Rasulullah adalah kekasih Allah semenjak sebelum lahir
Pokok permasalahannya GM mensifatkan Rasulullah dengan sifat rembes (ingusan, dekil, kotor) dan tidak terawat dan bahkan DIMISALKAN dengan GUYONAN bahwa andaikan di sana (ketika Rasulullah masih kecil) ada pohon jambu, mestinya (Rasulullah) mencuri jambu juga adalah DI DEPAN KHALAYAK UMUM.
Berikut kutipan PERMISALAN yang disampaikan oleh GM yang tidak berdasarkan dalil dari Al Qur’an dan Hadits namun menurut akal pikirannya sendiri.
***** awal kutipan *****
Nek kiro2, kok ono jambu ngono, mestine yo nyolong jambu barang.
***** akhir kutipan*****
Jadi taubatnya GM kepada Allah sebaiknya terlebih dahulu diawali dengan pernyataan untuk menarik ucapannya di depan khalayak umum juga.
Hal ini telah direkomendasikan dalam maklumat dari Majelis Keluarga Pondok Pesantren Sidogiri.
***** awal kutipan ****
3. Penjelasan tabayun (klarifikasi) yang dilakukan oleh GM setelah “ramainya” (timbul kegaduhan) ceramah tersebut tidak mengandung pernyataan menarik ucapannya dan bertaubat dari kesalahan itu.
***** akhir kutipan ****
Taubat dan mengakui kesalahan dan berjanji tidak akan mengulangi lagi, sebaiknya diawali pernyataan menarik ucapannya diperlukan supaya para pengikut GM dapat MENGHILANGKAN dari akal pikiran dan hati mereka bahwa Rasulullah waktu kecil itu rembes (ingusan, dekil, kotor) dan tidak terawat dan bahkan berakhlak buruk seperti maling jambu dan juga supaya pengikutnya tidak terjerumus mengingkari irhas (kejadian istimewa) ketika Rasulullah lahir.
Maklumat dapat dilihat pada https://mutiarazuhud.files.wordpress.com/2019/12/fb_img_1575760042040.jpg
KH Said Aqil Siradj telah mengingatkan bahwa kita orang NU, Ahlussunnah wal Jama’ah, tidak boleh sedikit pun menjadikan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam sebagai bahan lelucon.
Semua kitab Mada’ih Nabawiyyah seperti Barzanji, Dziba’iy, Alhabsyi Simthud-duror dan lebih-lebih Burdah, semua memuji-muji Rasulullah semenjak SEBELUM lahir SAMPAI lahir, sampai diasuh oleh Sayyidah Halimah Assa’diyyah.
Beliau mengingatkan bahwa
***** awal kutipan *****
Tidak ada ulama, atau kyai yang saya tahu berani menceritakan Nabi dengan lelucon seakan-akan manusia biasa yang sama dengan manusia lain, semenjak lahir sampai wafat.
Saya sendiri takut, ngeri tidak mendapat syafaatnya.
Kita ini siapa?
Apa yang kita banggakan?
Kita menjadi mulia karena menjadi umatnya.
Semua Ulama sepakat bahwa Nur Muhammad itu ashlul wujud karena Nur Muhamad lah Allah menciptakan alam semesta: sorga, neraka, Lauh Mahfudz, Qolam, Mu’jizat para nabi, Karomah para Wali; semua bersumber dari Nur Muhamad ..
Tanpa Nur Muhamad alam semesta ini tidak akan ada. Nur Muhamad sebagai Nuqtoh Markaziyah, central point yang menjadi Tajalli Syuhudi Dzat Allah.
Kemudian lahir proses Tajalliyat, Tanazzulat, Ta’ayyunat Asma-Asma Allah Al-Husna, maka jadilah alam semesta ini termasuk kita, manusia. Wallahu A’lam
***** akhir kutipan *****
Perhatikan khususnya teguran atau peringatan Beliau dengan kalimat,
“Saya sendiri takut, ngeri tidak mendapat syafa’atnya” .
Tentu kelak tidak akan mendapat syafa’at jika merendahkan atau mencela atau menyakiti Rasulullah karena akan dilaknat Allah.
Allah Ta’ala berfirman yang artinya, ”Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah akan melaknat mereka di dunia dan akherat dan menyiapkan bagi mereka itu adzab yang menghinakan”. (QS. Al-Ahzab: 57).
Kita prihatin dengan orang-orang yang menggunakan diksi atau perkataan bahwa “Rasulullah manusia biasa” sehingga terjerumus merendahkan Rasulullah yakni Rasulullah “disamakan” dengan manusia pada umumnya.
