utusan Allah beserta orang-orang yang bersamanya adalah bersikap keras kepada orang-orang kafir dan saling menyayangi sesama mereka. Engkau lihat mereka itu ruku’ dan sujud senantiasa mengharapkan karunia dari Allah dan keridhaan-Nya.” (QS. Al Fath: 29)
Lalu antum ahmad syahid membenarkan ayat ini untuk semua para sahabat nabi saw dgn mengutif tafsir jalalain. Tapi tak mencantumkan apa pendapat tafsir jalalain yg dia maksud.
Jawab
Kok pendapat ulama yg dia ambil untuk membenarkan doktrin SEMUA SAHABAT NABI SAW ADALAH PALING ADIL, JUJUR DAN PALING TAAT PADA ALLAH DAN RASULNYA.
Apakah bernilai pendapat ulama tafsir kalo AYAT-AYAT AL-QURAN MEMBANTAHNYA ?
APAKAH BISA DIBENARKAN TAFSIR ULAMA SUNI KALO FAKTA SEJARAH MENCERITAKAN KEBALIKANNYA ??
APAKAH KITA HARUS MENGIKUTI SEBAGIAN ULAMA YG FANATIK BUTA LALU MENCAMPAKAN AYAT -AYAT ALLAH DAN HADIST-HADIST NABI SAW YG MENCANTUMKAN AKAN KEINGKARAN SEBAHAGIAN SAHABAT ??
Baik saya akan bahas QS al-fath ayat 29 yg ini dahulu (kenapa saya tak mau berdiskusi dgn antum ahmad syahid) :
Ada dua hal dari ayat ini yg menarik ttg sifat manusia dijaman nabi saw yg diklaim ahmad syahid ayat ini utk SEMUA SAHABAT.
1. Muhammad adalah utusan Allah beserta orang-orang yang bersamanya ADALAH BERSIKAP KERAS KEPADA ORANG-ORANG KAFIR
2. Muhammad adalah utusan Allah beserta orang-orang yang bersamanya adalah bersikap SALING MENYAYANGI SESAMA MEREKA
POINT PERTAMA
1. Muhammad adalah utusan Allah beserta orang-orang yang bersamanya ADALAH BERSIKAP KERAS KEPADA ORANG-ORANG KAFIR
Sekali lagi kami tegaskan kalo ayat ini untuk sebagian sahabat tidak ada orang syiah yg berilmu menolaknya tapi kalo ia untuk SEMUA SAHABAT bukan hanya syiah yg menolaknya TAPI AYAT AL-QURAN DAN HADIST NABI SAW SECARA LUGAS DAN TEGAS MENCERITAKANYA.
Dalam ayat Al-Quran dikatakan : SEBAGIAN BESAR SAHABAT NABI SAW LARI DALAM MEDAN PERANG JIHAD ( BACA PERANG UHUD, HUNAIN ) PADAHAL PERANG TERSEBUT UNTUK MEMBELA DAN MENEGAKKAN AGAMA ALLAH DIMUKA BUMI
Apakah pantas “TITLE sahabat ITU KERAS TERHADAP ORANG KAFIR “ TAPI KETIKA BERHADAPAN DENGAN ORANG KAFIR DIMEDAN JIHAD MALAH KABUR MENYELAMATKAN NYAWANYA DAN MENINGGALKAN NABI SAW BERADA DIMEDAN PERANG ???
APAKAH AHLUL SUNAH MENGANGGAP LARINYA SAHABAT DALAM PERANG UHUD DAN HUNAIN SEPERTI DIABADIKAN OLEH AL-QURAN ADALAH IMPLEMENTASI MENJALANKAN SUNAH NABI SAW DALAM HAL KERAS TERHADAP ORANG KAFIR ??
APAKAH MEREKA PANTAS DISEBUT MENGIKUTI NABI SAW DGN BAIK KALO BERHADAPAN DIMEDAN PERANG DGN PEDANG ORG KAFIR SAJA LARI TUNGGANG LANGGANG MENYELAMATKAN NYAWANYA ???
PADAHAL ALLAH TELAH MEMBERI “DISPENSASI “ MENGAMPUNI DAN MENERIMA TAUBAT MEREKA KETIKA MEREKA LARI DARI MEDAN UHUD SHG BERDAMPAK PADA KEKALAHAN DAN MEMBUAT NABI SAW YG MULIA CEDERA. TAPI ANEHNYA PD PERANG HUNAIN MEREKA MENGULANGINYA KEMBALI.
TAPI SAYA CUKUP MAKLUM KARENA ITULAH DOKTRIN SUNI TTG AYAT :” “Muhammad adalah utusan Allah beserta orang-orang yang bersamanya adalah BERSIKAP KERAS KEPADA ORANG-ORANG KAFIR
KOK BISA YA….. SEMUA SAHABAT DINYATAKAN KERAS TERHADAP ORANG KAFIR TAPI KETIKA BERTEMU DGN ORANG KAFIR DIMEDAN JIHAD MALAH LARI MENYELAMATKAN JIWA ????? sungguh suatu kontradiksi
INILAH SEKILAS INFO TTG “KERASNYA SEMUA SAHABAT NABI SAW TERHADAP ORANG KAFIR” . SILAHKAN ANTUM TELAN MENTAH2 DOKTRIN INI
POINT KEDUA
2. Muhammad adalah utusan Allah beserta orang-orang yang bersamanya ADALAH BERSIKAP KERAS KEPADA ORANG-ORANG KAFIR
FAKTA SEJARAH MENYATAKAN SETELAH NABI SAW WAFAT MAKA PARA SAHABAT SALING BERPERANG, SALING BUNUH DAN SALING MENGHALALKAN DARAH MANUSIA …..ya….tentunya darah sahabat nabi saw juga. Hal ini bisa kit abaca pada perang UNTA, shiffin dan nahrawan. PULUHAN RIBU NYAWA KAUM MUSLIMIN MELAYANG SIA-SIA
Padahal Al-quran jeas-jelas mengharamkan dan melaknat orang yg membunuh sesama muslim , orang yg masih bersyahadat. Tapi ayat tersebut dan hadist2 nabi saw ttg mengharamkan pembunuhan itu tak berlaku untuk untuk sahabat nabi saw. Bahkan sebagian ulama JAHIL SUNI MENGANGGAP SECARA TIDAK LANGSUNG “SAHABAT LEBIH MULIA DARI NABI SAW” KENAPA ????
KETIKA NABI BERBUAT SALAH ALLAH LANGSUNG MENEGUR BELIAU DAN ITU DICERITAKAN DALAM AL-QURAN. DAN AYAT AL-QURAN SERTA HADIST SHAHIH TAK PERNAH MENYATAKAN BAHWA KETIKA NABI SAW SALAH ATAS IJTIHADNYA MAKA BELIAU SAW MENDAPAT SATU PAHALA.
TAPI KALO SAHABAT YG MELAKUKANNYA JANGANKAN HANYA SEKEDAR SALAH, MEREKA BERBUAT DOSA SAJA DIMANA TINDAKAN MEREKA BERTENTANGAN DENGAN AYAT AL-QURAN MAKA MEREKA MASIH MENDAPATKAN SATU PAHALA. DAN JIKA BENAR PAHALANYA DIKALI DUA.
Yg mau saya kritisi terlepas dari pendapat ahlul sunah itu bathil atau tidak tentang perbuatan sahabat yg saling bunuh tersebut. Yang saya tanyakan apakah ini APLIKASI YG DIAJARKAN NABI SAW DALAM BERKASIH SAYANG TERHADAP KAUM MUSLIMIN ???????
KASIH SAYANG apa yang dapat dicontoh orang yg salaing bunuh , saling tebas batang leher , bernafsu untuk menghilangkan nyawa SAUDARA MUSLIMNYA ???
APAKAH INI BENTUK KASIH SAYANG YG DIAJARKAN SAHABAT NABI SAW KEPADA KALIAN ??? SEHINGGA KALIAN SANGAT GETOL MENGKLAIM AYAT TERSEBUT BUAT SEMUA PARA SAHABAT NABI SAW SEPERTI AYAT INI : ““Muhammad adalah utusan Allah beserta orang-orang yang bersamanya adalah bersikap keras kepada orang-orang kafir dan SALING MENYAYANGI SESAMA MEREKA
BAGAIMANA ANDA MENGHUBUNG-HUBUNGKAN ORANG YG SALING BERKASIH SAYANG DALAM AYAT TERSEBUT ADALAH SEMUA SAHABAT SEDANGKAN FAKTA SEJARAH MEREKA SALING BERPERANG DAN SALING MEMBUNUH SESAMA MEREKA (MUSLIM) ??? LOGISKAH HAL INI ????
REVISI
POINT KEDUA
2. Muhammad adalah utusan Allah beserta orang-orang yang bersamanya adalah bersikap SALING MENYAYANGI SESAMA MEREKA
Apakah kalian mau membenarkan sebagian negara muslim didunia ini yg saling berperang dan saling bunuh adalah salah satu bentuk ajaran dan mengamalkan risalah sahabat nabi saw ??? Jadi tidak usah didamaikan mereka yg saling bunuh sesama muslim tersebut karena itu suatu bentuk aplikasi “dalam ayat tersebut “ untuk berkasih sayang terhadap sesama muslim.
Inilah kondisi kaum suni yg sangat memprihatinkan berhujjah ttg semua sahabat adalah adil, jujur dan paling taat kepada allah dan rasulnya tanpa dalil shahih.
SEKALI LAGI ANA MINTA MAAF PADA ANTUM AKHI AHMADSYAHID TIDAK MENJAWAB PERTANYAAN ANTUM.TAPI Andai kata yg mengajukan pertanyaan itu adalah akhi zon saya akan jawab selengkap-lengkapnya berdasarkan dalil shahih tapi karena ahmadsyahid yg mengajukannya saya kurang tertarik karena “ ILMUNYA TERLALU TINGGI MELEBIHI ULAMA2 KALIBER DUNIA” SEHINGGA LEBIH BAIK SAYA MUNDUR TERATUR DAN TAHU DIRI SAJALAH AKAN KEMAMPUAN/PEMAHAMAN SAYA YG MASIH MINIM DIHADAPAN SEORANG “MUJTAHID BESAR ABAD INI YANG BERNAMA AHMADSYAHID”
SALAH SATU BUKTI BAHWA AHMAD SYAHID SEORANG “MUJTAHID BESAR ABAD INI “ lewat FATWANYA YG TERBARU DIBLOQ MUTIARA ZUHUD :
AHMADSYAHID BERKATA
1. sebagai Ummat Islam sumber hukum utama itu Al-qur`an dan al-hadist , bukan ulama siapapun itu……dst
TAPI DIKOMENT YG LAIN TTG SAHABAT NABI SAW AHMADSYAHID BERFATWA SEPERTI INI :
2. saudaraku jalan ahlibait , pembagian atau klasifikasi Sahabat Nabi hampir semua Muhaditsin Ahlu Sunnah membaginya , seperti al-hakim an-naisaburi penulis al-mustadrak membagi dan meng klasifikasi Sahabat menjadi 12 bagian , begitu juga Al-hafidz Ibnu Hajar dalam al Ishobah fi ma`rifati Sahabah membagi menjadi Kibar dan Shighaar…..dst
SILAHKAN PEMERHATI BLOQ MEMBANDINGKAN FATWA AHMADSYAHID YG PERTAMA DAN YG KEDUA.!!!!!!!
