Contoh ucapan Buya Hamka, “Selamat, telah merayakan natal kalian”
Dalam fatwa MUI nomor 56 tahun 2016 ditegaskan bahwa ada beberapa hal yang umat Islam tak boleh lakukan di hari hari perayaan agama lain termasuk Natal.
Berikut kedua poin itu:
Pertama, mengharamkan umat Islam menggunakan atribut keagamaan non-muslim.
Kedua, mengharamkan ajakan atau perintah penggunaan atribut keagamaan non-muslim kepada umat muslim.
Poin kedua tersebut dikeluarkan mengingat saat itu terindikasi ada perusahaan yang memaksakan karyawannya yang bukan beragama Nasrani, untuk mengenakan atribut natal.
Walaupun demikian, fatwa tersebut bukanlah dasar bagi organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam maupun kelompok-kelompok pemuda Islam, untuk melakukan sweeping atau penyapuan terhadap pemaksaan tersebut.
Kewenangan MUI adalah memberikan fatwa, yang mengeksekusi adalah pihak keamanan, dalam hal ini Polri.
Putra mantan ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Buya Hamka, Irfan Hamka mencontohkan cara ayahnya mengucapkan selamat kepada kedua tetangganya, Ong Liong Sikh dan Reneker yang Kristiani adalah dengan “Selamat, telah merayakan Natal kalian.”
Jadi yang diucapkan selamat atas mengadakan perayaan Natal bukan selamat terhadap Natalnya atau selamat Natal.
Silahkan kaum Nasrani merayakan Natal karena itu adalah hak mereka sebagai warga negara Indonesia namun kaum Muslim tidak perlu mengucapkan “selamat Natal” karena perbedaan antara Yesus dengan Nabi Isa alaihissalam
Hari raya Natal adalah hari raya bagi kaum Nasrani untuk memperingati kelahiran Yesus yakni orang yang disalib dan diyakini oleh mereka sebagai putera Allah pada tanggal 25 Desember yang jatuh pada musim dingin.
Sedangkan dalam Al Qur’an ada ayat yang memberikan indikasi bahwa Nabi Nabi Isa a.s. lahir pada musim semi yakni ketika Siti Maryam r.a. melahirkan puteranya yang suci itu, malaikat Jibril berkata kepadanya, sebagaimana tercantum dalam Surat Maryam ayat 25: Wa huzzi ilaiki bi jidz`i n-nakhlah, tusaqith `alaiki ruthaban janiyya (“Dan goyanglah ke arahmu pohon kurma itu, ia akan menjatuhkan kepadamu buah masak dan segar”).
Jadi kelahiran Nabi Isa Al-Masih a.s. terjadi pada saat buah kurma cukup ranum, sehingga akan berjatuhan jika pohonnya digoyang. Sampai sekarang di daerah Timur Tengah panen kurma berlangsung pada musim semi.
Begitupula dikabarkan bahwa dalam kitab Injil kelahiran nabi Isa putera Maryam adalah ketika pada malam hari dimana gembala sedang menjaga kawanan ternak mereka di padang rumput yang kemungkinan besar terjadi bukan pada musim dingin melainkan pada musim semi.
Sedangkan keyakinan “Isa putera Allah” tidak pernah dibenarkan dalam Al Qur’an maupun Hadits. Bahkan diingkari berulang kali dengan lafaz “Isa putera Maryam”
Begitupula orang yang disalib bukanlah nabi Isa a.s namun orang yang diserupakan sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam (QS An Nisaa’ [4]: 157) .
Kaum Nasrani berkeyakinan bahwa mereka merasa mengikuti agama yang dibawa Nabi Isa alaihissalam.
Padahal pada kenyataannya mereka mengikuti apa yang disampaikan manusia seperti Paulus, Yahudi dari Tarsus yang mengaku sebagai pengikut Rasul atau pengikut Nabi Isa alaihissalam.
Paulus dijadikan seorang Santo (orang suci) oleh seluruh gereja yang menghargai Santo, termasuk Katolik Roma, Ortodoks Timur, dan Anglikan, dan beberapa denominasi Lutheran.
