Sholat didirikan karena Allah (Lillah) untuk mendapatkan dan merasakan kebersamaan atau kedekatan dengan Allah (Billah). Oleh karena menginginkan selalu kebersamaan atau kedekatan dengan Allah (Billah) maka sebagian muslim, selain mendirikan sholat wajib 5 waktu menambah lagi dengan sholat-sholat sunnah dan amalan-amalan sunnah lainnya. Kesadaran akan kebutuhan sholatlah yang membuat kita rindu, senang dan selalu merasa butuh untuk melakukannya. Insyaallah, tulisan berikut ini akan menguraikan tips sholat khusyu’
Tips sholat khusyu’
- Mencari tahu tentang sholat sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW
- Mengetahui tujuan mendirikan sholat dan syarat yang harus dipenuhi sebelum melakukan sholat.
- Memperhatikan dan kesadaran tumakninah
Perihal awal yang utama adalah mencari tahu tentang sholat sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Dengan mengetahui sholat seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW, kita akan mendapatkan sholat yang khusyu’.
Dimana ilmu / pengetahuan tentang contoh sholat Rasulullah SAW bisa kita peroleh ?
Sumber awal tentu adalah dari Al-Qur’an dan hadits.
Jikalau kemampuan kita terbatas untuk menggali hukum tentang sholat dari dalam Al-Qur’an dan Hadits maka kita dapat mengikuti imam yang telah mengeluarkan / menggali hukum (istinbath) tentang sholat dari dalam Al-Qur’an dan Hadits yang dikenal sebagai Imam Mujtahid. Tulisan tentang imam mujtahid, silahkan baca pada https://mutiarazuhud.wordpress.com/2010/03/31/imam-mujtahid/
Imam Mujtahid yang kita ketahui ada empat yakni, Imam Abu Hanifah (Madzhab Hanafi), Imam Malik bin Anas (Madzhab Maliki), Imam Muhammad bin Idris (Madzhab Syafi’i), Imam Ahmad bin Hanbal (Madzhab Hanbali). Masa kehidupan Imam yang empat ini adalah pada masa salafush sholeh, yakni pada masa Tabi’in (orang yang berjumpa dengan Sahabat Nabi) maupun Tabi’ Tabi’in (orang yang berjumpa dengan orang telah berjumpa dengan Sahabat Nabi). Imam Empat ini diibaratkan mengumpulkan hadits-hadits, menghafalnya yang kemudian menjadikan sebagai dasar untuk mengeluarkan / menggali hukum-hukum yang kita kenal sebagai Fiqh atau fikih. Sehingga mereka pun dikenal sebagai Ulama Besar Fikih. Ikutilah salah satu dari mereka, umumnya adalah mengikuti hukum-hukum (madzhab) yang terbanyak diikuti disuatu wilayah / negara agar dapat saling mengingatkan. Untuk mengetahui sedikit riwayat tentang Imam Madzhab yang empat, silahkan baca tulisan pada https://mutiarazuhud.wordpress.com/2010/04/03/madzhab-empat/
Untuk mengetahui mengapa perlunya madzhab silahkan baca tulisan pada, https://mutiarazuhud.wordpress.com/2010/05/07/2010/05/07/perlunya-madzhab/
Untuk mengetahui Madzhab yang banyak diikuti di wilayah/negara kita, silahkan baca tulisan pada, https://mutiarazuhud.wordpress.com/2010/02/10/riwayat-ahlussunah-wal-jamaah/
Sebelum kita mendirikan sholat, hal yang perlu kita ketahui adalah syarat yang harus dipenuhi dan tujuan kita mendirikan sholat. Dengan mengetahui syarat dan tujuan sholatlah, insyaallah akan mendapatkan sholat yang khusyu’.
Apakah tujuan kita mendirikan sholat ?
Petunjuk Allah dalam Al –Qur’an, yang artinya
“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah sholat untuk mengingat Aku.” (QS Thaha 20: 14)
“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar” (QS al Baqarah 2 : 153)
Tujuan mendirikan sholat adalah untuk mengingat Allah , menuju (mi’raj) kepada Allah, seolah dihadapan atau berjumpa ke hadhirat Allah untuk menyembahNya, sehingga kita dapat terhubung / sampai (wushul) kepada Allah dalam upaya kita untuk mendapatkan pertolongan Allah.
Nabi Muhammad Saw bersabda, bahwa Ash-shalatul Mi’rajul Mu’minin, “sholat itu adalah mi’rajnya orang-orang mukmin“. Yaitu naiknya jiwa meninggalkan ikatan nafsu yang terdapat dalam fisik manusia menuju ke hadirat Allah.
Dalam sebuah hadist Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya kalian apabila sholat maka sesungguhnya ia sedang bermunajat (bertemu) dengan Tuhannya, maka hendaknya ia mengerti bagaimana bermunajat dengan Tuhan”
Allah berfirman yang artinya,
“Sesungguhnya sembahyang (Sholat) itu memang berat kecuali bagi mereka yang khusyu’ yaitu mereka yang yakin akan berjumpa dengan Tuhan mereka, dan sesungguhnya mereka akan kembali kepadaNya”. (QS. Al-Baqarah 2 : 45).
