Kesalahpahaman tentang pemahaman
( manhaj salaf(i) atau wahabi ).
Berikut ini tulisan merupakan kelanjutan tulisan saya sebelumnya, kesalahpahaman tentang generasi terbaik, https://mutiarazuhud.wordpress.com/2010/07/24/generasi-terbaik/
Suatu kesalahpahaman lainnya yang telah berlarut-larut dan masih terjadi sampai zaman modern ini adalah kesalahpahaman tentang pemahaman (manhaj). Kesalahpahaman yang telah membuat umat muslim kebingungan, dalam keraguan dan bahkan menimbulkan konflik antara umat muslim sendiri.
Sebagian muslim atau kaum muslim mengikuti pemahaman ulama Muhammad bin Abdul Wahab, ulama yang mengikuti pemahaman ulama Ibnu Taimiyah. Mereka disebut kaum Wahabi atau Salaf(i).
Kesalahpahaman terjadi karena mereka menyatakan bahwa pemahaman mereka adalah sebagaimana pemahaman Salafush Sholeh. Mereka mengatasnamakan pemahaman mereka sebagaimana pemahaman Salafush Sholeh. Lihat tulisan pada https://mutiarazuhud.wordpress.com/2010/06/01/atasnama-salaf/
Begitu juga , saya agak risih jika menemukan tulisan dimulai dengan
“Pemahaman dalam Islam ……….”, secara tidak disadari merupakan tulisan yang mengatasnamakan Islam, yang bisa mengakibatkan bahwa klo berbeda pemahamannya maka pemahaman yang berbeda bisa diartikan pemahaman di luar Islam ?
Kita sebaiknya tidak mengatasnamakan pemahaman kita atau kaum kita pada muslim lainnya atau kaum muslim lainnya. Kita harus tegas mengatakan atau mengakui sebagai pemahaman kita atau sebagai pemahaman kaum kita. Begitu juga harus tegas mengatakan atau mengakui sebagai penafsiran kita, yang umumnya mengikuti nama yang menafsirkan atau yang memahaminya. Contoh Mazhab Syafi’i, Manhaj Asy’ariah, Tafsir Jalalain, Tafsir Ibnu Katsir , Tafsir Buya Hamka dll.
Bagaimana pemahaman sebenarnya Salafush Sholeh menjadi termasuk perihal yang ghaib karena waktunya sudah berlalu (Al-Ghaibul Madhi) yaitu segala sesuatu atau kejadian yang terjadi pada zaman dahulu, yang mana kita tidak hidup sezaman dengannya. Sehingga kita tidak bisa melakukan konfirmasi (temu-muka) akan pemahaman mereka sesungguhnya.
Apa yang kita lakukan adalah upaya pemahaman (ijtihad) terhadap tulisan, riwayat, lafadz, nash Al-Qur’an , Hadits, riwayat atau perkataan Salafush Sholeh, yakni para Sahabat, Tabi’in, Tabi’ut Tabi’in dan juga pemahaman-pemahaman ulama–ulama terdahulu.
Pendapat/Pemahaman/Pemikiran seorang muslim bisa benar dan bisa salah namun perkataan dalam Al-Qur’an dan Hadits adalah yang pasti benar.
Imam Daarul Hijroh (Malik bin Anas) berkata “Setiap (pendapat) dari kita diambil dan ditolak darinya kecuali pemilik kubur ini,” seraya menunjuk kepada junjungan kita, Rasulullah Muhammad Shollallahu Alaih
“Sebenar benar perkataan adalah kitabullah(alquran) dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad Shallallahu Alaihi Wassalam..”(HR.Muslim)
Upaya pemahaman yang telah dilakukan dan disampaikan kepada muslim lainnya atau kaum muslim lainnya harus diakui oleh orang yang melakukan pemahaman yang kelak harus mempertanggungjawabkan di akhirat nanti. Kita tahu apapun lisan maupun tulisan kita harus mempertanggung jawabkan di akhirat nanti. Apalagi pemahaman kita menjadi dasar amal atau perbuatan muslim lainnya.
Oleh karenanya pemahaman dengan sistem guru-murid secara temu muka atau lisan, turun temurun (memperhatikan sanad/keterhubungan), sistem peng-ijazah-an pada suatu thariqah lebih baik dibandingkan pemahaman yang digali berdasarkan tulisan atau tekstual semata.
Bayangkan kemungkinan distorsi yang terjadi antara ulama Muhammad bin Abdul Wahab dengan ulama Ibnu Taimiyah yang terpaut ratusan tahun zamannya. Oleh karananya saya katakan bahwa ulama Muhammad bin Abdul Wahab, “mengangkat kembali” metode pemahaman ulama Ibnu Taimiyah dan dicampur dengan pemahaman pribadi beliau sendiri.
Jadi harus kita katakan dengan tegas dan mengakui bahwa apa yang telah dipahami oleh ulama Muhammad bin Abdul Wahab ataupun ulama Ibnu Taimiyah adalah pemahaman mereka masing-masing
Sehingga jika kita menemukan perbedaan pemahaman, kita masing-masing harus memutuskan dengan merujuk kepada Al-Qur’an dan Hadits.
Kenapa saya katakan masing-masing pribadi yang memutuskan, karena kita bertanggung jawab pada pemahaman kita masing-masing, tidak bisa kita membebankan tanggung jawab kepada orang lain yang telah mengutarakan pemahamannya. Pemahaman adalah dasar dari sebuah amal / perbuatan. Di akhirat nanti kita tidak bisa mengatakan bahwa perbuatan kita didunia dikarenakan buah dari pemahaman si fulan
Firman Allah,
“(Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa; dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus sama sekali.” (QS al Baqarah [2]: 166)
“Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti: “Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami.” Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan keluar dari api neraka.” (QS Al Baqarah [2]: 167)
Oleh karenanya, jika kita mengeluarkan sebuah pemahaman, kita wajib mengingatkan orang yang menerima pemahaman itu untuk selalu merujuk pada Al-Qur’an dan Hadits.
Kesalahpahaman lain yang berhubungan dengan kesalahpahaman diatas adalah kesalahpahaman memahami hadits berikut,
Nabi bersabda yang artinya, “Demi Tuhan yang memegang jiwa Muhammad ditanganNya, akan berfirqah ummatku sebanyak 73 firqah, yang satu masuk surga dan yang lain masuk neraka”.
Berkata para Sahabat : ” Siapakah firqah (yang tidak masuk neraka) itu Ya Rasulullah ?”
Nabi menjawab : (nama firqah) .
Kita dapat menemukan matan nama firqah yang berbeda pada hadits atau riwayat lainnya.
Sebagian umat muslim “menggunakan” hadits di atas sebagai “keputusan” bahwa jama’ah mereka adalah firqah “yang satu masuk surga”. Bahkan lebih keji dengan menyatakan bahwa diluar jamaah mereka adalah sesat, ahlu bid’ah dan kafir. Naudzubillah min zalik.
Sangat berbahaya jika mengukur, menilai saudara muslim atau jamaah lainnya dengan batasan ukuran ilmu atau pemahaman kita sendiri, karena sesungguhnya tingkat pemahaman muslim terhadap agama adalah sangat berbeda-beda tergantung anugerah / karunia yang telah Allah berikan.
Sebagaimana firman Allah yang artinya, “Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Qur’an dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)” (Al-Baqarah – 269).
Kita harus menghormati perbedaan pemahaman saudara-saudara muslim lainnya.
Hadits-hadits, riwayat-riwayat yang senada dengan di atas , kita pergunakan untuk selalu sadar dan merujuk kepada Al-Qur’an dan Hadits.
Sebaiknya kita harus meyakini bahwa “keputusan” atau hasil bahwa “firqah yang masuk surga” adalah hak Allah sedangkan hak manusia hanyalah pada proses, upaya atau ikhtiar pemahaman semata.
Sedangkan petunjuk Allah dalam al-Qur’an tentang kaum yang dicintaiNya ada dalam firmaNya yang artinya,
“…kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Maidah: 54)
Pada zaman modern ini, malah kita dapatkan menemukan suatu kaum yang bersikap keras kepada orang muslim dan berlemah-lembut kepada orang-orang kafir. Kitapun dapat menemukan para penguasa negeri yang muslim namun seolah-olah keras/tegas terhadap rakyatnya yang muslim dan tetap melanjutkan perjanjian dengan orang-orang kafir untuk mengolah anugerah Allah yakni hasil bumi, pertambangan dll.
Padahal Allah telah memperingatkan kita lewat firmanNya yang artinya,
“Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik” (Al Maaidah: 82).
Kita harus berupaya untuk termasuk kedalam kaum yang Allah cintai itu
Bagaimana agar kita atau kaum kita dicintai Allah ?
Dari Abul Abbas — Sahl bin Sa’ad As-Sa’idy — radliyallahu ‘anhu, ia berkata: Datang seorang laki-laki kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata: “Wahai Rasulullah! Tunjukkan kepadaku suatu amalan yang jika aku beramal dengannya aku dicintai oleh Allah dan dicintai manusia.” Maka Rasulullah menjawab: “Zuhudlah kamu di dunia niscaya Allah akan mencintaimu, dan zuhudlah terhadap apa yang ada pada manusia niscaya mereka akan mencintaimu.” (Hadist shahih diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan lainnya).
Orang yang zuhud adalah orang yang meninggalkan segala sesuatu yang dapat melalaikan dari mengingat Allah.
Orang yang zuhud adalah tidak adanya ketergantungan dan terpusatnya perhatian terhadap segala sesuatu selain Allah.
Orang yang zuhud bersikap qana’ah terhadap rizki yang halal dan ridho terhadapnya serta bersikap ‘iffah (menahan diri) dari perbuatan haram dan hati-hati atau bahkan menghindari terhadap syubhat
Secara sederhana qana`ah ini dapat diartikan dengan mencukupkan apa yang ada, mensyukuri karunia Allah yang telah dianugerahkan-Nya kepada kita tanpa ada keluhan-keluhan yang keluar sedikit juapun.
Imam Syafi`i mengatakan: “Jika engkau mempunyai sifat qana`ah, sama halnya engkau dengan seorang raja”
Maksudnya, seseorang yang mempunyai sifat qana`ah keadaannya selalu cukup, karena sikapnya mencukupkan atau mensyukuri apa yang ada padanya. Hatinya kaya dan gembira karena sifat qana`ah itu.
Jiwa yang merasa cukup dan iffah serta berkorban dengan harta dan jiwa di jalan Allah merupakan hakikat zuhud.
Zuhud terhadap apa yang dimiliki manusia, berarti menjauhkan diri dari merasa iri hati terhadap apa yang dimiliki oleh manusia serta mengosongkan hati dari mengingati harta milik orang.
Firman Allah Ta’ala yang artinya… (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri. (QS Al-Hadiid :23)
Inti dari zuhud itu adalah menjadi muslim yang memahami dan menjalankan seluruh pokok-pokok dalam ajaran agama Islam secara menyeluruh (kaffah), sebaiknya tidak menolak/mengingkari satu pokokpun. Pokok-pokok ajaran dalam Islam yakni, , Islam (rukun Islam, fiqih), Iman (rukun Iman, Ushuluddin), Ihsan (akhlak, Tasawuf).
