Maqom atau derajat Wali Allah
Dalam tulisan sebelumnya pada https://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/09/27/penerima-bendera/ telah kami uraikan bahwa setelah Khataman Nabiyyin, manusia atau kaum yang ditugaskan untuk “menjaga” agama Islam atau ahli menghidupkan sunnah Nabi itu adalah kaum sufi atau kaum Wali Allah , para kekasih Allah, kaum yang dicintai Allah.
Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada Ali, -ketika beliau mengangkatnya sebagai pengganti (di Madinah) dalam beberapa peperangan beliau. Ali bertanya; Apakah anda meninggalkanku bersama para wanita dan anak-anak! beliau menjawab: Wahai Ali, tidakkah kamu rela bahwa kedudukanmu denganku seperti kedudukan Harun dengan Musa? hanya saja tidak ada Nabi setelahku. Dan saya juga mendengar beliau bersabda pada Perang Khaibar; Sungguh, saya akan memberikan bendera ini kepada seorang laki-laki yang mencintai Allah dan RasulNya dan Allah dan RasulNya juga mencintainya. Maka kami semuanya saling mengharap agar mendapatkan bendera itu. Beliau bersabda: Panggilllah Ali! (HR Muslim 4420) Sumber: http://www.indoquran.com/index.php?surano=45&ayatno=32&action=display&option=com_muslim
Imam Sayyidina Ali Bin Abi Thalib berkata kepada Kumail An Nakha’i: “Bumi ini tidak akan kosong dari hamba-hamba Allah yang menegakkan agama Allah dengan penuh keberanian dan keikhlasan, sehingga agama Allah tidak akan punah dari peredarannya. Akan tetapi, berapakah jumlah mereka dan dimanakah mereka berada? Kiranya hanya Allah yang mengetahui tentang mereka. Demi Allah, jumlah mereka tidak banyak, tetapi nilai mereka di sisi Allah sangat mulia. Dengan mereka, Allah menjaga agamaNya dan syariatNya, sampai dapat diterima oleh orang-orang seperti mereka. Mereka menyebarkan ilmu dan ruh keyakinan. Mereka tidak suka kemewahan, mereka senang dengan kesederhanaan. Meskipun tubuh mereka berada di dunia, tetapi rohaninya membumbung ke alam malakut. Mereka adalah khalifah-khalifah Allah di muka bumi dan para da’i kepada agamaNya yang lurus. Sungguh, betapa rindunya aku kepada mereka” (Nahjul Balaghah hal 595 dan Al Hilya jilid 1 hal. 80)
Dari apa yang disampaikan oleh Imam Sayyidina Ali Bin Abi Thalib dapat kita ketahui bahwa para Wali Allah hanya Allah yang mengetahui tentang mereka dan dapat diterima oleh orang-orang seperti mereka
Dalam hadits qudsi, “Allah berfirman yang artinya: “Para Wali-Ku itu ada dibawah naungan-Ku, tiada yang mengenal mereka dan mendekat kepada seorang wali, kecuali jika Allah memberikan Taufiq HidayahNya”
Abu Yazid al Busthami mengatakan: Para wali Allah merupakan pengantin-pengantin di bumi-Nya dan takkan dapat melihat para pengantin itu melainkan ahlinya.
Sahl Ibn ‘Abd Allah at-Tustari ketika ditanya oleh muridnya tentang bagaimana (cara) mengenal Waliyullah, ia menjawab : “Allah tidak akan memperkenalkan mereka kecuali kepada orang-orang yang serupa dengan mereka, atau kepada orang yang bakal mendapat manfaat dari mereka – untuk mengenal dan mendekat kepada-Nya.”
Mereka mengomentari tulisan kami sebagai pengakuan kelompok atau kaum yang merasa wali-wali Allah, atau menyatakan diri mereka sebagai orang-orang yang paling dekat dengan Allah.
Kami tidak pernah menyampaikan bahwa kami seorang sufi ataupun seorang sholeh. Kami adalah muslim yang berupaya meraih ridho Allah Azza wa Jalla agar dapat termasuk kaum sufi atau muslim yang sholeh atau muslim yang Ihsan
Imam As Syafi’i rahimahullah ketika beliau ditanya apakah beliau seorang sufi atau seorang sholeh, beliau menjawabnya“Uhibbu asShalihiina wa lastu minhum La’alli an anaala bihim syafa’ah”. Suatu jawaban yang harus dipahami dengan balaghoh.
