POLITIK adalah TAHTA dan HARTA
Hal yang harus kita ingat selalu bahwa POLITIK adalah TAHTA dan HARTA yakni KEKUASAAN dan KEKAYAAN ALAM atau SUMBER DAYA ALAM.
Rasulullah bersabda “Aku lebih dahulu wafat daripada kalian, dan aku menjadi saksi atas kalian, dan aku demi Allah, sungguh telah melihat telagaku sekarang, dan aku diberi kunci-kunci perbendaharaan bumi atau kunci-kunci bumi. Demi Allah, saya tidak mengkhawatirkan kalian akan berbuat syirik sepeninggalku, namun yang justru aku khawatirkan atas kalian adalah kalian bersaing terhadap kekayaan-kekayaan bumi.” (HR Bukhari 5946)
Ungkapan ‘di mana ada azan, di situ ada minyak’ tampaknya terbukti di Xinjiang.
Sejak dulu, Xinjiang merupakan wilayah penting yang diperebutkan.
Dulu, Xinjiang merupakan urat nadi perdagangan dunia karena berada di Jalur Sutra. Kini, Xinjiang merupakan wilayah yang kaya sumber daya alam.
Cadangan minyak dan gas terbesar Republik Rakyat Cina (RRC) ada di sini, khususnya, di Xinjiang bagian selatan (Tarim Basin), tempat Muslim Uighur sejak dulu tinggal menetap di bawah sistem pemerintahan tradisional yang disebut Khanate atau Khaganate.
Sebagian besar wilayah Xinjiang adalah gurun pasir, padang rumput, danau, hutan, dan perbukitan. Xinjiang berada di kaki Gunung Tianshan yang membelah Asia Tengah. Xinjiang berbatasan dengan delapan negara, yaitu Mongolia, Rusia, Kazakhstan, Kirgizstan, Tajikistan, Afghanistan, Pakistan, dan India.
Sebagai daerah otonom -setidaknya secara teori- Xinjiang memiliki semacam pemerintahan sendiri, yang agak jauh dari kendali Beijing. Muslim Uighur mencakup setengah dari sekitar 26 juta penduduk di wilayah ini.
Dengan luas 1,6 juta kilometer persegi, Xinjiang setara dengan 17 persen wilayah Cina dan merupakan wilayah otonomi terbesar di Cina.
Tapi, hanya lima persen (80 ribu kilometer persegi) wilayahnya yang bisa ditinggali. Meski demikian, wilayah yang hanya lima persen ini setara dengan 100 kali luas daratan Jakarta.
Wilayah otonomi Uighur di barat laut Tiongkok ini selalu saja mengabarkan nestapa Muslim yang hak asasinya diinjak-injak pemerintah komunis Cina.
Lalu timbul pertanyaan bukankah ada kaum muslim di kawasan lainnya di China?
Bedanya muslim uighur adalah “penguasa asli” kawasan Xinjiang karena pada mulanya, Uighur sempat mendirikan negara Turkistan Timur yang eksis hingga 10 abad sebelum akhirnya jatuh setelah digempur China pada tahun 1759 sebagaimana yang telah disampaikan pada https://mutiarazuhud.wordpress.com/2019/12/21/penguasa-asli-xinjiang/
Selain itu wilayah Xinjiang tidak termasuk yang dikelilingi oleh tembok besar yang dibangun dinasti demi dinasti di Cina selama 2.000 tahun.
Oleh karena itu orang-orang Uighur pun menjadikan fakta ini sebagai argumen bahwa tanah mereka bukanlah bagian dari Cina, apalagi mereka pun bukan orang Cina. Mereka mendefinisikan diri mereka sebagai orang Turkistan Timur.
Dua kali kawasan ini coba dimerdekakan, dua kali pula republik Islam berdiri di sana, tapi negara baru itu selalu berhasil dibubarkan.
Siapa orang Uighur?
Mereka adalah kaum Muslimin yang beretnis Turki, jumlahnya di Cina sekitar 11 juta orang. Sebagian besar bermukim di bagian barat negeri itu.
Di mana Xinjiang?
Provinsi dengan mayoritas suku Uighur ini terletak di ujung barat Cina, dan merupakan wilayah terbesar di negeri itu.
Xinjiang adalah sebuah kawasan besar, luasnya setara dengan tiga pulau Sumatra atau sama dengan Pakistan dan Afghanistan yang digabung menjadi satu.
Pembiaran penjajahan terhadap negeri muslim Uighur yang dikaruniai oleh Allah Ta’ala cadangan minyak dan gas salah satunya adalah karena ketergantungan ekonomi yang tinggi negara lain atas China sebagaimana yang telah disampaikan pada https://mutiarazuhud.wordpress.com/2019/12/15/penjajahan-uighur/
Ditengarai ada 3 cara penjajah China Komunis memadamkan semangat generasi berikut muslim Uighur untuk kemerdekaan yakni,
1. “MELUPAKAN” nama Turkistan Timur dan diganti dengan Xinjian yang artinya perbatasan atau daerah baru.