Sholat adalah amal / perbuatan yang merupakan kelanjutan atau perwujudan dari syahadat (kesaksian) yang telah diucapkan atau kita janjikan.
Apakah syarat agar amal / perbuatan sholat kita dapat berhasil, dilakukan khusyu’, terhubung / sampai (wushul) kepada Allah ?
Kita harus mencontoh peristiwa ketika kita pernah terhubung / sampai (wushul) kepada Allah.
Ketika kita masih bayi dalam kandungan yang bersih dan suci telah keadaan “menemui” Allah.
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (QS- Al A’raf 7: 172)
Ketika kita masih bayi dalam kandungan tidak melakukan aktifitas inderawi secara sempurna. Dengan kata lain seorang bayi tidak makan dan tidak minum atau berbicara dengan mulut, tidak bernapas dengan hidung, tidak melihat dengan mata, tidak mendengar dengan telinga, dan tidak buang air besar atau kecil melalui anus atau kemaluan. Tetapi bayi tersebut mendapatkan semua kebutuhan jasmaninya melalui saluran plasenta yang menghubungkan antara pusar bayi dengan dinding rahim ibu.
Dalam kandungan, seorang bayi juga tidak berpikir dikarenakan fungsi otaknya belum sempurna, tetapi kemampuan ruhani bayi telah hidup sempurna.
Sayangnya setelah bayi itu tumbuh dewasa, dia tidak dapat mengingat perjalanannya ketika berada dalam kandungan rahim ibunya. Oleh karena itu Islam mengajarkan agar setiap umatnya kembali menjadi seperti bayi dalam kandungan, agar dirinya dapat kembali menemui Allah.
Jadi syarat agar dapat mendirikan sholat khusyu’ sehingga kita dapat ”menemui”, mi’raj, terhubung (wushul) kepada Allah adalah kita harus mencontoh keadaan ketika kita masih bayi dalam kandungan yakni, bersih dan suci (fitrah), mengistirahatkan panca indera atau aktifitas inderawi, meninggalkan ikatan hawa nafsu, mengistirahatkan apapun yang dipikirkan , memutuskan hati dari segala keterkaitan dengan yang selain Allah
Syarat ini diwujudkan secara amal lahiriah dalam bentuk wudhu, bersuci (thaharah) sebagai hukum syarat sholat, namun hakikat atau secara bathinnya adalah menghapuskan dosa atau pensucian diri (tobat), menyingkirkan sifat-sifat hawa nafsu manusianya dari dalam diri dan jiwanya, memutuskan hati dari segala keterkaitan dengan yang selain Allah atau menanggalkan sifat syirik dan kemaksiatan diri dalam hidupnya, sebagai contoh mendirikan sholat tidak lalai ataupun riya. Selengkapnya tentang sholat yang lalai, silahkan baca tulisan pada, https://mutiarazuhud.wordpress.com/2010/05/09/mereka-lalai/
Diantara waktu wudhu saat ini dengan sholat terakhir kita ada kemungkinan secara tidak sengaja hati kita ada keterkaitan dengan selain Allah atau syirik, maka teguhkanlah kesaksian kembali dengan mengucapkan syahadat agar sholat yang akan dikerjakan diterima Allah dengan baik, karena kita sebagai seorang muslim. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda,
“Seorang yang selesai berwudhu dengan baik lalu mengucapkan dua kalimat syahadat, maka akan terbuka baginya pintu-pintu surga yang delapan dan dia dapat memasuki pintu yang mana saja dia kehendaki“. (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).
Peneguhan kesaksian kembali sangat diperlukan agar kita sebagai muslim karena Allah memperingatkan dalam firmanNya yang artinya,
“Sungguh, bila kamu berbuat syirik, maka hapuslah amalanmu, dan sunguh kamu tergolong orang-orang yang rugi” (QS Az Zumar: 65 )
“Amalan-amalan mereka (orang-orang musyrik/kafir) adalah bagaikan debu yang diterpa oleh angin kencang di hari yang penuh badai” (QS Ibrahim: 18 )
“Siapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah dia beramal shalih dan tidak menyekutukan sesuatupun dalam ibadah kepada Tuhannya” (QS Al Kahfii: 110 )
“Dan siapa yang melakukan amal shalih, sedang dia itu mukmin, maka tidak ada pengingkaran terhadap amalannya dan sesungguhnya Kami tuliskan bagi dia apa yang dia lakukan” (QS Al Anbiya: 94 )
“Siapa yang melakukan amal shalih, baik laki-laki atau perempuan sedang dia itu mukmin, maka Kami akan berikan kepadanya penghidupan yang baik serta Kami akan memberikan kepadanya balasan dengan balasan yang lebih baik dari apa yang telah mereka amalkan” (QS An Nahl: 97 )
“Siapa yang melakukan amal shalih, baik laki-laki atau perempuan sedangkan dia mukmin, maka mereka masuk surga seraya mereka diberi rizqi di dalamnya tanpa perhitungan” (QS al Mukmin : 40 )
Agar mendapatkan khusyu’ dalam sholat adalah dengan memperhatikan dan kesadaran tumakninah.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah:
Rasulullah Saw masuk ke dalam masjid dan seseorang mengikutinya. Orang itu mengerjakan shalat kemudian menemui Nabi Saw dan mengucapkan salam. Nabi Saw membalas salamnya dan berkata, “Kembalilah dan shalatlah karena kau belum shalat”. Orang mengerjakan shalat dengan cara sebelumnya, kemudian menemui dan mengucapkan salam kepada Nabi Saw. Beliau pun kembali berkata, “Kembalilah dan shalatlah karena kau belum shalat”. Hal itu terjadi tiga kali. Orang itu berkata, “Demi Dia yang mengutus engkau dengan kebenaran, aku tidak dapat mengerjakan shalat dengan cara yang lebih baik selain cara ini. Ajarilah aku bagaimana cara shalat”. Nabi Saw bersabda, “Ketika kau berdiri untuk shalat, ucapkan takbir lalu bacalah (surah) dari Al Quran kemudian rukuklah hingga kau merasa tenang (thuma’ninah). Kemudian angkatlah kepalamu dan berdiri lurus, lalu sujudlah hingga kau merasa tenang selama sujudmu, kemudian duduklah dengan tenang, dan kerjakanlah hal yang sama dalam setiap shalatmu“. (1:724 – Shahih Al Bukhari).
