Perbedaan Sekulerisme Amerika dengan Mustafa Kemal Ataturk
Sekulerisme Amerika itu toleran terhadap agama sedangkan sekulerisme Mustafa Kemal Ataturk itu memusuhi agama (anti-cleric)
Mustafa Kemal Ataturk kabarnya berdarah Yahudi Dumamah/Dunama lahir di kota Selanik, tempat pengungsian etnis Yahudi.
Mustafa Kemal Ataturk setelah berkuasa mengganti agama Negara dengan sekulerisme, mengubah azan ke dalam bahasa Turki, melarang pendidikan agama di sekolah umum, melarang kerudung bagi kaum wanita, mengganti naskah-naskah bahasa Arab dengan bahasa Roma, pengenalan pada kode hukum Barat, pakaian, kalender, serta Alfabet, mengganti seluruh huruf Arab dengan huruf Latin.
Hal yang menarik ketika mengubah azan, Mustafa Kemal Ataturk mengubah Allahu Akbar menjadi Tanrı Uludur (Tuhan yang Agung) namun pada saat mengubah Hayya ala-l-falah menjadi Haydi Felaha tampak “MEMBIARKAN” Falah dengan Felah bukan mengubahnya dengan kurtulus (kemenangan) dan menurut kabar karena ingin membuat orang orang yang mendengar adzan tidak tahu jikalau sholat bisa membawa kemenangan.
Felah adalah serapan dari bahasa Arab yang mana sebagian besar masyarakat Turki tidak mengetahui makna dari arti felah yakni kemenangan.
Pada hakikatnya timbul perselisihan dan fitnah adalah karena termakan atau korban hasutan atau korban ghazwul fikri (perang pemahaman) yang dilancarkan oleh kaum Yahudi atau yang kita kenal sekarang dengan Zionis Yahudi karena kaum yang diciptakan oleh Allah Azza wa Jalla mempunyai rasa permusuhan terhadap umat Islam adalah kaum Yahudi
Firman Allah Ta’ala yang artinya, “orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang beriman adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik” (QS Al Maaidah [5]: 82)
Liberalisme, Sekuralisme dan Pluralisme agama lahir dari kumpulan Freemason salah satu gerakan Zionisme yang paling disegani dikalangan Yahudi dengan prinsip “Liberty, Equality, Fraternity”.
Sekularisme adalah paham yang menjauhkan manusia dari Allah , menghindarkan manusia dalam kehidupannya me”referensi” kepada Allah / Agama
Liberalisme adalah paham yang “membebaskan” manusia terhadap aturan Allah / Agama dan hanya menerima doktrin-doktrin agama yang sesuai dengan akal pikiran semata
Pluralisme adalah paham yang membuat manusia “floating” / “ragu” akan Allah / Agama dan sampai ada yang berujung menjadi pengikut atheisme.
Begitupula dalam fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) No: 7/MUNAS VII/MUI/II/2005 DEFINISI LIBERALISME AGAMA adalah mereka yang memahami nash-nash agama (Al-Qur’an & Hadits) dengan menggunakan akal pikiran yang bebas; dan hanya menerima doktrin-doktrin agama yang sesuai dengan akal pikiran mereka semata.
DEFINISI SEKULARISME AGAMA adalah memisahkan urusan dunia dari agama; agama hanya digunakan untuk mengatur hubungan pribadi dengan Tuhan, sedangkan hubungan sesama manusia diatur hanya dengan berdasarkan kesepakatan sosial.
Sedangkan DEFINISI PLURALISME AGAMA adalah suatu paham yang mengajarkan bahwa semua agama adalah sama dan karenanya kebenaran setiap agama adalah relatif; oleh sebab itu, setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim bahwa hanya agamanya saja yang benar sedangkan agama yang lain salah. Pluralisme agama juga mengajarkan bahwa semua pemeluk agama akan masuk dan hidup berdampingan di surga.
Sedangkan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah bersabda, “ Demi Allah, yang diriku ada dalam genggaman tanganNya, tidaklah mendengar dari hal aku ini seseorangpun dari ummat sekarang ini, Yahudi, dan tidak pula Nasrani, kemudian tidak mereka mau beriman kepadaku, melainkan masuklah dia ke dalam neraka.”
Hamad bin Salamah meriwayatkan dari Adi bin Hatim, dia berkata, “Saya bertanya kepada RasulullahShallallahu alaihi wasallam ihwal ‘bukan jalannya orang-orang yang dimurkai’. Beliau bersabda, “Yaitu kaum Yahudi.’ Dan bertanya ihwal ‘bukan pula jalannya orang-orang yang sesat’. “Beliau bersabda, ‘Kaum Nasrani adalah orang-orang yang sesat.’