Upaya untuk menjadi muslim yang terbaik, muslim sholeh, muslim berakhlakul karimah, muslim yang ihsan atau muhsin/muhsinin yakni muslim yang dapat seolah-olah melihat Allah atau minimal muslim yang yakin bahwa segala perbuatan di lihat Allah.
Muslim yang sholeh, sebagaimana Tauladan kita, Junjungan kita, Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam ketika mi’raj dan bertemu dengan para Nabi terdahulu disambut dengan sambutan “Saudaraku yang sholeh”, “Nabi yang sholeh” atau “Anakku yang sholeh”.
Begitu juga ketika mi’raj dan menghadap Allah Subhaanahu wa Ta‘ala, Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam membaca, “Assalaamu’alaina wa’alaa ‘ibaadillaahish shoolihiin” yang artinya “Keselamatan semoga bagi kami dan hamba-hamba Allah yang sholeh”. Do’a yang selalu kita baca pula setiap sholat.
Muslim yang sholeh yakni muslim yang selalu sadar dan mengingat Allah. Setiap perilaku kita / akhlak kita harus dengan mengingat Allah, seluruh waktu kita penuh berinteraksi dengan Allah.
Berinteraksi dengan Allah dengan cara berinteraksi dengan firman-firmanNya yakni Al-Qur’an. Seluruh perbuatan / akhlak kita harus selalu sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan Hadits
“Dengan kitab (al Qur’an) itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus” (QS-al Maaidah [5]: 16).
“Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa” (QS Al-Baqarah [2] : 2).
“Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu”(QS al Baqarah [2] : 147)
“Maka patutkah aku mencari hakim selain daripada Allah, padahal Dialah yang telah menurunkan kitab (Al Quraan) kepadamu dengan terperinci? Orang-orang yang telah Kami datangkan kitab kepada mereka, mereka mengetahui bahwa Al Quraan itu diturunkan dari Tuhanmu dengan sebenarnya. Maka janganlah kamu sekali-kali termasuk orang yang ragu-ragu” (QS al An’aam [6]: 114)
Wassalam
Zon di Jonggol
betul akh….semoga kita terhindar dari ANA KHAIRUM MINHU =saya lebih baik dari dia, yang terkadang itu ada pada kelompok2, harakah…
assalamu’alaykum akhi Zon…
sekedar mengingatkan… apakah akhi tidak terlalu berlebihan dengan tulisan “Kesalahpahaman tentang pemahaman
(manhaj salaf)” padahal kalau melihat ulama dan para tabi’in tidak ada yang berani atau mengatakan ulama dan tabi’in yang lain salah.
bagaimana sejarah2 4 imam mahzab saling menghormati.. dan tidak menyalahkan pendapat yang salah.
Alloh maha kuasa mengatur alam semesta ini dengan teratur, bumi, bulan danbintang, dan mengatur rejeki manusia, burung dan binatang dari laut terdalam hingga langit ke 7
tidak sama sekali kesulitan..
hingga nanti, apa yang kita lakukan dan kita kemukakan akan tidak sulit, mudah sekali menghisapnya.
maka akhi Zon, hati-hati dengan berbicara dan menyalahkan sesama muslim. karena omongan kita akan di pertanggungjawabkan… dihadapan Alloh tidak lah sulit minghisabnya seperti mudahnya Alloh mengatur alam semesta ini..
Diriwayatkan bahwa Umar Radhiyallahu ‘Anhu berkata : “Ada tiga yang bisa merusak manusia : para pemimpin yang menyesatkan, debatnya seorang munafik menggunakan Alqur’an (sedangkan Alqur’an adalah haq) dan kesalahan seorang alim”
Yang diulas dalam tulisan adalah pengakuan bahwa manhaj salaf(i) atau wahabi = manhaj salaf. Kita harus bisa membedakannya.
Lagipula bagi saya, tidak ada nama manhaj Salaf, karena salaf itu artinya terdahulu, sedangkan orang terdahulu ada yang baik ada pula yang tidak baik.
Sedangkan salafush sholeh, adalah orang-orang terdahulu yang sholeh yakni, para Sahabat, para Tabi’in dan para Tabi’ut Tabi’in. Baca juga tulisan saya https://mutiarazuhud.wordpress.com/2010/07/24/generasi-terbaik/
Mas ZON, ente kok di mana-mana ada, di facebook dan di blog… yg mana tulisan ente sama sekali tidak mbawa faedah ilmu justru menebar syubhat… hati2 mas kalo ummat tergelincir gara2 ente ya tanggung sendiri doasanya…
Kebenaran datangnya dari Allah, Kesesatan datangnya dari orang yang membenci Rosul dan sahabat-sahabatnya…
Kaum muslim pada umumnya tentu tidaklah membenci Rasulullah shallallahu alaihi wasallam maupun membenci para Sahabat
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda “Dan sesungguhnya ummat ini akan terpecah menjadi 73 firqoh, 72 di antaranya di neraka dan hanya satu yang di surga yaitu al- Jama’ah”. (H.R. Abu Dawud)
Firqatun najiyah (kelompok yang selamat) adalah yang mengikuti al Jama’ah
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“إِنَّ اللهَ لَا يُجْمِعُ أُمَّةِ عَلَى ضَلَالَةٍ وَيَدُ اللهِ مَعَ الجَمَاعَةِ وَمَنْ شَذَّ شَذَّ إِلَى النَّارِ”
“Sesungguhnya Allah tidak menghimpun ummatku diatas kesesatan. Dan tangan Allah bersama jama’ah. Barangsiapa yang menyelewengkan, maka ia menyeleweng ke neraka“. (HR. Tirmidzi: 2168).
Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah dalam Fathul Bari XII/37 menukil perkataan Imam Thabari rahimahullah yang menyatakan: “Berkata kaum (yakni para ulama), bahwa jama’ah adalah as-sawadul a’zham (mayoritas kaum muslim)“
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda “Sesungguhnya umatku tidak akan bersepakat pada kesesatan. Oleh karena itu, apabila kalian melihat terjadi perselisihan maka ikutilah as-sawad al a’zham (mayoritas kaum muslim).” (HR. Ibnu Majah, Abdullah bin Hamid, at Tabrani, al Lalika’i, Abu Nu’aim. Menurut Al Hafidz As Suyuthi dalam Jamius Shoghir, ini adalah hadits Shohih)
Ibnu Mas’ud radhiallahuanhu mewasiatkan yang artinya: ”Al-Jama’ah adalah sesuatu yang menetapi al-haq walaupun engkau seorang diri”
Maksudnya tetaplah mengikuti Al-Jamaah atau as-sawad al a’zham (mayoritas kaum muslim) walaupun tinggal seorang diri di suatu tempat yang terpisah. Hindarilah firqoh atau sekte yakni orang-orang yang mengikuti pemahaman seorang ulama yang telah keluar (kharaja) dari pemahaman mayoritas kaum muslim (as-sawad al a’zham).
Dari Ibnu Sirin dari Abi Mas’ud, bahwa beliau mewasiatkan kepada orang yang bertanya kepadanya ketika ‘Utsman dibunuh, untuk berpegang teguh pada Jama’ah, karena Allah tidak akan mengumpulkan umat Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam kesesatan. Dan dalam hadits dinyatakan bahwa ketika manusia tidak mempunyai imam, dan manusia berpecah belah menjadi kelompok-kelompok maka janganlah mengikuti salah satu firqah/sekte. Hindarilah semua firqah/sekte itu jika kalian mampu untuk menghindari terjatuh ke dalam keburukan”.
Sekte atau firqoh adalah kaum yang mengikuti pemahaman seorang ulama yang telah keluar (kharaja) dari pemahaman mayoritas kaum muslim (As-sawad al a’zham) dan disebut juga kaum khawarij. Khawarij adalah bentuk jamak (plural) dari kharij (bentuk isim fail) artinya yang keluar.
Sekte atau firqoh pada umumnya dibentuk oleh para ulama dari kalangan “orang-orang yang membaca hadits” yakni yakni para ulama yang mengaku-aku mengikuti atau menisbatkan kepada Salafush Sholeh namun tidak bertemu atau bertalaqqi (mengaji) dengan Salafush Sholeh. Apa yang mereka katakan sebagai pemahaman Salafush Sholeh adalah ketika mereka membaca hadits, tentunya ada sanad yang tersusun dari Tabi’ut Tabi’in , Tabi’in dan Sahabat. Inilah yang mereka katakan bahwa mereka telah mengetahui pemahaman Salafush Sholeh. Bukankah itu pemahaman mereka sendiri terhadap hadits tersebut.
Mereka berijtihad dengan pendapatnya terhadap hadits tersebut. Apa yang mereka katakan tentang hadits tersebut, pada hakikatnya adalah hasil ijtihad dan ra’yu mereka sendiri. Sumbernya memang hadits tersebut tapi apa yang mereka sampaikan semata lahir dari kepala mereka sendiri. Sayangnya mereka mengatakan kepada orang banyak bahwa apa yang mereka sampaikan adalah pemahaman Salafush Sholeh.
Tidak ada yang dapat menjamin hasil upaya ijtihad mereka pasti benar dan terlebih lagi mereka tidak dikenal berkompetensi sebagai Imam Mujtahid Mutlak. Apapun hasil ijtihad mereka, benar atau salah, mereka atasnamakan kepada Salafush Sholeh. Jika hasil ijtihad mereka salah, inilah yang namanya fitnah terhadap Salafush Sholeh. Fitnah dari orang-orang yang serupa dengan Dzul Khuwaishirah dari Bani Tamim Al Najdi yang karena kesalahpahamannya atau karena pemahamannya telah keluar (kharaja) dari pemahaman mayoritas kaum muslim (as-sawad al a’zham) sehingga berani menghardik Rasulullah shalallahu alaihi wasallam
Dari Kabilah Bani Tamim
Telah bercerita kepada kami Abu Al Yaman telah mengabarkan kepada kami Syu’aib dari Az Zuhriy berkata, telah mengabarkan kepadaku Abu Salamah bin ‘Abdur Rahman bahwa Abu Sa’id Al Khudriy radliallahu ‘anhu berkata; Ketika kami sedang bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang sedang membagi-bagikan pembagian(harta), datang Dzul Khuwaishirah, seorang laki-laki dari Bani Tamim, lalu berkata; Wahai Rasulullah, tolong engkau berlaku adil. Maka beliau berkata: Celaka kamu!. Siapa yang bisa berbuat adil kalau aku saja tidak bisa berbuat adil. Sungguh kamu telah mengalami keburukan dan kerugian jika aku tidak berbuat adil. Kemudian ‘Umar berkata; Wahai Rasulullah, izinkan aku untuk memenggal batang lehernya!. Beliau berkata: Biarkanlah dia. Karena dia nanti akan memiliki teman-teman yang salah seorang dari kalian memandang remeh shalatnya dibanding shalat mereka, puasanya dibanding puasa mereka. Mereka membaca Al Qur’an namun tidak sampai ke tenggorokan mereka. Mereka keluar dari agama seperti melesatnya anak panah dari target (hewan buruan). (HR Bukhari 3341)
Dari Najd
Telah menceritakan kepada kami Hannad bin As Sari telah menceritakan kepada kami Abul Ahwash dari Sa’id bin Masruq dari Abdurrahman bin Abu Nu’m dari Abu Sa’id Al Khudri ia berkata; Ketika Ali bin Abi Thalib berada di Yaman, dia pernah mengirimkan emas yang masih kotor kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Lalu emas itu dibagi-bagikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada empat kelompok. Yaitu kepada Aqra` bin Habis Al Hanzhali, Uyainah bin Badar Al Fazari, Alqamah bin Ulatsah Al Amiri, termasuk Bani Kilab dan Zaid Al Khair Ath Thay dan salah satu Bani Nabhan. Abu Sa’id berkata; Orang-orang Quraisy marah dengan adanya pembagian itu. kata mereka, Kenapa pemimpin-pemimpin Najd yang diberi pembagian oleh Rasulullah, dan kita tidak dibaginya? maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun menjawab: Sesungguhnya aku lakukan yang demikian itu, untuk membujuk hati mereka. Sementara itu, datanglah laki-laki berjenggot tebal, pelipis menonjol, mata cekung, dahi menjorok dan kepalanya digundul. Ia berkata, Wahai Muhammad! Takutlah Anda kepada Allah! Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Siapa pulakah lagi yang akan mentaati Allah, jika aku sendiri telah mendurhakai-Nya? Allah memberikan ketenangan bagiku atas semua penduduk bumi, maka apakah kamu tidak mau memberikan ketenangan bagiku? Abu Sa’id berkata; Setelah orang itu berlaku, maka seorang sahabat (Khalid bin Al Walid) meminta izin kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk membunuh orang itu. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun bersabda: Dari kelompok orang ini, akan muncul nanti orang-orang yang pandai membaca Al Qur`an tetapi tidak sampai melewati kerongkongan mereka, bahkan mereka membunuh orang-orang Islam, dan membiarkan para penyembah berhala; mereka keluar dari Islam seperti panah yang meluncur dari busurnya. Seandainya aku masih mendapati mereka, akan kumusnahkan mereka seperti musnahnya kaum ‘Ad. (HR Muslim 1762)
Sekte-sekte atau firqoh-firqoh itu dibentuk oleh ulama banga Arab sendiri.
