Klarifikasi Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj atas kehadiran mas Yahya Cholil Staquf dalam sebuah forum di Israel yang disharing pada http://www.facebook.com/ZonJonggol/posts/10156497184149846
***** awal kutipan *****
Sikap PBNU tetap berada di sisi Palestina.
KH Said Aqil Siradj mengatakan Palestina sebagai negara yang ditindas Israel.
“Adapun sikap PBNU dari dulu, sekarang, dan seterusnya akan selalu berpihak pada Palestina, berpihak pada kebenaran Palestina, bangsa yang dizalimi, bangsa yang ditindas oleh Israel,” tuturnya.
“Sampai kapan pun PBNU akan memperjuangkan kemerdekaan untuk Palestina,” sambung K H Said Aqil Siradj.
PBNU meminta dunia internasional, terutama Amerika Serikat, mendorong kemerdekaan dan mengakui hak-hak Palestina sebagai negara yang berdaulat.
***** akhir kutipan ******
Sedangkan mas Yahya Cholil Staquf mengatakan bahwa saat ini agama digunakan sebagai justifikasi dan senjata untuk berkonflik.
Apakah rakyat Palestina tidak boleh berlandaskan agama atau mentaati perintah Allah Ta’ala dan Rasulullah untuk kemerdekaannya?
Lalu mas Yahya Cholil Staquf menawarkan konsep rahmah
**** awal kutipan *****
Rahmah berarti kasih sayang dan kepedulian terhadap sesama.
Kita “harus” memilih Rahmah, karena ini adalah awal dari semua hal baik yang kita selalu idamkan.
Jika kita memilih Rahmah, baru kita bisa berbicara soal keadilan karena keadilan bukan hanya merupakan sesuatu yang kita inginkan, tapi juga tentang kemauan untuk memberikan keadilan bagi orang lain
***** akhir kutipan *****
Lalu apakah Zionis Yahudi menyerang, merebut dan menjajah Palestina dengan rahmah?
Berikut kutipan tafsir Jalalain QS Al Mumtahanah [60] ayat 8 dan 9
***** awal kutipan *****
laa yanhaakumullaahu ‘anil ladziina lam yuqaatiluukum
(Allah tiada melarang kalian terhadap orang-orang tidak memerangi kalian) dari kalangan orang-orang yang kafir.
fid diini wa lam yukhrijuukum min diyaarikum an tabarruuhum
(karena agama dan TIDAK MENGUSIR KALIAN DARI NEGERI KALIAN untuk BERBUAT BAIK kepada mereka) lafaz an tabarruhum menjadi badal isytimal dari lafaz al-ladzina
wa tuqsithuu
(dan berlaku adil) yaitu melakukan peradilan
ilaihim
(terhadap mereka) dengan secara adil. Ayat ini diturunkan sebelum ada perintah berjihad melawan mereka
innaallaaha yuhibbul muqsithiin.
(sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil) yang berlaku adil. (QS Al Mumtahanah [60] : 8)
innamaa yanhaakumullaahu ‘anil ladziina qaataluukum fid diini wa akhrajuukum min diyaarikum wazhaaharuu
(Sesungguhnya Allah hanya melarang kalian terhadap orang-orang yang memerangi kalian karena agama dan mengusir kalian dari negeri kalian dan membantu) yakni menolong orang lain.
‘alaa ikhraajikum an tawallauhum
(untuk mengusir kalian untuk menjadikan mereka sebagai teman kalian) lafaz an-tawallauhum menjadi badal isytimal dari lafaz al-ladzina, yakni Dia melarang kalian untuk menjadikan mereka sebagai teman-teman setia kalian.
wa may yatawallahum fa ulaa-ika humuzh zhaalimuun
(dan barang siapa menjadikan mereka sebagai teman setia, maka mereka itulah orang-orang yang zalim) (QS Al Mumtahanah [60] : 9)
***** akhir kutipan ******
Berikut kutipan pernyataan mas Yahya Cholil Staquf yang menunjukkan jati dirinya yang bersumber dari http://www.facebook.com/yaqut/posts/10214181624367289
****** awal kutipan ******
Harus dilakukan intrepretasi ulang terhadap teks Quran dan Hadis—sebagai upaya untuk menghilangkan penghalang bagi terciptanya hubungan baik antara Islam dan Yahudi.
