Feeds:
Pos
Komentar

Posts Tagged ‘setelah pilihan dilakukan’

Pilihlah yang haq agar dicintai Allah

 

Ada sebuah pertanyaan cukup menarik yang telah disampaikan kepada kami yakni

“Dalam ilmu tauhid Aswaja (Ahlus Sunnah wal Jama’ah) bahwa segala sesuatu di dunia ini terjadi karena Allah, bagaimana dengan kelakuan orang berbuat maksiat?”

Pertanyaan tersebut terkait dengan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam “la hawla wala quwwata illa billah”, ”Tiada daya upaya dan kekuatan selain atas izin (pertolongan) Allah”

Kita dapat merasakan detak jantung kita, merasakan tarikan napas kita, merasakan aliran darah di dalam tubuh kita.

Itu semua adalah dalam kekuasaan Tuhan, bukan kekuasaan kita.

Coba pikirkan, jika itu menjadi kekuasaan kita,

Bisakah kita menghentikan detak jantung ?,
Bisakah kita menghentikan tarikan napas ?,
Bisakah kita menghentikan aliran darah di dalam tubuh ?

Kita tentu yakin dan percaya , bahwa kita tidak akan mampu melakukannnya.

Itu sebagai pertanda bahwa kita yang merasa mempunyai tubuh ini, tetapi tidak kuasa untuk memiliki dan menguasai tubuh ini. Hanya milik dan kuasa Allah Azza Wa Jalla semata.

Sungguh segala sesuatu atas kehendak Allah ta’ala namun kita tidak bisa mempertanyakan kehendak Allah ta’ala atau tidak bisa mempertanyakan atas apa yang Dia perbuat. Namun kitalah yang akan “ditanya” atas apa yang kita perbuat

Firman Allah ta’ala yang artinya,

“Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya dan merekalah yang akan ditanyai” (QS Anbiyaa’ [21]:23 )

“Dan sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan” (QS An Nahl [16:93 )

Apapun di dalam tubuh kita, apapun di luar tubuh kita, apapun di langit dan bumi, semua dalam pengaturanNya atau dalam pengurusanNya.

Firman Allah ta’ala yang artinya, “Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya)” (QS Al Baqarah [2]:255 )

Kita umpamakan manusia itu seperti wayang yang digerak-gerakkan Sang Dalang atau dalam pengurusan (pengaturan) oleh Allah Azza wa Jalla, bedanya adalah manusia jiwanya diilhami pilihan yang haq dan bathil.

Firman Allah ta’ala yang artinya

“Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan” (pilihan haq atau bathil) (QS Al Balad [90]:10 )

“maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya“. (QS As Syams [91]:8 )

Kita kelak di kemudian hari akan diminta pertanggungjawaban atas pilihan (jiwa) kita sendiri antara yang haq dan bathil

Contoh cerita yang telah ditetapkan Sang Dalang, seorang pria harus pergi dinas keluar kota dan menginap di hotel.
Pria itu dalam kebenaran, jika jiwa pria itu memlih yang haq, tentu dia akan memilih hotel yang “bersih”, terhindar dari fitnah “kehidupan malam”.
Pria itu lupa (jiwanya memilih yang batil) dan memilih hotel dengan “kehidupan malam”
Pria itu dalam kebenaran, jika jiwa pria itu memlih yang haq, tentu selama menginap di hotel dia menghindari layanan “kehidupan malam”
Pria itu lupa (jiwanya memilih yang bathil) dan memesan layanan “kehidupan malam” dengan layanan wanita “malam”
Pria itu dalam kebenaran, jika jiwa pria itu memlih yang haq, tentu dia akhirnya menolak wanita itu masuk ke kamarnya atau membatalkan layanan tersebut.
Jika jiwa pria itu memlih yang haq pastilah pria itu terhindar dari perbuatan yang buruk.

Allah Azza wa Jalla “mengerak-gerakan” manusia berdasarkan pilihan jiwa manusia antara yang haq dan bathil.

Segala sikap, perbuatan, gerak dan kejadian pada hakikatnya adalalah dari Allah ta’ala juga, maka upayakanlah jiwa kita memilih yang haq berdasarkan Al-Quran dan Sunnah.