Khudzaifah Ibnul Yaman berkata, “Ya Rasulullah, tolong beritahukanlah kami tentang ciri-ciri mereka!” Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menjawab “Mereka adalah seperti kulit kita ini, juga berbicara dengan bahasa kita (bahasa Arab)“. Saya bertanya ‘Lantas apa yang anda perintahkan kepada kami ketika kami menemui hari-hari seperti itu?” Nabi menjawab; “Hendaklah kamu selalu bersama jamaah muslimin dan imam mereka!” Aku bertanya; “kalau tidak ada jamaah muslimin dan imam bagaimana?” Nabi menjawab; “hendaklah kau jauhi seluruh firqah (kelompok-kelompok) itu, sekalipun kau gigit akar-akar pohon hingga kematian merenggutmu kamu harus tetap seperti itu” (HR Bukhari 6557, HR Muslim 3434)
Berkata Ibnu Hajar rahimahullah dalam Fathul Bari XIII/36: “Yakni dari kaum kita, berbahasa seperti kita dan beragama dengan agama kita. Ini mengisyaratkan bahwa mereka adalah bangsa Arab”.
Ulama banga Arab tersebut tentu mengerti bahasa Arab namun mereka tidak memperhatikan bahwa Al-Qur’an dan As-Sunnah diturunkan Allah dan disampaikan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam bahasa Arab yang fushahah dan balaghah yang bermutu tinggi, pengertiannya luas dan dalam, mengandung hukum yang harus diterima. Yang perlu diketahui dan dikuasainya bukan hanya arti bahasa tetapi juga ilmu-ilmu yang bersangkutan dengan bahasa arab itu seumpama nahwu, sharaf, balaghah (ma’ani, bayan dan badi’).
Jika ingin menggali sendiri hukum-hukum dari Al Qur’an dan Hadits, selain menguasai nahwu, sharaf, balaghah (ma’ani, bayan dan badi’) diperlukan kompetensi seperti
a. Mengetahui dan menguasai ilmu ushul fiqh, sebab kalau tidak, bagaimana mungkin menggali hukum secara baik dan benar dari al-Quran dan as-Sunnah padahal tidak menguasai sifat lafad-lafad dalam al-Quran dan as-Sunnah itu yang beraneka ragam seperti ada lafadz nash, ada lafadz dlahir, ada lafadz mijmal, ada lafadz bayan, ada lafadz muawwal, ada yang umum, ada yang khusus, ada yang mutlaq, ada yang muqoyyad, ada majaz, ada lafadz kinayah selain lafadz hakikat. Semua itu masing-masing mempengaruhi hukum-hukum yang terkandung di dalamnya.
b. Mengetahui dan menguasai dalil ‘aqli penyelaras dalil naqli terutama dalam masalah-masalah yaqiniyah qath’iyah.
c. Mengetahui yang nasikh dan yang mansukh dan mengetahui asbab an-nuzul dan asbab al-wurud, mengetahui yang mutawatir dan yang ahad, baik dalam al-Quran maupun dalam as-Sunnah. Mengetahui yang sahih dan yang lainnya dan mengetahui para rawi as-Sunnah.
d. Mengetahui ilmu-ilmu yang lainnya yang berhubungan dengan tata cara menggali hukum dari al-Quran dan as-Sunnah.
Jika belum berkompetensi menggali sendiri dari Al Qur’an dan Hadits maka ikutilah para ulama yang sholeh dari kalangan “orang-orang yang membawa hadits” yakni para ulama yang sholeh yang mengikuti Imam Mazhab yang empat.
Allah ta’ala berfirman yang artinya “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar“. (QS at Taubah [9]:100)
Dari firmanNya tersebut dapat kita ketahui bahwa orang-orang yang diridhoi oleh Allah Azza wa Jalla adalah orang-orang yang mengikuti Salafush Sholeh.
Sedangkan orang-orang yang mengikuti Salafush Sholeh yang paling awal dan utama adalah Imam Mazhab yang empat karena Imam Mazhab yang empat bertemu dan bertalaqqi (mengaji) dengan Salafush Sholeh sehingga Imam Mazhab yang empat mendapatkan pemahaman Salafush Sholeh dari lisannya langsung dan Imam Mazhab yang empat melihat langsung cara beribadah atau manhaj Salafush Sholeh.
Imam Mazhab yang empat adalah para ulama yang sholeh dari kalangan “orang-orang yang membawa hadits” yakni membawanya dari Salafush Sholeh yang meriwayatkan dan mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
Jadi kalau kita ingin bertemu dan bertalaqqi (mengaji) dengan Sayyidina Muhammad Rasulullah shallallahu alaihi wasallam maka kita menemui dan bertalaqqi (mengaji) dengan para ulama yang sholeh dari kalangan “orang-orang yang membawa hadits”
Para ulama yang sholeh dari kalangan “orang-orang yang membawa hadits” adalah para ulama yang sholeh yang mengikuti salah satu dari Imam Mazhab yang empat
Para ulama yang sholeh yang mengikuti dari Imam Mazhab yang empat adalah para ulama yang sholeh yang memiliki ketersambungan sanad ilmu (sanad guru) dengan Imam Mazhab yang empat atau para ulama yang sholeh yang memiliki ilmu riwayah dan dirayah dari Imam Mazhab yang empat.
Bahkan kalau melalui para ulama yang sholeh dari kalangan ahlul bait, keturunan cucu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pada umumnya memiliki ketersambungan dengan lisannya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melalui dua jalur yakni
1. Melalui nasab (silsilah / keturunan). Pengajaran agama baik disampaikan melalui lisan maupun praktek yang diterima dari orang tua-orang tua mereka terdahulu tersambung kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
2. Melalui sanad ilmu atau sanad guru. Pengajaran agama dengan bertalaqqi (mengaji) dengan para ulama yang sholeh yang mengikuti Imam Mazhab yang empat yakni para ulama yang sholeh memiliki ilmu riwayah dan dirayah dari Imam Mazhab yang empat atau para ulama yang sholeh yang memiliki ketersambungan sanad ilmu atau sanad guru dengan Imam Mazhab yang empat
Sehingga para ulama yang sholeh dari kalangan ahlul bait, keturunan cucu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam lebih terjaga kemutawatiran sanad, kemurnian agama dan akidahnya.
Dalam perkara agama tidak ada hal yang baru. Justru harus berlaku jumud atau istiqomah sebagaimana apa yang disampaikan oleh lisannya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
Salah satu ciri dalam metode pengajaran talaqqi adalah sanad. Pada asalnya, istilah sanad atau isnad hanya digunakan dalam bidang ilmu hadits (Mustolah Hadits) yang merujuk kepada hubungan antara perawi dengan perawi sebelumnya pada setiap tingkatan yang berakhir kepada Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- pada matan haditsnya.
Namun, jika kita merujuk kepada lafadz Sanad itu sendiri dari segi bahasa, maka penggunaannya sangat luas. Dalam Lisan Al-Arab misalnya disebutkan: “Isnad dari sudut bahasa terambil dari fi’il “asnada” (yaitu menyandarkan) seperti dalam perkataan mereka: Saya sandarkan perkataan ini kepada si fulan. Artinya, menyandarkan sandaran, yang mana ia diangkatkan kepada yang berkata. Maka menyandarkan perkataan berarti mengangkatkan perkataan (mengembalikan perkataan kepada orang yang berkata dengan perkataan tersebut)“.
Jadi, metode isnad tidak terbatas pada bidang ilmu hadits. Karena tradisi pewarisan atau transfer keilmuwan Islam dengan metode sanad telah berkembang ke berbagai bidang keilmuwan. Dan yang paling kentara adalah sanad talaqqi dalam aqidah dan mazhab fikih yang sampai saat ini dilestarikan oleh ulama dan universitas Al-Azhar Asy-Syarif. Hal inilah yang mengapa Al-Azhar menjadi sumber ilmu keislaman selama berabad-abad. Karena manhaj yang di gunakan adalah manhaj shahih talaqqi yang memiliki sanad yang jelas dan sangat sistematis. Sehingga sarjana yang menetas dari Al-azhar adalah tidak hanya ahli akademis semata tapi juga alim.
Sanad ini sangat penting, dan merupakan salah satu kebanggaan Islam dan umat. Karena sanad inilah Al-Qur’an dan sunah Nabawiyah terjaga dari distorsi kaum kafir dan munafik. Karena sanad inilah warisan Nabi tak dapat diputar balikkan.
Ibnul Mubarak berkata :”Sanad merupakan bagian dari agama, kalaulah bukan karena sanad, maka pasti akan bisa berkata siapa saja yang mau dengan apa saja yang diinginkannya (dengan akal pikirannya sendiri).” (Diriwayatkan oleh
Imam Muslim dalam Muqoddimah kitab Shahihnya 1/47 no:32 )
Imam Syafi’i ~rahimahullah mengatakan “tiada ilmu tanpa sanad”.
