Sebaiknya hilangkan dari akal pikiran dan hati kita selama-lamanya terhadap perkataan bahwa Rasulullah “manusia biasa” karena Rasulullah hanya bersabda “aku hamba Allah” dan “Aku manusia, seperti kalian”
Sabda Rasulullah “Aku hamba Allah” sebaiknya dipahami dengan makna majaz (makna kiasan) atau makna di balik yang tertulis (tersurat) atau makna tersirat dari “Aku hamba Allah” adalah “Aku bukan Tuhan”, jadi maknanya adalah janganlah menuhankan Rasulullah sebagaimana kaum Nasrani.
Begitupula sabda Rasullah, “Aku manusia”, “seperti kalian” adalah al-ardul basyariyah, artinya Rasulullah memiliki sifat-sifat sebagaimana manusia lainnya yakni merasa lapar, haus, tidur, sedih, senang, sakit, berkeluarga dan lainnya.
Namun janganlah mensifatkan Rasulullah dengan sifat ataupun akhlak yang buruk karena Rasulullah adalah manusia atau hamba Allah dengan maqomat, jenjang atau derajat yang paling mulia yakni kekasih Allah yang paling mulia.
Bahkan Rasulullah adalah kekasih Allah semenjak sebelum lahir sebagaimana yang telah disampaikan pada https://mutiarazuhud.wordpress.com/2019/12/10/semenjak-sebelum-lahir/
“Kekasih Allah semenjak sebelum lahir” terkait dengan hadits-hadits tentang Nur Muhammad
Jadi salah satu penyebab orang-orang belum mengenal dengan baik kemuliaan Rasulullah adalah karena Allah Ta’ala belum menghendaki sampai kepada mereka tentang Nur Muhammad.
Tentang Nur Muhammad adalah termasuk hadits-hadits yang disebut oleh Sahabat Nabi, Abu Hurairah radhiyallahu anhu sebagai “sekantung ilmu”
“Sekantung ilmu” yang tidak dianjurkan disampaikan kepada khalayak umum karena “sekantung ilmu” ini harus disampaikan secara langsung melalui lisan ke lisan dalam bentuk bimbingan karena kalau salah menerima dan memahaminya sehingga salah paham bahkan berakibat akan membunuh orang yang menyampaikannya.
Sahabat Nabi, Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata , ” Aku menerima sekantung ilmu dari Rasulullah. Separuh kantung aku bagikan kepada kamu semua dan separuhnya lagi aku simpan buat aku sendiri . Karena jika yang separuh lagi itu aku bagikan juga , niscaya kalian akan mengkafirkanku dan menggantungku”
Separuh kantung yang telah dibagikan dan harus diketahui kebanyakan orang adalah ilmu syariat dan separuh kantung lainnya adalah ilmu seperti “Haiatul Maknun”
Sahabat Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata “Aku telah hafal dari Rasulillah dua macam ilmu, pertama ialah ilmu yang aku dianjurkan untuk menyebarluaskan kepada sekalian manusia yaitu Ilmu Syariat. Dan yang kedua ialah ilmu yang aku tidak diperintahkan untuk menyebarluaskan kepada manusia yaitu Ilmu yang seperti “Haiatul Maknun”. Maka apabila ilmu ini aku sebarluaskan niscaya engkau sekalian memotong leherku (engkau menghalalkan darahku). (HR. Thabrani)
Begitupula Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menggambarkan ilmu yang tidak dianjurkan untuk menyebarluaskan kepada sekalian manusia sebagai “Haiatul Maknun” artinya “perhiasan yang sangat indah” yang diterima oleh para ulama Allah.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya sebagian ilmu itu ada yang diumpamakan seperti perhiasan yang indah dan selalu tersimpan yang tidak ada seorangpun mengetahui kecuali para Ulama Allah. Ketika mereka menerangkannya maka tidak ada yang mengingkari kecuali orang-orang yang biasa lupa (tidak berzikir kepada Allah)” (H.R. Abu Abdir Rahman As-Salam).
Wassalam
Zon di Jonggol, Kabupaten Bogor 16830
Tinggalkan komentar