Prinsipnya segala perbuatan / sikap adalah perbuatanNya kemudian disandarkan kepada manusia, setelah pilihan dilakukan oleh jiwa manusia antara yang haq dan bathil maka menjadi perbuatan manusia.

Perbuatan manusia yang buruk (karena pilih yang bathil) adalah perbuatan manusia itu sendiri, mustahil perbuatanNya.

Firman Allah ta’ala yang artinya, “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)”. (QS Asy Syuura [42]:30 )

Perbuatan manusia yang baik (karena pilih yang haq) adalah perbuatan manusia yang selaras dengan perbuatanNya.

Dalam sebuah hadits Qudsi, Allah ta’ala berfirman, “Bila Aku telah mencintainya, maka Aku adalah pendengarannya yang digunakannya untuk mendengar, dan penglihatannya yang digunakannya untuk melihat dan tangannya yang digunakannya untuk memukul dan kakinya yang digunakannya untuk berjalan; jika dia meminta kepada-Ku niscaya Aku akan memberikannya, dan jika dia meminta perlindungan kepada-Ku niscaya Aku akan melindunginya”. (HR.al-Bukhari)

Begitupula tidak bisa dipertanyakan kehendak Allah Azza wa Jalla, jika seseorang manusia terlahir pada orang tua nasrani namun semua manusia di akhirat kelak akan dipertanyakan atas apa pilihan atau perbuatan yang dilakukan ketika di dunia.

Seorang manusia tidak dapat beralibi (beralasan) karena mereka terlahir dari orang tua nasrani sehingga boleh terhindar dari api neraka. Semua manusia telah diilhamkan (jalan) kefasikan dan ketakwaannya“. (QS As Syams [91]:8) atau “Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan” (pilihan haq atau bathil) (QS Al Balad [90]:10 )

Oleh karenanya dapat kita temukan seorang pendeta yang menguasai teologi Nasrani sampai pendidikan S3 namun akhirnya dapat memahami ilham yang dihujamkanNya kepada hatinya sehingga sekarang telah beragama Islam dikarenakan dia mengikuti panggilan hatinya yang tidak membenarkan bahwa cukup seorang mempercayai Yesus akan mendapatkan keselamatan sebagaimana yang dijelaskannya dalam video pada http://www.youtube.com/watch?v=YN-oWVlHbK0 atau http://www.youtube.com/watch?v=-GXWlPkgrvg

Alhamdulillah , kaum muslim khususnya di negara kita dan di negara lain adalah terlahir dari orang tua muslim yang mendapatkan pengajaran agama dari para ulama yang sholeh yang mengikuti Imam Mazhab yang empat dan umumnya mengikuti Imam Syafi’i ra yang berasal dari penyebaran para ulama yang sholeh dari kalangan ahlul bait, keturunan cucu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sehingga kita dapat dengan mudah untuk memilih mana yang haq dan meninggalkan yang bathil

Prof.Dr.H. Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA) dalam majalah tengah bulanan “Panji Masyarakat” No.169/ tahun ke XV11 15 februari 1975 (4 Shafar 1395 H) halaman 37-38 menjelaskan bahwa pengajaran agama Islam di negeri kita diajarkan langsung oleh para ulama keturunan cucu Rasulullah seperti Syarif Hidayatullah atau yang dikenal dengan Sunan Gunung Jati. Berikut kutipan penjelasan Buya Hamka

***** awal kutipan ****
“Rasulallah shallallahu alaihi wasallam mempunyai empat anak-anak lelaki yang semuanya wafat waktu kecil dan mempunyai empat anak wanita. Dari empat anak wanita ini hanya satu saja yaitu (Siti) Fathimah yang memberikan beliau shallallahu alaihi wasallam dua cucu lelaki dari perkawinannya dengan Ali bin Abi Thalib. Dua anak ini bernama Al-Hasan dan Al-Husain dan keturunan dari dua anak ini disebut orang Sayyid jamaknya ialah Sadat. Sebab Nabi sendiri mengatakan, ‘kedua anakku ini menjadi Sayyid (Tuan) dari pemuda-pemuda di Syurga’. Dan sebagian negeri lainnya memanggil keturunan Al-Hasan dan Al-Husain Syarif yang berarti orang mulia dan jamaknya adalah Asyraf.