SATU SISI DIA MENGATAKAN PADA POINT -1 (sebagai Ummat Islam sumber hukum utama itu Al-qur`an dan al-hadist , bukan ulama siapapun itu ) tapi dipoint ke-2 dia menyatakan dan mengambil hujjah ttg pembagian sahabat menurut para ulama, BUKAN DALIL AL-QURAN DAN HADIST SHAHIH SEBAGAIMANA FATWANYA YG PERTAMA
Kalo antum konsisten dgn pernyataan antum yang PERTAMA wahai “mujtahid besar abad ini” seharusnya antum mengemukakan dalil al-quran dan hadist nabi saw ttg pendapat antum PRIBADI yg mengklasifikasi sahabat untuk mendukung doktrin atau mitos semua sahabat nabi saw adalah adil, jujur dan paling taat kepada Allah dan rasulnya. BUKAN PENDAPAT ULAMA !!!
TAPI ITULAH MENARIKNYA FATWA ULAMA DAN SEORANG MUJTAHID BESAR ABAD INI YG BERNAMA AHMADSYAHID. ….JADI……MANA MUNGKIN PEMAHAMAN SAYA YG MASIH RENDAH INI BERANI MEMBANTAH PENDAPAT/FATWA SEORANG MUJTAHID BESAR SEPERTI ANTUM WAHAI SYEIKH AHMAD SYAHID.
JADI APAPUN YG ANTUM KATAKAN ANA TAK BERANI MENYALAHKAN KARENA ILMU DAN PEMAHAMAN ANTUM JAUH DIATAS KEMAMPUAN SAYA DALAM MENELAAH AL-QURAN DAN HADIST2 NABI SAW .
hmmmm nampaknya saudaraku Jalan ahlil bait terbawa perasaan sehingga bersikap tendensius , sabar ya akhi… tenang…semua dapat kita diskusikan dengan tenang dan pikiran yang sehat…
saudaraku , tolong antum bedakan antara ” Sumber Hukum ” dengan ” Isytisyhad ” , sumberhukum adalah landasan untuk sebuah kesimpulan , sedangkan Isytisyhad adalah untuk isti nats , dengan memahami dua istilah ini Insya Allah saudaraku jalan ahlil bait tidak akan tergesa2 menyalahkan dan memvonis kontradiksi komentar saya , semoga akhuna jalan ahlil bait dapat memahaminya.
adapun dalil dari al-qur`an dan Hadist sudah disampaikan tidak perlu diulang ulang.
sebenarnya ana tidak mau berdiskusi dgn antum mas ahmad syahid krn atau terlalu taqlid buta dengan doktrin semua sahabat adalah adil, jujur dan paling taat kepada Allah dan rasulNYA. padahal tidak ada satupun dalil yg jelas dan tegas baik Al-quran dan Hadist shahih. bahkan ayat2 Al-quran dan hadist shahih berkata sebaliknya (lihat ayat danhadist yg disampaikan oleh mas abu imam yg berdialoq dgn antum dalam bloq ini https://mutiarazuhud.wordpress.com/2012/05/13/antara-syiah-wahabi/
ana hanya mengemukan dalil yg membantah keadilan sahabat. bahwa semua sahabat itu taat kepada Allah dan rasulnya. tapi ana perjelas jika sebagian sahabat ana percaya dan tak ada org syiah yg mengingkarinya
ana hanya berharap semoga antum sadar DAN KEMBALI KEJALAN YG BENAR DGN BERPEGANG TEGUH PADA AL-QURAN DAN HADIST SHAHIH. bukan mengedepankan pendapat ulama tanpa dasar/dalil shahih.
silahkan perhatikan :
ahmad syahid
antum pernah mengatakan bahwa muawiyah dan imam ali as ketika perang shiffin : “keduanya mendapatkan pahala atas ijtihadnya”. Padahal jelas2 nabi saw mengatakan muawiyah adalah pemberontak penganjur keneraka. orang yg dilaknat Allah melalui lisan nabiNYA dan mati tidak dalam agama islam.
pertanyaan ana :
1, bagaimana mungkin pemberontak penganjur keneraka, manusia yg dilaknat oleh Allah dan mati tidak dalam agama islam mendapatkan pahala atas ijtihadnya memerangi imam ali as dalam perang shifin ??
2. bagaimana mungkin sahabat2 nabi saw yang taat kepada muawiyah laknatullah ini yg memerangi imam ali as bisa mendapatkan pahala ??
sedangkan sebagian sahabat2 tsb tahu akan keutamaan imam ali as sebagai pintu kota ilmunya nabi saw, manusia yg disucikan Allah dalam surah al-ahzab 33 yg asbabun nuzul ayat ini diterangkan dalam hadist al-kisa riwayat dari istri nabi saw yaitu ummu salamah
ahmad syahid
ditopik dialoq antum dgn abu imam telah mengatakan bahwa semua sahabat yg saling bunuh itu mendapatkan pahala atas ijtihadnya. jika salah dapat satu dan jika benar dapat dua.
Padahal kita tahu dalam perang shiffin ribuan sahabat mati dalam rangka membela imam ali as sebagai khalifah yg sah pada saat itu dan disis lain sahabat yg mati dalam membela atau berada dibarisan muawiyah laknatullah. pasti ada yg berada dipihak yg benar dan dipihak yg sesat.
dan antum membela semua sahabat itu benar ijtihadnya tapi bukan berdasarkan ayat atau hadist shahih tetapi berdasarkan konsep atau teori defenisi sahabat oleh ibnu hajar.
pertanyaanya adalah :
1. jika semua sahabat yg saling bunuh dalam perang shiffin itu mendapat pahala dari Allah alias Allah ridho kpd mereka semua lalu bagaimana dgn Ayat dan hadist nabi saw yg shahih yg membenci jika seorang membunuh seorang muslim ???
Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah Jahanam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakanazab yang besar baginya. (QS: 4: 93)
“Mencelasesamamuslimadalahkefasikandanmembunuhnyaadalahkekufuran” (Bukhari no.46,48, muslim no. .64,97, Tirmidzi no.1906,2558,
Jika dua orang muslim saling bertemu (untuk berkelahi) dengan menghunus pedang masing-masing, maka yang terbunuh dan membunuh masuk neraka. aku pun bertanya: Wahai Rasulullah, ini bagi yang membunuh, tapi bagaimana dengan yang terbunuh? Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: Dia juga sebelumnya sangat ingin untuk membunuh temannya.(HR Bukhari 30)
2. Apakah ayat Al-quran dan hadist diatas dapat dimansukh dengan perkataan atau perbuatan para sahabat yg saling bunuh tersebut ??
3. sedangkan yg ana tahu perkataan dan perbuatan nabi yg maksum saja tidak dapat memansukhkan ayat Al-quran lalu apa alasan antum mengatakan semua para sahabat + pengikut sahabat tsb dalam perang shiffin mendapat pahala dari Allah SWT ???
ditunggu pencerahannya mas ahmad syahid
Mas yang menjadi permasalahan adalah cara kaum syiah “BERPEGANG TEGUH PADA AL-QURAN DAN HADIST SHAHIH”
Allah ta’ala berfirman yang artinya
“Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui” (QS Fush shilat [41]:3)
“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.” [QS. an-Nahl : 43]
Al Qur’an adalah kitab petunjuk namun kaum muslim membutuhkan seorang penunjuk.
Al Qur’an tidak akan dipahami dengan benar tanpa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sebagai seorang penunjuk
Firman Allah ta’ala yang artinya “Dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allah tidak memberi kami petunjuk. Sesungguhnya telah datang rasul-rasul Tuhan kami, membawa kebenaran“. (QS Al A’raf [7]:43)
Secara berjenjang, penunjuk para Sahabat adalah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Penunjuk para Tabi’in adalah para Sahabat. penunjuk para Tabi’ut Tabi’in adalah para Tabi’in dan penunjuk kaum muslim sampai akhir zaman adalah Imam Mazhab yang empat
Suatu ketika Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengadu kepada Tuhan: “Aku akan meninggalkan dunia ini, Aku akan meninggalkan umatku. Siapakah yang akan menuntun mereka setelahku? Bagaimana nasib mereka sesudahku?”
Allah ta’ala lalu menurunkan firman-Nya :
walaqad atainaaka sab’an mina almatsaanii wal qur’aana al’azhiima
“Kami telah mengaruniakanmu Assab’ul-matsani dan al-Qur’an yang agung.” (QS Al Hijr [15]:87)
Assab’ul-matsani dan al-Qur’an, dua pegangan yang menyelamatkan kita dari kesesatan, dua perkara yang telah membuat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tenang meninggalkan umat.
Al Qur’an kita telah mengetahuinya lalu apakah yang dimaksud dengan Assab’ul-matsani ?
“Sab’an minal-matsani” terdiri dari tiga kata; Sab’an, Min dan al-Matsani. Sab’an berarti tujuh. Min berarti dari. Sementara al-Matsani adalah bentuk jama’ dari Matsna yang artinya dua-dua. Dengan demikian maka Matsani berarti empat-empat (berkelompok-kelompok, setiap kelompok terdiri dari empat).
Dalam sebuah hadits Rasul menyebutkan bahwa Assab’ul-matsani itu adalah surat Fatihah. Itu benar, namun yang dimaksud oleh hadits tersebut adalah bahwasanya Assab’ul-matsani (tujuh kelompok) itu telah diisyaratkan oleh salah satu ayat dalam surat Fatihah, tepatnya pada firman-Nya yang artinya “Ya Allah, tunjukilah kami jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang Engkau karuniai nikmat“. (QS Al Fatihah [1]:6-7)
Mereka itulah Assba’ul-matsani, sebagaimana firman Allah yang artinya, “Orang-orang yang dikaruniai nikmat oleh Allah adalah: Para nabi, para shiddiqin, para syuhada’ dan orang-orang shalih, mereka itulah sebaik-baik teman“. (QS An Nisaa [4]: 69)
Imam Mazhab yang empat termasuk assab’ul-matsani yakni orang-orang yang telah dikaruniai nikmat oleh Allah ta’ala sehingga berada pada jalan yang lurus dan menjadi seorang penunjuk yang patut untuk diikuti dalam memahami kitab petunjuk (Al Qur’an) sehingga menyelamatkan kita dari kesesatan serta menghantarkan kita mencapai kebahagian dunia dan akhirat.
Memang ada mazhab yang lain selain dari Imam Mazhab yang empat namun pada kenyataannya ulama yang memiliki ilmu riwayah dan dirayah dari Imam Mazhab yang lain sudah sukar ditemukan pada masa kini.
Contohnya Syiah Ziadiyah. Syiah artinya pengikut. Merekai mengikuti ulama yang sholeh dari kalangan ahlul bait keturunan cucu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yakni Imam Zaid bin Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib.
Namun pada kenyataannya mereka yang mengaku-aku sebagai Syiah Zaidiyah pada masa kini pada hakikatnya tidak lagi murni mengikuti mazhab Zaidiyyah.
