Pandangan yang dibenarkan terhadap orang-orang kafir
Sebaiknya janganlah berlebihan (ghuluw) mengagumi atau mengidolakan orang-orang kafir dan sebaliknya memperolok-olok atau mencela saudara muslim kita.
Kalaupun saudara-saudara muslim kita keliru maka luruskanlah.
Rasulullah bersabda, mencela seorang muslim adalah kefasikan, dan membunuhnya adalah kekufuran”. (HR Muslim).
Bagi orang-orang yang fasik, tempat mereka adalah neraka jahannam.
Firman Allah Ta’ala yang artinya, “Dan adapun orang-orang yang fasik maka tempat mereka adalah jahannam” (QS Sajdah [32]:20)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, orang yang bangkrut (muflis) dari kalangan umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa (pahala) ibadah shalat, puasa, dan zakat. Akan tetapi dia pun datang dengan membawa dosa berupa mencaci orang ini, memfitnah (menuduh) orang ini, menumpahkan darah orang ini, menyiksa orang ini, lalu diberikanlah kebaikannya (pahala) kepada orang-orang yang dizhaliminya. Sewaktu kebaikannya (pahala) tidak lagi cukup membayar kesalahan (dosa) nya maka diambillah dosa-dosa orang-orang yang dizhaliminya dan ditimpakan kepada dirinya. Setelah itu dia dilemparkan ke neraka. (HR Muslim 2581)
Begitupula tidak akan masuk surga kalau tidak mencintai sesama muslim.
Diriwayatkan hadits dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Demi Allah, kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman. Belum sempurna keimanan kalian hingga kalian saling mencintai.” (HR Muslim)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Kamu akan melihat orang-orang mukmin dalam hal saling mengasihi, mencintai, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga dan panas (turut merasakan sakitnya).” (HR Bukhari 5552) (HR Muslim 4685)
Perintah Allah Ta’ala untuk bersikap LEMAH LEMBUT terhadap sesama mu’min dan bersikap KERAS (tegas / berpendirian) terhadap orang-orang kafir sebagaimana firmanNya dalam (QS Al Maidah [5]:54).
KERAS terhadap orang-orang kafir bukan berarti mencela, menyerang atau bahkan membunuh orang-orang kafir NAMUN sebaiknya dipahami dalam makna majaz (makna kiasan) yakni TEGAS BERPENDIRIAN.
Habib Ali Al Jifri mengingatkan bahwa hinakanlah kekufuran NAMUN jangan kau menghina orang kafir karena selagi dia hidup maka dia tidak boleh dihina karena sesungguhnya kita tidak mengetahui bagaimana dia akan mati (boleh jadi bertaubat sebelum mati) MAKA sesungguhnya kita tidak dibenarkan menghina seseorangpun dari makhluk Allah.
Habib Ali Al Jifri menyampaikan bahwa pandangan yang dibenarkan terhadap orang-orang kafir ataupun pelaku maksiat adalah dengan pandangan belas kasihan (ainu al Syafaqoh)
Rasulullah mencontohkan pandangan sedih atau belas kasihan terhadap mayat orang kafir sekalipun.
“Wahai Rasullullah… Bukankah mayat yang diusung itu adalah seorang Yahudi? Dia bukan seorang Muslim Ya Rasulullah.. Mengapa kau menangis?”, tanya seorang Sahabat kepada baginda.
“Aku menangis karena tidak dapat membawanya ke arah iman. Aku tidak dapat menyelamatkannya dari api neraka Allah Subhanahu wa Ta’ala.”, jawab Nabi shallallahu alaihi wasalam.
Mengapa pandangan kita umat Islam terhadap orang-orang kafir dengan pandangan belas kasihan ?
Salah satu alasannya adalah karena AMAL KEBAIKAN yang dilakukan oleh orang-orang kafir BAGAIKAN FATAMORGANA atau BAGAIKAN ABU yang ditiup angin dengan keras MAKNANYA tidak akan mendapatkan manfaat di akhirat kelak.
Firman Allah Ta’ala yang artinya,
“Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang.Mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia). Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh”. (QS Ibrahim[14]:18 )
“Dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. Dan didapatinya(ketetapan) Allah disisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya” (QS AnNuur [24]:39 )
Sedangkan AMAL KEBAIKAN yang dilakukan oleh umat Islam sebesar zarah atau sekecil apapun akan bermanfaat di akhirat kelak walaupun terlebih dahulu “mampir” ke neraka.