Dalam fatwa MUI telah pula diingatkan bahwa bagi masyarakat muslim yang tinggal bersama pemeluk agama lain (pluralitas agama), dalam masalah sosial yang tidak berkaitan dengan aqidah dan ibadah, umat Islam bersikap inklusif, dalam arti tetap melakukan pergaulan sosial dengan pemeluk agama lain sepanjang tidak saling merugikan
Firman Allah Ta’ala yang artinya, “Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. Al-Mumtahanah [60]:8 )
“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al Maa-idah [5]:8 )
Gus Dur sangat menghormati pluralitas (keberagaman).
Gus Dur adalah tokoh Islam terdepan dalam memerangi sikap-sikap intoleran terhadap penganut agama lain namun bukan tokoh Islam yang membenarkan agama selain Islam
Syaiful Arif dalam diskusi dan bedah buku hasil karyanya bertajuk “Humanisme Gus Dur: Pergumulan Islam dan Kemanusiaan” di hotel Akmani, Jl. KH Wahid Hasyim No. 91, Jakarta (12/11/2013) menyampaikan pendapatnya bahwa penyematan “Gus Dur Bapak Pluralisme” dinilai kurang tepat
“Saya tidak sependapat dengan penyematan gelar tersebut. Pasalnya, Gus Dur itu sangat konsen memperjuangkan kemanusiaan. Ketika beliau membela minoritas non-muslim, Tionghoa, Ahmadiyah, dan lain-lain, maka yang dibela adalah manusianya. Bukan institusi Tionghoa dan Ahmadiyahnya”. kata Arif.
Jelaslah bahwa yang diperjuangkan oleh Gus Dur adalah kemanusiaannya yakni mengakui, menghormati, toleran, merangkul, membela keberagaman manusia dengan keyakinannya (pluralitas) bukan memperjuangkan membenarkan agama selain Islam atau memperjuangkan membenarkan pemahaman firqah Ahmadiyah dan firqah-firqah lainnya yang menyempal keluar (kharaja) dari mayoritas kaum muslim (as-sawadul a’zham).
Begitupula ditengarai salah satu cara penjajah China Komunis memadamkan semangat generasi berikut muslim Uighur untuk kemerdekaan adalah dengan MENSEKULERKAN umat Islam di Xinjiang dan bahkan diperluas keseluruh wilayah China.
Contohnya China Komunis memperluas agenda mensekulerkan umat Islam ke kota Linxia yang berada di Provinsi Ganzu, China
Kota ini berjarak sekitar 150 Km sebelah selatan Lanzhou ibu kota Provinsi Ganzu China.
Penduduk Linxia mayoritas sekitar 75% adalah muslim dan kebanyakan dari suku Hui.
Ada banyak masjid baik yang berasitektur Arab juga terdapat banyak masjid berasitektur Cina bertebaran di Linxia, karena itu Linxia sering disebut sebagai kota Mekah kecil (Little Mecca) di Cina.
Sayangnya, komunitas Muslim di daerah ini mengalami sejumlah tekanan.
Para pelajar di atas 16 tahun dibatasi untuk belajar Islam di masjid-masjid.
Bahkan, sertifikasi imam semakin dikurangi sebagaimana yang diberitakan pada http://ummatpos.com/22213/hadapi-tekanan-berat-muslim-hui-khawatir-islam-hilang-dari-kehidupan-mereka/
***** awal kutipan *****
Selain itu, otoritas lokal juga mewajibkan setiap masjid mengibarkan bendera nasional dan tidak lagi dibolehkan mengumandangkan azan dari pengeras suara.
Selama ini, China memberlakukan aturan sangat ketat kepada Muslim Uighur di Xinjiang.
Rupanya, pengetatan aturan ini mulai diperluas di Linxia, padahal letaknya di timur jauh dari Xinjiang.
“Anginnya kini bergeser dalam beberapa tahun terakhir. Terus terang saya takut mereka akan menerapkan model Xinjiang di sini,” ucap salah satu imam yang tidak ingin disebut namanya.
Dia menambahkan otoritas China ingin membuat generasi muda Muslim di sana menjadi sekuler. “Hari-hari ini anak-anak tidak dibolehkan percaya pada agama, hanya pada komunisme dan partai,” ucap dia.
Musim dingin adalah waktu yang tepat bagi lebih dari 1.000 anak muda Muslim di Linxia belajar Islam di masjid. Kini, mereka tidak lagi bisa melakukannya.
Para orangtua juga diharuskan melarang anak-anaknya belajar Alquran. Ini agar anak-anak fokus pada materi pendidikan sekuler.