2. “MEMBANJIRI” Xinjian dengan suku Han.
Suku Han adalah suku terbesar di dunia yakni sekitar 19% dari populasi penduduk dunia dan mayoritas (sekitar 90%) bangsa China berasal dari suku ini.
Persentase suku Han di Xinjiang meningkat secara drastis dari 6% (1949) hingga lebih dari 40% (2001)
3. MENSEKULERKAN umat Islam di Xinjiang dan bahkan diperluas keseluruh wilayah China sebagaimana yang telah disampaikan pada https://mutiarazuhud.wordpress.com/2019/12/21/padami-kemerdekaan-uighur/
Contoh lain terbuktinya ungkapan ‘di mana ada azan, di situ ada minyak’ tampaknya berlaku pula terhadap suku Indian di benua Amerika.
POLITIK Genosida (pembantaian dan pemusnahan masal) suku Indian, penduduk asli Amerika ATAS NAMA “peradaban dan kekristenan” yang dilakukan oleh bangsa “kulit putih” atau bangsa Eropa sebagaimana contoh kajian pada https://www.matamatapolitik.com/historical-genosida-suku-indian-pembantaian-penduduk-asli-amerika-atas-nama-peradaban/
Pada kenyataannya menurut penelitian terbaru membuktikan bahwa suku Indian, penduduk asli Amerika “menerima” lebih awal kedatangan para pelaut Muslim dari Granada dan Afrika Barat dibandingkan bangsa Eropa sebagaimana contoh berita pada https://m.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/15/05/14/nobhnu-ini-bukti-penemu-benua-amerika-bukan-columbus
***** awal kutipan *****
Catatan tertua mengenai kehadiran Muslim di benua Amerika diperkirakan berasal dari periode antara 700–800 Masehi. Hal itu seperti diungkapkan oleh sarjana dari Universitas Harvard, Barry Fell, dalam bukunya Saga America (1980).
Lewat buku tersebut, dia memberi bukti ilmiah yang kuat bahwa umat Islam dari Afrika Utara dan Barat sudah tiba di Amerika berabad-abad sebelum ekspedisi Christopher Columbus.
Menurut Fell, ada sejumlah peninggalan arkeologis yang menguatkan teori tersebut. Di wilayah barat AS yang gersang, ia menemukan ukiran pada batu yang memuat teks, diagram, dan grafik berhuruf Arab.
Sisa-sisa fragmen tersebut menurutnya menjadi bukti bahwa umat Islam sudah lebih dulu mendarat di Amerika jauh sebelum bangsa Eropa menginjakkan kakinya di benua itu.
Barry Fell juga menyebutkan beberapa nama di kalangan penduduk Indian Amerika yang memiliki akar kata dari bahasa Arab. Di antaranya adalah Medina di Idaho, Hazen di North Dakota, Mahomet di Illinois, Arva di Ontario (Kanada), dan masih banyak lagi.
Di samping itu, ada pula sejumlah nama suku Indian yang berasal dari bahasa Arab. Sebut saja Suku Makkah di Washington, Anasazi, Apache, Arawak, Arikana, Chavin, Cherokee, Hohokam, Hupa, Hopi, Mahigan, Mohawk, Zulu, Zuni, dan lain-lain.
“Setidaknya, ada 484 nama desa, kota, gunung, danau, dan sungai di AS yang berakar dari Islam dan Arab,” ungkap Richard Brent Turner dalam buku Islam in the African-American Experience.
***** akhir kutipan *****
Bahkan dikabarkan bahwa Christoforo Colombo (lidah Barat menyebutnya “Christophorus Colombus”) merupakan anggota Knights of Christ, organisasi payung bagi pelarian Templar yang diburu para penguasa Eropa yang dipimpin Puas Clement IV dan Raja Perancis, King Felipe V, sejak tanggal 13 Oktober 1307 sebagaimana contoh berita pada https://m.eramuslim.com/konsultasi/konspirasi/indian-sudah-memeluk-islam.htm
***** awal kutipan ******
Semasa mudanya, Colombus menjadi orang kepercayaan dari penguasa Italia, Rene d’Anjou yang merupakan Grandmaster Biarawan Sion. Biarawan Sion sendiri merupakan “Bapak” dari organisasi Knights Templar. Mereka inilah cikal-bakal gerakan Zionisme sekarang ini. Di dalam buku saya, “Knights Templar Knights of Christ” (2006), asal-muasal Colombus dipaparkan dengan lengkap.
Colombus menjejakkan kakinya di Amerika di akhir abad ke-15 Masehi. Lima abad sebelum Colombus tiba, para pelaut Muslim dari Granada dan Afrika Barat sudah menjejakkan kaki di daratan-benua yang masih perawan dan hanya ditinggali oleh suku-suku asli yang tersebar di beberapa bagiannya.
