Mengatasnamakan Salafush Sholeh
Sebagian ulama kadang mengatasnamakan pemahaman mereka sebagaimana pemahaman salafush sholeh. Sebaiknya mereka menulis dengan pemahaman saya atau yang saya pahami atau pemahaman kami atau yang kami pahami.
Begitu juga , saya agak risih jika menemukan tulisan dimulai dengan
“Pemahaman dalam Islam ……….”, secara tidak disadari merupakan tulisan yang mengatasnamakan Islam, yang bisa mengakibatkan bahwa klo berbeda pemahamannya maka pemahaman yang berbeda bisa diartikan pemahaman di luar Islam ?
Coba kita perhatikan pemahaman seorang ulama dari sumber: http://alblorany.wordpress.com/2007/12/16/hizbut-tahrir-v/ atau pada http://abihumaid.wordpress.com/2011/02/18/fatwa-ulama-tentang-kesesatan-hizbut-tahrir/
Pernyataan Syaikh Al Albani: “Golongan (Hizb) atau kelompok atau perkumpulan atau jamaah apa saja dari perkumpulan Islamiyah, selama mereka semua tidak berdiri di atas Kitabullah (Al Qur’an) dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam serta di atas manhaj (jalan/cara) Salafus Shalih, maka dia (golongan itu) berada dalam kesesatan yang nyata!”
Manhaj Salafus Shalih ini adalah dasar yang agung maka dakwah setiap golongan kaum Muslimin harus berada di atasnya.
Berdasarkan pengetahuan saya, setiap golongan atau kelompok yang ada di muka bumi Islam ini, saya berpendapat sesungguhnya mereka semua tidaklah berdakwah pada dasar yang ketiga, sementara dasar yang ketiga ini adalah pondasi yang kokoh.
Mereka hanya menyeru kepada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam saja, di sisi lain mereka tidak menyeru (berdakwah) pada manhaj Salafus Shalih kecuali hanya satu jamaah saja.
Mereka itu baik yang dulu maupun yang sekarang tidak terdapat padanya perbedaan, tak satupun di antara mereka yang menyatakan dan mengumandangkan bahwasanya mereka di atas manhaj Salafus Shalih.
Semua kelompok-kelompok ini dengan perselisihan yang ada pada mereka, baik dalam masalah akidah, dasar-dasar atau permasalahan-permasalahan hukum dan furu’ (cabang-cabang), semuanya menyatakan berada di atas Kitab dan Sunnah, akan tetapi mereka berbeda dengan kita, karena mereka tidak mengatakan apa yang kita katakan, yang perkataan itu merupakan kesempurnaan dakwah kita. Yakni (perkataan) berada di atas manhaj Salafus Shalih.
Dan sangat kita sayangkan Hizbut Tahrir tidak berdiri di atas dasar yang ketiga, demikian pula Ikhwanul Muslimin dan hizb-hizb Islamiyah lainnya.
Begitulah pendapat, pemahaman, pernyataan saudara-saudara kita salaf(i) atau wahabi.
Sering kita mendapatkan tulisan-tulisan dari saudara-saudara kita salaf(i) atau wahabi mengatasnamakan Salafush Sholeh, ulama Salaf, agama Islam secara keseluruhan, namun pada kenyataan adalah pemahaman mereka sendiri.
Pendapat saya, mereka salaf(i) atau wahabi adalah kelompok yang berupaya mengikuti Salafush Sholeh. Sedangkan bagaimana hasil upaya mereka, terserah penilaian pembaca.
Pemahaman atau Peng”aku”an ulama salaf(i) atau wahabi diatas, mungkin saja menjadi sebuah bentuk kesombongan.
Ulama sufi mengatakan hijab terbesar itu justru kesombongan, karena sombong itu, membuat, manusia hanya melihat dirinya. Kita bisa bayangkan, kalau keadaan batin itu hanya melihat dirinya sendiri, orang lain nggak kelihatan, bagaimana dia bisa seolah-olah “melihat” Allah (mencapai tingkatan ihsan atau seorang muhsin)
Wassalam
Zon di Jonggol
salafi, wahabi, ibnu taimiyah dan dsb………harus bisa di bedakan, saya termasuk orang yang suka dengan pemikiran-pimikran dan pendapat-pendapat abdul wahab dan ibnu taimiyah tapi saya bukan orang yang suka terhadap pernyataan2 ulama-ulama salafi saat ini…….kecuali buku-buku hadistnya, begitupun pemikiran mereka ada yang saya suka dan yang tidak……..kalau sesuai dengan quran dan sunnah ya di ambil kalau tidak ya di buang aja………..manusia itu ada baiknya dan ada buruknya. jangan lalu mengecap semua apa yang mereka lakukan salah………berapa hapalan hadist anda dan seberapa dekat anda dengan para sahabat dan tabiin, tabiut dibandingkan mereka……….bagaimana ibadah anda dan apa pengakuan ulama-ulama khabir tentang anda dibanding mereka……..kita harus bisa melihat di banyak sisi……….jangan taklid buta
Insyaallah, saya tidak akan pernah membanding-bandingkan amal maupun ibadah terhadap orang lain.
Apakah antum tahu seberapa dekat Ibnu Taimiyah maupun Muhammad bin Abdul Wahab dengan para sahabat dan tabiin ?
syukron atas tambahan ilmunya
Syukron ilmu nya, izin share,,,
Alhamdulillah, silahkan share, semoga bermanfaat
Sya sepakat dg decrates…, banyak hal yang baik dari dakwah tauhid Muhammad bin abdul Wahhab, begitu juga Ibnu taimiyyah, jika sesuai dg al qur’an dan as-sunnah yg shahih maka bisa diambil sbg pedoman, begitu juga sya dalam melihat sufi, dan dakwah islam yg lainnya. Dg demikian kita bisa lebih objektif, tidak menilai serampangan thd suatu manhaj. Prinsip sya Al-Qur’an dan As-sunnah lah sebagai tolak ukur kebenaran, jika ada perbedaan pemahaman…maka yg lebih kuat dalilnya, kalau sama2 kuat…ya tidak apa2…,
alhamdulillah kalau ada yg bisa objektif dalam hal ini. saya pun jg mengambil
kebaikan2 atau sisi positif dr Salafi/Wahabi….dan tidak mengambilnya bila bertentangan dg hati nurani saya. Krn sy lebih memilih mengikuti ulama yg mayoritas…
Salam persaudaraan untuk semuanya…semoga Islam jaya, dan semua golongan bisa bersatu untuk melawan musuh yg sebenarnya yaitu Zionis dan antek2nya…