Diantara gerakan dalam Sholat, berikan waktu sejenak (tinggalkan aktifitas jasmani/ jasad) agar ada kesempatan ruhNya dapat mi’raj, bertemu dan terhubung (wushul) kepada Allah.
Sebagaimana Imam Al-Ghazali mengibaratkan gerakan dan bacaan dalam shalat itu seperti jasad, sedangkan khusyu’ dan tumakninah adalah ruhnya. Masih banyak para mushallin yang ‘berjasad’ baik, bahkan sempurna tanpa cacat, namun tak memiliki ‘ruh’. Akhirnya, shalatnya hanya sebatas ritual, bukan sumber spiritual.
Selengkapnya tentang tumakninah, silahkan baca pada tulisan pada, https://mutiarazuhud.wordpress.com/2010/05/09/mereka-lalai/tumakninah/
Dasar dari Tumakninah, kita harus mengetahui dan mempunyai kesadaran tentang RuhNya, sebagaimana firman Allah yang artinya,
“Kemudian Dia menyempurnakan penciptaannya dan Dia tiupkan padanya sebagian dari Ruh-Nya dan Dia jadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan rasa, tapi sedikit sekali kamu bersyukur” (QS As Sajadah 32 : 9 )
Dengan melakukan sholat khusyu’, InsyaAllah akan membekas yang dalam keadaan selalu mengingat Allah, sehingga waktu diantara mendirikan sholat akan tercegah perbuatan keji dan mungkar dan kita termasuk orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring (ulil albab).
Sebagaimana firman Allah yang artinya,
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan“. (QS al Ankabut : 45)
Bagi sebagian muslim yang mendalami tasawuf, mereka mengikuti thariqah/tarekat dengan memperbanyak dzikir (wirid) terhadap Allah untuk menambah frekeunsi atau waktu untuk mengingat Allah. Sehingga, dengan pertolongan Allah, tiada waktu lagi tanpa mengingat Allah atau dengan kata lain, dengan pertolongan Allah, mencapai keadaan selalu mengingat Allah dan sebenar-benarnya bersaksi,
لا إِلَهَ إِلا اللهُ
La illa ha illallah
Wassalam
Zon di Jonggol
TIPS AGAR DAPAT SHALAT DENGAN KHUSYU’
Khusyu’ menurut defenisi Hasby ash Shiddieqy adalah pengekspresian ketundukan pada Allah dengan hati dan jasmani yang tenang. dengan demikian, dapat diambil kesimpulan khusyu’ berawal dari adanya ketenangan (thuma’ninah)
Khusyu’ adalah ruhnya shalat. setiap muslim, yang selalu bersemangat meniti jalan menuju nilai-nilai taqwa, pastilah mengerahkan segenap daya upayanya untuk mencapai ke-khusyu’an dalam shalatnya.
QS : 23:1.” Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman”
QS : 23:2. “(yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya
Menurut Iman Al-Ghazali, shalat khusyu’ itu terdiri dari 6 pilar, yaitu :
1. Hudlurul Qalbi (Menghadirkan Hati)
Adalah pemusatan fikiran dan fokus bermunajat kepada Allah, tidak sedang berpikir yang lain. terkadang seseorang berpikir tentang sesuatu dalam shalat, pada hal sebelumnya dia tidak memikirkan apa pun, itu lah setan yang mencoba menyelami pikiran manusia agar berpaling dari kekhusyu’an.
2. Tafahhum (Penghayatan)
Mengerti dan memahami apa yang dibaca dalam shalat. dengan bekal pemahaman atas apa yang dibaca dalam shalat, seseorang dapat memusatkan fikirannya pada bacaannya. dan setelah memahami arti dan maksud dari bacaan, hendaknya di hayati.
3. Ta’dzim (Membesarkan Allah SWT)
Mengakui kebesaran Allah adalah pujian kepada Allah SWT atas Maha hebatNya atas segala nikmat yang diberikanNya. kebesaran atas kekuasaanNya yang tak tertandingi, yang menciptakan bumi dan langit berserta isinya, serta kagum atas kehebatan Allah yang maha besar atas segalanya.