Uhibbu as Shalihiina = Aku mencintai orang shalih
walastu minhum = Walaupun.. aku tidak seperti mereka
La’ali an anaala bihim syafa’ah = Beliau berharap / semoga memperoleh Syafa’at Rasulullah shallallahu alaihi wasallam (agar termasuk orang yang Sholeh)
Ini tauladan yang disampaikan Imam As Syafi’i rahimahullah bahwa kita tidak boleh mengatakan / mengakui sebagai saya serupa dengan mereka termasuk orang sholeh, atau saya seorang sholeh atau saya seorang sufi atau saya seorang muhsin, karena orang sholeh, orang sufi, orang muhsin adalah dinisbatkan kepada perbuatan Allah pada manusia atau hasil penilaian Allah pada manusia. Bagi kita manusia hanya boleh berharap pertolongan Allah dan berupaya untuk mencapainya.
Mereka juga menyanggah apa yang kami sampaikan dengan landasan firman Allah yang artinya
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertaqwa“. (QS Yunus [10] : 62-63)
Hal ini serupa dengan pendapat Lajnah Daimah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta (Komite Tetap untuk Riset Ilmiah dan Fatwa) kerajaan dinasti Saudi, lembaga yang juga memfatwa bahwa Imam An Nawawi telah salah dalam bab sifat-sifat Allah sebagaimana yang telah diuraikan dalam tulisan pada https://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/09/07/klaim-mereka/
Sedangkan pendapat komite tersebut tentang Wali Allah termuat seperti contoh pada http://almanhaj.or.id/content/1305/slash/0
Pendapat mereka bahwa “Wali Allah adalah siapa saja yang beriman kepada Allah Subhanahu wa Taâala dan bertaqwa kepadaNya dengan mengerjakan segala yang diperintahkan oleh Nya Subhanahu wa Ta’ala dan meninggalkan segala yang dilarangNya. Pemimpin mereka adalah para nabi dan rasul ‘alaihimus salam”.
Firman Allah dalam (QS Yunus [10] : 62-63) hanya menjelaskan bahwa Wali-Wali Allah adalah orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertaqwa.
Mereka juga menyanggah bahwa yang bertugas “menjaga” agama Islam atau ahli menghidupkan sunnah Nabi itu adalah yang takut kepada Allah yakni para ulama atau pewaris Nabi berlandaskan firman Allah,
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاء إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ
innamaa yakhsyaallaaha min ‘ibaadihil ‘ulamaau innallaaha ‘aziizun ghafuurun
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun” (QS Faathir 35:28)
Firman Allah ta’ala ini menerangkan bahwa para Wali Allah adalah ulama (ahli ilmu) yang Ihsan atau dengan kata lain Ulama (ahli ilmu) yang Ihsan dapat menjadi Wali Allah atau kekasih Allah
Hal ini ada kaitannya dengan hadits Rasulullah berikut
قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا الْإِحْسَانُ قَالَ أَنْ تَخْشَى اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنَّكَ إِنْ لَا تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ
Lalu dia bertanya lagi, ‘Wahai Rasulullah, apakah ihsan itu? ‘ Beliau menjawab, ‘Kamu takut (takhsya / khasyyah) kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, maka jika kamu tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu.’ (HR Muslim 11) Link: http://www.indoquran.com/index.php?surano=2&ayatno=3&action=display&option=com_muslim
Muslim yang terbaik adalah muslim yang Ihsan
Muslim yang Ihsan adalah muslim yang selalu merasa diawasi/dilihat Allah atau muslim yang melihat Allah
Muslim yang Ihsan terbaik adalah muslim yang selalu melihat Allah atau kekasih Allah atau muslim yang dekat disisi Allah
Muslim yang dekat disisi Allah hanyalah 4 golongan yakni para Nabi (Rasulullah yang utama), para Shiddiqin , para Syuhada dan Orang-orang Sholeh
Al-Hakim al-Tirmidzi (205-320H/ 820-935M) membagi maqamat al-walayah (derajat kedekatan para Wali Allah ke dalam lima maqamat.
Kelima maqamat itu adalah:
al-muwahhidin
al-shadiqin
al-shiddiqin
al-muqarrabin
al-munfaridin
Pertama, al-muwahhidun (penganut faham tauhid). Seorang yang mengesakan Allah disebut ahl al-tawhid. Seorang ahl al-tawhid telah keluar dari kekufuran dan telah memiliki cahaya iman. Dengan modal tauhid dan keimanan tersebut, ahl al-tawhid pada dasarnya telah mendekatkan diri kepada Allah. Al-Hakim al-Tirmidzi menganggap hal ini sebagai awwal manazil al-qurbah (permulaan peringkat kedekatan kepada Allah); namun masih berada pada posisi qurbat al-’ammah (kedekatan secara umum), bukan qurbat al-awliyâ` (kedekatan para wali)
Kedua, al-shadiqun yang juga dinamakan waliyy haqq Allah. Mereka adalah orang yang memperoleh kewalian setelah bertobat, bertekad bulat untuk menyempurnakan tobatnya, menjaga anggota tubuhnya dari perbuatan maksiat, menunaikan al-faraidl (berbagai kewajiban), menjaga al-hudŭd (hukum dan perundang-undangan Allah), dan membatasi al-mubahat (hal-hal yang dibolehkan). Apabila berhadapan dengan al-mahdlur (hal-hal yang dilarang) akan berpaling dan menolak sehingga jiwanya istiqamah.