Dengan alasan
Karena setiap ayat dari Quran diturunkan dalam konteks realitas tertentu, dalam masa tertentu. Nabi Muhammad SAW dalam mengatakan sesuatu juga selalu disesuaikan dengan situasi yang ada pada saat itu. Sehingga Quran dan Hadits adalah pada dasarnya dokumen sejarah yang berisi panduan moral dalam menghadapi situasi tertentu. Ketika situasi dan realitasnya berubah, maka manifestasi dari moralitas tersebut sudah seharusnya berubah pula.
****** akhir kutipan ******
Dengan pernyataan mas Yahya Cholil Staquf menunjukkan bahwa beliau adalah pengikut orang-orang yang mengaku musllim namun mengikuti paham Pluralisme, Sekularisme dan Liberalisme yakni mereka yang memahami Al Qur’an dan Hadits menyesuaikan dengan perkembangan zaman mengikuti paham liberal alias pemahaman dengan semangat kebebasan tidak mengikuti metode pemahaman dan istinbath yang telah dibakukan dan dicontohkan oleh Imam Mazhab yang empat.
Gus Dur sangat menghormati pluralis (keberagaman) namun orang-orang disekeliling Gus Dur, ada yang salah memahaminya dan bahkan menyebut atau menggelari Beliau sebagai bapak Pluralisme.
Padahal Gus Dur adalah tokoh Islam terdepan dalam memerangi sikap-sikap intoleran terhadap penganut agama lain namun bukan tokoh Islam yang membenarkan agama selain Islam
Syaiful Arif dalam diskusi dan bedah buku hasil karyanya bertajuk “Humanisme Gus Dur: Pergumulan Islam dan Kemanusiaan” di hotel Akmani, Jl. KH Wahid Hasyim No. 91, Jakarta (12/11/2013) menyampaikan pendapatnya bahwa penyematan “Gus Dur Bapak Pluralisme” dinilai kurang tepat sebagaimana yang diberitakan pada http://www.nu.or.id/post/read/48190/penyematan-quotgus-dur-bapak-pluralismequot-dinilai-kurang-tepat
“Saya tidak sependapat dengan penyematan gelar tersebut. Pasalnya, Gus Dur itu sangat konsen memperjuangkan kemanusiaan. Ketika beliau membela minoritas non-muslim, Tionghoa, Ahmadiyah, dan lain-lain, maka yang dibela adalah manusianya. Bukan institusi Tionghoa dan Ahmadiyahnya”. kata Arif.
Jadi yang diperjuangkan oleh Gus Dur adalah kemanusiaannya yakni mengakui, menghormati, toleran, merangkul, membela keberagaman manusia dengan keyakinannya (pluralis) bukan memperjuangkan membenarkan agama selain Islam atau memperjuangkan membenarkan pemahaman firqah Ahmadiyah dan firqah-firqah lainnya yang menyempal keluar (kharaja) dari mayoritas kaum muslim (as-sawadul a’zham).
Dengan pernyataan mas Yahya Cholil Staquf memperlihatkan dugaan adanya upaya agar umat Islam tidak membenci Zionis Yahudi Israel menjajah tanah Palestina
Hal ini mengingatkan kepada video yang lama yang kami upload kembali pada http://www.youtube.com/watch?v=t6Nj_OEs_tg
Berikut kutipan transkript videonya
***** awal transkript subtitle *****
Perwakilan pemerintah Amerika:
”Selama bertahun-tahun kami bekerja sama dengan pemerintahan Saudi untuk urusan menghapus segala apa yang mengarah kepada fanatisme terhadap kelompok-kelompok agama lain di dalam kurikulum pelajaran di Arab Saudi dan di beberapa tempat lainnya”. ”Hasilnya, pemerintahan Saudi di bulan Juli 2006 telah menetapkan untuk keperluan mengkoreksi dan memperbaharui buku-buku pelajarannya, juga menghilangkan semua celah besar yang mengarah pada kebencian terhadap berbagai kelompok dan agama lain” ”Sedangkan pemerintah Saudi telah menyebutkan bahwa mereka akan menyelesaikan proyek ini, di awal tahun pelajaran 2008”
***** akhir transkript subtitle *****
Dikabarkan Raja Faisal Al Saud bin Abdul Aziz menyatakan pada Washington Post pada 17 September 1969 dengan pernyataan seperti
“We, the Saudi Familiy, are cousins of the Jews: we entirely disagree with any Arab or Muslem Authority which shows any antagonism to the Jews; but we must live together with them in peace. Our country (Arabia) is the fountain head from where the first Jew sprang, and his descendants spread out all over the world.”.