4. Haibah (Takut dan Kagum atas kebesaran Allah SWT)
“Dari abi Rihanah sesungguhnya ia bersama Rasulullah SAW pada suatu peperangan, kemudian dia mendengar pada suatu malam Rasulullah SAW berdoa, api neraka haram menyentuh orang yang bergadang untuk ibadah di jalan Allah dan api neraka haram menyentuh orang yang air matanya mengalir karena takut kepada Allah. (H.R. ad Darimi)
5. Raja’ (Mengharap ampunan Allah)
QS : 2:218. “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
6. Haya’ (Rasa Malu)
QS : 16:19. “Dan Allah mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu tampakan”
Allah SWT adalah Dzat yang maha mengetahui segala sesuatu yang ada di bumi, perbuatan baik pastilah akan mendapat pahala dan perbuatan buruk menjadi dosa dan kehinaan bagi diri manusia itu. Diri kita yang tak luput dari dosa dan hawa nafsu, tampak begitu hinanya kita atas dosa kita di hadapan maha sucinya Allah, dan rasa malunya kita dihadapan Allah, membuat diri merasa takut akan dosa kita dan siksa Allah SWT, sehingga memacu kita untuk bertaubat dg sungguh sungguh dan selalu berbuat amal kebaikan untuk medapat ridho Allah SWT.
.
Berikut sebuah contoh petunjuk latihan sholat khusyu
Khusyu itu Mudah di tulis oleh Mardibros dari Sholatcenter
barangsiapa hatinya belum mencintai Allah ,pasti sholatnya gak akan bisa khusyu. yang mencintai akan gembira jika bertemu yg dicintainya.
barangsiapa mencintai sesuatu akan banyak memikirkannya.
rukuk lah sampai hatimu merasa rukuk,serta sujudlah sampai hatimu merasa sujud 🙂
InsyaAllah kita akan mendapatkan sholat khusyu’ dengan mencintai Allah.
Bagaimana kita mencintai Allah ?
Dengan mengingat Allah, mengenal Allah (ma’rifatullah) dan mengharapkan pertolonganNya. Sebelum mengenal Alllah, kenalilah diri kita sendiri. Kenalilah sifat-sifat kemanusiaan kita dan sucikanlah diri kita dari sifat-sifat kemanusiaan (akhlak) yang rendah dan mohon ampunanNya atas segala kesalahan atau kejahatan yang telah dilakukan (tobat).
amin semoga bermanfata pada diri saya intinya kenalilah diri kita sendiri
barang siapa mengenal diri nya maka mangenal ia akan Tuhan nya……
dan barang siapa mengenal Tuhan nya maka binasalah wujud diri nya……..
lalu bagaimana teori wushul yang ada dalam tarekat ??? apa betul kita bisa sampai tingkatan marifat / jumpa dgn Alloh ?? dgn ma’na harfiah JUMPA DGN ALLOH . dgn di bimbing mursyid apa anda telah mencapai derajat tsb @ admin ??? mohon pencerahanya . ini penting
Jumpa dengan Alloh, pada hakekatnya setiap muslim wajib jumpa dengan Allah ta’ala. Bagaimana dia menyembah sesuatu yang tidak dijumpai atau dihadapannya atau tidak sampai kepadaNya (wushul)
Di dunia, jumpa dengan Allah ta’ala tentu bukan dengan dzatNya secara kasat/dengan mata tetapi melalui asma Allah, sifat Allah dan perbuatan (af’al) Allah.
Untuk itulah setiap muslim wajib mengamalkan Tasawuf dalam Islam atau kalau alergi dengan istilah tasawuf , maka setiap muslim wajib berakhlak/beradab yang baik sebagai hamba Allah di hadapanNya dan berakhlak baik sesama ciptaanNya termasuk berakhlak baik dengan alam, tumbuh2an, binatang, sesama manusia, dll. Tujuan mengamalkan tasawuf atau tentang akhlak adalah menuju muslim yang sholeh atau muslim yang ihsan yakni minimal muslim yang yakin bahwa Allah ta’ala melihat kita (dalam keadaan minimal ini muslim tersebut terhijab melihat Allah atau jumpa dengan Allah) atau yang terbaik adalah muslim yang dapat seolah melihat Allah (muhsin/muhsinin) dengan menjaga akhlak/adab itulah yang termasuk seolah-olah melihat Allah.
Sedangkan pencapaian derajat kita hanya boleh mengakui sebagai muslim tidak boleh mengakui sebagai mukmin, muhsin ataupun seorang sufi, karena derajat tersebut hanya kehendak Allah
Misalkan derajat sufi, Syekh Abu al-Abbas r.a mendefinisikan
Bahwa kata sufi dinisbatkan kepada perbuatan Allah pada manusia. maksudnya, shafahu Allah, yakni Allah menyucikannya sehingga ia menjadi seorang sufi. Dari situlah kata sufi berasal.
Jadi kita sebaiknya tidak mengakui sebagai/telah sufi begitu juga sebaiknya tidak mengakui sebagai bagian kaum sufi namun mengajkui sebagai kaum muslim yang mendalami dan mengamalkan tasawuf dalam Islam.