Dia berbuat banyak untuk kemajuan Kristen di antara para orang-orang bukan Yahudi, dan dianggap sebagai salah satu sumber utama dari doktrin awal Gereja, dan merupakan pendiri kekristenan bercorak Paulin (bercorak Paulus).
Surat-suratnya menjadi bagian penting Perjanjian Baru.
Firman Allah Ta’ala yang artinya “Sesungguhnya (agama tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku. Kemudian mereka (pengikut-pengikut rasul itu) menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing).” (QS Al Mu’minun [23] : 52-53)
Kaum Nasrani kehilangan para penunjuk yakni orang-orang memiliki sanad ilmu (sanad guru) tersambung kepada Nabi Isa alaihissalam
Kaum Nasrani beragama bersandarkan mutholaah, menelaah kitab yang sudah tercampur dengan akal pikiran manusia secara otodidak (shahafi) dengan akal pikiran mereka sendiri.
Kaum Nasrani tidak bertemu dan mendengarkan langsung dari ulama yang secara turun temurun tersambung kepada ulama yang bertemu dan mendengarkan langsung dari Nabi Isa alaihissalam
Kaum Yahudi telah berhasil menyesatkan kaum Nasrani
Firman Allah Ta’ala yang artinya, “orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang beriman adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik” (QS Al Maaidah [5]: 82)
Kaum Yahudi ingin membunuh para Nabi dan para pengikut Nabi baik dengan tangan mereka langsung atau melalui tangan orang lain dengan cara menghasut atau ghazwul fikri (perang pemahaman).
Firman Allah Ta’ala yang artinya, Sesungguhnya Kami telah mengambil perjanjian dari Bani Israil, dan telah Kami utus kepada mereka rasul-rasul. Tetapi setiap datang seorang rasul kepada mereka dengan membawa apa yang yang tidak diingini oleh hawa nafsu mereka, (maka) sebagian dari rasul-rasul itu mereka dustakan dan sebagian yang lain mereka bunuh. (QS Al Ma’idah [5] : 70)
Imam Besar atau Imam Agung Yahudi adalah adalah jabatan imam yang paling tinggi di dalam kaum Yahudi yang dipercaya sebagai wakil kaum Yahudi di hadapan Tuhan, serta berperan sebagai pengantara yang kudus antara kaum Yahudi dengan Tuhan.
Peran sentral dari Imam Besar pada kaum Yahudi terlihat ketika Imam Besar bertugas untuk mempersembahkan ritus kurban tahunan di Bait Suci yang terletak di kota Yerusalem.
Di dalam ritus tahunan tersebut, hanya Imam Besar yang diizinkan masuk ke dalam ruang Maha Suci dari Bait Suci.
Di dalam Perjanjian Baru, yang tercatat menjabat sebagai Imam Besar adalah Hanas (Lukas 3:2, Yohanes 18:13-14, Kisah Para Rasul 4:6) dan Kayafas (Matius 26:3, Yohanes 11:49, Kisah Para Rasul 4:6)
Imam Besar adalah orang yang mengepalai seluruh petugas Bait Suci tersebut.
Imam Besar lah yang memerintahkan pengawal Bait Suci untuk menangkap Yesus (Yohanes 18:3, 12), menangkap para rasul (Kisah Para Rasul 5:24-26 ), dan mengawal kubur Yesus (Matius 27:65).
Yohanes 18:3
Maka datanglah Yudas juga ke situ dengan sepasukan prajurit dan penjaga-penjaga Bait Suci yang disuruh oleh imam-imam kepala dan orang-orang Farisi lengkap dengan lentera, suluh dan senjata.
Yohanes 18:12
Maka pasukan prajurit serta perwiranya dan penjaga-penjaga yang disuruh orang Yahudi itu menangkap Yesus dan membelenggu Dia.