“Kami takut, sangat takut. Jika terus seperti ini, maka satu atau dua generasi lagi tradisi kami akan lenyap,” ucap Ma Lan, 45 tahun sembari menangis
***** akhir kutipan *****
Gerakan China Komunis mensekulerkan umat Islam di China juga diperluas ke negara lain
Contohnya terungkap oleh Wikileaks tentang agenda Partai Komunis China bersama Partai Demokrat AS untuk mensekulerkan muslim di Indonesia.
Wikileaks mengungkapkan bahwa menurut Dirjen Urusan Asia Kemlu China Hu Zhengyue,
“China memantau betapa ada peningkatan gesekan antar etnis dan agama di Indonesia. Pemerintah China pun ingin mendorong sekularisasi muslim di Indonesia” .
“Beijing ingin mempromosikan Islam sekuler di Indonesia,” kata Hu kepada John sebagaimana yang terungkap pada http://news.detik.com/berita/1525176/wikileaks-china-berencana-sekulerkan-muslim-ri
Koneksi Partai China Komunis dengan Partai Demokrat AS melalui James Riady (putra dari Mochtar Riady)
James Riady yang merupakan sahabat Clinton, dibantu oleh Ted Sioeng, dan dengan dukungan penuh oleh Intelijen Militer Tiongkok (CMI) membentuk sebuah jaringan bernama “China Connection”, jaringan yang menghubungkan para pengusaha keturunan Tionghoa.
Di dalam jaringan tersebut juga terdapat pengusaha-pengusaha lainnya seperti Yah Lin Trie, Johnny Chung, dan Maria Hsia sebagaimana yang dikabarkan pada http://id.wikipedia.org/wiki/Kontroversi_dana_kampanye_Amerika_Serikat_1996
***** awal kutipan *****
James Riady juga merupakan salah satu tokoh yang paling bertanggung jawab terhadap kejatuhan presiden Soeharto pada tahun 1998.
Sebagaimana ketika beliau membangun “China Connection” dengan dukungan CMI bersama Ted Sioeng, serta pengusaha-pengusaha Tionghoa lainnya seperti Yah Lin Trie, Johnny Chung, dan Maria Hsia, yang berhasil memenangkan Clinton hingga dua masa bakti berturut-turut.
James, yang pada saat itu juga merupakan presiden direktur Bank Central Asia (BCA), juga menggandeng tokoh-tokoh CSIS seperti Jacob Soetoyo, Sofyan Wanandi, dan Jusuf Wanandi, serta para tokoh kiri anti-Islam untuk melengserkan presiden Soeharto pada tahun 1998.
Motif menjatuhkan presiden Soeharto tersebut dilatarbelakangi oleh dipecatnya L.B. Moerdani sebagai Menteri Pertahanan, Keamanan dan Panglima Angkatan Bersenjata, kemudian menggantinya dengan para perwira dari kalangan muslim taat.
Mereka melakukan berbagai macam cara seperti merekayasa peristiwa 27 Juli 1996, seolah-olah penunjukan Suryadi sebagai ketua dewan tahfiz Partai Demokrasi Indonesia (PDI) merupakan intervensi pemerintah, belakangan pula diketahui hubungan antara Sofyan Wanandi dengan Partai Rakyat Demokratik (PRD).
Selain itu, mereka juga memobilisasi massa pada awal 1998 dari berbagai universitas seperti Universitas Atmajaya dan Universitas Trisakti untuk mendesak pengunduran diri Presiden Soeharto.
Clinton pernah melakukan kunjungan kenegaraannya ke Indonesia pada tahun 1994, untuk meminta presiden Soeharto agar mengembalikan jabatan Moerdani di ABRI. Clinton bahkan mengancam akan melakukan blokade ekonomi jika jabatan Moerdani tidak dikembalikan seperti semula kepada ABRI sebagaimana yang disampaikan oleh Sri Bintang Pamungkas dalam video pada http://www.youtube.com/watch?v=gnn40Or-Kac dengan judul “Indonesia Dicaplok China?”
Dan ternyata terbukti, rekayasa kenaikan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hingga mencapai Rp 10.000 memang dirancang untuk menggulingkan Soeharto.
Keberhasilan James Riady dalam merekayasa kemelut perekonomian dan perpolitikan nasional Indonesia ternyata tidak sebanding dengan kemampuannya dalam mendongkrak citra Clinton sebagai presiden AS dua kali berturut-turut.
Setelah pergantian rezim baru di AS dengan hadirnya George W. Bush dari Partai Republik, dibongkarlah modus operandi yang menyangkut bantuan pengusaha Tionghoa kepada Clinton, yang di dalamnya terdapat nama James Riady.