Salah satu ulama Zaidiyyah, Imam Ahmad as-Syarafiy (w. 1055 H) menegaskan bahwa: “Syi’ah Zaidiyah terpecah kepada tiga golongan, yaitu: Batriyah, Jaririyah, dan Garudiyah. Dan konon ada yang membagi sekte Zaidiyah kepada: Shalihiyah, Sulaimaniyah dan Jarudiyah. Dan pandangan Shalihiyah pada dasarnya sama dengan pandangan Batriyyah. Dan sekte Sulaymaniyah sebenarnya adalah Jarririyah. Jadi ketiga sekte tersebut merupakan golongan-golongan Syi’ah Zaidiyyah pada era awal. Ketiga sekte inipun tidak berafiliasi kepada keturunan Ahlu Bait sama sekali. Mereka hanyalah sekedar penyokong berat imam Zaid ketika terjadi revolusi melawan Bani Umayah, dan mereka ikut berperang bersama imam Zaid”.
Menurut pendapat Dr. Samira Mukhtar al-Laitsi dalam bukunya (Jihad as-Syi’ah), ketiga sekte tersebut merupakan golongan Syi’ah Zaidiyyah di masa pemerintahan Abbasiah. Dan mayoritas dari mereka ikut serta dalam revolusi imam Zaid. Dan ketiga sekte tersebut dianggap paling progresif dan popular serta berkembang pesat pada masa itu. Dan setelah abad kedua, gerakan Syi’ah Zaidiyah yang nampak di permukaan hanyalah sekte Garudiyah. Hal ini disebabkan karena tidak ditemukannya pandangan-pandangan yang dinisbahkan kepada sekte Syi’ah Zaidiyah lainnya.
Pada hakikatnya mereka tidak lagi mengikuti pendiri mazhab Zaidiyyah, mereka mengikuti hasil ijtihad imam-imam mereka sendiri.
Begitupula mazhab dari keturunan cucu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam Imam Ja’far as-Shadiq ra. Ia adalah mujtahid serta diakui ahli sunnah. Dunia Islam bukan tidak mengakui kemampuan dan kehebatan Imam Ja’far as-Shadiq ra sebagai mujtahidin, karena selain sebagai pemikir Islam yang memiliki martabat yang tinggi dalam tingkat keilmuan, beliau tergolong ulama yang saleh. Hanya saja, murid-muridnya mengabaikan usaha gurunya, sehingga tak mampu menjaga hasil karya mereka, sehingga kemutawatiran sanadnya tidak lagi terjaga.
Mereka pada umumnya salah memahami pendapat seperti Imam Syaukani yang berkata: “Seseorang yang hanya mengandalkan taqlid (mengikut pandangan tertentu) seumur hidupnya tidak akan pernah bertanya kepada sumber asli yaitu “Qur’an dan Hadits”, dan ia hanya bertanya kepada pemimpin mazhabnya. Dan orang yang senantiasa bertanya kepada sumber asli Islam tidak dikatagorikan sebagai Muqallid (pengikut)”.
Mereka salah memahami perkataan Imam Syaukani yang terbatas bagi siapa saja yang mampu mencapai tingkatan mujtahid
Penjelasan tentang derajat mujtahid mutlak dan tingkatan mufti dalam madzhab As Syafi’i, silahkan baca tulisan pada http://almanar.wordpress.com/2010/09/21/tingkatan-mufti-madzhab-as-syafi’i/
Sedangkan “mazhab salaf” adalah fatwa Ibnu Taimiyyah atas upaya pemahamannya terhadap Al Qur’an dan As Sunnah maupun perkataan ulama salaf (terdahulu) sebagaimana yang dapat kita ketahui contohnya dari situs http://almanhaj.or.id/content/1474/slash/0/antara-ahlus-sunnah-dan-salafiyah/
Berikut fatwanya, “Barangsiapa mengingkari penisbatan kepada salaf dan mencelanya, maka perkataannya terbantah dan tertolak ‘karena tidak ada aib untuk orang-orang yang menampakkan mazhab salaf dan bernisbat kepadanya bahkan hal itu wajib diterima menurut kesepakatan ulama, karena mazhab salaf itu pasti benar” [Majmu Fatawa 4/149]
Dengan stempel “mazhab salaf” maka orang-orang yang meneladani dan mengikuti pemahaman Ibnu Taimiyyah seperti Muhammad bin Abdul Wahhab dan para pengikutnya merasa pasti benar sehingga timbul kesombongan dan meremehkan pendapat mayoritas kaum muslim (as-sawadul a’zham ) yang mengikuti Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dengan mengikuti Imam Mazhab yang empat.
Al-Hâfizh adz-Dzahabi adalah murid dari Ibn Taimiyah namun beliau menasehatkan gurunya atas kesombongannya dan agar ia berhenti dari menyerukan pemahaman-pemahaman ekstrimnya, serta berhenti dari kebiasaan mencaci-maki para ulama sholeh terdahulu. Untuk ini kemudian adz-Dzahabi menuliskan beberapa risalah sebagai nasehat kepada Ibn Taimiyah sekaligus hal ini sebagai “pengakuan” dari seorang murid terhadap kesalahpahaman gurunya sendiri. Risalah pertama berjudul Bayân Zghl al-‘Ilm Wa ath-Thalab, dan risalah kedua berjudul an-Nashîhah adz-Dzhabiyyah Li Ibn Taimiyah. Kutipannya ada dalam tulisan pada https://mutiarazuhud.wordpress.com/2013/08/25/nasehat-seorang-murid/
Pada hakikatnya tidak ada mazhab salaf karena nama mazhab tidak dinisbatkan pada generasi melainkan pada nama perorangan yang berkompetensi sebagai Imam Mujtahid Mutlak sehingga patut menjadi pemimpin atau imam ijtihad dan istinbat yang ditaklidi (diikuti) oleh kaum muslim
Oleh karenanya setelah masa kehidupan Imam Madzhab yang empat, para mufti yakni orang yang faqih untuk membuat fatwa selalu merujuk kepada salah satu dari Imam Madzhab yang empat.
Salaf artinya terdahulu sedangkan orang-orang terdahulu ada yang baik dan ada pula yang buruk seperti penduduk Najed dari Bani Tamim yang disebut-sebut dalam beberapa hadits untuk dapat kita ambil hikmah atau pelajaran yakni orang-orang seperti Dzul Khuwaishirah sebagaimana yang telah disampaikan dalam tulisan pada https://mutiarazuhud.wordpress.com/2014/01/08/dari-bani-tamim/
Perlu kita ingat bahwa nama para Sahabat tercantum pada hadits pada umumnya sebagai perawi bukanlah menyampaikan pemahaman atau hasil ijtihad atau istinbat mereka melainkan para Sahabat sekedar mengulangi kembali apa yang diucapkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
Zaid bin Tsabit RA berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: Semoga Allah mengelokkan rupa orang yang mendengar Hadits dariku, lalu dia menghafalnya-dalam lafadz riwayat lain: lalu dia memahami dan menghafalnya- kemudian dia menyampaikannya kepada orang lain. Terkadang orang yang membawa ilmu agama (hadits) menyampaikannya kepada orang yang lebih paham darinya,dan terkadang orang yang membawa ilmu agama (hadits) tidak memahaminya” (Hadits ShahihRiwayat Abu Dawud, at-Tirmidzi, Ibnu Majah, ad-Darimi, Ahmad, Ibnu Hibban,at-Thabrani dalam al-Mu’jamul Kabir, dan imam-imam lainnya).
Dari hadits tersebut kita paham memang ada perawi (para Sahabat) yang sekedar menghafal dan menyampaikan saja tanpa memahami hadits yang dihafal dan disampaikannya.
Imam Nawawi dalam Majmu’ Syarah al-Muhadzdzab berkata “dan tidak boleh bagi orang awam bermazhab dengan mazhab salah seorang dari pada imam-imam di kalangan para Sahabat radhiallahu ‘anhum dan selain mereka daripada generasi awal,walaupun mereka lebih alim dan lebih tinggi darajatnya dibandingkan dengan (ulama’) selepas mereka; hal ini karena mereka tidak meluangkan waktu sepenuhnya untuk mengarang (menyusun) ilmu dan meletakkan prinsip-prinsip asas/dasar dan furu’/cabangnya. Tidak ada salah seorang daripada mereka (para Sahabat) sebuah mazhab yang dianalisa dan diakui. Sedangkan para ulama yang datang setelah mereka (para Sahabat) merupakan pendukung mazhab para Sahabat dan Tabien dan kemudian melakukan usaha meletakkan hukum-hukum sebelum berlakunya perkara tersebut; dan bangkit menerangkan prinsip-prinsip asas/dasar dan furu’/cabang ilmu seperti (Imam) Malik dan (Imam) Abu Hanifah dan selain dari mereka berdua.”
Jadi pendapat atau pemahaman para Sahabat tidak bisa didapatkan dari membaca hadits. Ketika orang membaca hadits maka itu adalah pemahaman orang itu sendiri bukan pendapat atau permahaman para Sahabat
Mereka berijtihad dengan pendapatnya terhadap hadits tersebut. Apa yang mereka katakan tentang hadits tersebut, pada hakikatnya adalah hasil ijtihad dan ra’yu mereka sendiri. Sumbernya memang hadits tersebut tapi apa yang mereka sampaikan semata lahir dari kepala mereka sendiri. Sayangnya mereka mengatakan kepada orang banyak bahwa apa yang mereka ketahui dan sampaikan adalah pemahaman para Sahabat
Tidak ada yang dapat menjamin hasil upaya ijtihad mereka pasti benar dan terlebih lagi mereka tidak dikenal berkompetensi sebagai Imam Mujtahid Mutlak. Apapun hasil ijtihad mereka, benar atau salah, mereka atas namakan kepada para Sahabat. Jika hasil ijtihad mereka salah, inilah yang namanya fitnah terhadap para Sahabat.
Sebagaimana yang telah disampaikan dalam tulisan pada https://mutiarazuhud.wordpress.com/2013/10/20/tetaplah-sebagai-ormas/ bahwa Prof. Dr Yunahar Ilyas, Lc, MA menyampaikan slogan “Muhammadiyah bukan Dahlaniyah” artinya Muhammadiyah hanyalah sebuah organisasi kemasyarakatan atau jama’ah minal muslimin bukan sebuah sekte atau firqoh yang mengikuti pemahaman KH Ahmad Dahlan karena KH Ahmad Dahlan sebagaimana mayoritas kaum muslim (as-sawadul a’zham ) pada masa sekarang mengikuti Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dengan mengikuti Imam Mazhab yang empat.
Sebagaimana yang disampaikan oleh Prof.Dr Yunahar Ilyas, Lc, MA , contohnya pada http://www.sangpencerah.com/2013/08/profdr-yunahar-ilyas-lc-ma-ini.html bahwa Kyai Haji Ahmad Dahlan pada masa hidupnya mengikuti fiqh mahzab Syafi’i, termasuk mengamalkan qunut dalam shalat subuh dan shalat tarawih 23 rakaat.
Namun, setelah berdiriya Majelis Tarjih, ormas Muhammadiyah tidak lagi mengikuti apa yang telah diteladani oleh pendirinya Kyai Haji Ahmad Dahlan
Jadi ketika sebuah jama’ah minal muslimin atau sebuah kelompok kaum muslim atau sebuah ormas menetapkan untuk mengikuti pemahaman seseorang atau pemahaman sebuah majlis dari kelompok tersebut terhadap Al Qur’an dan As Sunnah dan tidak berkompetensi sebagai Imam Mujtahid Mutlak atau ahli istidlal maka berubahlah menjadi sebuah sekte atau firqah.