Kaum sufi telah menyerahkan kendali mereka pada Allah. Mereka mempersembahkan diri mereka di hadapanNya. Mereka tidak mau membela diri karena malu terhadap rububiyah-Nya dan merasa cukup dengan sifat qayyum-Nya. Karenanya, Allah memberi mereka sesuatu yang lebih daripada apa yang mereka berikan untuk diri mereka sendiri.
Firman Allah ta’ala yang artinya: ”…Sekiranya kalau bukan karena karunia Allah dan rahmat-Nya, niscaya tidak ada seorangpun dari kamu yang bersih (dari perbuatan keji dan mungkar) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa saja yang dikehendaki…” (QS An-Nuur:21)
Firman Allah yang artinya,
[38:46] Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat.
[38:47] Dan sesungguhnya mereka pada sisi Kami benar-benar termasuk orang-orang pilihan yang paling baik.
(QS Shaad [38]:46-47)
ok bang Zon …….bagaimana dgn pendapat yang belum sampai tingkatan makrifat lebih terbimbing dgn mengingat wajah mursyid dgn alasan wajah mursyid tidak bisa ditiru oleh syetan ….menurut pemahaman anda bagaimana ???
” mengingat wajah mursyid dgn alasan wajah mursyid tidak bisa ditiru oleh syetan” statement ini fitnah…
mohon di jelaskan kiyai agar tidak terjadi salah paham ……..tentunya yang dimaksud mursyid di sini bukan sekedar mursyid2dan kiyai ……mursyid yang kamil mukamil dan khalis mukhlisin ……..maaf ana yang dangkal ini mohon pencerahan dari kiyai @amaksantrisalaf …..nuwun
maaf sekalian nanya apa betul syetan “menyerah” dgn orang yang ikhlas kiyai …….
berkunjung di pagi hari sambil membaca konten sobat yang satu ini terasa lengkap. kopi dan rokok serta sedikit cemilan menambah suasana makin hidup… sobat berkunjung lah ke blog kami, mungkin anda juga akan merasakan seperi apa yang aku rasakan… salam kenal sob semoga sukss selalu.
Alhamdulillah, tulisan anda sangat menginspirasi saya yang sedang memperdalam dan mempraktekkan tasawuf.
Rangkuman Al-qur’an dan hadits yang sesuai dengan setiap tema memperkokoh keyakinan akan kebenaran Allah SWT.
Berbahagialah anda diberikan kemampuan oleh Allah untuk bisa berdakwah melalui tulisan.
Alhamdulillah.
.maaf apabila comment-nya tidak langsung berhubungan dengan tema.
Terima kasih……InsyALLLAH saya cuba amalkan dalam solat saya…
alhamdulillah jd nyaman / damai rasa hati menyimak jawaban om zon……cukup jelas luar dan dalam na hehehhe….lumayan mlm ini sdh dpt bahan musahadah…….
lebih merasa dekat dengan Allah jika kita mengetahui makna dalam setiap doa yang kita baca..
smoga bermanfaat
jazakallah kboiron katsiron..semoga sholat kita semakin berkualitas dan sebagai penghalang diri kita dari siksa kubur…amin
Subhallah!tulisan yg sangat menginspirasi saya mas zon.Ya Allah! ternyata hambamu ini masih nol…..!!!
assalamu’alaikum ustadz,
teman ane tanya ke ane :
akhi…ana mau tanya nih,kenapa ya sholawat yg dalam tahiyat awal dan akhir itu selalu ada dalam sholat??maaf kalo pertanyaan ana begini,soalnya ana mau pake shalawat yg sering ada di Majelis Rasulullah…..syukran
terutama juga penambahan “sayyidina”
mohon bisa dijelaskan
Walaikumsalam
Boleh menggunakan sayyidina bahkan pada hakikatnya sholawat dalam tahiyat awal dan akhir boleh kita mempergunakan matan/redaksi sholawat sebagaimana yang kita inginkan tidak harus dengan sholawat Ibrahimiyah sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam “lalu melanjutkan; ASYHADU ALLAA ILAAHA ILLALLAH WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN ‘ABDUHU WA RASUULUH (Aku bersaksi bahwa tiada Dzat yang berhak disembah selain Allah, dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya). Setelah itu ia boleh memilih do’a yang ia kehendaki“. (HR Bukhari 5762)
Matan hadits selengkapnya