Dinamakan waliyy haq Allah karena ibadah dan ketaatannya kepada Allah serta perjuangannya dalam melawan hawa nafsu berlangsung secara terus menerus tanpa pamrih, semata-mata karena menunaikan haqq Allah atas diri-Nya.
Kewalian ini dinamakan walayat haqq Allah min al-shadiqin (kewalian orang-orang yang benar dalam memenuhi haq Allah).
Ada dua ciri utama yang menjadi karakteristik awliya haqq Allah, yaitu:
(1) bertaubat secara benar dan memlihara anggota tubuhnya dari hal-hal yang dilarang, dan (2) mengendalikan diri dari hal-hal yang dibolehkan.
Seorang waliyy haqq Allah, menurut al-Hakim al-Tirmidzi, mensucikan batinnya setelah merasakan istiqamah dalam penyucian lahirianya. Ia bertekad bulat untuk memenuhi dorongan rendah pada dirinya yang berkenaan dengan al-jawarih al-sab’a (tujuh anggota tubuh), yakni mata, lidah, pendengaran, tangan, kaki, perut, dan kemaluan.
Ketiga, al-Shiddiqin adalah orang-orang yang telah merdeka dari perbudakan nafsu. Kemerdekaan ini bukan bebas dari nafsu atau keinginan rendah; melainkan karena nafsunya berhasil mengambil jarak dari kalbu mereka. Al-Shiddiqun kokoh dalam kedekatannya kepada Allah, bersikap shidq (jujur dan benar) dalam prilakunya, sabar dalam mentaati Allah. Menunaikan al-faraidl, menjaga al-hudŭd, dan mempertahankan posisinya dengan sungguh-sungguh.
Mereka mencapai ghayat al-shidq (puncak kesungguhan) dalam memenuhi hak Allah, berada pada manzil al-qurbah (posisi yang dekat dengan Allah) dan mendapatkan khǎlish al-’ubŭdiyyah (hakikat kehambaan). Mereka dinamakan al-muhǐbŭn (orang-orang yang kembali).
Keempat, al-muqarrabŭn mereka adalah al-shiddiqǔn yang memiliki peluang untuk meningkatkan kualitas kedekatannya kepada Allah pada martabat al-muqarrabin (martabat para wali yang didekatkan kepada Allah), bahkan hingga berada di puncak kewalian.
Kelima, al-munfaridǔn. Hakim al-Tirmidzi berpandangan bahwa para wali yang mengalami kenaikan peringkat dari maqamat al-muwahhidun, al-shaddiqun, al-shiddiqun, hingga al-muqarrabun diatas telah sempurna tingkat kewalian mereka.hanya saja Allah mengangkat salah seorang mereka pada puncak kewalian tertinggi yang disebut dengan malak al-malak dan menempatkan wali itu pada posisi bayn yadayhi (di hadapan-Nya). Pada saat seperti itu ia sibuk dengan Allah dan lupa kepada sesuatu selain Allah. Seorang wali yang mencapai puncak kewalian tertinggi ini berada pada maqam munfaridin atau posisi malak al-fardaniyah, yaitu merasakan kemanunggalan dengan Allah.
Al-Hakim al-Tirmidzi tidak menggunakan istilah ittihad seperti Abu Yazid al-Busthami (w.261H-875M) atau hulul seperti al-Hallaj, atau wahdatul wujud seperti Ibn ‘Arabi (w.638H/1240M) dalam menjelaskan persatuan seorang wali dengan Allah. Ia menggunakan istilah liyufrida (agar manunggal / merasakan kemanunggalan).
Kewalian, dalam pandangan Al-Hakim al-Tirmidzi dapat diraih dengan terpadunya dua aspek penting, yakni karsa Allah kepada seorang hamba dan kesungguhan pengabdian seorang hamba kepada Allah.
Aspek pertama merupakan wewenang mutlak Allah, sedangkan aspek kedua merupakan perjuangan seorang hamba dengan mendekatkan diri kepada Allah.
Menurut al-Tirmidzi ada dua jalur yang dapat ditempuh oleh seorang sufi guna meraih derajat kewalian. Jalur pertama disebut thariq ahl al-minnah (jalan golongan yang mendapat anugerah); sedangkan jalur kedua disebut thariq ashhab al-shidq (jalan golongan yang benar dalam beribadah).