Imam Malik ra berkata: “Janganlah engkau membawa ilmu (yang kau pelajari) dari orang yang tidak engkau ketahui catatan (riwayat) pendidikannya (sanad ilmu)”
Al-Hafidh Imam Attsauri ~rahimullah mengatakan “Penuntut ilmu tanpa sanad adalah bagaikan orang yang ingin naik ke atap rumah tanpa tangga”
Bahkan Al-Imam Abu Yazid Al-Bustamiy , quddisa sirruh (Makna tafsir QS.Al-Kahfi 60) ; “Barangsiapa tidak memiliki susunan guru dalam bimbingan agamanya, tidak ragu lagi niscaya gurunya syetan” Tafsir Ruhul-Bayan Juz 5 hal. 203
Tanda atau ciri seorang ulama tidak terputus sanad ilmu atau sanad gurunya adalah pemahaman atau pendapat ulama tersebut tidak menyelisihi pendapat gurunya dan guru-gurunya terdahulu serta berakhlak baik
Asy-Syeikh as-Sayyid Yusuf Bakhour al-Hasani menyampaikan bahwa “maksud dari pengijazahan sanad itu adalah agar kamu menghafazh bukan sekadar untuk meriwayatkan tetapi juga untuk meneladani orang yang kamu mengambil sanad daripadanya, dan orang yang kamu ambil sanadnya itu juga meneladani orang yang di atas di mana dia mengambil sanad daripadanya dan begitulah seterusnya hingga berujung kepada kamu meneladani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dengan demikian, keterjagaan al-Qur’an itu benar-benar sempurna baik secara lafazh, makna dan pengamalan“
Selain sanad, ciri dalam manhaj pengajaran talaqqi adalah ijazah. Ijazah ada yang secara tertulis dan ada yang hanya dengan lisan. Memberikan ijazah sangat penting. Menimbang agar tak terjadinya penipuan dan dusta dalam penyandaran seseorang. Apalagi untuk zaman sekarang yang penuh kedustaan, ijazah secara tertulis menjadi suatu keharusan.
Tradisi ijazah ini pernah dipraktekkan oleh Nabi shallallahu alaihi wasallam ketika memberikan ijazah (baca: secara lisan) kepada beberapa Sahabat ra. dalam keahlian tertentu. Seperti keahlian sahabat di bidang Al-Qur’an.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda yang artinya, “Sesungguhnya orang yang paling aku cintai di antara kalian adalah orang yang paling baik akhlaknya‘. Dan beliau juga bersabda: “Ambillah bacaan Al Qur’an dari empat orang. Yaitu dari ‘Abdullah bin Mas’ud, kemudian Salim, maula Abu Hudzaifah, lalu Ubay bin Ka’ab dan Mu’adz bin Jabal.” (Hadits riwayat Al-Bukhari dan Muslim).
Jadi kalau kita telusuri guru dari guru kita terus guru dari guru-guru kita dan seterusnya maka terhubung kepada Imam Mazhab yang empat yang bertemu dan bertalaqqi dengan Salafush Sholeh yang bertemu dan bertalaqqi (mengaji) dengan Sayyidina Muhammad Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
Silahkan telusurilah melalui apa yang disampaikan oleh Al Imam Al Haddad dan yang setingkat dengannya, sampai ke Al Imam Umar bin Abdurrahman Al Attos dan yang setingkat dengannya, sampai ke Asy’syeh Abubakar bin Salim, kemudian Al Imam Syihabuddin, kemudian Al Imam Al Aidrus dan Syeh Ali bin Abibakar, kemudian Al Imam Asseggaf dan orang orang yang setingkat mereka dan yang diatas mereka, sampai keguru besar Al Fagih Almuqoddam Muhammad bin Ali Ba’alawi Syaikhutthoriqoh dan orang orang yang setingkat dengannya, sampai ke Imam Al Muhajir Ilallah Ahmad bin Isa dan orang orang yang setingkat dengannya.
Sejak abad 7 H di Hadramaut (Yaman), dengan keluasan ilmu, akhlak yang lembut, dan keberanian, Imam Ahmad Al Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali Al Uraidhi bin Ja’far Ash Shodiq bin Muhammad Al Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Husain ra beliau berhasil mengajak para pengikut Khawarij untuk menganut madzhab Syafi’i dalam fiqih , Ahlus Sunnah wal jama’ah dalam akidah (i’tiqod) mengikuti Imam Asy’ari (bermazhab Imam Syafi’i) dan Imam Maturidi (bermazhab Imam Hanafi) serta tentang akhlak atau tentang ihsan mengikuti ulama-ulama tasawuf yang mutakbaroh dan bermazhab dengan Imam Mazhab yang empat. Di Hadramaut kini, akidah dan madzhab Imam Al Muhajir yang adalah Sunni Syafi’i, terus berkembang sampai sekarang, dan Hadramaut menjadi kiblat kaum sunni yang “ideal” karena kemutawatiran sanad serta kemurnian agama dan aqidahnya.
Dari Hadramaut (Yaman), anak cucu Imam Al Muhajir menjadi pelopor dakwah Islam sampai ke “ufuk Timur”, seperti di daratan India, kepulauan Melayu dan Indonesia. Mereka rela berdakwah dengan memainkan wayang mengenalkan kalimat syahadah , mereka berjuang dan berdakwah dengan kelembutan tanpa senjata , tanpa kekerasan, tanpa pasukan , tetapi mereka datang dengan kedamaian dan kebaikan. Juga ada yang ke daerah Afrika seperti Ethopia, sampai kepulauan Madagaskar. Dalam berdakwah, mereka tidak pernah bergeser dari asas keyakinannya yang berdasar Al Qur’an, As Sunnah, Ijma dan Qiyas
Prof.Dr.H. Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA) dalam majalah tengah bulanan “Panji Masyarakat” No.169/ tahun ke XV11 15 februari 1975 (4 Shafar 1395 H) halaman 37-38 menjelaskan bahwa pengajaran agama Islam di negeri kita diajarkan langsung oleh para ulama keturunan cucu Rasulullah seperti Syarif Hidayatullah atau yang dikenal dengan Sunan Gunung Jati. Berikut kutipan penjelasan Buya Hamka
***** awal kutipan ****
“Rasulallah shallallahu alaihi wasallam mempunyai empat anak-anak lelaki yang semuanya wafat waktu kecil dan mempunyai empat anak wanita. Dari empat anak wanita ini hanya satu saja yaitu (Siti) Fathimah yang memberikan beliau shallallahu alaihi wasallam dua cucu lelaki dari perkawinannya dengan Ali bin Abi Thalib. Dua anak ini bernama Al-Hasan dan Al-Husain dan keturunan dari dua anak ini disebut orang Sayyid jamaknya ialah Sadat. Sebab Nabi sendiri mengatakan, ‘kedua anakku ini menjadi Sayyid (Tuan) dari pemuda-pemuda di Syurga’. Dan sebagian negeri lainnya memanggil keturunan Al-Hasan dan Al-Husain Syarif yang berarti orang mulia dan jamaknya adalah Asyraf.
Sejak zaman kebesaran Aceh telah banyak keturunan Al-Hasan dan Al-Husain itu datang ketanah air kita ini. Sejak dari semenanjung Tanah Melayu, kepulauan Indonesia dan Pilipina. Harus diakui banyak jasa mereka dalam penyebaran Islam diseluruh Nusantara ini. Diantaranya Penyebar Islam dan pembangunan kerajaan Banten dan Cirebon adalah Syarif Hidayatullah yang diperanakkan di Aceh. Syarif kebungsuan tercatat sebagai penyebar Islam ke Mindanao dan Sulu. Yang pernah jadi raja di Aceh adalah bangsa Sayid dari keluarga Jamalullail, di Pontianak pernah diperintah bangsa Sayyid Al-Qadri. Di Siak oleh keluaga Sayyid bin Syahab, Perlis (Malaysia) dirajai oleh bangsa Sayyid Jamalullail. Yang dipertuan Agung 111 Malaysia Sayyid Putera adalah Raja Perlis. Gubernur Serawak yang ketiga, Tun Tuanku Haji Bujang dari keluarga Alaydrus.
Kedudukan mereka dinegeri ini yang turun temurun menyebabkan mereka telah menjadi anak negeri dimana mereka berdiam. Kebanyakan mereka jadi Ulama. Mereka datang dari hadramaut dari keturunan Isa Al-Muhajir dan Fagih Al-Muqaddam. Yang banyak kita kenal dinegeri kita yaitu keluarga Alatas, Assegaf, Alkaff, Bafaqih, Balfaqih, Alaydrus, bin Syekh Abubakar, Alhabsyi, Alhaddad, Al Jufri, Albar, Almusawa, bin Smith, bin Syahab, bin Yahya …..dan seterusnya.
Yang terbanyak dari mereka adalah keturunan dari Al-Husain dari Hadramaut (Yaman selatan), ada juga yang keturunan Al-Hasan yang datang dari Hejaz, keturunan syarif-syarif Makkah Abi Numay, tetapi tidak sebanyak dari Hadramaut. Selain dipanggil Tuan Sayid mereka juga dipanggil Habib. Mereka ini telah tersebar didunia. Di negeri-negeri besar seperti Mesir, Baqdad, Syam dan lain-lain mereka adakan NAQIB, yaitu yang bertugas mencatat dan mendaftarkan keturunan-keturunan Sadat tersebut. Disaat sekarang umum- nya mencapai 36-37-38 silsilah sampai kepada Sayyidina Ali bin Abi Thalib dan Sayyidati Fathimah Az-Zahra ra.
****** akhir kutipan ******
Untuk ilmu dunia saja orang tidak bisa sekedar belajar dari buku dan mengaku-ngaku dirinya serorang dokter. Apakah mau di operasi oleh orang yang tidak pernah kuliah di fakultas kedokteran, tetapi hanya belajar ilmu kedokteran dari buku-buku saja?
Untuk masalah dunia saja kita tidak mau dan tidak akan membolehkan orang mengaku-ngaku berprofesi tertentu tanpa sanad keilmuan. Apalagi masalah akhirat!! masak seorang disebut sebagai muhaddist, padahal cuma belajar dari buku…
Boleh kita belajar agama dari membaca buku atau dari mbah google asalkan ada seorang ulama untuk tempat kita bertanya sehingga ulama tersebut dapat mengkoreksi atau menegur kita jika tidak sesuai dengan apa yang telah di sampaikan oleh lisannya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berdasarkan apa yang beliau dapatkan dari guru beliau dan dari guru dari guru beliau dan terus sampai tersambung kepada lisannya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
salafi itu artinya pengikut salaf mas, pendahulu, pendahulu yang mana?pendahulu kita yg shalih, safunash shalih… Kita mengikuti pemahaman mereka dlm memahami al qur’an dan as sunnah, krn merekalah yg telah mendapat pujian sebagai generasi terbaik, mereka pula yg Allah telah puji dengan keridla’an, Allah ridla kepada mereka dan merekapun ridla kepada Allah. Itulah mereka pendahulu, salaf kita yg shalih yg hendaknya kita beraga sebagaimana mereka beragama. Dan demikianlah yg dimaukan dgn istilah salafy, pengikut salaf, salaf yg shalih. Jadi, berlebihan jika anda mempermasalahkan manhaj salaf, salaf siapa yg diikuti?salaf ada yg baik dan ada yg buruk. Masa anda tidak mendapati penjelasan yg seperti ini dari para ustadz yg menisbahkan dirinya kpd manhaj salafy, jika anda memang jujur? Jika anda belum mengetahuinya, semoga penjelasan yg masih ringkas d atas dpt membuat anda paham apa yg dimaukan dengan salafy, amin…
Tentu ini lebih baik dr pada anda memaksakan diri kepada sebuah pendapat yg sebenarnya jauh dari keadaan yg sebenarnya tentang pendapat yg anda yakini… Lain hanya jika ada niatan cuma ingin menjelek-jelekkan, meskipun dgn cara yg tidak ilmiah…
mengapa hanya dibatasi dgn muhammad bin abdul wahhab dan ibnu taimiyah saja, di mana para ulama dari kalangan sahabat, tabi’in, dan tabiuttabi’in yang mereka menjadi rujukan salafiyyin dalam memahami al qur’an dan assunnah jika anda bersikap adil dan jujur? Atau lagi2 anda belum mengetahui tetapi memaksakan diri mengambil kesimpan tentang salafy? Coba anda baca kembali komentar singkat saya, kemudian ikhlaskan diri ngaji kepada ustadz salafy, insya Allah anda akan dapati penjelasan mengikuti pemahaman para ulama salafush shalih.