Telah menceritakan kepada kami Umar bin Hafsh telah menceritakan kepada kami Ayahku telah menceritakan kepada kami Al A’masy dia berkata; telah menceritakan kepadaku Syaqiq dari Abdullah dia berkata; Ketika kami membaca shalawat di belakang Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, maka kami mengucapkan: ASSALAAMU ‘ALALLAHI QABLA ‘IBAADIHI, ASSALAAMU ‘ALAA JIBRIIL, ASSSALAAMU ‘ALAA MIKAA`IIL, ASSALAAMU ‘ALAA FULAAN WA FULAAN (Semoga keselamatan terlimpahkan kepada Allah, semoga keselamatan terlimpah kepada Jibril, Mika’il, kepada fulan dan fulan). Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam selesai melaksanakan shalat, beliau menghadapkan wajahnya kepada kami dan bersabda: Sesungguhnya Allah adalah As salam, apabila salah seorang dari kalian duduk dalam shalat (tahiyyat), hendaknya mengucapkan; AT-TAHIYYATUT LILLAHI WASH-SHALAWAATU WATH-THAYYIBAATU, ASSALAAMU ‘ALAIKA AYYUHAN-NABIYYU WA RAHMATULLAHI WA BARAKAATUH, ASSALAAMU ‘ALAINAA WA ‘ALA ‘IBAADILLAAHISH SHAALIHIIN, (penghormatan, rahmat dan kebaikan hanya milik Allah. Semoga keselamatan, rahmat, dan keberkahan tetap ada pada engkau wahai Nabi. Keselamatan juga semoga ada pada hamba-hamba Allah yang sholeh. Sesungguhnya jika ia mengucapkannya, maka hal itu sudah mencakup seluruh hamba-hamba yang sholeh baik di langit maupun di bumi, lalu melanjutkan; ASYHADU ALLAA ILAAHA ILLALLAH WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN ‘ABDUHU WA RASUULUH (Aku bersaksi bahwa tiada Dzat yang berhak disembah selain Allah, dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya). Setelah itu ia boleh memilih do’a yang ia kehendaki. (HR Bukhari 5762)
Menambahkan lafadz sayyid untuk Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wa sallama :
Kalangan Madzhab Hanafiyah dan syafi’iyyah menyunahkan menambah ‘’SAYYID” untuk Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wa sallama dalam sholawat ibrohimiyyah demi menjaga adab kesopanan terhadap beliau, lebih utama ditambahkan ketimbang tidak (lihat adDur alMukhtaar I/479, Hasyiyah alBaajuri I/162 dan Syarh Alhadhromiyyah Hal 47) sedang hadits “janganlah menyebutkan kata sayyid untuk ku di dalam solat” adalah hadits bohong dan maudhu’ (Lihat Asna Almathoolib halaman 253)
Dengan demikian sholawat Ibrohimiyyah yang paling sempurna adalah :
” «اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد، كما صليت على سيدنا إبراهيم وعلى آل سيدنا إبراهيم، وبارك على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد، كما باركت على سيدنا إبراهيم، وعلى آل سيدنا إبراهيم في العالمين، إنك حميد مجيد”
Nabi Ibrahim khusus disebut dalam sholawat ini karena barokah dan rahmat tidak ditutur dalam alquran secara bersamaan kecuali hanya pada beliau (tidak pada nabi yang lain) seperti dalam Firman Allah Ta’aalaa
”Rahmat Allah dan berkat-Nya, dicurahkan atas kamu wahai ahlulbait”
Fiqh Al-Islaam Wa adillatuhu II/94
الصلاة على النبي صلّى الله عليه وسلم في غير الصلاة: أما الصلاة على النبي في غير الصلاة فهي مندوبة، لا واجبة، فقد حكى الطبري الإجماع على أن محمل الآية على الندب. وقال الحنفية (4) : هي فرض مرة واحدة في العمر، والمذهب أنه تستحب على التكرار كلما ذكر النبي صلّى الله عليه وسلم ، ولو اتحد المجلس في الأصح وعليه الفتوى.
__________
(4) الدر المختار:480/1، تبيين الحقائق وحاشية الشلبي:108/1.
syukron ats ilmu y,, sungguh bner” sangat bermanfaat,,,,, smga sy tmbah memperhusyuk n memperbaeki sholat” sy ……. ^_^
Jazzakalloh khoeron atas ilmunya! moga jdi ilmu yg brmanfaat! amieen
akhi yg dirahmati Allah Swt
saya ada masalah dg sholat saya. saya ini sholat, tapi hati masih saja panas dan emosi. saya sadar bahwa sholat saya ini belum bener, krn hati saya masih srg emosi. apalagi terhadap anak…sering terlalu keras, masih suka membentak…(walau pun begitu saya menghindari kata2 kotor), hanya dalam intonasi aja akhi yg keras…
cuma hati ini jd merasa bersalah…
oh ya, saya jg bermasalah dg ibu saya akhi. ibu saya orangnya keras, tapi gak sholat. dan kalau diiingatkan suka marah akhi, malah ngomong yg gak ngenakin hati…malah jadi ribut sama saya.
saya jd ngerasa dosa dan jd ngerasa sudah
durhaka sm orgtua.
Rasanya capek akhi…
hati saya capek…pengen hidup damai tanpa emosi…
saya pengen belajar tasawuf akhi, pengen ada yg bimbing…biar saya bisa sholat dg khusyu, akhlak saya bisa baik, biar saya kalau mati bisa ketemu sama Allah & Rasulullah Saw…
Bisakah akhi bimbing saya???
atau, memberitagu saya dimana mencari
mursyid yg lurus???
karena jaman skr aneh2 akhi, ada jg mursyid yg menyimpang…
saya pengen selamat dunia akhirat akhi…
tolong bantu saya ya…
ibu dyah
oh ya akhi…
satu lagi ya, maaf kalau panjang…
kalau baca tahiyat, saya ngikutin di buku sholat “attahiyatul mubarakatushalawatut tayibatulillaah…dst..”