Sejak zaman kebesaran Aceh telah banyak keturunan Al-Hasan dan Al-Husain itu datang ketanah air kita ini. Sejak dari semenanjung Tanah Melayu, kepulauan Indonesia dan Pilipina. Harus diakui banyak jasa mereka dalam penyebaran Islam diseluruh Nusantara ini. Diantaranya Penyebar Islam dan pembangunan kerajaan Banten dan Cirebon adalah Syarif Hidayatullah yang diperanakkan di Aceh. Syarif kebungsuan tercatat sebagai penyebar Islam ke Mindanao dan Sulu. Yang pernah jadi raja di Aceh adalah bangsa Sayid dari keluarga Jamalullail, di Pontianak pernah diperintah bangsa Sayyid Al-Qadri. Di Siak oleh keluaga Sayyid bin Syahab, Perlis (Malaysia) dirajai oleh bangsa Sayyid Jamalullail. Yang dipertuan Agung 111 Malaysia Sayyid Putera adalah Raja Perlis. Gubernur Serawak yang ketiga, Tun Tuanku Haji Bujang dari keluarga Alaydrus.

Kedudukan mereka dinegeri ini yang turun temurun menyebabkan mereka telah menjadi anak negeri dimana mereka berdiam. Kebanyakan mereka jadi Ulama. Mereka datang dari hadramaut dari keturunan Isa Al-Muhajir dan Fagih Al-Muqaddam. Yang banyak kita kenal dinegeri kita yaitu keluarga Alatas, Assegaf, Alkaff, Bafaqih, Balfaqih, Alaydrus, bin Syekh Abubakar, Alhabsyi, Alhaddad, Al Jufri, Albar, Almusawa, bin Smith, bin Syahab, bin Yahya …..dan seterusnya.

Yang terbanyak dari mereka adalah keturunan dari Al-Husain dari Hadramaut (Yaman selatan), ada juga yang keturunan Al-Hasan yang datang dari Hejaz, keturunan syarif-syarif Makkah Abi Numay, tetapi tidak sebanyak dari Hadramaut. Selain dipanggil Tuan Sayid mereka juga dipanggil Habib. Mereka ini telah tersebar didunia. Di negeri-negeri besar seperti Mesir, Baqdad, Syam dan lain-lain mereka adakan NAQIB, yaitu yang bertugas mencatat dan mendaftarkan keturunan-keturunan Sadat tersebut. Disaat sekarang umum- nya mencapai 36-37-38 silsilah sampai kepada Sayyidina Ali bin Abi Thalib dan Sayyidati Fathimah Az-Zahra ra.
****** akhir kutipan ******

Amat disayangkan negeri pelayan bagi kedua kota suci Islam yakni kerajaan dinasti Saudi mereka pada kenyataannya tidak lagi merujuk kepada para ulama yang sholeh yang mengikuti Imam Mazhab yang empat atau tidak pula merujuk kepada para ulama yang sholeh dari kalangan ahlul bait, keturunan cucu Rasulullah

Mereka merujuk kepada ulama Muhammad bin Abdul Wahhab yang mengikuti ulama Ibnu Taimiyyah. Mereka berdua bukanlah yang dikenal sebagai ulama yang berkompetensi sebagai imam mujtahid mutlak atau bukanlah ahli istidlal sebagaimana yang telah dijelaskan dalam tulisan sebelumnya pada http://www.facebook.com/notes/zon-jonggol/perubahan-pola-pemikiran-dalam-dunia-islam/10151606115179817 atau pada http://www.facebook.com/notes/zon-jonggol/sebaiknya-janganlah-mengikuti-cara-sholat-ulama-bukan-ahli-istidlal/10151597647859817

Semoga mereka dapat mempergunakan ilham yang telah dihujamkanNya kepada jiwa atau hati mereka.

Wassalam

Zon di Jonggol, Kabupaten Bogor 16830

Read Full Post »