Rujukan salaf(i) ?
Apakah antum menganggap muslim yang lain tidak merujuk kepada Salafush Sholeh ?
Mengaji kepada salaf(i)?
Sebagian muslim telah berkonsultasi dengan saya dan juga menceritakan kepada saya, apa yang terjadi kepada mereka setelah mengikuti pengajian kaum salaf(i). Mungin juga mereka mengaji dengan ulama para pengaku salaf(i), wallahu a’alam
Silahkan baca tulisan yang lain
atau
Lha memang demikian yang dimaukan dengan istilah salafy, pengikut salafush shalih… Maka siapapun dari kalangan kaum muslimin, di tempat dan di waktu manapun, yang ia memahami dalil2 syariat dengan pemahaman salafush shalih, maka itulah yg dimaukan dengan istilah salafy. Jadi bukanlah yg dimaksud salafy itu kelompok tertentu atau pemikiran tertentu dari kelompok-kelompok yang ada dalam tubuh umat Islam, bukan sama sekali…
Sebagian muslim lainnya yang mengikuti Salafush sholeh namun mereka tidak menamakan diri atau kaum mereka salaf(i), karena mereka mengetahui perbedaan pemahaman dengan salaf(i) yakni pembagian tauhid menjadi tiga. Mereka tidak menganggap adanya perbedaan antara Tauhid Rububiyah dan Tauhid Uluhiyah. Mereka juga tidak sependapat dengan salaf(i) yang memaknai dzahir sifatNya yang diuraikan dalam ayat-ayat mutasyabihat. Mereka menyerahkan maknanya kepada Allah atau sebagian lain memaknainya dengan yang lain untuk menjelaskan dan menghilangkan awhaam (khayalan dan syak wasangka) atau mencegah kekufuran karena menyerupai kaum musyabbihah atau mujasimah.
Silahkan baca juga tulisan pada
Al Imam Ahmad ar-Rifa’i (W. 578 H) dalam al Burhan al Muayyad berkata: “Jagalah aqidah kamu sekalian dari berpegang kepada zhahir ayat al Qur’an dan hadits Nabi Muhammad shallallahu ‘alayhi wasallam yang mutasyabihat sebab hal ini merupakan salah satu pangkal kekufuran“.
Jadi kita harus dapat membedakan , yang mana yang mengikuti Salafush sholeh dan yang mana yang mengikuti orang yang berupaya mengikuti Salafush Sholeh atau dikenal dengan Salaf(i) atau Wahabi. Orang yang berupaya mengikuti Salafush sholeh antara lain Ibnu Taimiyah dan Muhammad ibnu Abdul Wahab. Bagaimana hasil upaya mereka silahkan pahami sendiri.
Tentu saja orang yang Anda kategorikan sebagai Wahabi meradang, lah Anda yang katanya juga tidak sepakat dengan Islam Liberal hanya mengetengahkan bantahan dan ajakan keluar dari wahabi tapi tidak ada rubrik khusus bantahan terhadap IslamLib dan ajakan untuk meninggalkan Islam Lib.
Kalau Anda mau terlihat imparsial, sila menghadirkan bantahan terhadap dua-duanya, IslamLib dan wahabi. Juga sekalian dengan muslim yang sering menyernag-nyerang itu, itu juga perlu dinasehati….
Saya harap Anda bisa menjadi imparsial….
Wallohu a’alm.
Islam Liberal, sudah jelas dengan adanya Fatwa MUI.
Klo mau lihat pendapat saya tentang Liberalisme, silahkan baca tulisan pada
bismillah…
Pembagian tauhid menjadi tiga adalah hasil dari penelitian thd nash al qur’an dan as sunnah. Sebagaimana dalam hal fiqih, shalat misalnya, dahulunya tidak dikenal istilah syarat shalat, wajib shalat, rukun shalat, dsb. Kemudian, para ulama melakukan penelitian thd dalil2 tentang shalat dan agar umat lebih mudah mempelajari dan mengamalkannya, maka muncullah konsep tentang rukun shalat, syarat syah shalat, dll. Maka demikian pula dengan pembagian tauhid menjadi tiga. Tauhid asalnya satu, mengesakan Allah. Akan tetapi, agar umat lebih mudah memahami dan merealisasikan tauhid tsb maka para ulama yg melakukan penelitian thd nash2 membagi tauhid mjd 3. Bahwasanya ayat2 tentang tauhid datang dalam berbagai bentuk, ada yg menerangkan perbuatan-perbuatan Allah seperti mencipta alam semesta, mengaturnya, memberi rizki, menurunkan hujan, dan sebagainya, yang kemudian diistilahkan dengan tauhid rububiyah. Datang juga ayat dalam bentuk keterangan tentang nama-nama dan sifat-Nya yang mulia lagi agung yg kemudian dikenal dgn tauhid asma dan sifat. Juga ayat ayat yang datang menerangkan kewajiban hamba agar beribadah hanya kepada Allah semata, menyembah kepada-Nya dan meninggalkan peribadahan kepada yang selain Dia, yang kemudian dikenal dengan tauhid uluhiyyah. Jadi pembagian ini bukan sesuatu yg mengada-ada akan tetapi dia adalah hasil dari penelitian terhadap al qur’an dan as sunnah tentang tauhid.
Terkait ayat-ayat sifat, maka kita menerimanya sebagaimana datangnya, kita maknai ayat tersebut sebagaimana adanya, adapun bagaimananya atau kaifiyahnya, kita serahkan hal itu kepada Allah. Akan tetapi untuk maknanya, maka kita tetapkan sebagaimana ia datang, Allah menetapkan bahwa Ia mempunyai tangan, maka kita tetapkan bahwa Ia punya tangan. Seperti apa tangan Allah, itu yg kita tidak tahu dan tidak mengatakan bagaimananya, karena Allah tidak mengabarkan bagaimana tangannya, sehingga kita tidak boleh berangan-angan bagaimana tangan Allah. Tapi kita tetapkan Allah mempunyai tangan yang sesuai dengan keagungan dan ketinggian-Nya, kenapa? Karena Allah sendirilah yang menerangkan bahwa Ia mempunyai tangan. Maka apa alasannya kita menolak sifat tangan sementara Allah sendiri menetapkan.
Sebagian kita barangkali mengatakan kalau kita tetapkan Allah punya tangan berati kita menyamakan Allah dengan mahluk, dong.. Jawabannya tidak demikian. Allah berfirman: ‘Tidak ada sesuatu yang serupa dengan-Nya, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat’. Kita sering mendapati potongan ayat ‘tiada sesuatu yang serupa dengan-Nya’ dibawakan penulis ketika berbicara tentang ayat sifat, tetapi sayang tidak dibawakan potongan selanjut-Nya ‘dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat’. Padahal dari ayat ini ada kaidah penting yg diambil para ulama dalam membahas asma dan sifat. Yang pertama dalam potongan ayat ‘tidak ada sesuatu yg serupa dengan-Nya’ kita mensucikan sifat Allah dari sama dengan mahluk-Nya. Allah tidak sama dengan mahluk-Nya, akan sifatnya sesuai dengan keagungan dan kebesaran-Nya. Meskipun demikian, kita
meskiun demikian, kita mensucikan Ia dari sama dengan mahluk-Nya bukan berati kita menolak sifat yang telah Ia tetapkan sendiri dalam firman-Nya, karena kelanjutan dari ayat ini adalah ‘dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat’. Dalam ayat ini Allah menetapkan bahwa Ia Maha Mendengar lagi Maha Melihat. Jika Allah telah menetapkan, maka untuk alasan apa kita menolaknya, atau memalingkan kepada makna yang lain dalam keadaan al qur’an turun dalam bahasa yang jelas, yang bisa dipahami maknanya? Maka kita tetapkan sebagaimana Allah tetapkan, termasuk sifat tangan bagi-Nya, adapun hakikat bagaimana tangan Allah, kita tidak mengetahuinya, hal itulah yang kita serahkan kepada Allah. Pasti tidak sama dengan mahluk-Nya, akan tetapi sesuai dengan keagungan dan kebesaran-Nya.
Wallahu a’lam..
Benar, Dia telah menetapkan, namun ulil albab mengambil pelajaran akan firman Allah atas kehendakNya, dalam bentuk karunia pemahaman yang dalam (al-hikmah) bukan pemahaman secara dzahir.
Adalah para sahabat, mereka juga ulil albab, bahkan lebih utama dari orang-orang yang datang setelah mereka. Dan Al Qur’an, turun dalam bahasa mereka, bahasa arab yang tentu mereka sangat paham makna-maknanya. Dalam keadaan demikian, ternyata kita tidak dapati riwayat bahwa mereka mamaknai ayat-ayat tentang sifat Allah, mereka palingkan maknanya kepada makna yang lain yang tidak sesuai dengan lafadz ayat yang datang. Tidak kita dapati, ketika Allah menerangkan bahwa ia punya tangan, mereka memalingkan makna tangan kepada kekuasaan misalnya. Ketika Allah terangkan bahwa Ia mempunyai sifat wajah, tidak kita dapati bahwa mereka memalingkan makna wajah kepada makna yang lain.
Apakah kemudian kita akan mengatakan bahwa yang demikian itu berati menyamakan Allah dengan mahluk, jawabannya tidak. Kita tetapkan apa yang Allah tetapkan bagi-Nya, dan kita nafikan apa yang Allah nafikan bagi-Nya. Maka jika Allah telah tetapkan bahwa ia mempunyai tangan, maka kita harus mengimaninya, kita tetapkan bahwa Allah mempunyai tangan. Ketika Allah tetapkan bahwa Ia mempunyai wajah, maka kitapun harus mengimaninya, dan menetapkan bahwa Allah mempunyai wajah. Jika demikian, apakah berati kita menyamakan Allah dengan mahluk-Nya. Tentu tidak? Kita tetapkan sifat yang demikian karena Allah telah tetapkan sifat tersebut bagi-Nya, tetapi kita juga katakan bahwa tangan Allah tidak seperti tangan mahluk-Nya, wajah Allah tidak seperti wajah mahluk-Nya, akan tetapi sesuai dengan keagungan dan kemuliaan-Nya.
Allah berfirman :”Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan-Nya, dan Dia Maha Mendengar Lagi Maha Melihat”.