koq beda sedikit sm hadist yg akhi tulus di atas ya…
yg bener yg mana ya akhi…
krn buku sholat ini udah maklum ada di hampir setiap rumah…dan sudah turun temurun.
makasih akhi
Memang ada beberapa redaksi/matan bacaan tahiyyat. Hadits yang telah dibukukan hanyalah sebagian dari yang dihafal oleh para penghafal hadits. Ikuti saja apa yang disampaikan oleh Imam Mazhab yang empat, kalau di negara kita adalah Imam Syafi’i karena Imam Mazhab yang empat bertalaqqi (mengaji) dengan Salafush Sholeh dan Imam Mazhab yang empat melihat langsung cara ibadah sholat para Salafush Sholeh yang mengikuti cara sholat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Imam Mazhab yang empat menuliskan apa yang mereka lihat kedalam kitab fiqih agar kaum muslim dikemudian hari dapat melihat cara sholat Shalafush Sholeh melalui kitab fiqih mereka
Ibu Diyah , jika sholat belum khusyu , umumnya terjadi bagi mereka yang belum bermakrifat, menyaksikan Allah dengan hati (ain bashiroh)
Jika belum dapat bermakrifat maka sebelum bersikap, sebelum berbuat, sebelum melaksanakan ibadah yakinlah bahwa Allah Azza wa Jalla melihat kita.
Rasulullah bersabda yang artinya “jika kamu tidak melihat-Nya (bermakrifat) maka sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR Muslim 11)
Ubadah bin as-shamit ra. berkata, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkata: “Seutama-utama iman seseorang, jika ia telah mengetahui (menyaksikan) bahwa Allah selalu bersamanya, di mana pun ia berada“
Rasulullah shallallahu alaihi wasallm bersabda “Iman paling afdol ialah apabila kamu mengetahui bahwa Allah selalu menyertaimu dimanapun kamu berada“. (HR. Ath Thobari)
Muslim yang yakin selalu merasa diawasi/dilihat oleh Allah Azza wa Jalla atau yang terbaik muslim yang bermakrifat (melihat Allah dengan hati) maka mereka mencegah dirinya dari melakukan sesuatu yang dibenciNya , menghindari perbuatan maksiat, menghindari perbuatan keji dan mungkar hingga terbentuklah muslim yang berakhlakul karimah sesuai dengan tujuan beragama atau sesuai dengan tujuan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam diutus oleh Allah Azza wa Jalla
Rasulullah menyampaikan yang maknanya “Sesungguhnya aku diutus (Allah) untuk menyempurnakan Akhlak.” (HR Ahmad).
Kita kaum muslim tujuan beragama adalah merupakan upaya meneladani akhlak manusia yang paling mulia, Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam.
Firman Allah ta’ala yang artinya,
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”. (QS Al-Ahzab:21)
“Sungguh dalam dirimu terdapat akhlak yang mulia”. (QS Al-Qalam:4)
Alhamdulillah akhi…
Terimakasih banyak atas balasannya. Intinya makrifat ya akhi?
agar kita bisa istiqomah bermakrifat apakah harus dgn bimbingan guru (mursyid)?
Oh ya, belajar secara bertalaqi itu apakah harus tatap muka langsung dg guru, atau bagaimana ya akhi? Saya dan suami kadang2 ke MR habib Munzir di Pancoran..mengikuti tausyiah beliau. Apakah itu bentuk dr talaqi, atau ada pengertian yg lebih khusus lg?
Terimakasih banyak akhi, semoga Allah Swt selalu merahmati akhi dan keluarga
Pada suatu saat tertentu, bermakrifat dibutuhkan bimbingan guru (mursyid) karena perjalanan diri agar sampai (wushul) kepada Allah , penuh gangguan syaitan yang ingin mengurungkan atau membatalkan perjalanan diri.
Bertalaqqi (mengaji) memang bertatap muka karena ilmuNya mengalir dari lisan ke lisan ulama yang sholeh.
Lebih baik yang dapat bertanya jawab secara langsung. Jadi perlu ulama yang sholeh tempat kita bertanya tentang agama dan perjalanan kehidupan.
Terimakasih ya akhi atas jawabannya
Mau cerita sedikit, suami saya berguru dg seseorg yg kasyaf dan memiliki akhlak yg baik…hanya saja beliau (guru suami saya) tidak mengerti ilmu fiqih, jadi menyuruh suami saya untuk belajar ilmu fiqih pada ulama yg menguasai fiqih.
Kami lalu mencari, dan akhirnya kami mendapatkan Majelis Rasulullah Saw. Namun krn ribuan jama’ah habib Munzir, rasanya mustahil bagi kami untuk dapat bertalaqi kpd beliau (habib Munzir).
Akhi bisa nggak kasih referensi kemana kami bisa mendapatkan mursyid, atau guru talaqi. Karena saya dan suami jg ingin sekali wushul spt yg akhi sebutkan.
Terimakasih banyak akhi…ditunggu jawabannya ya 🙂
assalamuaalaiku…Pada suatu saat tertentu, bermakrifat dibutuhkan bimbingan guru (mursyid) karena perjalanan diri agar sampai (wushul) kepada Allah , penuh gangguan syaitan yang ingin mengurungkan atau membatalkan perjalanan diri…. tp itu tdk musyrik akhi?