Melalui jalur pertama, seorang sufi meraih derajat wali di hadapan Allah semata-mata karena karunia-Nya yang di berikan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Sedangkan melalui jalur kedua, seorang sufi meraih derajat wali berkat keikhlasan dan kesungguhannya di dalam beribadah kepada Allah.
Derajat kewalian itu mengalami pasang surut; namun, setelah mengalami pengumulan yang hebat, seorang wali berada di hadapan-Nya untuk kemudian masuk dalam genggaman Tuhan. Pada situasi ini, seorang wali melihat kumiz min al-hikmah (perbendaharaan hikmah) dan tersingkaplah baginya ilmu Allah, sehingga naiklah horizon pengetahuan wali tersebut dari pengenalan tentang ‘uyub al-nafs (rupa-rupa cacat dirinya) kepada pengetahuan tentang al-shifat wa al-asma (sifat-sifat dan nama-nama Allah), bahkan tersingkaplah baginya hakikat ilmu Allah.
Hubungan yang tercipta antara Allah dengan al-awliya (para wali) menurut al-Tirmidzi adalah hubungan al-ri’ayah (pemeliharaan), al-mawaddah (cinta kasih), dan al-inayah (pertolongan). Hubungan istimewa ini diperoleh karena hubungan seorang wali telah menyerahkan semua urusannya kepada Allah, sehingga ia menjadi tanggungjawab-Nya, baik di dunia maupun di akhirat. Adanya pemeliharaan, cinta kasih, dan pertolongan Allah kepada wali sedemikian rupa merupakan manifestasi dari makna al-walayah (kewalian) yang berarti dekat dengan Allah dan merasakan kehadirannya, hudhur ma’ahu wa bihi (merasakan kehadiran-Nya oleh diri-Nya).
Bertitik tolak pada al-ri’ayah (pemeliharaan), al-mawaddah (cintakasih), dan al-inayah (pertolongan) Allah kepada al-awliya (parawali); al-Tirmidzi sampai pada kesimpulannya bahwa al-awliya dan orang-orang beriman bersifat ‘ishmah, yakni memiliki sifat keterpeliharaan dari dosa; meskipun ‘ishmah yang dimiliki mereka berbeda.
Bagi umumnya orang-orang beriman ‘ishmah berarti terpelihara dari kekufuran dan terus menerus berbuat dosa; sedangkan bagi al-awliya (para wali) ‘ishmah berarti mahfudz (terjaga) dari kesalahan sesuai dengan derajat, jenjang, dan maqamat mereka. Mereka mendapatkan ‘ishmah sesuai dengan peringkat kewaliannya.
Al-Tirmidzi meyakini adanya tiga peringkat ‘ishmah, yakni
‘ishmah al-anbiya (‘ishmah Nabi),
‘ishmah al-awliya (‘ishmah para wali),
‘ishmah al-’ammah (‘ishmah kaum beriman pada umumnya).
Wassalam
Zon di Jonggol, Kab Bogor 16830
Ass.
terimakasih, atas pencerahan2 nya…
Bismillahirrohmanirrohiem Ass Wr Wb dari uraian perkataan Imam syafi’i bahwa beliau mengatakan / mengakui sebagai saya serupa dengan mereka termasuk orang sholeh, atau saya seorang sholeh atau saya seorang sufi atau saya seorang muhsin, karena orang sholeh, orang sufi, orang muhsin adalah dinisbatkan kepada perbuatan Allah pada manusia atau hasil penilaian Allah pada manusia. Bagi kita manusia hanya boleh berharap pertolongan Allah dan berupaya untuk mencapainya itu sama halnya dengan Imam Abunawas, yaitu beliau bukan Ahli Surga, akan tetapi tidak kuat menahan panasnya api neraka dan berharap ampunan dari Alloh, beliau2 itu dari timur tengah yang sudah diakui kesolehannya, akan tetapi adakah di Indonesia seperti beliau2 ……..mohon maaf kurang lebihnya….
Hanya deray air mata yang tak mampu ku balaskan saat pilu
Syukron katsir atas pncerhanya
* SIAPAKAH WALI ALLAH ITU ?,.,*
oleh Abu Faza pada 22 April 2012 pukul 1:03 ·
Bismillaah ,.,.
Ikhwaanii Fillaah,.,
Ja’alanallaahu wa iyyaakum min awliyaaihi,.,
Aamiin Yaa Mujib Assaailiin,.,.
Ketika disebut kata ” WALI ” maka langsung terbayang dalam benak kita adalah suatuKEANEHAN,KEGANJILAN,
KENYLENEHAN,DAN KEDIGJAYAAN [ KESAKTIAN ].
Itulah yang bisa kita tangkap dari pemahaman masyarakat umum terhadap pengertian ” WALI ” ini.