Sedangkan Ibnu Taimiyyah, Ibnu Qoyyim Al Jauziah, Muhammad bin Abdul Wahhab, Muhammad Abduh ataupun Albani maupun Muqbil bin Hadi al-Wadi’i, mereka bukanlah Imam Mujtahid Mutlak sehingga tidak patut untuk ditaklidi (diikuti) oleh kaum muslim
Ulama yang sholeh terdahulu kita dari kalangan Sunni Syafei yang ternama sampai Semenanjung Tanah Melayu, Brunei Darussalam, Singapur sampai Pathani, negeri Siam atau Thailand yakni KH. Sirajuddin Abbas (lahir 5 Mei 1905, wafat 23 Ramadhan 1401H atau 5 Agustus 1980) dalam buku berjudul I’tiqad Ahlussunah Wal Jamaah yang diterbitkan oleh Pustaka Tarbiyah Baru, Jl Tebet Barat XA No.28, Jakarta Selatan 12810 dalam cetakan ke 8, 2008 tercantum dua buah sekte atau firqoh dalam Islam yakni firqoh berdasarkan pemahaman Ibnu Taimiyyah dari halaman 296 sampai 351 dan firqoh berdasarkan pemahaman Muhammad bin Abdul Wahhab dari halaman 352 sampai 380.
Habib Muhammad Rizieq Syihab menyampaikan bahwa sekte (firqoh) syiah maupun wahabi masing-masing terbagi kedalam 3 bagian
****** awal kutipan *****
SYIAH
Pertama, SYI’AH GHULAT yaitu Syi’ah yang menuhankan/menabikan Ali ibn Abi Thalib RA atau meyakini Al-Qur’an sudah di-TAHRIF (dirubah/ditambah/dikurangi), dan sebagainya dari berbagai keyakinan yang sudah menyimpang dari USHULUDDIN yang disepakati semua MADZHAB ISLAM. Syi’ah golongan ini adalah KAFIR dan wajib diperangi.
Kedua, SYI’AH RAFIDHOH yaitu Syi’ah yang tidak berkeyakinan seperti Ghulat, tapi melakukan penghinaan/penistaan/pelecehan secara terbuka baik lisan atau pun tulisan terhadap para Sahabat Nabi SAW seperti Abu Bakar RA dan Umar RA atau terhadap para isteri Nabi SAW seperti ‘Aisyah RA dan Hafshah RA. Syi’ah golongan ini SESAT, wajib dilawan dan diluruskan.
Ketiga, SYI’AH MU’TADILAH yaitu Syi’ah yang tidak berkeyakinan Ghulat dan tidak bersikap Rafidhah, mereka hanya mengutamakan Ali RA di atas sahabat yang lain, dan lebih mengedapankan riwayat Ahlul Bait daripada riwayat yang lain, secara ZHOHIR mereka tetap menghormati para sahabat Nabi SAW, sedang BATHIN nya hanya Allah SWT Yang Maha Tahu, hanya saja mereka tidak segan-segan mengajukan kritik terhadap sejumlah sahabat secara ilmiah dan elegan. Syi’ah golongan inilah yang disebut oleh Prof. DR. Muhammad Sa’id Al-Buthi, Prof. DR. Yusuf Qardhawi, Prof. DR. Wahbah Az-Zuhaili, Mufti Mesir Syeikh Ali Jum’ah dan lainnya, sebagai salah satu Madzhab Islam yang diakui dan mesti dihormati. Syi’ah golongan ketiga ini mesti dihadapi dengan DA’WAH dan DIALOG bukan dimusuhi.
WAHABI
Pertama, WAHABI TAKFIRI yaitu Wahabi yang mengkafirkan semua muslim yang tidak sepaham dengan mereka, juga menghalalkan darah sesama muslim, lalu bersikap MUJASSIM yaitu mensifatkan Allah SWT dengan sifat-sifat makhluq, dan sebagainya dari berbagai keyakinan yang sudah menyimpang dari USHULUDDIN yang disepakati semua MADZHAB ISLAM. Wahabi golongan ini KAFIR dan wajib diperangi.
Kedua, WAHABI KHAWARIJ yaitu yang tidak berkeyakinan seperti Takfiri, tapi melakukan penghinaan/penistaan/pelecehan secara terbuka baik lisan mau pun tulisan terhadap para Ahlul Bait Nabi SAW seperti Ali RA, Fathimah RA, Al-Hasan RA dan Al-Husein RA mau pun ‘Itrah/Dzuriyahnya. Wahabi golongan ini SESAT sehingga mesti dilawan dan diluruskan.
Ketiga, WAHABI MU’TADIL yaitu mereka yang tidak berkeyakinan Takfiri dan tidak bersikap Khawarij, maka mereka termasuk MADZHAB ISLAM yang wajib dihormati dan dihargai serta disikapi dengan DA’WAH dan DIALOG dalam suasana persaudaraan Islam.
***** akhir kutipan *****
Majalah dakwah Islam “Cahaya Nabawiy” Edisi no 101, Januari 2012 memuat topik utama berjudul “SYIAH-WAHABI: Dua seteru abadi” , Berikut sedikit kutipannya,
***** awal kutipan ****
“Sebenarnya ada fakta lain yang luput dari pemberitaan media dalam tragedi itu.
Peristiwa itu bermula dari tertangkapnya mata-mata utusan Darul Hadits oleh orang-orang suku Hutsi yang menganut Syiah. Selama beberapa lama Darul Hadits memang mengirim mata-mata untuk mengamati kesaharian warga Syiah. Suku Hutsi merasa kehormatan mereka terusik dengan keberadaan mata-mata ini.
Kehormatan adalah masalah besar bagi suku-suku di Jazirah Arab. Tak ayal, suku Hutsi pun menyerbu Darul Hadits sebagai ungkapan amarah mereka.
Selama beberapa hari Darul Hadits dikepung orang-orang Hutsi yang kebanyakan tergabung dalam milisi pemberontak
Dua warga Indonesia tewas dalam baku tembak, sementara yang lainnya bersembunyi di kampus. Anehnya, meskipun beberapa kali dibujuk , para mahasiswa tetap tak mau dievakuasi pihak kedutaan. Mereka berdalih bahwa diri mereka sedang berjihad melawan musuh. Doktrin yang ditanamkan kepada mahasiswa Darul Hadits cukup, sangar yakni, “Jihad terhadap syiah rafidah al-Houtsi”
***** akhir kutipan *****
Ironis sekali , kedua sekte masing-masing merasa berjihad dan memerangi sesama manusia yang telah bersyahadat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya lagi: ‘Apakah kamu yang telah membunuhnya? ‘ Dia menjawabnya, ‘Ya.’ Beliau bertanya lagi: ‘Lalu apa yang hendak kamu perbuat dengan kalimat, ‘Tidak ada tuhan (yang berhak disembah) kecuali Allah’, jika di hari kiamat kelak ia datang (untuk minta pertanggung jawaban) pada hari kiamat nanti? ‘ (HR Muslim 142)
Jika dua orang muslim saling bertemu (untuk berkelahi) dengan menghunus pedang masing-masing, maka yang terbunuh dan membunuh masuk neraka. aku pun bertanya: Wahai Rasulullah, ini bagi yang membunuh, tapi bagaimana dengan yang terbunuh? Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: Dia juga sebelumnya sangat ingin untuk membunuh temannya.(HR Bukhari 30)
Pepatah orang tua kita dahulu menyatakan: “Menang jadi arang, kalah jadi abu”. artinya mereka sama-sama dalam kerugian.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda “Aku mendahului kalian ke telaga. Lebar telaga itu sejauh antara Ailah ke Juhfah. Aku tidak khawatir bahwa kalian akan kembali musyrik sepeninggalku. Tetapi yang aku takutkan ialah kamu terpengaruh oleh dunia. Kalian berlomba-lomba untuk mendapatkannya kemudian berbunuh-bunuhan, dan akhirnya kalian musnah seperti kemusnahan umat sebelum kalian”. (HR Muslim 4249)
Diriwayatkan hadits dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Demi Allah, kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman. Belum sempurna keimanan kalian hingga kalian saling mencintai.” (HR Muslim)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Kamu akan melihat orang-orang mukmin dalam hal saling mengasihi, mencintai, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga dan panas (turut merasakan sakitnya).” (HR Bukhari 5552) (HR Muslim 4685)
Sebagaimana yang telah disampaikan dalam tulisan pada https://mutiarazuhud.wordpress.com/2014/01/29/taatilah-sunnah-rasulullah/ marilah kita mengikuti sunnah Rasulullah untuk menghindari firqah-firqah yang menyempal keluar (kharaja) dari mayoritas kaum muslim (as-sawadul a’zham)
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda “dan sesungguhnya ummat ini akan berpecah belah menjadi 73 (tujuh puluh tiga) golongan (firqah), (adapun) yang 72 (tujuh puluh dua) akan masuk Neraka dan yang satu golongan akan masuk Surga, yaitu al-Jama’ah.”
Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah dalam Fathul Bari XII/37 menukil perkataan Imam Thabari rahimahullah yang menyatakan: “Berkata kaum (yakni para ulama), bahwa jama’ah adalah as-sawadul a’zham (mayoritas kaum muslim)“
Orang-orang atau kaum yang menyempal keluar (kharaja) dari al-jama’ah adalah orang-orang atau kaum yang menyempal keluar (kharaja) dari mayoritas kaum muslim (as-sawadul a’zham) disebut juga dengan khawarij. Khawarij adalah bentuk jamak (plural) dari kharij (bentuk isim fail) artinya yang keluar.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak menghimpun ummatku diatas kesesatan. Dan tangan Allah bersama jama’ah. Barangsiapa yang menyelewengkan (menyempal), maka ia menyeleweng (menyempal) ke neraka“. (HR. Tirmidzi: 2168).
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda “Sesungguhnya umatku tidak akan bersepakat pada kesesatan. Oleh karena itu, apabila kalian melihat terjadi perselisihan maka ikutilah as-sawad al a’zham (mayoritas kaum muslim).” (HR.Ibnu Majah, Abdullah bin Hamid, at Tabrani, al Lalika’i, Abu Nu’aim. Menurut Al Hafidz As Suyuthi dalam Jamius Shoghir, ini adalah hadits Shohih)
Ibnu Mas’ud radhiallahuanhu mewasiatkan yang artinya: ”Al-Jama’ah adalah sesuatu yang menetapi al-haq walaupun engkau seorang diri”
Maksudnya tetaplah mengikuti Al-Jamaah atau as-sawad al a’zham (mayoritas kaum muslim) walaupun tinggal seorang diri di suatu tempat yang terpisah.
Dari Ibnu Sirin dari Abi Mas’ud, bahwa beliau mewasiatkan kepada orang yang bertanya kepadanya ketika ‘Utsman dibunuh, untuk berpegang teguh pada Jama’ah, karena Allah tidak akan mengumpulkan umat Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam kesesatan. Dan dalam hadits dinyatakan bahwa ketika manusia tidak mempunyai imam, dan manusia berpecah belah menjadi kelompok-kelompok maka janganlah mengikuti salah satu firqah/sekte. Hindarilah semua firqah/sekte itu jika kalian mampu untuk menghindari terjatuh ke dalam keburukan”.
Mayoritas kaum muslim pada masa generasi Salafush Sholeh adalah orang-orang mengikuti Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yakni para Sahabat, Tabi’in, Tabi’ut Tabi’in
Sedangkan pada masa sekarang mayoritas kaum muslim (as-sawad al a’zham) adalah bagi siapa saja yang mengikuti para ulama yang sholeh yang mengikuti Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dengan mengikuti Imam Mazhab yang empat.