Dalam hasil penyelidikan berjudul “James Riady Pleads Guilty Will Pay Largest Fine In Campaign Finance History For Violating Federal Election Law”, James Riady berkomplot dengan karyawan lamanya, John Huang, untuk mendanai kampanye Partai Demokrat AS yang dianggap “ilegal” sejak 1988 hingga 1994.
Atas kasus ini, James Riady didenda sebesar 8,6 juta dolar AS atau sekitar Rp 60.200.000.000 (kurs rupiah terhadap dolar AS pada saat itu adalah Rp 7.000)
Sumber: http://www.washingtonpost.com/wp-srv/aponline/20010111/aponline200940_000.htm
James juga dicegah masuk ke AS selama 2 tahun sebagaimana yang ditulis he Washington Post, 5 Januari 2010
Sumber: http://www.washingtonpost.com/wp-dyn/content/article/2010/01/04/AR2010010403106.html
***** akhir kutipan *****
James Riady pengusaha yang membantu pembangunan kantor pusat PBNU di Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat sebagaimana yang diberitakan pada http://www.beritasatu.com/nasional/400101/james-riady-pengusaha-ikut-membantu-nu
James Riady pula melalui Lippo Group membentuk usaha patungan bersama PBNU untuk mendirikan rumah sakit umum di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah sebagaimana yang diberitakan pada http://ekonomi.bisnis.com/read/20180320/12/752002/nu-lippo-bikin-usaha-patungan-dirikan-rumah-sakit
Jadi berdasarkan kenyataan yang terungkap oleh Wikileaks, tampaknya agenda mensekulerkan umat Islam di Indonesia ditengarai (diduga) terkait dengan mereka yang mengaku sebagai ABRI “Merah Putih” yakni para perwira yang mengaku sebagai nasionalis namun pada kenyataannya adalah mereka yang condong kepada paham Sekularisme.
Mereka menggelari “lawan” atau saingan mereka sebagai ABRI “Hijau” yakni perwira yang dekat dengan Islam dan pesantren sebagaimana contoh kajian pada http://tirto.id/abri-merah-putih-vs-abri-hijau-sentimen-agama-di-tubuh-tentara-c1cl
***** awal kutipan *****
Menurut Salim Said, “[…] mereka yang disingkirkan Soeharto [pada era 1990-an] menyebut diri mereka ABRI Merah Putih dan menggelari lawannya, yakni mereka yang dipakai Soeharto, sebagai ABRI Hijau” (hlm. 154).
Menurut Kivlan, apa yang disebut ABRI Merah-Putih adalah “tentara yang dianggap nasionalis dan tidak membawa bendera agama.”
Sementara yang disebut ABRI Hijau adalah “tentara yang berasal dari subkultur Islam dan dekat dengan tokoh-tokoh Islam seperti ulama, kyai dan pemimpin ormas Islam” (hlm. 77).
Pendapat Kivlan diperkuat Fadli Zon dalam Politik Huru-Hara Mei 1998 (2004). Menurutnya, “Istilah ABRI Hijau ini dipakai untuk MENYUDUTKAN mereka yang dekat dengan kalangan Islam, BERARTI TIDAK MERAH PUTIH” (hlm. 21).
Di zaman Benny Moerdani begitu berkuasa, kelompok yang disebut ABRI Hijau ini dianggap terzalimi.
Mereka yang dianggap terzalimi itu di antaranya Mayor Jenderal Feisal Tanjung (yang lebih dari tiga tahun jadi Komandan Seskoad di Bandung) dan Mayor Jenderal Raden Hartono (yang jadi Panglima Brawijaya di Jawa Timur).
***** akhir kutipan *****
Mantan Pangab Benny Moerdani adalah salah satu contoh tokoh SEKULER dari kalangan TNI.
Jika ingin mendalami bagaimana PERPOLITIKAN dan KEBIJAKAN di NKRI SANGAT TERKAIT dengan PERBEDAAN PENDAPAT ANTARA DUA KUBU di TNI silahkan baca buku berjudul “Dari Gestapu ke Reformasi – Serangkaian Kesaksian” karya Salim Said peneliti peran politik TNI yang mengumpulkan hasil wawacaranya dengan para petinggi TNI ketika berprofesi wartawan.
Beberapa kutipan dari buku tersebut dapat dibaca pada https://mutiarazuhud.wordpress.com/2019/12/21/padami-kemerdekaan-uighur/
Wassalam
Zon di Jonggol, Kabupaten Bogor 16830
Tinggalkan Balasan