Maka jika ada orang yang bertingkah ANEH,apalagi kalau sudah dikenal sebagai KYAI,mempunyai indera keenam
sehingga disangka mengerti segala sesuatu yang belum terjadi,segeralah ia disebut WALI.
Bahkan ada juga yang disebut WALI karena dia terlalu berbuat NYLENEH,PADAHAL DIA SERING MENINGGALKAN SHALAT DAN PERKARA WAJIB LAINNYA.
* LALU SIAPAKAH WALI ALLAH YANG SEBENARNYA ?.*
Definisi Wali.
Secara etimologi kata WALI adalah lawan dari ‘ADUWWU [ musuh ] dan MUWAALAH adalah lawan dari MUHAADAH
[ permusuhan ].
Maka Wali Allah adalah orang yang mendekat dan menolong [ agama ] Allah atau orang yang didekati dan ditolong Allah.
Definisi ini semakna dengan pengertian WALI dalam TERMINOLOGI AL QUR’AN,sebagaimana Allah berfirman :
أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (62) الَّذِينَ آَمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ (63) لَهُمُ الْبُشْرَى فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآَخِرَةِ لَا تَبْدِيلَ لِكَلِمَاتِ اللَّهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ (64)
” Ingatlah , sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak [ pula ] mereka bersedih hati.[ Wali Allah ] yaitu orang-orang yang beriman dan selalu bertakwa.Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan dunia dan dalam kehidupan akhirat .Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat [ janji-janji ] Allah.Yang demikian adalah kemenangan yang besar “.
QS.Yunus ; 62-64.
Dari penjelasan ayat tersebut di atas,WALI adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan iman kepada apa yang datang dari-Nya yang termaktub dalam al Qur’an dan terucap melalui lisan Rasul-Nya,berpegang teguh dengan syari’atnya baik secara lahir maupun batin.
Mereka terus-menerus selalu merasa terawasi oleh Allah [ MUROQOBAH ],kontinyu dengan sifat KETAKWAAN dan selalu waspada agar tidak jatuh ke dalam hal-hal yang dimurkai-Nya,berupa kelalaian menunaikan perkara wajib dan melakukan perkara yang diharamakan.
[ Lihat Muqoddimah Karomah al Auliya’ karya Al Lalikai’ tahqiq D.Ahmad bn Sa’d al Ghomidi,5 : 8.].
Syekh al Islam Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ al Fatawa’ berkata :
” Setiap orang yang beriman [ Mu’min ] dan bertakwa maka dialah wali Allah ”
Syekh al Othemin rahimahullaahu juga menjelaskan dalam Syarah Riyadushshaalihiin ; bahwa wali Allah adalah orang-orang yang beriman dan bertakwa.Mereka merealisasikan keimanan di hatinya terhadap semua yang wajib diimani,dan mereka juga merealisasikan amal shalih pada anggota badan [ lahir ] mereka dengan menjauhi segala hal-hal yang diharamkan,seperti meninggalkan kewajiban atau melakukan perkara yang dilarang [ haram ].Mereka mengumpulkan dan menghiasi pada diri mereka kebaikan batin dengan keimanan dan kebaikan lahir ketakwaan mereka itulah PARA WALI-WALI ALLAH.
* Wali Allah pastilah orang yang beriman kepada Rasulillaahi shallallaahu ‘alaihi wa sallam *
Syekh al Islam Ibnu Taimiyah dalam Al Furqon Baina Auliyaa’ir Rohman wa Auliyaa’isy Syaithon mengatakan :
” Bukan termasuk wali Allah melainkan orang yang beriman kepada Rasulillaahi shallallaahu ‘alaihi wa sallam,beriman dengan apa yang dibawanya,dan mengikutinya secara lahir dan batin.Barangsiapa yang mengaku mencintai Allah dan wali-Nya [ Rasul-Nya ] namun dia tidak mau mengikuti beliau [ Rasul ] maka dia bukanlah wali Allah.Bahkan jika dia menselisihinya maka dia termasuk musuh Allah dan dia tidak lain adalah WALI SYETAN “.
Allah berfirman :
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ
” Katakanlah :
” Jika kamu [ benar-benar ] mencintai Allah maka ikutilah aku,niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu “.
QS.Ali ‘Imran ; 31.
Hasan al Bashri berkata :
” Suatu kaum mengklaim mencintai Allah , lantas Allah turunkan ayat ini sebagai ujian bagi mereka “.
Allah sungguh telah menjelaskan dalam ayat di atas,barangsiapa yang mengikuti Rasulillaahi shallallaahu ‘alaihi wa sallam maka Allah akan mencintainya.Namun barangsiapa yang mengklaim mencintai Allah akan tetapi tdak mengikuti [ menselisihi ] Rasulillaahi shallallaahu ‘alaihi wa sallam maka dia BUKAN TERMASUK WALI ALLAH.Walupun banyak orang yang menyangka dirinya atau lainnya sebagai wali Allah,tetapi mereka bukan wali-Nya.