Kalau kaum Syiah mencintai dan mengikuti ahlul bait maka silahkan telusurilah sanad guru (sanad ilmu) melalui apa yang apa yang disampaikan oleh Al Imam Al Haddad dan yang setingkat dengannya, sampai ke Al Imam Umar bin Abdurrahman Al Attos dan yang setingkat dengannya, sampai ke Asy’syeh Abubakar bin Salim, kemudian Al Imam Syihabuddin, kemudian Al Imam Al Aidrus dan Syeh Ali bin Abibakar, kemudian Al Imam Asseggaf dan orang orang yang setingkat mereka dan yang diatas mereka, sampai keguru besar Al Fagih Almuqoddam Muhammad bin Ali Ba’alawi Syaikhutthoriqoh dan orang orang yang setingkat dengannya, sampai ke Imam Ahmad Al Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali Al Uraidhi bin Ja’far Ash Shodiq bin Muhammad Al Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Husain ra sejak Abad 7 H di Hadramaut Yaman beliau menganut madzhab Syafi’i dalam fiqih , Ahlus Sunnah wal jama’ah dalam akidah (i’tiqod) mengikuti Imam Asy’ari (bermazhab Imam Syafi’i) dan Imam Maturidi (bermazhab Imam Hanafi) serta tentang akhlak atau tentang ihsan mengikuti ulama-ulama tasawuf yang muktabaroh dan bermazhab dengan Imam Mazhab yang empat.
Di Hadramaut kini, akidah dan madzhab Imam Al Muhajir yang adalah Sunni Syafi’i, terus berkembang sampai sekarang, dan Hadramaut menjadi kiblat kaum sunni yang “ideal” karena kemutawatiran sanad serta kemurnian agama dan aqidahnya.
Dari Hadramaut (Yaman), anak cucu Imam Al Muhajir menjadi pelopor dakwah Islam sampai ke “ufuk Timur”, seperti di daratan India, kepulauan Melayu dan Indonesia. Mereka rela berdakwah dengan memainkan wayang mengenalkan kalimat syahadah , mereka berjuang dan berdakwah dengan kelembutan tanpa senjata , tanpa kekerasan, tanpa pasukan , tetapi mereka datang dengan kedamaian dan kebaikan. Juga ada yang ke daerah Afrika seperti Ethopia, sampai kepulauan Madagaskar. Dalam berdakwah, mereka tidak pernah bergeser dari asas keyakinannya yang berdasar Al Qur’an, As Sunnah, Ijma dan Qiyas
Cara untuk menelusuri kebenaran adalah melalui para ulama yang sholeh yang memiliki sanad ilmu (sanad guru) tersambung kepada lisannya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam karena kebenaran dari Allah ta’ala dan disampaikan oleh RasulNya
Pada asalnya, istilah sanad atau isnad hanya digunakan dalam bidang ilmu hadits (Mustolah Hadits) yang merujuk kepada hubungan antara perawi dengan perawi sebelumnya pada setiap tingkatan yang berakhir kepada Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- pada matan haditsnya.
Namun, jika kita merujuk kepada lafadz Sanad itu sendiri dari segi bahasa, maka penggunaannya sangat luas. Dalam Lisan Al-Arab misalnya disebutkan: “Isnad dari sudut bahasa terambil dari fi’il “asnada” (yaitu menyandarkan) seperti dalam perkataan mereka: Saya sandarkan perkataan ini kepada si fulan. Artinya, menyandarkan sandaran, yang mana ia diangkatkan kepada yang berkata. Maka menyandarkan perkataan berarti mengangkatkan perkataan (mengembalikan perkataan kepada orang yang berkata dengan perkataan tersebut)“.
Ibnul Mubarak berkata :”Sanad merupakan bagian dari agama, kalaulah bukan karena sanad, maka pasti akan bisa berkata siapa saja yang mau dengan apa saja yang diinginkannya (dengan akal pikirannya sendiri).” (Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Muqoddimah kitab Shahihnya 1/47 no:32)
Tanda atau ciri seorang ulama tidak terputus sanad guru (sanad ilmu) adalah pemahaman atau pendapat ulama tersebut tidak menyelisihi pendapat gurunya dan guru-gurunya terdahulu hingga tersambung kepada Rasulullah serta berakhlak baik
Asy-Syeikh as-Sayyid Yusuf Bakhour al-Hasani menyampaikan bahwa “maksud dari pengijazahan sanad itu adalah agar kamu menghafazh bukan sekadar untuk meriwayatkan tetapi juga untuk meneladani orang yang kamu mengambil sanad daripadanya, dan orang yang kamu ambil sanadnya itu juga meneladani orang yang di atas di mana dia mengambil sanad daripadanya dan begitulah seterusnya hingga berujung kepada kamu meneladani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dengan demikian, keterjagaan al-Qur’an itu benar-benar sempurna baik secara lafazh, makna dan pengamalan“
Imam Syafi’i ~rahimahullah mengatakan “tiada ilmu tanpa sanad”.
Imam Malik ~rahimahullah berkata: “Janganlah engkau membawa ilmu (yang kau pelajari) dari orang yang tidak engkau ketahui catatan (riwayat) pendidikannya (sanad ilmu) dan dari orang yang mendustakan perkataan manusia (ulama) meskipun dia tidak mendustakan perkataan (hadits) Rasulullah shallallahu alaihi wasallam”
Al-Hafidh Imam Attsauri ~rahimullah mengatakan “Penuntut ilmu tanpa sanad adalah bagaikan orang yang ingin naik ke atap rumah tanpa tangga”
Al-Imam Abu Yazid Al-Bustamiy , quddisa sirruh (Makna tafsir QS.Al-Kahfi 60) ; “Barangsiapa tidak memiliki susunan guru dalam bimbingan agamanya, tidak ragu lagi niscaya gurunya syetan” Tafsir Ruhul-Bayan Juz 5 hal. 203
Jadi fitnah tanduk syaitan adalah fitnah dari orang-orang yang menjadikan gurunya syaitan karena memahami Al Qur’an dan Hadits bersandarkan mutholaah (menelaah kitab) secara otodidak (shahafi) dengan akal pikirannya sendiri sebagimana yang telah disampaikan dalam tulisan pada https://mutiarazuhud.wordpress.com/2013/10/07/fitnah-tanduk-syaitan
Ilmu agama adalah ilmu yang diwariskan dari ulama-ulama terdahulu yang tersambung kepada lisannya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda yang artinya “Sampaikan dariku sekalipun satu ayat dan ceritakanlah (apa yang kalian dengar) dari Bani Isra’il dan itu tidak apa (dosa). Dan siapa yang berdusta atasku dengan sengaja maka bersiap-siaplah menempati tempat duduknya di neraka” (HR Bukhari)
Hadits tersebut bukanlah menyuruh kita menyampaikan apa yang kita baca dan pahami sendiri dari kitab atau buku
Hakikat makna hadits tersebut adalah kita hanya boleh menyampaikan satu ayat yang diperoleh dan didengar dari para ulama yang sholeh dan disampaikan secara turun temurun yang bersumber dari lisannya Sayyidina Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Oleh karenanya ulama dikatakan sebagai pewaris Nabi.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Ulama adalah pewaris para nabi” (HR At-Tirmidzi).
Ulama pewaris Nabi artinya menerima dari ulama-ulama yang sholeh sebelumnya yang tersambung kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
Pada hakikatnya Al Qur’an dan Hadits disampaikan tidak dalam bentuk tulisan namun disampaikan melalui lisan ke lisan para ulama yang sholeh dengan imla atau secara hafalan.
Dalam khazanah Islam, metode hafalan merupakan bagian integral dalam proses menuntut ilmu. Ia sudah dikenal dan dipraktekkan sejak zaman baginda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Setiap menerima wahyu, beliau langsung menyampaikan dan memerintahkan para sahabat untuk menghafalkannya. Sebelum memerintahkan untuk dihafal, terlebih dahulu beliau menafsirkan dan menjelaskan kandungan dari setiap ayat yang baru diwahyukan.
Jika kita telusuri lebih jauh, perintah baginda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam untuk menghafalkan Al-Qur’an bukan hanya karena kemuliaan, keagungan dan kedalaman kandungannya, tapi juga untuk menjaga otentisitas Al-Qur’an itu sendiri. Makanya hingga kini, walaupun sudah berusia sekitar 1400 tahun lebih, Al-Qur’an tetap terjaga orisinalitasnya. Kaitan antara hafalan dan otentisitas Al-Qur’an ini tampak dari kenyataan bahwa pada prinsipnya, Al-Qur’an bukanlah “tulisan” (rasm), tetapi “bacaan” (qira’ah). Artinya, ia adalah ucapan dan sebutan. Proses turun-(pewahyuan)-nya maupun penyampaian, pengajaran dan periwayatan-(transmisi)-nya, semuanya dilakukan secara lisan dan hafalan, bukan tulisan. Karena itu, dari dahulu yang dimaksud dengan “membaca” Al-Qur’an adalah membaca dari ingatan (qara’a ‘an zhahri qalbin).
Dengan demikian, sumber semua tulisan itu sendiri adalah hafalan, atau apa yang sebelumnya telah tertera dalam ingatan sang qari’. Sedangkan fungsi tulisan atau bentuk kitab sebagai penunjang semata.
Oleh karenanya dikatakan sami’na wa ato’na (kami dengar dan kami taat) bukan kami baca dan kami taat.
syukron ya syeikh ahmadsyahid atas sharenya …ana “sungguh beruntung mendapatkan pencerahan” dari seorang mujtahid kaliber dunia seperti syiekh ahmadsyahid……makanya dari awal ana katakan ilmu dan pemahaman saya dalam agama masih minim sekali dibandingkan dengan seorang MUJTAHID BESAR seperti antum wahai syiekh.
so by the way ana hanya menunggu jawaban akhi zon saja. karena ana melihat ilmu dan pemahaman akhi zon masih setaraf…masih selevel dgn saya…kalopun akhi zon berada diatas saya ya…setidaknya tidak jauhlah….jika dibandingkan syeikh ahmad syahid.
sekali lagi ana tunggu tanggapan antum ya…akhi zon atau jika antum mau pengulangan pertanyaan yg dilemparkan oleh syiek ahmad syahid tsb…maka.insya Allah ana akan jawab secara lengkap dgn dalil shahih
NDAK NYAMBUNGKAN !!!!!
lain yg ditanya lain yg antum jawab. kalo antum memang berilmu dijawab saja pertanyaan ana diatas. Dan tak usah lari dari pertanyaan ana dgn cara klaim- klaim sepihak seolah-olah hanya mazhab yg 4 ini saja yg paling baik yg lain tidak.
Ujung2nya hanya suni saja yg paling benar, yg paling mempunyai guru bersanad yg lain tidak. INI MENANDAKAN ANTUM ITU TAQLID BUTA !!!! SUDAH BERAPA BUKU SYIAH YG ANTUM BACA ??? SUDAH BERAPA HADIST SYIAH YG ANTUM TELUSURI ??? SUDAH BERAPA BANYAK ULAMA SYIAH YGANTUM TELITI SEHINGGA ANTUM DAPAT MENYIMPULKAN BAHWA HANYA SUNI SAJA YG BERSANAD INI HANYA MENGAMBARKAN ANTUM TIDAK LEBIH SEORANG YG TAQLID BUTA ???
