KUNCI KEBERHASILAN memutus mata rantai penyebaran Covid-19 adalah dengan test massal menggunakan metode PCR/SWAB test
Alhamdulillah, usulan kami dalam tulisan pada tgl 05/04/2020 pk 3:49 yang di posting pada https://mutiarazuhud.wordpress.com/2020/04/05/nkri-bebas-covid-19/
Tampaknya ada kemungkinan sampai juga ke rapat terbatas penanangan Covid-19 pada tgl 06/04/2020 yang dipimpin langsung oleh Presiden Jokowi.
“Kecepatan pemeriksaan di laboratorium agar didorong lagi lebih cepat. Kita harapkan, dengan kecepatan itu, kita bisa mengetahui siapa yang positif dan siapa yang negatif” kata Presiden Jokowi
Dengan SECEPATNYA mengetahui seseorang positif Covid-19 maka pencegahan penyebaran bisa dilakukan karena orang yang telah dinyatakan positif Covid-19 WAJIB dikarantina (diisolasi) sehingga tidak berpergian ke tempat bekerja atau ke ruang publik lainnya.
Jadi sebagaimana yang telah disampaikan dalam tulisan sebelumnya bahwa KUNCI KEBERHASILAN memutus mata rantai penyebaran Covid-19 adalah SANGAT TERGANTUNG SEBERAPA CEPAT pemerintah melakukan test massal dengan metode PCR/SWAB test terhadap seluruh ODP dan ODP wajib isolasi mandiri sampai PCR/SWAB test hasilnya negatif.
Orang Dalam Pemantauan (ODP) adalah orang-orang yang sempat berinteraksi / kontak dengan orang yang telah dinyatakan Positif Covid-19 seperti keluarga, tetangga lingkungannya atau rekan kerja di tempat kerjanya.
Jadi sangat diperlukan SECEPATNYA melakukan kegiatan “contact tracing” yakni melacak seluruh orang yang melakukan kontak dengan pasien yang telah dinyatakan positif Covid-19 kemudian SECEPATNYA pula menetapkan status mereka positif atau negatif Covid-19, melalui PCR/SWAB test.
Namun “perintah” Presiden Jokowi untuk mendorong percepatan PCR/SWAB test pada laboratorium yang sudah ada saat ini kurang effektif karena kecepatan proses di laboratorium yang sudah ada memang membutuhkan waktu yang lama sehingga menimbulkan antrian atau waktu tunggu.
Waktu tunggu untuk mendapatkan hasil pemeriksaan spesimen dengan metode PCR/SWAB test di laboratorium sebagaimana yang disampaikan oleh Eva Sri Diana, dokter spesialis paru, pengurus Ikatan Dokter Indonesia, rata-rata satu minggu untuk wilayah Jakarta dan sekitarnya. Untuk spesimen dari daerah tentu akan lebih lama lagi sebagaimana diberitakan surat kabar Kompas terbit Selasa, 7 April 2020 hal 1 bagian bawah kolom ke empat.
Dalam berita tersebut, Wakil ketua Perkumpulan Biologi Medik Indonesia (PBMI), Ariananda Hariadi mengatakan berdasarkan survei oleh lembaganya di Indonesia ada 438 laboratorium yang punya alat PCR. Setelah diverifikasi, 106 laboratorium memenuhi standar dan bisa digerakkan agar minimal setiap hari ada 5.300 spesimen bisa diperiksa.
dr. Erlina Burhan Sp.P (K), M.Sc, Ph.D (jubir RS Persahabatan) mengusulkan “Perbanyaklah rapid test tapi rapid test PCR. Bukan yang serologi. Saya dengar harganya Rp 300 juta mesinnya”.
Unsyiah Aceh dikabarkan mempunyai Alat PCR/SWAB test Virus Corona yang dapat menguji 96 spesimen dalam sejam, berarti sekitar 2000 spesimen per hari sebagaimana yang diberitakan pada https://m.detik.com/news/berita/d-4959527/unsyiah-aceh-punya-alat-tes-virus-corona-bisa-uji-96-sampel-dalam-sejam
Jadi salah satu indikator keberhasilan suatu negara menangani pandemi Covid-19 adalah grafik pertumbuhan harian postif Covid-19 menurun menuju 0 per hari.
Contoh negara dengan pertumbuhan harian positif Covid-19 yang menurun di luar China adalah Korea Selatan.
Salah satu penunjang keberhasilan Korea Selatan diberitakan adalah pemerintah Korea Selatan SECEPATNYA melakukan test massal tapi dengan PCR/SWAB TEST.
Oleh karenanya LG Korea Selatan Bantu 50 Ribu Alat Tes Swab Corona ke Indonesia https://nasional.tempo.co/read/1328138/lg-korea-selatan-bantu-50-ribu-alat-tes-swab-corona-ke-indonesia/
Wassalam
Zon di Jonggol, Kabupaten Bogor 16830
Tinggalkan komentar