Dari uraian di atas,terlihat sangat jelas bahwa cakupan DEFINISI WALI ini begitu luas.mencakup setiap orang yang memilii keimanan dan ketakwaan.Maka wali Allah yang paling utama adalah para Nabi,dan para Nabi yang paling utama adalah para Rasul,para Rasul yang paling utama adalah Ulul ‘azmi,sedangkan Ulul ‘azmi yang paling utama adalah Nabi kita Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
Maka sangat salah suatu pemahaman yang berkembang di masyarakat kita selama ini,bahwa wali itu hanya MONOPOLI orang-orang tertentu DALAM KALANGAN WARGA NU .Semisal ulamanya,kyainya saja.Apalagi hanya terbatas pada orang-orang yang memiliki ilmu aneh-aneh,seperti bisa jalan di atas air,terbang,tidak mempan peluru atau tidak hangus jika dibakar.
BAHKAN YANG LEBIH LUCU DIKALANGAN WARGA NU ITU ,JIKA SESEORANG YANG SANGAT NYLENEH BAHKAN MENINGGALKAN SYARI’AT SEMISAL SHALAT ITULAH YANG DIANGGAP WALI YANG PALING HEBAT.
Laa Haula Wa Laa Quwwata Illaa Billaah
* Ingat Sekali Lagi Wahai Ikhwaanii ,Standar Seseorang Termasuk Wali Allah Adalah Beriman Dan Bertakwa.Jika Dia Malah Memiliki Ilmu-ilmu Aneh Dan Tidak Pernah Mengerjakan Shalat Sama Sekali ,Itu Bukanlah Wali Allah ,Akan Tetapi DIA TIDAK LAIN ADALAH WALI SYETAN .
Wallaahu A’lam Wa Huwa al Musta’aan.
Abu Faza
Riyadh,.,.Ahad 01-06-1433 H,.,al Muwafiq ,.,22-04-2012 M.
Abu Faza…
Anda mengaku diri anda beriman…namun sayang anda tidak obyektif.
Seharusnya sebagai orang yg beriman dan berpendidikan, anda bisa membedakan mana yg oknum dan mana yg bukan.
Jika ada segelintir warga NU yg meyakini seseorang dianggap Wali meskipun orang tsb tidak sholat, maka ini adalah pemahaman yg keliru dari segelintir manusia saja. Jangan lantas semua warga NU disamakan seperti ini….
Saya bukan NU bukan pula Muhammadiyah…saya adalah umat Islam seperti yg kebanyakan. Namun saya tahu, mayoritas di kalangan NU pun menganggap sesat orang yg tidak sholat meskipun orang tsb punya kesaktian.
Namun jika ada orang yg ahli ibadah, ahli dzikir, selalu menghisab diri…kemudian tanpa dia minta tiba2 dibukakan mata batinnya oleh Allah Swt sehingga dapat melihat gambaran2 alam malakut, gambaran siksa, gambaran surga (hanya gambaran- Bukan surga yg sebenarnya), dsb…apakah lantas orang tsb sesat???
Justru yg perlu dipertanyakan, mengapa ulama2 Wahabi/Salafi tidak kasyaf? Sehingga tidak diberikan gambaran2 tsb?
Sehingga ego-nya begitu besar…
Jarang menangis menghisab diri…lebih sibuk mengurusi amalan sesama muslim yg lain. Sibuk memerangi sesama muslim drpd memerangi orang-orang kafir???
Mengapa wahai Abu?
Saya punya kenalan yg kasyaf, beliau tdk pernah minta kasyaf…tapi diberikan begitu saja oleh Allah Swt. Beliau juga shalat spt anda, puasa spt anda, dan melakukan amalan2 kebajikan spt anda…namun beliau lebih banyak menangis dan menghisab diri saking takutnya dengan gambaran2 yg diperlihatkan Allah kepadanya.