ANA BISA MENAMPILKAN ULAMA SYIAH IMAMIYAH YG BERSANAD SAMPAI KENABI SAW. TAPI UJUNG2NYA HANYA DEBAT KUSIR, KRN DARI AWAL KALIAN PUNYA PERSEPSI ORG SYIAH TAK DAPAT DIPERCAYA. TAQIYAH DLL. INI YG ANA HINDARI
KALO ANTUM MAU MENAMPILKAN BAHWA GURU2 ANTUM BERSNAD silahkan tampilkan sanad guru antum disini sampai pada nabi saw atau sampai pada sahabat. nanti kita lihat apakah guru antum itu terdapat dalam kitab rijal atau tidak. BUKAN HANYA SEBUAH PENGAKUAN TANPA BUKTI.
tak usahlah ngomong ngolor ngidul. kita bahas satu persatu antum mau mulai dari mana ??? dari sahabat ???? dari imam2 hadist kebanggaan antum ??? dari imam2 mazhab yg katanya diberi petunjuk ??? ana ikut saja tapi ingat yg FOKUS jgn membuat tulisan yg berulang2 dan itu2 saja. kalo nyambung ndak apa2 ini panjang2 antum katakan ujung2nya hanya mau lari dari tanggungjawab. antum yg menulis antum yg bertanggungjawab. tunjukan antum seorang muslim yg sejati.
kita disini untuk berdiskusi bukan membaca tulisan antum yg tak sebaerapa itu.
akhi zon biasakan antum berdiskusi yg punya tata krama dan memperhatikan apa yg ditanya lawan diskusi antum. jangan bisanya antum mengulang2 pernyataan
jawaban antum juga ada disini
ana lebih hormat dgn salafi-wahabi kalo tdk bisa jawab pertanyaan lawan diskusi mereka diam atau mengerutu dan sembari melontarkan kata2 “mutiara” sehingga memberi kesempatan org lain untuk menjawabnya
sedangkan antum sudah tak bisa menjawab lalu mengalihkan dgn koment yg panjang2 dan parahnya tak ada satupun yg mengena dgn pertanyaan ana.
Allah berfirman:
MEREKA SEKALI-KALI TIDAK MEMPUNYAI PENGETAHUAN TENTANG HAL ITU, BEGITU PULA NENEK MOYANG MEREKA. ALANGKAH BURUKNYA KATA-KATA YANG KELUAR DARI MULUT MEREKA. MEREKA TIDAK MENGATAKAN (SESUATU) KECUALI DUSTA ( QS. Al kahfi ayat 5)
‘Sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidakjuga akan beriman. Allah telah mengunci mati hati dan pendengaran mereka, serta penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat.’ (QS. al-Baqarah: 6-7)
sekali lagi ditunggu jawaban antum akhi zon
Mas Abdurahman , sudah kami sampaikan memang ada mazhab yang lain selain dari Imam Mazhab yang empat namun pada kenyataannya ulama yang memiliki ilmu riwayah dan dirayah dari Imam Mazhab yang lain sudah sukar ditemukan pada masa kini.
Contohnya Syiah Ziadiyah. Syiah artinya pengikut. Merekai mengikuti ulama yang sholeh dari kalangan ahlul bait keturunan cucu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yakni Imam Zaid bin Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib.
Namun pada kenyataannya mereka yang mengaku-aku sebagai Syiah Zaidiyah pada masa kini pada hakikatnya tidak lagi murni mengikuti mazhab Zaidiyyah.
Salah satu ulama Zaidiyyah, Imam Ahmad as-Syarafiy (w. 1055 H) menegaskan bahwa: “Syi’ah Zaidiyah terpecah kepada tiga golongan, yaitu: Batriyah, Jaririyah, dan Garudiyah. Dan konon ada yang membagi sekte Zaidiyah kepada: Shalihiyah, Sulaimaniyah dan Jarudiyah. Dan pandangan Shalihiyah pada dasarnya sama dengan pandangan Batriyyah. Dan sekte Sulaymaniyah sebenarnya adalah Jarririyah. Jadi ketiga sekte tersebut merupakan golongan-golongan Syi’ah Zaidiyyah pada era awal. Ketiga sekte inipun tidak berafiliasi kepada keturunan Ahlu Bait sama sekali. Mereka hanyalah sekedar penyokong berat imam Zaid ketika terjadi revolusi melawan Bani Umayah, dan mereka ikut berperang bersama imam Zaid”.
Menurut pendapat Dr. Samira Mukhtar al-Laitsi dalam bukunya (Jihad as-Syi’ah), ketiga sekte tersebut merupakan golongan Syi’ah Zaidiyyah di masa pemerintahan Abbasiah. Dan mayoritas dari mereka ikut serta dalam revolusi imam Zaid. Dan ketiga sekte tersebut dianggap paling progresif dan popular serta berkembang pesat pada masa itu. Dan setelah abad kedua, gerakan Syi’ah Zaidiyah yang nampak di permukaan hanyalah sekte Garudiyah. Hal ini disebabkan karena tidak ditemukannya pandangan-pandangan yang dinisbahkan kepada sekte Syi’ah Zaidiyah lainnya.
Pada hakikatnya mereka tidak lagi mengikuti pendiri mazhab Zaidiyyah, mereka mengikuti hasil ijtihad imam-imam mereka sendiri.
Begitupula mazhab dari keturunan cucu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam Imam Ja’far as-Shadiq ra. Ia adalah mujtahid serta diakui ahli sunnah. Dunia Islam bukan tidak mengakui kemampuan dan kehebatan Imam Ja’far as-Shadiq ra sebagai mujtahidin, karena selain sebagai pemikir Islam yang memiliki martabat yang tinggi dalam tingkat keilmuan, beliau tergolong ulama yang saleh. Hanya saja, murid-muridnya mengabaikan usaha gurunya, sehingga tak mampu menjaga hasil karya mereka, sehingga kemutawatiran sanadnya tidak lagi terjaga.
Mereka pada umumnya salah memahami pendapat seperti Imam Syaukani yang berkata: “Seseorang yang hanya mengandalkan taqlid (mengikut pandangan tertentu) seumur hidupnya tidak akan pernah bertanya kepada sumber asli yaitu “Qur’an dan Hadits”, dan ia hanya bertanya kepada pemimpin mazhabnya. Dan orang yang senantiasa bertanya kepada sumber asli Islam tidak dikatagorikan sebagai Muqallid (pengikut)”.
Mereka salah memahami perkataan Imam Syaukani yang terbatas bagi siapa saja yang mampu mencapai tingkatan mujtahid
Penjelasan tentang derajat mujtahid mutlak dan tingkatan mufti dalam madzhab As Syafi’i, silahkan baca tulisan pada http://almanar.wordpress.com/2010/09/21/tingkatan-mufti-madzhab-as-syafi’i/
Manusia hidup di dua alam sekaligus, tubuh (jasad) kita hidup di alam fisik, terikat dalam ruang dan waktu. Para ulama menyebut alam fisik ini sebagai alam nasut, alam yang bisa kita lihat dan kita raba, Kita dapat menggunakan pancaindera kita untuk mencerapnya. Sementara itu, ruh kita hidup di alam ghaib (metafisik), tidak terikat dalam ruang dan waktu. Para ulama menyebut alam ini alam malakut. Bukan hanya manusia, segala sesuatu mempunyai malakutnya.
Firman Allah ta’ala yang artinya,
“Maka Mahasuci (Allah) yang di tangan-Nya malakut segala sesuatu. Dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan.’ (QS. Yaasiin [36]:83);
“Dan demikianlah kami perlihatkan kepada Ibrahim, malakut langit dan bumi.” (QS. Al-An’am [6]:75)
Ruh kita, karena berada di alam malakut, tidak dapat dilihat oleh mata lahir kita. Ruh adalah bagian batiniah dari diri kita. Ia hanya dapat dilihat oleh mata batin. Ada sebagian di antara manusia yang dapat melihat ruh dirinya atau orang lain. Mereka dapat menengok ke alam malakut. Kemampuan itu diperoleh karena mereka sudah melatih mata batinya dengan riyadhah kerohanian atau karena anugrah Allah ta’ala (al-mawahib al-rabbaniyyah).
Para Nabi, para wali Allah (shiddiqin), dan orang-orang sholeh seringkali mendapat kesempatan melihat ke alam malakut itu.
Ditanyakan kepada Imam Ibn Hajar Al-Haitami Radhiyallaahu ‘anhu (semoga Allah memberikan kemanfaatan atas ilmunya), “Apakah mungkin zaman sekarang seseorang dapat berkumpul dengan Nabi sallallaahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan terjaga dan mengambil Ilmu langsung dari beliau?”
Imam Ibn Hajar menjawab: ”Ya, hal itu dapat terjadi, dan telah dijelaskan bahwa berkumpul dan mengambil ilmu dari Nabi secara langsung adalah sebagian dari karomah wali-wali Allah seperti Imam al-Ghozali, Al-Barizi, Taaj ad-Diin as-Subki, dan al-‘Afiif al-Yafi’i yang mana mereka adalah ulama-ulama madzhab Syafi’i, serta Qurthubi dan Ibn Abi Jamroh yang mana mereka adalah ulama-ulama madzhab Maliki.
Dan dikisahkan, bahwasanya ada Wali Allah menghadiri majlis ilmunya seorang yang faqih, kemudian seorang faqih yang sedang mengajar tersebut meriwayatkan sebuah hadits, lalu Wali tersebut berkata, “Hadits itu bathil.” Maka Sang faqih pun berkata, “Bagaimana bisa engkau mengatakan kalau hadits ini bathil, dari siapa?”
Sang Wali menjawab, “Itu Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam sedang berdiri di hadapanmu dan Beliau bersabda: [Inniy lam aqul hadzal hadits] -Sesungguhnya aku tidak mengucapkan hadist ini-“
Lalu faqih tersebut dibukakan hijabnya dan beliau pun dapat melihat Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam. (al-Fatawa al-Haditsiyyah li Ibn Hajar al-Haitami)
Orang-orang yang telah meraih manzilah (maqom atau derajat) dekat dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala dapat membantu orang lain untuk dapat melihat alam malakut dengan doa dan tentunya dengan izinNya seperti contoh riwayat berikut ini
Pada suatu hari Abu Bashir berada di Masjid A-Haram. la terpesona menyaksikan ribuan orang yang bergerak mengelilingi Kabah, mendengarkan gemuruh tahlil, tasbih, dan takbir mereka. Ia membayangkan betapa beruntungnya orang-orang itu. Mereka tentu akan mendapat pahala dan ampunan Tuhan.
Imam Ja’far Al-Shadiq ra, ulama besar dari keturunan cucu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, menyuruh Abu Bashir menutup matanya. Imam Ja’far mengusap wajahnya. Ketika ia membuka lagi matanya, ia terkejut. Di sekitar Ka’bah ia melihat banyak sekali binatang dalam berbagai jenisnya- mendengus, melolong, mengaum. Imam Ja’far berkata, “Betapa banyaknya lolongan atau teriakan; betapa sedikitnya yang haji.”
Apa yang disaksikan Abu Bashir pada kali yang pertama (penglihatan pertama) adalah bentuk tubuh-tubuh manusia. Apa yang dilihat kedua kalinya (penglihatan kedua) adalah bentuk-bentuk ruh mereka.
