Mengapa mereka tidak bergembira dengan lahirnya Rasulullah
Abuya Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki mengingatkan bahwa tidak layak seorang yang berakal bertanya, “Mengapa kalian memperingati Maulid Nabi ?” , seolah-olah dia bertanya mengapa kalian bergembira dengan lahirnya Rasulullah”
Umat Islam MENGIKUTI SUNNAH Rasulullah BERGEMBIRA atas hari kelahirannya DENGAN BERBAGAI AMAL KEBAIKAN karena Rasulullah dengan puasa Senin sekaligus untuk mengungkapkan KEGEMBIRAAN atas hari kelahirannya.
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja’far telah menceritakan kepada kami Syu’bah dari Ghailan bin Jarir bahwa mendengar Abdullah bin Ma’bad Az Zimani dari Abu Qatadah Al Anshari radliallahu ‘anhu,
قَالَ وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ الِاثْنَيْنِ قَالَ ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ وَيَوْمٌ بُعِثْتُ أَوْ أُنْزِلَ عَلَيَّ فِيهِ
Rasulullah pernah ditanya mengenai puasa pada hari Senin, Beliau menjawab: “Itu adalah hari, ketika aku dilahirkan dan aku diutus (sebagai Rasul) atau pada hari itulah wahyu diturunkan atasku.” (HR Muslim 1977)
KH Ali Mustafa Yakub (Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta sebelumnya) menyampaikan bahwa peringatan Maulid Nabi termasuk wilayah muamalah, “selama tidak melakukan hal-hal yang mengharamkan, ya boleh-boleh saja”. Beliau mencurigai ada pihak yang ingin memecah belah umat Islam, khususnya di Indonesia, dengan penetapan Maulid Nabi sebagai perkara bid’ah yang terlarang.
Jadi kaum muslim boleh memperingati Maulid Nabi dengan kebiasaan atau kegiatan apapun selama kebiasaan atau kegiatan tersebut tidak melanggar larangan Allah Ta’ala dan Rasulullah.
Peringatan Maulid Nabi yang umumnya dilakukan mayoritas kaum muslim (as-sawad al a’zham) dan khususnya kaum muslim di negara kita sebagaimana pula yang diselenggarakan oleh umaro (pemerintah) mengisi acara peringatan Maulid Nabi dengan urutan pembacaan Al Qur’an, pembacaan Sholawat dan pengajian atau ta’lim seputar kehidupan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan kaitannya dengan kehidupan masa kini.
Imam Al hafidh Abu Syaamah rahimahullah (Guru imam Nawawi): “merupakan Bid’ah hasanah yang mulia dizaman kita ini adalah perbuatan yang diperbuat setiap tahunnya di hari kelahiran Rasul shallallahu alaihi wasallam dengan banyak bersedekah, dan kegembiraan, menjamu para fuqara, seraya menjadikan hal itu memuliakan Rasul shallallahu alaihi wasallam dan membangkitkan rasa cinta pada beliau shallallahu alaihi wasallam, dan bersyukur kepada Allah ta’ala dengan kelahiran Nabi shallallahu alaihi wasallam“.
Ada yang bertanya mengapa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam diperingati hari kelahirannya sedangkan yang lainnya adalah peringatan ketika wafatnya.
Jawabannya adalah karena Rasulullah shallallahu alaihi wasallam adalah maksum dan manusia yang paling mulia sedangkan kemuliaan maupun jasa manusia yang lain diketahui setelah mereka wafat.
Sesuailah dengan pepatah yang berbunyi
“Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama”
Artinya seorang manusia terutama diingat jasa-jasanya atau kesalahan-kesalahannya. Perbuatannya ini, baik maupun buruk akan tetap dikenal meskipun seseorang sudah tiada lagi.
Contohnya peringatan haul diadakan karena adanya tujuan yang penting yaitu mengenang jasa dan hasil perjuangan para tokoh terhadap tanah air, bangsa serta umat dan kemajuan agama Allah, seperti peringatan haul wali songo, para haba’ib dan ulama besar lainnya, untuk dijadikan suri tauladan oleh generasi penerus.
Kata “haul” dari bahasa Arab, yang berarti setahun. Contohnya dalam bab zakat kata haul juga di pakai sebagai salah satu syarat zakat yang juga memiliki arti setahun.
Rasulullah dan para Sahabat juga ada merutinkan ziarah kubur setahun sekali.
Hadits riwayat Imam Waqidi sebagaimana yang tersebut dalam kitab Nahjul Balaghoh hal. 399
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يزور قتلى أحد في كل حول، وإذا لقاهم بالشعب رفع صوته يقول : السلام عليكم بما صبرتم فنعم عقبى الدار. وكان أبو بكر يفعل مثل ذلك وكذلك عمر بن الخطاب ثم عثمان بن عفان رضي الله عنهم. [رواه الواقدي ]
Artinya:
“Adalah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berziarah ke makam syuhada’ Uhud pada setiap tahun. Dan ketika beliau sampai di lereng gunung Uhud beliau mengucapkan dengan suara keras “semoga kesejahteraan dilimpahkan kepada kamu berkat kesabaranmu, maka alngkah baiknya tempat kesudahan”. Kemudian Abu Bakar, Umar bin Khatthab dan Utsman bin ‘Affan juga melakukan seperti tindakan Nabi tersebut”.