Nggak ada waktu bagi beliau mengurusi kejelekan orang lain…nggak ada waktu ke sana-ke sini mengurusi amalan orang lain…apalagi sampai menuduh2 syirik dan musyrik pd sesama muslim yg shalat, puasa, membayar zakat dan tidak menyekutukan Allah. Beliau selalu menganggap diri beliau adalah manusia yg paling banyak dosa sedunia, dan menganggap dirinya belum tentu selamat di akhirat…
Akhlaknya luar biasa baiknya….padahal beliau bukan ulama
Maaf, ini berbeda sekali dengan ulama2 Wahabi/Salafi, yg menganggap dirinya paling baik, paling selamat, paling benar ajarannya, paling lurus…akhirnya jd ego yg besar. Terlihat koq dari cara-cara mereka bicara…kalau lihat wajahnya pun tidak sejuk…
Maaf saya bicara spt ini, krn sudah tidak tahan dgn kesombongan kaum Salafi/Wahabi
selalu berpikir baik, berkata baik, dan berprasangka baik itulah amalan yg sesungguhnya membawa kita menuju surga-Nya
penuhi hati dengan Dzikrulloh, selalu memohon ampunan dosa2 kepada Allah.
sholat adalah kewajiban raga utk habluminalloh sebab tidak semua hamba bisa berkomunukasi dengan Allah maka sholat adalah komunikasi langsung antara hamba dan Allah.
Bukankah islam agama yg damai? Jadi berdamailah.
Para pelaku bid’ah dan jurkam bid’ah hasanah adalah manusia-manusia musyrik dan para durjana yang menentang syari’at Allah Rabb Semesta Alam serta membikin syari’at tandingan.
Allah berfirman :
أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ وَلَوْلَا كَلِمَةُ الْفَصْلِ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ وَإِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah? Sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu akan memperoleh azab yang amat pedih “.QS.Asy Syura ; 21.
) ثُمَّ جَعَلْنَاكَ عَلَى شَرِيعَةٍ مِنَ الْأَمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَ الَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ
) إِنَّهُمْ لَنْ يُغْنُوا عَنْكَ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا وَإِنَّ الظَّالِمِينَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَاللَّهُ وَلِيُّ الْمُتَّقِينَ
“ Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui. Sesungguhnya mereka sekali-kali tidak akan dapat menolak dari kamu sedikitpun dari siksaan Allah. Dan Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain, dan Allah adalah pelindung orang-orang yang bertakwa”.QS. Al Jatsiyah ; 18-19.
Astaghfirullah…
Tobat Mas…krn sudah jelas ada bid’ah hasanah…untuk mengetahui makna “kullu” pd hadist “kullu bid’atin dholalah” harus menggunakan ilmu Mas…ilmu nahwu, balagoh, mantiq, dsb… Nggak boleh asal mengartikan secara letterlux Mas…
Coba cek di al-Qur’an, kata “kullu” bisa berarti sebagian besar…
Coba sebutkan ulama2 yg tidak melakukan bid’ah hasanah!
– Imam Malik sebelum menyampaikan hadist, beliau berwudhu dulu, shalat sunnah 2 raka’at, memakai sorban, memakai celak, baru menyampaikan hadist. Apakah ada tuntunan Nabi Saw untuk berwudhu dan shalat sunnah 2 raka’at sebelum menyampaikan hadist? Bahkan hadist pun baru dibukukan bbrp abad kemudian…
Kalau Imam Malik hidup di masa sekarang pasti sudah jadi celaan kaum Wahabi, krn dianggap sesat telah melakukan bid’ah hasanah (krn dlm kamus Wahabi/Salafi tidak ada bid’ah hasanah).
– Imam Syafi’I membuat redaksi shalawat sendiri. Tentu ini jg sebuah bid’ah hasanah.
– Imam Bukhari, sebelum menulis hadist beliau wudhu dulu kemudian shalat sunnah 2 raka’at. Dan ini juga bid’ah hasanah…
– Ibnu Taymimah yg dijadikan rujukan kaum Wahabi pun melakukan bid’ah hasanah. Krn setiap habis shalat shubuh beliau membaca al-fatihah hingga terbit matahari. Padahal membaca al-fatihah secara rutin setelah shalat dianggap bid’ah sesat oleh Wahabi/Salafi.
Apakah anda berani bilang bahwa Imam Malik, Imam Syafi’I, Imam Bukhari, bahkan ibnu Taymimah (ulama kebanggaan Wahabi) sebagai manusia-manusia musyrik para durjana seperti celaan anda???
Sesungguhnya anda adalah manusia sombong penentang agama Islam, krn kesombongan anda…anda tidak mau mempelajari ilmu nahwu, mantiq, balaghoh…sehingga anda terjebak pd pemahaman yg salah dan memfitnah para ulama yg mayoritas…
Maaf saya bicara demikian…tp itulah kenyataannya.
Bagaimana seorang yg beriman bisa mengatakan bahwa pelaku bid’ah meskipun itu bid’ah hasanah dianggap musyrik???
Tahu artinya musyrik??? Artinya adalah orang itu kafir…
Anda tahu risikonya mengatakan sesama muslim kafir jika tidak terbukti kafir? Risikonya di hadapan Allah andalah yg akan dianggap kafir….
Maka berhati-hatilah jika berucap
Mas abu faza yg terhormat.