@Nurafny:
Maksud wushul di sini bukan secara tekstual ukhti…perjalanan diri sampai kpd Allah/wushul ini maksudnya adalah mendekatkan diri dg sedekat2nya kpd Allah scr ruhani saja melalui shalat, zakat, puasa, zikir, sedekah, dan adab/akhlak yg baik terhadap makhluk2 ciptaan Allah dimana itu adalah bentuk/wujud dr shalat yg khusyu.
Jd kenapa harus dikatakan musyrik?
Anda tahu definisi musyrik itu apa?
Subahanalah,,..
Saya sangat senang setelah membaca hal-hal yang bisa lebih mendekatkan diri kepada Allah,, karena saya sadar pengatahuan saya tentang seputaran sholat masih sangat jauh….
Saya selalu berharap untuk bisa lebih bisa mendekatkan diri kepada Allah dengan cara menambah pengatahuan tentang cara sholat yang benar dan Saya selalu berharap untuk bisa lebih bisa mendekatkan diri kepada Allah dengan cara menambah pengatahuan tentang cara sholat yang benar dan Saya selalu berharap untuk bisa lebih bisa mendekatkan diri kepada Allah dengan cara menambah pengatahuan tentang cara sholat yang benar dan Saya selalu berharap untuk bisa lebih bisa mendekatkan diri kepada Allah dengan cara menambah pengatahuan tentang cara sholat yang benar dan khu
sungguh menberi petunjuk yg jelas,terima kasih,allahu sawaqal mufariduun
susah mencari ulama yg saleh pak,yg banyak ulama caliah,kl dulu ada alim ulama,yaitu orang berilmu,yg beramal,dan menggamalkan,sekarang yg banyak diulamakan,yg tepatnya karna ulah makan,jadi setiap dia mau menyampaikan kebenaran yg ada di otaknya untung dan untung.
mas ijin donlod tentang sholat khusyu moga Allah membalas kebaikan mas trims
Alhamdulillah, silahkan download, silahkan copas, silahkan sebarluaskan seluas-luasnya
Semoga bermanfaat dan barokah
assalamu alaikum wrwb..
mhn info yg lain ttg agama..jazakallah katsiron
Alhamdulillah…mohon izin share ,tks
Assalamualaikum Warrahmatullahi wabarakahtu,,, Pak guru/Ustadz/Kiyai saya terlambat dan terlalu tua ingin belajar tentang tasawuf…maaf kalo tulisannya salah… apakah kalo mempraktekan Thoreqat Qodiriah Naqsyabandiah harus melalui baiat mursyid..? mohon pencerahannya …dan kalo boleh saya pingin tahu profiil anda terimakasih ,wassalam wr.wb
Walaikumsalam Warrahmatullahi wabarakatuh,
Tasawuf itu adalah istilah tentang Ihsan atau akhlakul karimah untuk mencapai makrifatullah yakni dapat menyaksikan Allah dengan mata hati (ain bashirah)
Lalu dia bertanya lagi, ‘Wahai Rasulullah, apakah ihsan itu? ‘ Beliau menjawab, ‘Kamu takut kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya (bermakrifat), maka jika kamu tidak melihat-Nya (bermakrifat) maka sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR Muslim 11)
Firman Allah Ta’ala yang artinya “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama” (QS Al Faathir [35]:28)
Muslim yang takut kepada Allah karena mereka selalu yakin diawasi oleh Allah Azza wa Jalla atau mereka yang selalu menyaksikan Allah dengan hatinya (ain bashiroh), setiap akan bersikap atau berbuat sehingga mencegah dirinya dari melakukan sesuatu yang dibenciNya , menghindari perbuatan maksiat, menghindari perbuatan keji dan mungkar sehingga terbentuklah muslim yang berakhlakul karimah atau muslim yang sholeh atau muslim yang ihsan
Imam Qusyairi mengatakan “Asy-Syahid untuk menunjukkan sesuatu yang hadir dalam hati, yaitu sesuatu yang membuatnya selalu sadar dan ingat, sehingga seakan-akan pemilik hati tersebut senantiasa melihat dan menyaksikan-Nya, sekalipun Dia tidak tampak. Setiap apa yang membuat ingatannya menguasai hati seseorang maka dia adalah seorang syahid (penyaksi)”
Imam Sayyidina Ali r.a. pernah ditanya oleh seorang sahabatnya bernama Zi’lib Al-Yamani, “Apakah Anda pernah melihat Tuhan?” Beliau menjawab, “Bagaimana saya menyembah yang tidak pernah saya lihat?” “Bagaimana Anda melihat-Nya?” tanyanya kembali. Sayyidina Ali ra menjawab “Dia tak bisa dilihat oleh mata dengan pandangan manusia yang kasat, tetapi bisa dilihat oleh hati”
Oleh karenanya dalam mengamalkan tasawuf sebaiknya dalam bimbingan guru atau mursyid karena syaitan tidak akan berdiam diri melihat seseorang hamba yang berupaya mendekatkan diri kepada Allah
Alhamdulillah… Pak UStad/Kiyai… terimakasih atas pencerahannya,,…Jazzakumullah Khoiran Katsiro