Boleh berbuat baik kepada mereka namun terlarang menjadikan teman setia yang diikuti
Mereka tampaknya membawa manfaat namun kita tidak pernah tahu agenda mereka “dibelakang” kita
Allah Ta’ala telah berfirman bahwa mereka tidak bisa dipercaya. Lalu mengapa anda ngeyel atau keukeuh (bersikukuh) memberikan kepercayaan atau amanah ?
Ucapan Khalifah Umar bin Khattab dalam Tafsir al-Qurtubi ketika menafsirkan QS Ali Imran [3] ayat 118
“Jangan bawa mereka mendekati sesuatu yang Allah telah jauhkan, jangan memberi mereka kehormatan ketika Allah telah menghinakan mereka, dan jangan mempercayai mereka ketika Allah telah mengatakan mereka tidak bisa dipercaya”
Firman Allah Ta’ala yang artinya,
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya. (QS Ali Imran [3] : 118)
“Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukai kamu, dan kamu beriman kepada kitab-kitab semuanya. Apabila mereka menjumpai kamu, mereka berkata “Kami beriman”, dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari antaran marah bercampur benci terhadap kamu. Katakanlah (kepada mereka): “Matilah kamu karena kemarahanmu itu”. Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati“. (QS Ali Imran, 119)
“Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang menjadikan suatu kaum yang dimurkai Allah sebagai teman? Orang-orang itu bukan dari golongan kamu dan bukan (pula) dari golongan mereka. Dan mereka bersumpah untuk menguatkan kebohongan, sedang mereka mengetahui“. (QS Al Mujaadilah [58]:14 )
Hamad bin Salamah meriwayatkan dari Adi bin Hatim, dia berkata, “Saya bertanya kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam ihwal ‘bukan jalannya orang-orang yang dimurkai’. Beliau bersabda, “Yaitu kaum Yahudi.’ Dan bertanya ihwal ‘bukan pula jalannya orang-orang yang sesat’. “Beliau bersabda, ‘Kaum Nasrani adalah orang-orang yang sesat.’
Dalam kitab tafsir Jalalain, Imam Suyuthi menyampaikan bahwa tidak terlarang BERBUAT BAIK kepada mereka alias pergaulan sosial namun terlarang menjadikan mereka teman setia yang diikuti
Berikut kutipan tafsir QS Al Mumtahanah [60] ayat 8 dan 9
***** awal kutipan *****
laa yanhaakumullaahu ‘anil ladziina lam yuqaatiluukum
(Allah tiada melarang kalian terhadap orang-orang tidak memerangi kalian) dari kalangan orang-orang yang kafir.
fid diini wa lam yukhrijuukum min diyaarikum an tabarruuhum
(karena agama dan tidak mengusir kalian dari negeri kalian untuk BERBUAT BAIK kepada mereka) lafaz an tabarruhum menjadi badal isytimal dari lafaz al-ladzina
wa tuqsithuu
(dan berlaku adil) yaitu melakukan peradilan
ilaihim
(terhadap mereka) dengan secara adil. Ayat ini diturunkan sebelum ada perintah berjihad melawan mereka
innaallaaha yuhibbul muqsithiin.
(sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil) yang berlaku adil. (QS Al Mumtahanah [60] : 8)
innamaa yanhaakumullaahu ‘anil ladziina qaataluukum fid diini wa akhrajuukum min diyaarikum wazhaaharuu
(Sesungguhnya Allah hanya melarang kalian terhadap orang-orang yang memerangi kalian karena agama dan mengusir kalian dari negeri kalian dan membantu) yakni menolong orang lain.
‘alaa ikhraajikum an tawallauhum
(untuk mengusir kalian untuk menjadikan mereka sebagai teman kalian) lafaz an-tawallauhum menjadi badal isytimal dari lafaz al-ladzina, yakni Dia melarang kalian untuk menjadikan mereka sebagai teman-teman setia kalian.
wa may yatawallahum fa ulaa-ika humuzh zhaalimuun
(dan barang siapa menjadikan mereka sebagai teman setia, maka mereka itulah orang-orang yang zalim) (QS Al Mumtahanah [60] : 9)
***** akhir kutipan ******
Berikut kutipan dari kitab tafsir Jalalain karya Imam Suyuthi yang menafsirkan auliya adalah teman dekat yang diikuti alias pemimpin.