Imigran Muslim pertama di daratan ini tiba sekira tahun 900 Masehi sampai setengah abad kemudian pada masa kekuasaan Dinasti Umayyah. Salah satunya bernama Khasykhasy Ibn Said Ibnu Aswad dari Cordova. Orang-orang Islam inilah yang mendakwahkan Islam pada suku-suku asli Amerika. Sejumlah suku Indian Amerika pun telah memeluk Islam saat itu antara lain suku Iroquois dan Alqonquin.
Lalu, setelah jatuhnya Granada tahun 1492, yang kemudian disusul oleh gerakan Inkuisisi yang dilakukan Gereja terhadap orang-orang Islam dan Yahudi di Spanyol, maka imigran kedua tiba di Amerika sekira pertengahan abad ke-16 Masehi. Tahun 1539, Raja Spanyol, Carlos V, melarang bagi Muslim Spanyol hijrah ke Amerika.
***** akhir kutipan ******
Bangsa Eropa yang kemudian mengaku sebagai bangsa Amerika ditengarai (diduga) melakukan pemusnahan masal dan perang biologi melalui penyebaran kuman-kuman dan penyakit-penyakit terhadap penduduk asli, suku Indian.
Beberapa data yang tertuang dalam The Atlas of the North American Indian, and the Conspiracy of Pontiac and the Indian War after the Conquest of Canada, menunjukkan bahwaJenderal Amherts, telah “menyetujui” pendistribusian selimut dan sapu tangan yang telah terkontaminasi bibit cacar untuk digunakan sebagai alat perang wabah penyakit terhadap Indian Amerika. Bahkan ada bukti tertulis berupa surat yang ditulis sendiri oleh Jeffrey Amherst. Dalam suratnya kepada Kolonel Henry Bouquet, Komandan angkatan bersenjata Inggris, Jenderal Amherts bertanya : “Tidak bisakah diatur suatu cara bagi pengiriman bibit campak kepada suku-suku Indian yang tidak menyenangkan itu? Dalam hal ini kita harus menggunakan berbagai strategi untuk dapat mengurangi jumlah mereka.” Bouquet menjawab, “Saya akan mencoba untuk menularkan penyakit tersebut kepada mereka melalui selimut-selimut yang akan jatuh ke tangan mereka dan berusaha semaksimal mungkin untuk tidak ikut tertular.”.
Jerry D. Gray dalam bukunya Deadly Mist, Upaya Amerika Merusak Kesehatan Manusia, Sinergi Publishing, 2009. mengungkapkan kejahatan pemerintah Amerika Serikat dengan pembuatan zat-zat biologi, kimia dan rekayasa penyakit seperti flu burung, sars, aids dan penyakit-penyakit mematikan lainnya yang sebagian dari penelitian virus dan bakteri
Buku ini diberi catatan salah satunya oleh Siti Fadilah Supari, mantan menteri kesehatan. Beliau memberi catatan bahwa, “Buku ini luar biasa, suatu catatan kenyataan yang tidak terbayangkan sebelumnya”.
Dalam buku ini tertuang dimulai kejahatan Amerika Serikat, dimana Jenderal Jeffrey Amherst memusnahkan orang-orang Indian dengan penyakit cacar sampai dengan uraian kemungkinan kepentingan perusahaan farmasi dunia sepeti Bayer, Bristol Meyrs, Squibb, Merck & Co dll yang ditengarai dimiliki kalangan Zionis Yahudi menciptakan kebutuhan masyarakat dunia dengan merekayasa penyakit
Ditengarai akibat penghentian hubungan kerjasama kesehatan dengan Amerika Serikat lewat NAMRU-2 , Siti Fadillah diganti dengan Endang Rahayu sebagaimana yang diberitakan pada Suara Islam, Edisi 77, 6-20 Nopember 2009, hal 5
***** awal kutipan *****
Endang justru menyatakan bahwa dirinya ingin meneruskan kerjasama dengan Amerika Serikat. Kerjasama itu kini berganti nama menjadi Indonesia United Center for Medical Research (IUC). “Kerjasama Indonesia-Amerika ini luas, salah satunya laboratorium biomedis,” ujarnya tanpa rasa bersalah. Menurut Endang, kerjasama dibidang Biomedis ini salah satunya untuk pengembangan vaksin, alat diagnostik, identifikasi virus, bakteri, dan laini-lain. Jadi tampaknya dengan lembaga baru ini sebenarnya apa yang selama tiga dasawarsa dilakukan NAMRU-2 akan tetap diteruskan. Hanya namanya saja yang diganti sementara Indonesia tetap menjadi ladang plasma nutfah biomedis dan rakyatnya menjadi kelinci percobaan.
****** akhir kutipan *****
Wassalam
Zon di Jonggol, Kabupaten Bogor 16830
Tinggalkan komentar