Seperti tubuh, ruh mempunyai rupa yang bermacam-macam: buruk atau indah; juga mempunyai bau yang berbeda: busuk atau harum. Rupa ruh jauh lebih beragam dari rupa tubuh. Berkenaan dengan wajah lahiriah, kita dapat saja menyebut wajahnya mirip binatang, tapi pasti ia bukan binatang. Ruh dapat betul-betul berupa binatang -babi atau kera.
Firman Allah ta’ala yang artinya, “Katakanlah: apakah akan Aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk kedudukannya di sisi Allah, yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allah, di antara mereka ada yang dijadikan kera dan babi dan penyembah Thagut? Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang lurus”. (QS Al-Maidah [5]: 60)
Al-Ghazali menulis: ‘Al-Khuluq dan Al-Khalq kedua-duanya digunakan. Misalnya si Fulan mempunyai khuluq dan khalq yang indah -yakni indah lahir dan batin. Yang dimaksud dengan khalq adalah bentuk lahir, yang dimaksud dengan khuluq adalah bentuk batin. Karena manusia terdiri dari tubuh yang dapat dilihat dengan mata lahir dan ruh yang dapat dilihat dengan mata batin. Keduanya mempunyai rupa dan bentuk baik jelek maupun indah. Ruh yang dapat dilihat dengan mata batin memiliki kemampuan yang lebih besar dari tubuh yang dapat dilihat dengan mata lahir. Karena itulah Allah memuliakan ruh dengan menisbahkan kepada diri-Nya.
Firman Allah ta’ala yang artinya
‘Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, Aku menjadikan manusia dan’ tanah. Maka apabila telah kusempurna kan kejadiannya dan kutiupkan kepadanya ruhku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya.’ (QS. Shaad [38]:71-72).
Allah menunjukkan bahwa jasad berasal dari tanah dan ruh dari Tuhan semesta alam. (Ihya Ulum Al-Din, 3:58).
Khuluq -dalam bahasa Arab- berarti akhlak. Ruh kita menjadi indah dengan akhlak yang baik dan menjadi buruk dengan akhlak yang buruk. Dalam teori akhlak dari Al-Ghazali, orang yang selalu mengikuti hawa nafsunya, akan memiliki ruh yang berbentuk babi; orang yang pendengki dan pendendam akan memiliki ruh yang berbentuk binatang buas; orang yang selalu mencari dalih buat membenarkan kemaksiatannya akan mempunyai ruh yang berbentuk setan (monster) dan seterusnya.
Oleh karenanya untuk memperindah bentuk ruh kita, kita harus melatihkan akhlak yang baik. Meningkatkan kualitas spiritual, berarti mernperindah akhlak kita. Kita dapat simpulkan dari doa ketika bercermin. “Allahumma kama ahsanta khalqi fa hassin khuluqi.’ (Ya Allah, sebagaimana Engkau indahkan tubuhku, indahkan juga akhlakku)
Jadi kalau mas Abdurahman dikehendaki Allah Azza wa Jalla mendapat kesempatan untuk melihat ke alam malakut maka anda akan mengetahui kedudukan (maqom atau derajat) dari Imam Mazhab yang empat maupun para ulama yang sholeh dari kalangan ahlul bait, keturunan cucu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sepeti Al Imam Al Haddad dan yang setingkat dengannya, sampai ke Al Imam Umar bin Abdurrahman Al Attos dan yang setingkat dengannya, sampai ke Asy’syeh Abubakar bin Salim, kemudian Al Imam Syihabuddin, kemudian Al Imam Al Aidrus dan Syeh Ali bin Abibakar, kemudian Al Imam Asseggaf dan orang orang yang setingkat mereka dan yang diatas mereka, sampai keguru besar Al Fagih Almuqoddam Muhammad bin Ali Ba’alawi Syaikhutthoriqoh dan orang orang yang setingkat dengannya, sampai ke Imam Ahmad Al Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali Al Uraidhi bin Ja’far Ash Shodiq bin Muhammad Al Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Husain ra
Sedangkan kita tahu bahwa Al Imam Ahmad Al Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali Al Uraidhi bin Ja’far Ash Shodiq bin Muhammad Al Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Husain ra sejak abad 7H di Hadramaut Yaman beliau menganut madzhab Syafi’i dalam fiqih , Ahlus Sunnah wal jama’ah dalam akidah (i’tiqod) mengikuti Imam Asy’ari (bermazhab Imam Syafi’i) dan Imam Maturidi (bermazhab Imam Hanafi) serta tentang akhlak atau tentang ihsan mengikuti ulama-ulama tasawuf yang muktabaroh dan bermazhab dengan Imam Mazhab yang empat.
Di Hadramaut kini, akidah dan madzhab Imam Al Muhajir yang adalah Sunni Syafi’i, terus berkembang sampai sekarang, dan Hadramaut menjadi kiblat kaum sunni yang “ideal” karena kemutawatiran sanad serta kemurnian agama dan aqidahnya.
Dari Hadramaut (Yaman), anak cucu Imam Al Muhajir menjadi pelopor dakwah Islam sampai ke “ufuk Timur”, seperti di daratan India, kepulauan Melayu dan Indonesia. Mereka rela berdakwah dengan memainkan wayang mengenalkan kalimat syahadah , mereka berjuang dan berdakwah dengan kelembutan tanpa senjata , tanpa kekerasan, tanpa pasukan , tetapi mereka datang dengan kedamaian dan kebaikan. Juga ada yang ke daerah Afrika seperti Ethopia, sampai kepulauan Madagaskar. Dalam berdakwah, mereka tidak pernah bergeser dari asas keyakinannya yang berdasar Al Qur’an, As Sunnah, Ijma dan Qiyas
Silahkan mas Abdurahman membaca sebuah nasehat pada http://pondokhabib.wordpress.com/2010/05/07/surat-nasehat-dari-para-habaib-hadramaut-untuk-tokoh-tokoh-syiah-dan-pengikutnya/
Cara untuk menelusuri kebenaran adalah melalui para ulama yang sholeh yang memiliki sanad ilmu (sanad guru) tersambung kepada lisannya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam karena kebenaran dari Allah ta’ala dan disampaikan oleh RasulNya
Pada asalnya, istilah sanad atau isnad hanya digunakan dalam bidang ilmu hadits (Mustolah Hadits) yang merujuk kepada hubungan antara perawi dengan perawi sebelumnya pada setiap tingkatan yang berakhir kepada Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- pada matan haditsnya.
Namun, jika kita merujuk kepada lafadz Sanad itu sendiri dari segi bahasa, maka penggunaannya sangat luas. Dalam Lisan Al-Arab misalnya disebutkan: “Isnad dari sudut bahasa terambil dari fi’il “asnada” (yaitu menyandarkan) seperti dalam perkataan mereka: Saya sandarkan perkataan ini kepada si fulan. Artinya, menyandarkan sandaran, yang mana ia diangkatkan kepada yang berkata. Maka menyandarkan perkataan berarti mengangkatkan perkataan (mengembalikan perkataan kepada orang yang berkata dengan perkataan tersebut)“.
Ibnul Mubarak berkata :”Sanad merupakan bagian dari agama, kalaulah bukan karena sanad, maka pasti akan bisa berkata siapa saja yang mau dengan apa saja yang diinginkannya (dengan akal pikirannya sendiri).” (Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Muqoddimah kitab Shahihnya 1/47 no:32)
Tanda atau ciri seorang ulama tidak terputus sanad guru (sanad ilmu) adalah pemahaman atau pendapat ulama tersebut tidak menyelisihi pendapat gurunya dan guru-gurunya terdahulu hingga tersambung kepada Rasulullah serta berakhlak baik
Asy-Syeikh as-Sayyid Yusuf Bakhour al-Hasani menyampaikan bahwa “maksud dari pengijazahan sanad itu adalah agar kamu menghafazh bukan sekadar untuk meriwayatkan tetapi juga untuk meneladani orang yang kamu mengambil sanad daripadanya, dan orang yang kamu ambil sanadnya itu juga meneladani orang yang di atas di mana dia mengambil sanad daripadanya dan begitulah seterusnya hingga berujung kepada kamu meneladani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dengan demikian, keterjagaan al-Qur’an itu benar-benar sempurna baik secara lafazh, makna dan pengamalan“
Imam Syafi’i ~rahimahullah mengatakan “tiada ilmu tanpa sanad”.
Imam Malik ~rahimahullah berkata: “Janganlah engkau membawa ilmu (yang kau pelajari) dari orang yang tidak engkau ketahui catatan (riwayat) pendidikannya (sanad ilmu) dan dari orang yang mendustakan perkataan manusia (ulama) meskipun dia tidak mendustakan perkataan (hadits) Rasulullah shallallahu alaihi wasallam”
Al-Hafidh Imam Attsauri ~rahimullah mengatakan “Penuntut ilmu tanpa sanad adalah bagaikan orang yang ingin naik ke atap rumah tanpa tangga”
Al-Imam Abu Yazid Al-Bustamiy , quddisa sirruh (Makna tafsir QS.Al-Kahfi 60) ; “Barangsiapa tidak memiliki susunan guru dalam bimbingan agamanya, tidak ragu lagi niscaya gurunya syetan” Tafsir Ruhul-Bayan Juz 5 hal. 203
Jadi fitnah tanduk syaitan adalah fitnah dari orang-orang yang menjadikan gurunya syaitan karena memahami Al Qur’an dan Hadits bersandarkan mutholaah (menelaah kitab) secara otodidak (shahafi) dengan akal pikirannya sendiri sebagimana yang telah disampaikan dalam tulisan pada https://mutiarazuhud.wordpress.com/2013/10/07/fitnah-tanduk-syaitan/
Ilmu agama adalah ilmu yang diwariskan dari ulama-ulama terdahulu yang tersambung kepada lisannya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda yang artinya “Sampaikan dariku sekalipun satu ayat dan ceritakanlah (apa yang kalian dengar) dari Bani Isra’il dan itu tidak apa (dosa). Dan siapa yang berdusta atasku dengan sengaja maka bersiap-siaplah menempati tempat duduknya di neraka” (HR Bukhari)
Hadits tersebut bukanlah menyuruh kita menyampaikan apa yang kita baca dan pahami sendiri dari kitab atau buku
Hakikat makna hadits tersebut adalah kita hanya boleh menyampaikan satu ayat yang diperoleh dan didengar dari para ulama yang sholeh dan disampaikan secara turun temurun yang bersumber dari lisannya Sayyidina Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Oleh karenanya ulama dikatakan sebagai pewaris Nabi.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Ulama adalah pewaris para nabi” (HR At-Tirmidzi).
Ulama pewaris Nabi artinya menerima dari ulama-ulama yang sholeh sebelumnya yang tersambung kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
Pada hakikatnya Al Qur’an dan Hadits disampaikan tidak dalam bentuk tulisan namun disampaikan melalui lisan ke lisan para ulama yang sholeh dengan imla atau secara hafalan.
Dalam khazanah Islam, metode hafalan merupakan bagian integral dalam proses menuntut ilmu. Ia sudah dikenal dan dipraktekkan sejak zaman baginda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Setiap menerima wahyu, beliau langsung menyampaikan dan memerintahkan para sahabat untuk menghafalkannya. Sebelum memerintahkan untuk dihafal, terlebih dahulu beliau menafsirkan dan menjelaskan kandungan dari setiap ayat yang baru diwahyukan.