****** awal kutipan ******
yaa ayyuhaal ladziina aamanuu laa tattakhidzuul yahuuda wal nashaaraa awliyaa-a, (Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin) menjadi ikutanmu dan kamu cintai
ba’dhuhum awliyaau ba’dhin , (Sebagian mereka menjadi pemimpin bagi sebagian lainnya) karena kesatuan mereka dalam kekafiran.
waman yatawallahum minkum fa-innahu minhum , (Siapa di antara kamu mengambil mereka sebagai pemimpin, maka dia termasuk di antara mereka) artinya termasuk golongan mereka.
inna allaaha laa yahdiil qawmazhzhaalimiina, (Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang aniaya) karena mengambil orang-orang kafir sebagai pemimpin mereka.
****** akhir kutipan *****
Sedangkan pada ayat selanjutnya (QS Al Maidah [5]: 52) yang menjelaskan keadaan atau saat turunnya (asbabun nuzul) ayat (QS Al Maidah [5]: 51), Imam Suyuthi menyampaikan
Firman Allah Ta’ala,
Fataraal ladziina fii quluubihim maradhun, (Maka kamu lihat orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit) yakni lemah akidahnya seperti Abdullah bin Ubai gembong munafik itu
yusaari’uuna fiihim, (bersegera kepada mereka) untuk mengambil mereka sebagai pemimpin
yaquuluuna, (seraya katanya) mengemukakan alasan dari sikap mereka itu.
nakhsyaa an tushiibanaa daa-iratun, ( “kami takut akan mendapat giliran bencana.”) misalnya giliran musim kemarau, kekalahan, sedangkan urusan Muhammad tidak berketentuan sehingga tidak dapat membela kami. Berfirman Allah Subhanahu wa Ta’ala,:
fa’asaa allaahu an ya/tiya bialfathi, (Semoga Allah mendatangkan kemenangan) kepada rasul-Nya dengan mengembangkan agama-Nya,
aw amrin min ‘indih, (atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya) misalnya dengan membuka kedok orang-orang munafik dan menyingkapkan rahasia mereka
fayushbihuu ‘alaa maa asarruu fii anfusihim (sehingga mereka atas apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka) berupa keragu-raguan dan mengambil orang-orang kafir itu sebagai pemimpin
naadimiina (menjadi menyesal) (tafsir Jalalain QS Al Maidah [5] : 52)
Jadi jelaslah bahwa Allah Ta’ala telah berfirman tentang siapa yang dimaksud orang-orang munafik tersebut yang menjadikan orang-orang kafir sebagai “teman dekat” atau “teman sekutu” adalah menjadikan pemimpin yang diikuti dan dicintai karena mereka takut akan mendapatkan bencana atau kesukaran hidup di dunia alias “demi kepentingan dunia” sehingga mereka meragukan dan meninggalkan kepemimpinan Rasulullah.
Salah satu kelebihan kitab Tafsir Jalalain adalah kitab tafsir yang lebih menonjolkan pembahasan mengenai penganalisaan segi susunan kalimat, asal usul katanya dan bacaannya. Dengan kata lain, menonjolkan penganalisaan mengenai ilmu nahwu, sharaf, balaghah dan segi qiraahnya.
Penguasaan terhadap ilmu-ilmu tersebut merupakan prasyarat untuk memahami Al Qur’an dan Hadits dengan pemahaman yang benar karena ilmu nahwu, sharaf, balaghah terbentuk dari sumber referensi bahasa Arab yang asli.
Selain itu kitab tafsir Jalalain memperhatikan asbabun nuzul dan nasikh wal mansukh.
Wassalam
Zon di Jonggol, Kabupaten Bogor 16830
Tinggalkan komentar