Hadits riwayat Imam Dailami :
ذكر الأنبياء من العبادة وذكر الصالحين كفارة، وذكر الموت صدقة، وذكر القبر يقربكم إلى الجنة. [رواه الديلمي] اهـ الجامع الصغير : 158
Artinya :
“Menyebut-nyebut para Nabi itu termasuk ibadah, menyebut-nyebut para shalihin itu bisa menghapus dosa, mengingat kematian itu pahalanya seperti bersedekah dan mengingat alam kuburitu bisa mendekatkan kamu dari surga”. (HR. Dailami)
Ziarah kubur adalah silaturahim ke alam barzakh sebagaimana yang telah disampaikan https://mutiarazuhud.wordpress.com/2015/12/06/hilangnya-kisah-tawasul/
Para kekasih Allah (wali Allah) juga kelak akan memberikan syafa’at jika mereka mengenal kita.
Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam bersabda: Kamu akan bersama orang yang kamu cintai (HR Bukhari dan Muslim)
8 Jenis Syafaat Di Padang Mahsyar Kelak
1. Nabi Muhammad
Sesungguhnya syafaatku diperuntukkan buat umatku yang berbuat dosa besar. (HR. Tirmidzi)
2. Para Ulama
Dari Utsman bin Affan r.a, ia berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Di hari kiamat, yang memberi syafaat tiga golongan, iaitu para Nabi, kemudian ulama, kemudian syuhada” (H.R. Ibnu Majah)
3. Para Syuhada
Dari Abu Darda r.a. Rasulullah bersabda “Orang yang mati syahid itu dapat memberikan syafaat kepada 70 orang di kalangan kerabatnya (HR Tirmidzi 1586, Ibnu Majah 2789 )
4. Para Hafiz Al-Quran
Barangsiapa membaca Al Quran dan mengamalkannya, menghalalkannya yang halal dan mengharamkan yang haram maka Allah memasukkannya ke dalam syurga dan dia boleh memberi syafaat 10 orang keluarganya yang sudah pasti masuk neraka. (Hadis Riwayat Tarmizi)
5. Syafaat kecil termasuk daripada para sholihin dan shadiqqin serta anak yang meninggal dunia sebelum ditaklifkan.
6. Malaikat
Allah mengetahui segala sesuatu yang dihadapan mereka (malaikat) dan yang di belakang mereka, dan mereka tiada memberi syafaat melainkan kepada orang yang diridhai Allah (Surah Al-Anbiya: 28)
7. Al-Quran
Bacalah al Quran , sesungguhnya pada hari kiamat nanti al Quran akan datang sebagai pembawa syafaat kepada yang membacanya (HR Muslim)
8. Puasa
Puasa dan al-Quran akan memberi syafaat kepada seseorang hamba pada hari kiamat. (Hadis riwayat Imam Ahmad)
Wassalam
Zon di Jonggol, Kabupaten Bogor 16830
Pendapat lain mengenai maulid Nabi Muhammad SAW.
https://muslim.or.id/11394-mengapa-maulid-nabi-dikategorikan-sebagai-bidah.html
Umat Islam MENGIKUTI SUNNAH Rasulullah BERGEMBIRA atas hari kelahirannya DENGAN BERBAGAI AMAL KEBAIKAN karena Rasulullah dengan puasa Senin sekaligus untuk mengungkapkan KEGEMBIRAAN atas hari kelahirannya.
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja’far telah menceritakan kepada kami Syu’bah dari Ghailan bin Jarir bahwa mendengar Abdullah bin Ma’bad Az Zimani dari Abu Qatadah Al Anshari radliallahu ‘anhu,
قَالَ وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ الِاثْنَيْنِ قَالَ ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ وَيَوْمٌ بُعِثْتُ أَوْ أُنْزِلَ عَلَيَّ فِيهِ
Rasulullah pernah ditanya mengenai puasa pada hari Senin, Beliau menjawab: “Itu adalah hari, ketika aku dilahirkan dan aku diutus (sebagai Rasul) atau pada hari itulah wahyu diturunkan atasku.” (HR Muslim 1977)
Jadi kaum muslim boleh memperingati Maulid Nabi dengan kebiasaan atau kegiatan apapun selama kebiasaan atau kegiatan tersebut tidak melanggar larangan Allah Ta’ala dan Rasulullah.
Peringatan Maulid Nabi yang umumnya dilakukan mayoritas kaum muslim (as-sawad al a’zham) dan khususnya kaum muslim di negara kita sebagaimana pula yang diselenggarakan oleh umaro (pemerintah) mengisi acara peringatan Maulid Nabi dengan urutan pembacaan Al Qur’an, pembacaan Sholawat dan pengajian atau ta’lim seputar kehidupan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan kaitannya dengan kehidupan masa kini.
Imam Al hafidh Abu Syaamah rahimahullah (Guru imam Nawawi): “merupakan Bid’ah hasanah yang mulia dizaman kita ini adalah perbuatan yang diperbuat setiap tahunnya di hari kelahiran Rasul shallallahu alaihi wasallam dengan banyak bersedekah, dan kegembiraan, menjamu para fuqara, seraya menjadikan hal itu memuliakan Rasul shallallahu alaihi wasallam dan membangkitkan rasa cinta pada beliau shallallahu alaihi wasallam, dan bersyukur kepada Allah ta’ala dengan kelahiran Nabi shallallahu alaihi wasallam“.
KH Ali Mustafa Yakub (Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta sebelumnya) menyampaikan bahwa peringatan Maulid Nabi termasuk wilayah muamalah, “selama tidak melakukan hal-hal yang mengharamkan, ya boleh-boleh saja”. Beliau mencurigai ada pihak yang ingin memecah belah umat Islam, khususnya di Indonesia, dengan penetapan Maulid Nabi sebagai perkara bid’ah yang terlarang.
Abuya Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki mengingatkan bahwa tidak layak seorang yang berakal bertanya, “Mengapa kalian memperingati Maulid Nabi ?” , seolah-olah dia bertanya mengapa kalian bergembira dengan lahirnya Rasulullah”