Dan telah menceritakan kepadaku Suwaid bin Sa’id dia berkata, telah menceritakan kepadaku Hafsh bin maisarah dari Zaid bin Aslam dari ‘Atha’ bin Yasar dari Abu Sa’id Al Khudri (dalam sebuah hadits yang panjang) …………. Kemudian dibentangkan jembatan di atas Jahannam, dan berlakulah syafa’at pada saat itu, mereka berguman; “ya Allah, selamatkanlah, selamatkanlah.” Ada yang bertanya; ‘wahai Rasulullah, apakah jembatan itu?” beliau menjawab; “tempat yang licin yang dapat menggelincirkan, disana terdapat besi-besi pencakar, besi-besi pengait dan duri besi yang terbuat dari pohon-pohon berduri. Maka orang-orang mu’min akan melewatinya seperti kedipan mata, seperti kilat, seperti angin, seperti burung, seperti kuda-kuda yang berlari kencang, dan hewan tunggangan. Maka orang muslim akan ada yang selamat, ada yang tercabik-cabik tertunda dan ada yang terlempar kedalam neraka jahannam. Sehingga ketika orang-orang mu’min terbebas dari neraka, maka demi Dzat yang jiwaku berada ditangan-Nya, tidaklah salah seorang dari kalian yang begitu gigih memohon kepada Allah didalam menuntut al haq pada hari kiamat untuk saudara-saudaranya yang berada di dalam neraka, mereka berseru; wahai rabb kami, mereka selalu berpuasa bersama kami, shalat bersama kami, dan berhaji bersama kami.” Maka dikatakan kepada mereka; “keluarkanlah orang-orang yang kalian ketahui.” Maka bentuk-bentuk mereka hitam kelam karena terpanggang api neraka, kemudian mereka mengeluarkan begitu banyak orang yang telah di makan neraka sampai pada pertengahan betisnya dan sampai kedua lututnya. Kemudian mereka berkata; “ wahai rabb kami tidak tersisa lagi seseorang pun yang telah engkau perintahkan kepada kami.” Kemudian Allah berfirman; “kembalilah kalian, maka barangsiapa yang kalian temukan didalam hatinya kebaikan seberat dinar, maka keluarkanlah dia.” Mereka pun mengeluarkan jumlah yang begitu banyak, kemudian mereka berkata; “wahai rabb kami, kami tidak meninggalkan di dalamnya seorangpun yang telah Engkau perintahkan kepada kami.” Kemudian Allah berfirman; “kembalilah kalian, maka barangsiapa yang kalian temukan didalam hatinya kebaikan seberat setengah dinar, maka keluarkanlah dia.” Maka mereka pun mengeluarkan jumlah yang banyak. Kemudian mereka berkata lagi; “wahai Rabb kami, kami tidak menyisakan di dalamnya seorang pun yang telah Engkau perintahkan kepada kami.” Kemudian Allah berfirman; “kembalilah kalian, maka siapa saja yang kalian temukan didalam hatinya kebaikan seberat biji jagung, keluarkanlah.” Maka merekapun kembali mengeluarkan jumlah yang begitu banyak. Kemudian mereka berkata; “wahai Rabb kami, kami tidak menyisakan di dalamnya kebaikan sama sekali.” Abu Sa’id al Khudri berkata, Jika kalian tidak mempercayai hadits ini silahkan kalian baca ayat: (Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah, dan jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar.) (Qs. An Nisa: 40). Allah lantas berfirman: Para Malaikat, Nabi dan orang-orang yang beriman telah memberi syafaat, sekarang yang belum memberikan syafaat adalah Dzat Yang Maha Pengasih. Kemudian Allah menggenggam satu genggaman dari dalam neraka, dari dalam tersebut Allah mengeluarkan suatu kaum yang sama sekali tidak melakukan kebaikan, dan mereka pun sudah berbentuk seperti arang hitam. Allah kemudian melemparkan mereka ke dalam sungai di depan surga yang disebut dengan sungai kehidupan. Mereka kemudian keluar dari dalam sungai layaknya biji yang tumbuh di aliran sungai, tidakkah kalian lihat ia tumbuh (merambat) di bebatuan atau pepohonan mengejar (sinar) matahari. Kemudian mereka (yang tumbuh layaknya biji) ada yang berwarna kekuningan dan kehijauan, sementara yang berada di bawah bayangan akan berwarna putih. Para sahabat kemudian bertanya, Seakan-akan baginda sedang menggembala di daerah orang-orang badui?’ Beliau melanjutkan: Mereka kemudian keluar seperti mutiara, sementara di lutut-lutut mereka terdapat cincin yang bisa diketahui oleh penduduk surga. Dan mereka adalah orang-orang yang Allah merdekakan dan Allah masukkan ke dalam surga tanpa dengan amalan dan kebaikan sama sekali. (HR Muslim)
Wassalam
Zon di Jonggol, Kabupaten Bogor 16830
Tinggalkan Balasan