Dan sungguh beruntung, seseorang yang diberi kemudahan oleh Allah untuk mampu mengambil pelajaran dari nama-nama dan sifat-sifat-Nya, misalnya ketika Allah terangkan bahwa Ia Maha Melihat, maka iapun meyakininya dan mengambil pelajaran darinya sehingga bertambahlah rasa takutnya kepada Allah, ketika ia hendak berbuat maksiat, ia teringat bahwa Allah Maha Melihat perbuatan hamba-hamba-Nya. Maka iapun mengurungkan niatan maksiatnya karena merasa perbuatan-Nya dilihat oleh yang Maha Melihat, Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Tentu, yang demikian bukan dengan memalingkan sifat-sifat yang telah Allah tetapkan bagi diri-Nya. Akan tetapi, ia tetapkan sifat tersebut bagi Allah, dan ia sucikan sifat Allah tersebut dari sama dengan mahluk-Nya.
Wallahu a’lam…
Ayat Mutasyabihat adalah ayat yang mempunyai makna samar (tidak jelas), lebih dari satu. Lawan dari ayat muhkamat.
Contoh firman Allah, yang artinya
“Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa” (QS adz Dzaariyat [51]: 47)
lafadz dzahirnya bi aidiw , makna dzahirnya “dengan tangan”, di ta’wilkan menjadi “dengan kekuasaan”
Firman Allah, artinya: “Tidak ada yang mengetahui takwilnya (ayat-ayat mutasyabihat) kecuali Allah dan orang-orang yang mendalam ilmunya” (Q.S. Ali Imran: 7)
Dalam hadits disebutkan bahwa Nabi berdoa untuk Ibn Abbas: “Ya Allah ajarilah ia hikmah dan (kemampuan untuk) mentakwil al Qur’an” (H.R. al Bukhari, Ibnu Majah dan al Hafizh Ibn al Jawzi)
Ibnu Abbas mengatakan: “Yang dimaksud bi aidiw dalam adz dzaariyat : 47 adalah “dengan kekuasaan”, bukan maksudnya tangan yang merupakan anggota badan (jarihah) kita, karena Allah maha suci darinya.
Ada dua manhaj dalam memaknai ayat-ayat mutasyabihat
1. Madzhab tafwidh ma’a tanzih yaitu mengambil (membaca dan mengimani) dzahir lafadz dan menyerahkan maknanya kpd Allah swt, dg i’tiqad tanzih (mensucikan Allah dari segala penyerupaan)
2. Madzhab takwil yaitu menakwilkan ayat/hadist tasybih sesuai dg keesaan dan keagungan Allah swt, dan madzhab ini arjah (lebih baik untuk diikuti) karena terdapat penjelasan dan menghilangkan awhaam (khayalan dan syak wasangka) pada muslimin umumnya
Selengkapnya tentang ta’wil , silahkan baca tulisan
Intinya ta’wil untuk menghindari kekufuran dan untuk penjelasan dan menghilangkan awhaam (khayalan dan syak wasangka)
Silahkan antum jika mempertahankan bahwa,
Allah mempunyai wajah, walaupun wajahNya tidak serupa dengan makhluk
Allah mempunyai tangan, walaupun tanganNya tidak serupa dengan makhluk
Salah paham?wajar, yg penting ada keinginan utk introspeksi diri dengan belajar dan belajar lagi. Yg tdk salah paham sesama ulama sufi/tasawuf,terkecuali disalah pahami oleh pentafsir kitab. Dan yg demikian juga wajar,karena orang lain yg mengarang orang lain yg mentafsir.
blog yang bagus dan santun, mohon ijin kang saya mo copy / download artikelnya
Alhamdulillah, silahkan disebarluaskan agar kita dapat turut meluruskan kesalahpahaman-kesalahpahaman yang ada.
Bismillaah…
” SIAPAKAH WAHABI? ”
Silahka di baca di http://kaahil.wordpress.com/2008/12/22/siapakah-wahabi/
Mas Muslim Salafy, tentang sekte atau firqoh Wahabi telah disampaikan dalam tulisan pada https://mutiarazuhud.wordpress.com/2012/06/16/sekte-wahabi/
Mohon izin untuk saya bagikan di facebook yang saya miliki
Silahkan. Semoga Allah ta’ala memudahkan dan meridhoi terhadap keinginan antum menyebarluaskannya.
Tulisan terkait
Tanpa disadari oleh sdr2 anda sendirilah yang telah memecah umat ini melalui artikel yang menyudutkan, berserah dirilah kepada Allah Doakan yang terbaik buat umat ini agar kelak kita sama sama menghadap kepadaNya dalam keadaan Islam dan Iman, Silahkan anda mempercayai ajaran Islam menurut ilmu yang sdr dapat dari ulama anda tapi tidak usah mengkritik pendapat yang lain
Kami hanya menyampaikan apa yang telah kami pahami.
Berikut cuplikan tanggapan Sayyid Muhammad bin Alwi al Maliki terhadap kaum Wahabi/Salafi masa sekarang.
Selengkapnya silahkan baca pada
https://mutiarazuhud.wordpress.com/2010/02/21/2010/08/18/ekstrem-dalam-pemikiran-agama/
he….he….abu salman apa ngga bid’ah itu pembagian Tauhid jad 3 …..semua bid’ah dholalah kata nt di blog lain …????
assalamu’alaikum….
kang blog ummati di blokir kah…? kangen baru mau buka kok hilang….
maaf diluar konten…makasih kang
Walaikumsalam..
iya blog ummati sedang di suspend oleh wordpress.com tapi belum ada kabar penyebabnya.
Ummati Press, on 10 Agustus, 2011 at 2:24 pm said:
Alhamdulillah, kami sangat berterimakasih atas partisipasinya yg penuh antusias dari teman-teman semuanya. Semoga dicatat Allah swt sebagai amal Shalih, barokallohu fikum ajma’iin, amin….
Besok kami akan cek sekaligus membayar sewa hostingnya. Insyaallah hari senin depan sudah bisa online kembali dg alamat nanti akan diumumkan di blog ini.
Adapun mengenai kelebihan dana tsb akan digunakan untuk memperpanjang sewa hosting dan domain tahun berikutnya.
Bersama ini sekaligus kami umumkan sekali lagi sebagaimana telah diumumkan oleh Ustadz Artikel Islami, bahwa no. Rek Bank tsb sudah tidak menerima sumbangan lagi.
Demikian, kami sangat berterimakasih kepada Ustadz Artikel Islami atas partisipasinya menjadi fasilitator suksesnya silaturrahmi yg sangat unik ini.
Mohon sabar menunggu PENAMPAKAN kembali Ummati Press di dunia maya. Terima kasih tak lupa kami sampaikan kepada all Aswaja pecinta Ummati Press, lebih-lebih khususnya kepada para donatur yg telah ihlas menyumbangkan dananya………
kabarnya di artikel islami bang …..
Alhamdulillah, terima kasih mas Mamo atas infonya
http://artikelislami.wordpress.com/2011/08/03/blog-pengkritik-wahhabi-diblokir-wordpress/
Assalamu’alaikum..
Maaf, saya mua’alaf.. yg saya pelajari dlm perpustakaan teologi dahulu, istilah wahhabi memang disengaja dihembus2kan yahudi & bangsa2 kolonial (dahulu & sampai sekarang) untuk mencegah kembalinya umat islam kepada syari’at islam yg murni, yg kala itu ada seorang ustadz/syaikh bernama Muhammad bin Abdul Wahhab menggelorakan semangat kembali ke syari’at islam yg dibawa ulama2 terdahulu (yg berujung pd syari’at yg msh murni dibawa Rasulullah).
Itulah Yahudi & para kolonial, tidak menghendaki (utamanya, tdk menghendaki umat islam kuat didunia dgn mempelajari & mengamalkan syari’at yg benar), maka dibuatlah makar..tuduhan aneh2 thd ustadz/syaikh wahhab & jg kpd ustadz/syaikh masa kini (sampai sekarang). Kasusnya tdk beda dg Imam as-Syafi’i dahulu kala yg jg sering dituduh syi’ah (pdhl syi’ah adlh bikinan abdullah bin saba’ yg seorang yahudi). Gak jauh dari masa kita skrg, para ulama2 kita jaman perjuangan dahulu selalu dikejar2 & difitnah macan2 oleh penjajah belanda.
Kesimpulannya, jangan takut belajar syari’at islam yg murni deh.. pelajari al-qur’an & sunnah2 yg shahih jaman sekarang tidaklah sulit spt jmn dahulu saya waktu blm ada internet koq.. Jalani sunnah Rasulullah yg shahih jgn geli dg sebutan aneh2 (krn sudah risikonya jalani sunnah yg shahih diakhir zaman pasti dicoba oleh Allah dg ujian2) disebut wahhabi lah.. salaf lah.. terlalu tunduk nurut ikuti perintah Allah & Rasulullah lah.. Krn, pngalaman saya klo diluar negeri tdk saya jumpai tuduhan aneh2 spt didlm negeri sendiri. Namun Alhamdulilah, kajian2 ilmu agama islam dg metode salaf semakin pesat di indonesia jg lbh bisa diterima oleh akal & hati..terutama oleh kita2 yg mu’alaf yg selalu mencari inti kebenaran (bkn mencari kebanyakan).
Ada sedikit saran buat yg punya blog, lebih jujurlah dalam menyampaikan sesuatu.. bahasa2 mas memang nampak indah, manis, sejuk.. namun dibalik itu msh banyak menyimpan-menebar kebencian, kebohongan, amarah, tuduhan2, fitnah2..dsb. Ber-islamlah dengan kaffah.. Allah yg menurunkan & Allah pula yg menjaganya (ke otentikan/keaslian-nya sampai kiamat). Islam itu indah.. Sukses semuanya..
Walaikumsalam
Mas Adeniel, jadi menurut pendapat antum hanya Muhammad bin Abdul Wahhab yang membawa syari’at yg msh murni sebagaimana yang dibawa Rasulullah ?
Dari mana Muhammad bin Abdul Wahhab mengaetahui syariat yang masih murni sebagaimana yang dibawa oleh Rasulullah ?
Sebagian besar beliau mengetahui syariat yang dibawa oleh Rasulullah melalui tulisan atau lafadz ulama salaf yang sholeh. Apakah pemahaman beliau pasti benar ? Belum tentu dan beliau tidak dikenal sebagai Imam Mujtahid Mutlak
Oleh karenanya lebih baik kita mengikuti pemahaman Imam Mujtahid Mutlak atau Imam Mazhab yang empat. Mereka masih bertemu langsung dengan minimal Tabi’ut Tabi’in. Merekalah yang melihat implementasi pemahaman Salaf yang sholeh terhadap syariat yang dibawa oleh Rasulullah. Para Imam Mazhab melihat dan menuliskan dalam kitab fikih agar kita yang tidak melihat langsung Salafush Sholeh dapat seolah melihat melalui kitab fikih mereka.
Assalamualaikum Wr. WB.