Matius 26:67
Inilah tahap kedua dari penderitaan Kristus. Setelah ditangkap pada waktu malam dan ditinggalkan oleh murid-Nya (ayat Mat 26:55-57), Yesus dibawa kepada Kayafas dan majelis Yahudi. Ketika itu mereka menutupi mata-Nya, berulang-ulang memperolokkan Dia, meludahi dan menampar Dia.
Matius 26:2
Inilah tahap ketiga dari penderitaan Kristus. Pada pagi hari Yesus yang sudah dipukul berulang-ulang dan penat, dibawa ke bagian lain kota Yerusalem untuk diperiksa oleh Pilatus. Barabas dilepaskan (ayat Mat 27:21) dan Yesus disesah dan kemudian diserahkan untuk disalibkan (ayat Mat 27:26)
Matius 27:26
Inilah tahap keempat dari penderitaan Yesus Kristus.
Penyesahan cara Romawi dilakukan dengan melucuti pakaian korban serta merentangkan tubuhnya pada sebuah tiang atau membungkukkan tubuhnya di atas sebuah tiang yang pendek dengan tangannya diikat.
Alat penyesahnya adalah sebuah gagang kayu pendek dengan beberapa tali kulit di ujungnya. Pada ujung tali kulit itu telah diikatkan potongan-potongan kecil besi atau tulang.
Dua orang yang berdiri sebelah-menyebelah korban itu akan memukul punggungnya.
Sebagai akibatnya, daging punggung korban akan tersayat-sayat demikian rupa sehingga pembuluh-pembuluh darah dan urat nadi, bahkan tidak jarang organ-organ yang ada di dalam tubuh dapat dilihat dari luar.
Sering korban sudah mati sementara penyesahan masih dijalankan.
Penyesahan merupakan penyiksaan yang mengerikan.
Ketidakmampuan Yesus untuk memikul salib-Nya sendiri pastilah disebabkan oleh hukuman yang berat ini (ayat Mat 27:32; Luk 23:26).
“Dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh” (Yes 53:5; 1Pet 2:24).
Firman Allah Ta’ala yang artinya
“dan karena ucapan mereka : “Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, ‘Isa putra Maryam, Rasul Allah”, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan ‘Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) ‘Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah ‘Isa.” (QS An Nisaa’ [4]: 157)
Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat ‘Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS An Nisaa [4]:158)
Kaum Yahudi berupaya menyesatkan kaum Nasrani contohnya dengan ghazwul fikri (perang pemahaman) bahwa kematian Yesus (yang disangka mereka sebagai nabi Isa alaihissalam) yang mereka bunuh adalah untuk menebus dosa manusia yang meyakini Yesus.
Ibrani 9:28 “demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia”
Padahal dalam kitab mereka dituliskan bahwa seorang manusia tidak akan menanggung kesalahan (dosa) manusia yang lain yang dicontohkan dengan seorang anak tidak akan menanggung kesalahan (dosa) ayahnya.
” Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati. Anak tidak akan turut menanggung kesalahan ayahnya dan ayah tidak akan turut menanggung kesalahan anaknya. Orang benar akan menerima berkat kebenarannya, dan kefasikan orang fasik akan tertanggung atasnya (Jehezkiel 18:20)
Firman Allah Ta’ala yang artinya
“(yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihat (kepadanya) Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna. dan bahwasanya kepada Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu)” (QS An Najm [53]:38 s/d 42)
“Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain” (QS Al Israa [17]:15)
“Maka pada hari itu seseorang tidak akan dirugikan sedikitpun dan kamu tidak dibalasi, kecuali dengan apa yang telah kamu kerjakan. (QS Yaa Siin [36]:54)
“Dan takutlah kamu kepada suatu hari di waktu seseorang tidak dapat menggantikan seseorang lain sedikitpun dan tidak akan diterima suatu tebusan daripadanya dan tidak akan memberi manfaat sesuatu syafa’at kepadanya dan tidak (pula) mereka akan ditolong.” (QS Al Baqarah [2]:123)
Wassalam
Zon di Jonggol, Kabupaten Bogor 16830
Tinggalkan Balasan