Terjemahan:
“Kami, Keluarga Saudi, adalah saudara sepupu dari orang-orang Yahudi: kita sama sekali tidak setuju dengan penguasa Arab atau Muslim yang menunjukkan sikap permusuhan kepada orang Yahudi, tetapi kita harus hidup bersama dengan mereka dalam damai. Negara kami (arabia) adalah sumber awal Yahudi dan nenek moyangnya, lalu menyebar keseluruh dunia“
Namun setelah resolusi PBB mengenai pemecahan Palestina dan pendirian Israel, Pangeran Faisal (masih belum menjadi raja) mendesak ayahandanya supaya memutuskan hubungan dengan Amerika Serikat, tetapi desakannya itu ditolak.
Selepas skandal keuangan Raja Saud, Pangeran Faisal dilantik menjadi pemerintah sementara.
Pada tanggal 2 November 1964, ia dilantik menjadi raja setelah Raja Saud di usir keluar dari Arab Saudi ke Yunani.
Ia berasa amat kecewa saat Israel memenangkan Perang Enam Hari pada tahun 1967.
Pada tahun 1973, Raja Faisal memulai suatu program yang bertujuan untuk memajukan kekuatan tentara Arab Saudi.
Pada tanggal 17 Oktober 1973, ia menghentikan ekspor minyak Arab Saudi ke Amerika Serikat yang menyebabkan harga minyak di Amerika Serikat melambung tinggi.
Hal ini dilakukan untuk mendesak Amerika Serikat agar menekan Israel keluar dari wilayah Palestina.
Kemudian secara dzahir (yang tampak) pada tanggal 25 Maret 1975, Raja Faisal wafat pada tahun itu karena dibunuh.
Pembunuhnya adalah keponakannya sendiri, yaitu Faisal bin Mus’ad yang baru saja pulang dari Amerika Serikat.
Mus’ad menyamar sebagai delegasi Kuwait yang ingin bertemu Raja Faisal secara mendadak. Pada saat Raja Faisal berjalan kearahnya untuk menyambut, maka Faisal bin Mus’ad pun tiba-tiba mengeluarkan sepucuk pistol dan menembakkannya ketubuh Raja Faisal sebanyak tiga kali. Dari luka tembak tersebut, Raja Faisal kehabisan darah menghembuskan nafas terakhirnya tak lama setelah itu.
Dari hasil penyidikan dan interogasi yang dilakukan, Faisal bin Musaid mengaku bahwa pembunuhan itu atas dasar inisiatifnya sendiri, selain teori konspirasi yang berhembus di masyarakat, petugas pun mencurigai adanya kerusakan mental pada Faisal bin Musaid.
Akhirnya tak lama setalah itu, Ibnu Mus’ad (nama panggilan Faisal bin Musaid) itupun dihukum qishos (bunuh) dihadapan khalayak.
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Faisal_dari_Arab_Saudi
Syaikh Maher Hammud (Ulama Sunni Lebanon) menyampaikan bahwa “Jika anda ingin rezim-rezim Arab memerangi Israel, katakan pada mereka bahwa Israel telah menjadi Syi’ah”
Wassalam
Zon di Jonggol, Kabupaten Bogor 16830
Tinggalkan Balasan