Teruslah berjuang mas dengan blog yang sangat baik ini. Biarkan mereka yang tak sependapat dengan kita membiri komentar miring atas isi blog ini karena memang mereka tidak mengerti apa yang mereka pahami. Mereka hanya mengambil hujjah hanya dari satu sisi saja sedangkan hujjah yang lain mereka tinggalkan. Sehingga mereka merasa paling benar sendiri. Saya selalu mendukung akan kelanjutan artikel-artikel yang mas tulis di blog ini.
wassalamu’alaikum wr. wb.
@Adeniel
Mhn maaf saya salut sama Anda sebagai seorang mualaf sudah bersikap seolah-olah paling mengetahui masalah aqidah dan hukum Islam. Untuk meyakinkan saya, sudikah Anda bersumpah demi Allah bahwa Anda seorang mualaf? Terima kasih saudara muslimku.
AssWrWb. Saya minta izin untuk mengcopy artikel2 Kang Dzon untuk bahan bacaan kami semoga menjadi ilmu yang manfaat barokah.amien.
Buat blog ini terus aja berjuang jangan hiraukan ocehan orang yang mau menerima pemikiran2 .
WssWrWb
Wong NU Malang
Walaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah, kang Lutfie silahkan di copy dan disebarluaskan.
Oh ya nama kami Zon bukan Dzon nanti kami harus selamatan kalau sampai mengubah nama.
Wassalam
TERUS CERAHKAN UMAT INI ZON, FAHAM WAHABI INI ADALAH FAHAM YG MERUSAK PERSATUAN UMAT ISLAM INI.
SEDIKIT2 MERASA BENAR PADAHAL BENARNYA SEDIKIT
SEDIKIT2 BACA TERJAMAHAN PADAHAL TERJAMAHANYA SEDIKIT
SEDIKIT2 KAFIRKAN MUSLIM MAYORITY PADAHAL WAHABI SEDIKIT
YA EMANG SERBA SEDIKIT , DOAKAN SAJA SEDIKIT2 NYA MENJADI SEDIKIT. SEDIKIT MULUT,SEDIKIT TAKFIR, SEDIKIT HUJAT DAN SEDIKIT MALU BIAR GA MALU MALUIN UMAT ISLAM . BIAR KAFIR ZIONIS KAGA HAA HAA HAAA.
Perlu diketahui oleh setiap kaum Muslimin dimanapun mereka berada bahwasanya firqoh Wahabi adalah Firqoh yang sesat, yang ajarannya sangat berbahaya bahkan wajib untuk dihancurkan. Tentu hal ini membuat kita bertanya-tanya, mungkin bagi mereka yang PRO akan merasa marah dan sangat tidak setuju, dan yang KONTRA mungkin akan tertawa sepuas-puasnya.. Maka siapakah sebenarnya Wahabi ini??
Bagaimanakah sejarah penamaan mereka??
Marilah kita simak dialog Ilmiah yang sangat menarik antara Syaikh Muhammad bin Sa’ad Asy Syuwai’ir dengan para masyaikh/dosen-dosen disuatu Universitas Islam di Maroko
Salah seorang Dosen itu berkata: “Sungguh hati kami sangat mencintai Kerajaan Saudi Arabia, demikian pula dengan jiwa-jiwa dan hati-hati kaum muslimin sangat condong kepadanya,dimana setiap kaum muslimin sangat ingin pergi kesana, bahkan antara kami dengan kalian sangat dekat jaraknya. Namun sayang, kalian berada diatas suatu Madzhab, yang kalau kalian tinggalkan tentu akan lebih baik, yaitu Madzhab Wahabi.”
Kemudian Asy Syaikh dengan tenangnya menjawab: “Sungguh banyak pengetahuan yang keliru yang melekat dalam pikiran manusia, yang mana pengetahuan tersebut bukan diambil dari sumber-sumber yang terpercaya, dan mungkin kalian pun mendapat khabar-khabar yang tidak tepat dalam hal ini.
Baiklah, agar pemahaman kita bersatu, maka saya minta kepada kalian dalam diskusi ini agar mengeluarkan argumen-argumen yang diambil dari sumber-sumber yang terpercaya,dan saya rasa di Universitas ini terdapat Perpustakaan yang menyediakan kitab-kitab sejarah islam terpercaya. Dan juga hendaknya kita semaksimal mungkin untuk menjauhi sifat Fanatisme dan Emosional.”
Dosen itu berkata : “saya setuju denganmu, dan biarkanlah para Masyaikh yang ada dihadapan kita menjadi saksi dan hakim diantara kita.”
Asy Syaikh berkata : “saya terima, Setelah bertawakal kepada Allah, saya persilahkan kepada anda untuk melontarkan masalah sebagai pembuka diskusi kita ini.”
Dosen itu pun berkata :
“Baiklah kita ambil satu contoh, ada sebuah fatwa yang menyatakan bahwa firqoh wahabi adalah Firqoh yang sesat. Disebutkan dalam kitab Al-Mi’yar yang ditulis oleh Al Imam Al-Wansyarisi, beliau menyebutkan bahwa Al-Imam Al-Lakhmi pernah ditanya tentang suatu negeri yang disitu orang-orang Wahabiyyun membangun sebuah masjid, “Bolehkan kita Sholat di Masiid yang dibangun olehorang-orang wahabi itu ??” maka Imam Al-Lakhmi pun menjawab: “Firqoh Wahabiyyah adalah firqoh yang sesat, yang masjidnya wajib untuk dihancurkan, karena mereka telah menyelisihi kepada jalannya kaum mu’minin, dan telah membuat bid’ah yang sesat dan wajib bagi kaum muslimin untuk mengusir mereka dari negeri-negeri kaum muslimin “.
(wajib kita ketahui bahwa Imam Al-Wansyarisi dan Imam Al-Lakhmi adalah ulama ahlusunnah)
Dosen itu berkata lagi : “Saya rasa kita sudah sepakat akan hal ini, bahwa tindakan kalian adalah salah selama ini,”
Kemudian Asy Syaikh menjawab : ”Tunggu dulu..!! kita belum sepakat, lagipula diskusi kita ini baru dimulai, dan perlu anda ketahui bahwasannya sangat banyak fatwa yang seperti ini yang dikeluarkan oleh para ulama sebelum dan sesudah Al-Lakhmi, untuk itu tolong anda sebutkan terlebih dahulu kitab yang menjadi rujukan kalian itu !”
Dosen itu berkata: ”Anda ingin saya membacakannya dari fatwanya saja, atau saya mulai dari sampulnya ??”
Asy Syaikh menjawab: ”Dari sampul luarnya saja.”
Dosen itu kemudian mengambil kitabnya dan membacakannya: ”Namanya adalah Kitab Al-Mi’yar, yang dikarang oleh Ahmad bin Muhammad Al-Wansyarisi. Wafat pada tahun 914 H di kota Fas, di Maroko.”
Kemudian Asy Syaikh berkata kepada salah seorang penulis di sebelahnya: “Wahai syaikh, tolong catat baik- baik, bahwa Imam Al-Wansyarisi wafat pada tahun 914 H. Kemudian bisakah anda menghadirkan biografi Imam Al- Lakhmi??”
Dosen itu berkata: “Ya.”
Kemudian dia berdiri menuju salah satu rak perpustakaan, lalu dia membawakan satu juz dari salah satu kitab-kitab yang mengumpulkan biografi ulama. Didalam kitab tersebut terdapat biografi Ali bin Muhammad Al-Lakhmi, seorang Mufti Andalusia dan Afrika Utara.
Kemudian Asy Syaikh berkata : “Kapan beliau wafat?”
Yang membaca kitab menjawab: “Beliau wafat pada tahun 478 H“
Asy Syaikh berkata kepada seorang penulis tadi: “Wahai syaikh tolong dicatat tahun wafatnya Syaikh Al-Lakhmi” kemudian ditulis.
Lalu dengan tegasnya Asy Syaikh berkata : “Wahai para masyaikh….!!! Saya ingin bertanya kepada antum semua …!!! Apakah mungkin ada ulama yang memfatwakan tentang kesesatan suatu kelompok yang belum datang (lahir) ???? kecuali kalau dapat wahyu????”
Mereka semua menjawab : “Tentu tidak mungkin, Tolong perjelas lagi maksud anda !”
Asy syaikh berkata lagi : “Bukankah wahabi yang kalian anggap sesat itu adalah dakwahnya yang dibawa dan dibangun oleh Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahhab????”
Mereka berkata : “Siapa lagi???”
Asy Syaikh berkata: “Coba tolong perhatikan..!!! Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab lahir pada tahun 1115 H dan wafat pada tahun 1206 H, …
Nah, ketika Al-Imam Al-Lakhmi berfatwa seperi itu, jauh RATUSAN TAHUN lamanya sebelum syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab lahir..bahkan sampai 22 generasi ke atas dari beliau sama belum ada yang lahir..apalagi berdakwah..
KAIF ??? GIMANA INI???” (Merekapun terdiam beberapa saat..)
Kemudian mereka berkata: “Lalu sebenarnya siapa yang dimaksud Wahabi oleh Imam Al-Lakhmi tersebut ?? mohon dielaskan dengan dalil yang memuaskan, kami ingin mengetahui yang sebenarnya !”
Asy Syaikh pun menjawab dengan tenang : “Apakah anda memiliki kitab Al-Firaq Fii Syimal Afriqiya, yang ditulis oleh Al-Faradbil, seorang kebangsaan Francis ?”
Dosen itu berkata: “Ya ini ada”
Asy Syaikh pun berkata : “Coba tolong buka di huruf “wau” .. maka dibukalah huruf tersebut dan munculah sebuah judul yang tertulis “Wahabiyyah“
Kemudian Asy Syaikh menyuruh kepada Dosen itu untuk membacakan tentang biografi firqoh wahabiyyah itu.
Dosen itu pun membacakannya: ”Wahabi atau Wahabiyyah adalah sebuah sekte KHOWARIJ ABADHIYYAH yang dicetuskan oleh Abdul Wahhab bin Abdirrahman bin Rustum Al-Khoriji Al-Abadhi, Orang ini telah banyak menghapus Syari’at Islam, dia menghapus kewajiban menunaikan ibadah haji dan telah terjadi peperangan antara dia dengan beberapa orang yang menentangnya. Dia wafat pada tahun 197 H di kota Thorat di Afrika Utara. Penulis mengatakan bahwa firqoh ini dinamai dengan nama pendirinya, dikarenakan memunculkan banyak perubahan dan dan keyakinan dalam madzhabnya. Mereka sangat membenci Ahlussunnah.
Setelah Dosen itu membacakan kitabnya Asy Syaikh berkata : “Inilah Wahabi yang dimaksud oleh imam Al-Lakhmi, inilah wahabi yang telah memecah belah kaum muslimin dan merekalah yang difatwakan oleh para ulama Andalusia dan Afrika Utara sebagaimana yang telah kalian dapati sendiri dari kitab-kitab yang kalian miliki. Adapun Dakwah yang dibawa oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab yang didukung oleh Al-Imam Muhammad bin Su’ud-Rahimuhumallah-, maka dia bertentangan dengan amalan dakwah Khowarij, karena dakwah beliau ini tegak diatas kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wa sallam yang shahih, dan beliau menjauhkan semua yang bertentangan dengan keduanya, mereka mendakwahkah tauhid, melarang berbuat syirik, mengajak umat kepada Sunnah dan menjauhinya kepada bid ’ah, dan ini merupakan Manhaj Dakwahnya para Nabi dan Rasul.