Jika kita telusuri lebih jauh, perintah baginda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam untuk menghafalkan Al-Qur’an bukan hanya karena kemuliaan, keagungan dan kedalaman kandungannya, tapi juga untuk menjaga otentisitas Al-Qur’an itu sendiri. Makanya hingga kini, walaupun sudah berusia sekitar 1400 tahun lebih, Al-Qur’an tetap terjaga orisinalitasnya. Kaitan antara hafalan dan otentisitas Al-Qur’an ini tampak dari kenyataan bahwa pada prinsipnya, Al-Qur’an bukanlah “tulisan” (rasm), tetapi “bacaan” (qira’ah). Artinya, ia adalah ucapan dan sebutan. Proses turun-(pewahyuan)-nya maupun penyampaian, pengajaran dan periwayatan-(transmisi)-nya, semuanya dilakukan secara lisan dan hafalan, bukan tulisan. Karena itu, dari dahulu yang dimaksud dengan “membaca” Al-Qur’an adalah membaca dari ingatan (qara’a ‘an zhahri qalbin).
Dengan demikian, sumber semua tulisan itu sendiri adalah hafalan, atau apa yang sebelumnya telah tertera dalam ingatan sang qari’. Sedangkan fungsi tulisan atau bentuk kitab sebagai penunjang semata.
Oleh karenanya dikatakan sami’na wa ato’na (kami dengar dan kami taat) bukan kami baca dan kami taat.
akhi zon…..akhi zon……parah betul pola pikir antum ini….ibarat penyakit antum ini sudah stadium terakhir…..ibarat orang masuk rumah sakit antum itu harus dibawa keruang GAWAT DARURAT……SEBAB :
Mengalihkan topik pembicaraan akhi zon orangnya
menjawab tidak nyambung akhi zon juga jagonya
Tidak mampu berdiskusi dengan baik dgn tidak memperhatikan pertanyaan orang akhi zon ahlinya
Fanatisme mazhab dan taqlid buta mazhab akhi zon orang yang tepat.
Bicara tanpa komitment dan suka ingkar janji akhi zon lah contohnya
Bicara tanpa ilmu dan hanya berdasarkan asumsi dan persepsi dalam menjustifikasi pendapatnya itulah skill akhi zon
Suka merendahkan mazhab orang lain tanpa referensi yg ilmiah dan membuat FITNAH akhi zon lah orangnya.
sungguh antum akhi zon orang yang tidak bisa diajak berdiskusi DENGAN BAIK. ILMU KURANG REFERENSI MINIM, SUKA MENJUSTIFIKASI, TAQLID BUTA MAZHAB, TERLALU FANATISME MAZHAB. ITULAH YG ANA LIHAT DARI DISKUSI BEBERAPA KALI DGN ANTUM.
TULISAN ANTUM INI DIPUBLIKASIKAN DALAM RANGKA MENCARI KEBENARAN BUKAN MENCARI PEMBENARAN BUKAN ?????
Kalo tulisan antum keliru dan banyak menyebar fitnah AKUI SAJA LALU MINTA MAAF ATAS KEKHILAFAN YG ANTUM LAKUKAN SETELAH ITU BERTAUBAT DAN BERJANJI PADA GOLONGAN YG ANTUM FITNAH TIDAK . ITULAH AKHLAK SEORANG MUKMIN SEJATI BUKAN SIBUK MENCARI ASUMSI DAN PERSEPSI TANPA DASAR DAN REFERENSI YG VALID…..LALU MENGULANGINYA LAGI.
BUKAN SIBUK MENCARI 1001 ALASAN YG HANYA BERLANDASAN ASUMSI DAN PERSEPSI YG DIAKIBATKAN KEBENCIAN, NAFSU DAN FANATIQ BUTA MAZHAB.
KITA BERDISKUSI BUKAN UNTUK MENCARI SIAPA YG MENANG DAN SIAPA YG KALAH….BUKAN MENCARI ATAU MENETAPKAN MAZHAB SIAPA YG PALING BENAR…..KITA BERDISKUSI DGN DALIL BERDASARKAN DALIL SHAHIH, DAN REFERENSI YG JELAS DAN ILMIAH BRO.
KALO SEPERTI INI CARA ANTUM ANA KHAWATIR HIDAYAH DAN TAUFIQ ALLAH YG MAHA RAHMAN DAN RAHIM AKAN JAUH MENDEKATI ANTUM.
KALO ALASANNYA KARENA MALU DISEBABKAN TULISAN ANTUM TAK BERMUTU ITU ADALAH SUATU KONSEKWENSI DARI PERBUATAN ANTUM. BERANI MENYEBAR FITNAH HARUS BERANI MENANGGUNG MALU. MALU DIDUNIA JAUH LEBIH BAIK DARIPADA ANTUM MALU DIAKHIRAT.
SEMOGA BERMANFAAT BAGI PENCARI KEBENARAN
ada yg lebih lucu lagi cerita khayalan org suni :
dia mengambil satu atau lebih cucu2 imam ja’far as-sidiq atau org yg belajar agama bersanad sampai imam ja’far as-sidiq lalu dia menjustifikasi bahwa kalo syiah memang benar2 mengikuti ajaran ahlul bait nabi saw atau imam syiah MAKA seharusnya ia mengikuti org tersebut.( maksudnya org yg bersanad tsb atau cucu imam ja’far AS yg kebetulan ada disuni)
Ini jelas2 hasil org yg berpikir KERDIL dan fanatiq mazhab saja. org tersebut tdk tahu berapa anak laki2 imam ja’far tersebut ???? BERAPA CUCU2 IMAM JA’FARAS SHIDIQ DARI ANAK2 BELIAU?? LALU BERAPA CUCU DARI CUCUNYA IMAM JA’FAR AS lalu apakah masuk diakal anak2 imam ja;far as tersebut tdk diajarkan ilmu oleh bapaknya ??? lalu sembari berjalannya waktu anak2 tersebut punya anak lagi dan cucu dst, hingga mencapai ratusan bahkan ribuan jumlahnya dimana sebagian besar keturunan imam ja’far tersebar berada baik disuni dan disyiah. LALU DGN PD nya org awam tersebut mengambil ijtihad bahwa yg “wajib” diikuti adalah yg berpaham syafi’i (suni) saja.
lalu kenap tidak juga utk syiah ??? anda mau tahu alasan org yg fanatiq buta tsb :
…Begitupula mazhab dari keturunan cucu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam Imam Ja’far as-Shadiq ra. Ia adalah mujtahid serta diakui ahli sunnah. Dunia Islam bukan tidak mengakui kemampuan dan kehebatan Imam Ja’far as-Shadiq ra sebagai mujtahidin, karena selain sebagai pemikir Islam yang memiliki martabat yang tinggi dalam tingkat keilmuan, beliau tergolong ulama yang saleh. Hanya saja, MURID-MURIDNYA MENGABAIKAN USAHA GURUNYA, SEHINGGA TAK MAMPU MENJAGA HASIL KARYA MEREKA, SEHINGGA KEMUTAWATIRAN SANADNYA TIDAK LAGI TERJAGA.”
ITULAH CERITA KHAYAL DARI SEORANG AWAM YG FANATIQ BUTA MAZHAB SUNI YG BERNAMA AKHI ZON.
MARI KITA TEST ALASAN AKHI ZON INI DGN PERTANYAAN ILMIAH. ANA YAKIN DIA TAK AKAN BISA MENJAWAB LAGI DAN LARI DGN JAWABAN YG TAK NYAMBUNG. ( INGAT AKHI ZON ANTUM SDH BERKALI-KALI LARI DAN TAK MENJAWAB PERTANYAAN ANA).SBG BUKTI ANTUM SEORANG FANAITIQ BUTA MAZHAB.
INI PERTANYAAN ANA :
1. Sebutkan 5 saja nama murid2 imam ja’far MENGABAIKAN USAHA GURUNYA, SEHINGGA TAK MAMPU MENJAGA HASIL KARYA MEREKA, SEHINGGA KEMUTAWATIRAN SANADNYA TIDAK LAGI TERJAGA.”
2. Apakah anak2 imam ja’far yg berjumlah 8 orang tersebut juga tak mampu menjaga hasil karya bapaknya ???
3. Apakah anak2 dan cucu imam ja’far lebih mempercayai imam malik sebagai murid imam ja’far, (syafi’i murid imam malik) lalu mencampakan ajaran bapak dan kakek mereka padahal mereka tahu imam malik mengakui keilmuan imam ja’far as shidiq jauh berada diatasnya. bahkan mereka tahu imam abu hanifah juga turut memberikan kesaksian akan keilmuan, ketawdhuan, kezuhudan kakek mereka. ???
4. Sejak kapan anda ketahui (tahun) KEMUTAWATIRAN SANADNYA (imam ja’far) TIDAK LAGI TERJAGA.” ???
5. Apakah cucu2 imam ja’far as shidiq yg berpaham syiah tdk pandai/dapat menjaga KEMUTAWATIRAN SANADNYA padahal mereka adalah keturunan yg mulia ahlul bait nabi saw. dimana ilmu mereka didapat secara turun temurun dari bapak2 mereka.
6. apakah anda akan mengatakan ulama2 non ahlul bait lebih baik dari ulama2 ahlul bait yg berada disyiah dgn alasan bahwa : ” ulama2 non ahlul bait dapat mempertahankan KEMUTAWATIRAN SANADNYA hingga keimam syafi’i, maliki hambali dan hanafi
Sdgkan ulama2 ahlul bait yg berpaham syiah imamiyah dan zaidiyah tak mempunyai kemampuan (kapasitas)dalam menjaga KEMUTAWATIRAN SANAD hingga keimam ja’far as shidiq.???
SUNGGUH NAIF CARA ANTUM BERPIKIR WAHAI AKHI ZON. SECARA TIDAK LANGSUNG ANTUM TELAH MERENDAHKAN KETURUNAN IMAM JA’FAR DALAM MENJAGA KEMUTAWATIRAN SANAD HINGGA KEIMAM JA’FAR AS SHIDIQ KAKEK MEREKA. kasihan saya melihat cara anda memaparkan asumsi dan persepsi yg NGAWUR BAHKAN MERENDAHKAN KEMAMPUAN AHLUL BAIT NABI SAW ????
MANGAPA HAL INI ANTUM LAKUKAN ???? KARENA KEFANATIQAN TELAH MEMBELENGGU CARA BERPIKIR ANTUM, KEFANATISMEAN TELAH MEMBUAT ANTUM TDK JUJUR.
SILAHKAN ANTUM BERTABAYUN DGN ULAMA SYIAH BAIK YG BERASAL DARI AHLUL BAIT MAUPUN TDK . MEREKA DAPAT MENUNJUKAN BERJILID2 BUKU YG DITULIS OLEH IMAM JA’FAR LENGKAP DGN SANADNYA.
DAN ANA YAKIN 1 JUTA % ANTUM TAK PERNAH MELAKUKAN CEK AND RICEK ALIAS TABAYUN KPD ULAMA MAZHAB SYIAH.
SEMUA BUALAN ANTUM ITU HANYA BERSUMBER DARI BUKU2 SUNI SEMATA, BAHKAN TANPA REFERENSI YG VALID. KARENA ANTUM FANATIQ DAN AWAM MAKA ANTUM TELANLAH DOKTRIN TERSEBUT MENTAH2. SUNGGUH SUATU KAUM YG AMAT MENYEDIHKAN