Sebaiknya hilangkan dari akal pikiran dan hati kita selama-lamanya terhadap perkataan bahwa Rasulullah “manusia biasa” karena Rasulullah hanya bersabda “aku hamba Allah” dan “Aku manusia seperti kalian”
Sabda Rasulullah “Aku hamba Allah” sebaiknya dipahami dengan makna majaz (makna kiasan) atau makna di balik yang tertulis (tersurat) atau makna tersirat dari “Aku hamba Allah” adalah “Aku bukan Tuhan”, jadi maknanya adalah janganlah menuhankan Rasulullah sebagaimana kaum Nasrani.
Begitupula sabda Rasullah, “Aku manusia”, “seperti kalian” adalah al-ardul basyariyah, artinya Rasulullah memiliki sifat-sifat sebagaimana manusia lainnya yakni merasa lapar, haus, tidur, sedih, senang, sakit, berkeluarga dan lainnya.
Namun janganlah mensifatkan Rasulullah dengan sifat ataupun akhlak yang buruk karena Rasulullah adalah manusia atau hamba Allah dengan maqomat, jenjang atau derajat yang paling mulia yakni kekasih Allah yang paling mulia.
Begitupula dari kitab-kitab yang disampaikan oleh KH Said Aqil Siradj di atas dapat kita ketahui bahwa Rasulullah adalah kekasih Allah semenjak SEBELUM lahir, SAMPAI lahir, maupun masa kecilnya sehingga beliau memperoleh ‘ishmah al-awliya (‘ishmah kekasih Allah) yakni mahfudz terpelihara, terjaga (terhindar) dari akhlak buruk.
Jadi salah satu penyebab orang-orang belum mengenal dengan baik kemuliaan Rasulullah adalah karena Allah Ta’ala belum menghendaki sampai kepada mereka tentang Nur Muhammad.
Tentang Nur Muhammad adalah termasuk hadits-hadits yang disebut oleh Sahabat Nabi, Abu Hurairah radhiyallahu anhu sebagai “sekantung ilmu”
“Sekantung ilmu” yang tidak dianjurkan disampaikan kepada khalayak umum karena “sekantung ilmu” ini harus disampaikan secara langsung melalui lisan ke lisan dalam bentuk bimbingan karena kalau salah menerima dan memahaminya sehingga salah paham bahkan berakibat akan membunuh orang yang menyampaikannya.
Sahabat Nabi, Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata , ” Aku menerima sekantung ilmu dari Rasulullah. Separuh kantung aku bagikan kepada kamu semua dan separuhnya lagi aku simpan buat aku sendiri . Karena jika yang separuh lagi itu aku bagikan juga , niscaya kalian akan mengkafirkanku dan menggantungku”
Separuh kantung yang telah dibagikan dan harus diketahui kebanyakan orang adalah ilmu syariat dan separuh kantung lainnya adalah ilmu seperti “Haiatul Maknun”
Sahabat Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata “Aku telah hafal dari Rasulillah dua macam ilmu, pertama ialah ilmu yang aku dianjurkan untuk menyebarluaskan kepada sekalian manusia yaitu Ilmu Syariat. Dan yang kedua ialah ilmu yang aku tidak diperintahkan untuk menyebarluaskan kepada manusia yaitu Ilmu yang seperti “Haiatul Maknun”. Maka apabila ilmu ini aku sebarluaskan niscaya engkau sekalian memotong leherku (engkau menghalalkan darahku). (HR. Thabrani)
Begitupula Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menggambarkan ilmu yang tidak dianjurkan untuk menyebarluaskan kepada sekalian manusia sebagai “Haiatul Maknun” artinya “perhiasan yang sangat indah” yang diterima oleh para ulama Allah.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya sebagian ilmu itu ada yang diumpamakan seperti perhiasan yang indah dan selalu tersimpan yang tidak ada seorangpun mengetahui kecuali para Ulama Allah. Ketika mereka menerangkannya maka tidak ada yang mengingkari kecuali orang-orang yang biasa lupa (tidak berzikir kepada Allah)” (H.R. Abu Abdir Rahman As-Salam).
Contohnya Rasulullah bertanya kepada Sahabat, “Bagaimana engkau tahu Al Fatihah itu mantera?” (HR Bukhari 4629)
Pengetahuan bahwa Al Fatihah adalah “mantera” adalah pengetahuan yang harus disampaikan secara langsung melalui lisan ke lisan secara turun temurun sehingga tersambung kepada lisannya Rasulullah karena kalau salah paham akan menuduhnya syirik.
Wassalam
Zon di Jonggol, Kabupaten Bogor 16830
Tinggalkan komentar