(silahkan lihat kitab Al Kamil Oleh Ibnu Atsir)
Abdul Wahhab bin Abdirrahman bin Rustum Al-Khoriji Al-Abadhi adalah sosok lain. Sepak terjangnya tidak lah menjadi perhatian para ulama. Terjadinya jauh sebelum abad 12 H. Terlebih lagi dia tidak berasal dari Najd.
Yang dibacarakan orang banyak adalah ulama asal Najd yakni Muhammad bin Abdul Wahhab. Bahkan sebagian ulama berpendapat yang dimaksud dua tanduk setan dari Najd, salah satunya adalah Muhammad bin Abdul Wahhab
Bahkan ulama mereka sendiri Abdul Aziz bin Abdillah bin Bazz mentashhihkan kitab biografi Ulama Muhammad ibnu Abdil Wahhab karya Syaikh Ahmad ibn Hajar al- Butami yang menyampaikan bahwa Wahhabi adalah pengikut ulama Muhammad bin Abdul Wahhab
– Di halaman 59 disebutkan : ﻓﻘﺎﻣﺖ ﺍﻟﺜﻮﺭﺍﺕ ﻋﻠﻰ ﻳﺪ ﺩﻋﺎﺓ ﺍﻟﻮﻫﺎﺑﻴﻴﻦ “maka tegaklah revolusi di atas tangan para da’i Wahhabi”
– Di halaman 60 disebutkan : ﻋﻠﻰ ﺃﺳﺎﺱ ﻣﻦ ﺍﻟﺪﻋﻮﺓ ﺍﻟﺪﻳﻨﻴﺔ ﺍﻟﻮﻫﺎﺑﻴﺔ ﻓﻲ ﻣﻜﺔ “ atas dasar dari dakwah agama wahhabi di Mekkah” , ﻳﺪﻳﻨﻮﻥ ﺑﺎﻹﺳﻼﻡ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﺬﻫﺐ ﺍﻟﻮﻫﺎﺑﻲ , “mereka beragama dengan Islam atas Mazhab Wahhabi”
Begitupula dengan apa yang disampaikan oleh ulama abad 12 H yang hidup semasa dengan ulama Muhammad bin Abdul Wahhab.
Ulama madzhab Hanafi, al-Imam Muhammad Amin Afandi yang populer dengan sebutan Ibn Abidin, juga berkata dalam kitabnya, Hasyiyah Radd al-Muhtar sebagai berikut: “Keterangan tentang pengikut Muhammad bin Abdul Wahhab, kaum Khawarij pada masa kita. Sebagaimana terjadi pada masa kita, pada pengikut Ibn Abdil Wahhab yang keluar dari Najd dan berupaya keras menguasai dua tanah suci. Mereka mengikuti madzhab Hanabilah. Akan tetapi mereka meyakini bahwa mereka saja kaum Muslimin, sedangkan orang yang berbeda dengan keyakinan mereka adalah orang-orang musyrik. Dan oleh sebab itu mereka menghalalkan membunuh Ahlussunnah dan para ulamanya sampai akhirnya Allah memecah kekuatan mereka, merusak negeri mereka dan dikuasai oleh tentara kaum Muslimin pada tahun 1233 H.” (Ibn Abidin, Hasyiyah Radd al-Muhtar ‘ala al-Durr al-Mukhtar, juz 4, hal. 262).
Ulama madzhab al-Maliki, al-Imam Ahmad bin Muhammad al-Shawi al-Maliki, ulama terkemuka abad 12 Hijriah dan semasa dengan pendiri Wahhabi, berkata dalam Hasyiyah ‘ala Tafsir al-Jalalain sebagai berikut: “Ayat ini turun mengenai orang-orang Khawarij, yaitu mereka yang mendistorsi penafsiran al-Qur’an dan Sunnah, dan oleh sebab itu mereka menghalalkan darah dan harta benda kaum Muslimin sebagaimana yang terjadi dewasa ini pada golongan mereka, yaitu kelompok di negeri Hijaz yang disebut dengan aliran Wahhabiyah, mereka menyangka bahwa mereka akan memperoleh sesuatu (manfaat), padahal merekalah orang-orang pendusta.” (Hasyiyah al-Shawi ‘ala Tafsir al-Jalalain, juz 3, hal. 307).
ingat 70.000 ulama akan ikut Dajjal.Dajjal ADALAH RAJA YAHUDI.YAHUDI HUBUNGAN BAIK DENGAN SAUDI WALUPUN YAHUDI BANTAI ISLAM.SAUDI ADA ULAMA WAHABI.DIMANA ULAMA WAHABI BERKINDUNG? DIBENDERA……….?
Cerita wahabiyah rustumiyah populer diinternal salafi (wahabi). Apakah sebagai pembelokan maksud dari wahabi itu sendiri,atau sbg bentuk ‘tameng’ dari banyaknya penilaian negatif trhadap klompok ini,terkait metode dakwah yg,maaf, ekstrem (takfir,bid’ah,sesat)….?
Ana apresiatif dgn tulisan2 di blog ini,teruslah berkarya Bang Zon..mudah2an sedikit sumbangsih yg ente berikan,dapat memberi pemahaman kpd umat untk mengetahui mana yg faham aswaja dan mana yg bukan…mohon ijin u/copas..
Semoga Allah SWT redha dgn apa yg ente lakukan..
Salam ukhuwah..
Sekte wahabi adalah fitnah bagi umat islam sebagaimana dajjal yang akan membuat banyak orang islam dan tidak mengerti tentangnya akan mengikuti jalannya. Semuanya adalah kehendak Allah untuk menunjukkan bahwa sekarang ini umat islam sudah berada diakhir zaman. Perjuangan anda wahai saudaraku untuk menyanggah faham wahabi dan juga seperti Abu Salafi sangatlah mulia dan saya doakan semoga anda senantiasa diridhoi dan diberkahi oleh Allah SWT. Terus dan lanjutkan jihad anda untuk mencegah kekufuran sekte wahabi yang banyak menjerumuskan umat islam yang dangkal imu pengetahuannya serta orang awam yang tidak mengerti akan kesesatannya. Jazakumullahu khoiron.
manhaj salaf sebenarnya manhajnya wahabi.maunya disebut salafi(padahal ini adalah bid’ah)agama baru dari wahabi.apa yang dikatakan muhamad bin abdul wahab pasti benar ,mengkultuskan nabi Nuhammad SAW tidak boleh tapi mengkultuskan muhammad bin abdul wahab boleh.mersa palaing benar yang tidak sepaham sesat.saya belum pernah melihat orang islam yang yang sejahil wahabi tapi merasa lebih pintar dari ulama salaf.
Kang.. ijinkan aku Copy/Download (jadi speker sampean di FB-ku,) syukron
tiada daya dan upaya kecuali atas izin Alloh..
blog ini hanyalah salah satu blog dari sejuta blog yang tujuannya terarah khusus hanya menyerang yang mereka namakan wahabi, dengan mengatasnamakan akal manusia dan pemahaman masing2, tidak saya dapati tulisan2 disini adalah mengajak kepada kebenaran, saya hanya menangkap blog ini hanya sekedar bantahan dan bantahan, tidak membahas sesuatu yang fokus dalam beragama kecuali tentang kesalahan mereka (wahabi), dan saya merasa antara kalimat dalil yang diutarakan dengan penjelasannya tidak tepat dan tidak koheren..
tidak seperti ceramah2 ustadz yang mengaku bermanhaj salafushsholeh (siapapun dia) yang menjelaskan dalil yang langsung menghujam ke dalam rasionalitas, logika, dan hati..
subhanAlloh..
Betulkah Ibnu Abbas menakwil dalam surah Al muzzammil bil aidiw adalah tangan?minta referensinya dan telusuran tentang sanadnya,serta ulama yang mendukung hal itu. makasih.
Maaf betulkah wahhabi itu menghalalkan membunuh ulama ahlussunnah dan memusyrikkan orng islam yang lain?kayaknya ekstrim banget pernyataan tersebut,,mungkin bisa dikasihtau ulama wahhabi yang mengatakan hal itu?makasih kang zon.
afwan sepertinya admin sendiri membahas manhaj salaf ini tidak mengenal dan faham dengan apa yang berkembang selama ini tentang manhaj salaf dan cenderung mengenal lewat blog, tulisan, milis dan buku tanpa mengikuti pengajian salafi di beberapa jama’ah. Ini distorsi mas. Anda pun memaksakan pemahaman salafi versi anda untuk dituangkan di blog anda. Masa ulama salafi gak mengenal nahwu, shorof, balaghoh. Terkesan anda malah menonjolkan diri anda lah yang paling tahu bahasa arab. Mereka lahir di tanah arab dan mengenal bahasa ini sejak dari lahir. Di tingkatan ulama mereka mendalami semua apa yang anda katakan tsb. So jangan underestimate dulu.
Mas Abi Zaid, silahkan baca tulisan-tulisan yang lain seperti
Kemudian akhiri dengan membaca https://mutiarazuhud.wordpress.com/2013/01/23/ke-dalam-mayoritas/
terimakasih atas infonya mutiara zuhud!!!
termakasih atas infonya mutiara zuhud!
Afwan,,,
melihat foto anda saja sangat jauh dari zuhud,,,
cengengesan iya,,,,
smoga anda juga banyak tertawa juga di akhirat kelak
atau malah sebaliknya karena tulisan2 anda
berhati hatilah
Ada apa dengan anda mas Joko ?
Jika ada yang tidak sependapat silahkan sampaikan saja ndak perlu memperturutkan hawa nafsu
Firman Allah ta’ala yang artinya
“..Janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah”.(QS Shaad [38]:26)
“Katakanlah: “Aku tidak akan mengikuti hawa nafsumu, sungguh tersesatlah aku jika berbuat demikian dan tidaklah (pula) aku termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS An’Aam [6]:56)
Kalau ada waktu silahkan baca tulisan yang lebih baru seperti pada
mas Joko…….semoga tidak ” BODOH ” ya….
Assalamu’alaikum wr wb…
Yaa Allah…Tuntunlah hamba-Mu ini …agar lebih mengenali diri sendiri sebagai sarana untuk… mendekati-Mu…mengenal-Mu..
Menggapai pengejawantahan Asma-Mu…mengenal-Mu… serasa lebih menyejukkan hati hamba..
Kesejukan yang ‘serasa’ melebihi sejuknya Surga..
Ampunilah hamba ya Allah..
Yaa Allah…Berikanlah hamba-Mu ini kekuatan…untuk tidak ujub & takabur ketika hamba melaksanakan kebaikan..dan lalu…- ‘merasa mendapatkan surga-Mu’ –
Berikanlah hamba-Mu ini energi positif yg mampu menuju kebaikan & menjauhi larangan-Mu ya Allah…bukan karena ‘semata-mata’ takut oleh ‘neraka-Mu’…
Yaa Allah…Jadikanlah semua ibadah hamba-Mu yang sangat kecil ini bukan hanya sebagai ‘makanan raga’ …tetapi jadikanlah sebagai hakikat untuk ‘makanan ruh’ di dalam sanubari nurani hamba-Mu ini yaa Allah..
Ampunilah hamba ya Allah..