Anda memang orang yg berilmu namun kita harus pahami ilmu yg kita miliki,,,Qs.Asyura 21 dan Qs.Al Jatsiyah 17-18
Itu di peruntukan para orang-orang kafir ahli kitab,bukan untuk sesama muslim.
Ingat mas dari dulu ulama sudah berbeda pendapat mengenai furuq dan menjadikan perbedaan itu rahmat.selagi perbedaan tdk masalah akidah apakah mas memvonis org lain sesat,,memangnya surga dan neraka itu miliknya siapa?
bukankah dalam Qs.Almaidah 35 kita di anjurkan mencari wasilah dan wasilah setiap org apakah sama?saya kira tidak tergantung dari kadar keimanan org itu.
kalau wasilah itu tidak bertentangan dengan iman,islam dan ihsan apakah mas masih menganggap wasilah sesat?
Akan ada suatu masa yg rodanya menggilas keimanan,
Keyakinan hanyalah tinggal pemikiran yg tak berbekas dlm kehidupan,
Banyak org baik tp tak berakal
Ada yg berakal namun tak beriman
ada lidah fasih tp berhati lalai
Ada yg khusuk namun sibuk dlm kesendirian,
Ada yg murah senyum namun hatinya mengumpat/mencela,
Dan ada yg berhati tulus namun wajahnya cemberut,
Ada yg bertutur kata bijak tp tak memberi teladan,
Ada yg punya ilmu tp tak paham,
Ada yg paham tp tak menjalankan,
Lalu diantara semua itu dimanakah kita berada???
Diantara kita semua tidak ada yg berani memvonis bahwa diri kita masuk surga,,,maka perbaikilah diri dan sampaikanlah agama itu dengan hikmah serta pengajaran yg baik.
Sering kita mendengar apabila ada perbedaan pendapat ulama yg satu dengan ulama yg lain langsung ada yg memvonis sesat,kufur,musyrik,kafir.dll
Lebih baik jaga pikiran,jaga hati,jaga perasaan,jaga ucapan.
Perbedaan pendapat itu wajar,mengumpat itu yg kurang ajar.
Ahlu bid’ah bukanlah ‘Ulama
Al-Imam Ibnu Abdil Barr berkata :
“ Telah sepakat para ahli fiqh dan atsar dari seluruh penjuru negeri bahwasanya ahli kalam, ahli bid’ah dan kesesatan,
mereka semua tidak termasuk golongan ulama, karena ulama hanyalah ahli fiqh dan atsar, mereka bertingkat-tingkat sesuai dengan tingkatan mereka dalam keahlian,
ketelitian, dan pemahaman “.
( Jami’ Bayanil Ilmi 2/96 )
Jangan sepotong2 memakai perkataan para ulama…apa definisi bid’ah menurut ibnu Abdil Barr???
Jika anda obyektif, selidiki dulu perkataan para Imam Madzhab yg 4 ttg perkataan bid’ah…melalui kitab2 mereka yg asli.
Yang asli ya?
Karena saya sudah capek lihat kaum Salafi/Wahabi berhujjah dg kitab2 yg sudah dimanipulasi.
Saya sudah buktikan sendiri kitab Imam Syafi’I terbitan Arab Saudi sudah dipotong hanya jadi 23 juzz (kl tidak salah ingat), padahal seharusnya ada 27 juzz.
Kalau anda mau cari buktinya, silahkan bandingkan dg yg terbitan Libanon…
Jangan malas untuk mengecek kebenaran ini, atau anda yg akan melumuri diri anda dgn buruk sangka dan fitnah thdp sesama muslim yg lainnya (yg di luar golongan anda).
Saya kagumi Imam Nawawi Albantani, yg keluarganya dahulu dibantai oleh kaum Wahabi Arab Saudi. Dan alhamdulillah jenazah Imam Nawawi Albantani masih utuh ketika hendak dipindahkan meski beliau sudah dikubur lebih dr 1 abad.
Apakah anda berani pula katakan Imam Nawawi Albantani sebagai ahlu bid’ah, sesat, musyrik dan durjana??? Sedangkan pemahaman Imam Nawawi Albantani berbeda dr kaum Wahabi.
Para TUKANG TA’WIL ADALAH MENITI JALAN ORANG YAHUDI
yang sukanya MERUBAH” AYAT” ALLAH dengan semau akal
bututnya.
Allah berfirman :
أَفَتَطْمَعُونَ أَنْ يُؤْمِنُوا لَكُمْ وَقَدْ كَانَ فَرِيقٌ مِنْهُمْ يَسْمَعُونَ كَلَامَ اللَّهِ ثُمَّ
يُحَرِّفُونَهُ مِنْ بَعْدِ مَا عَقَلُوهُ وَهُمْ يَعْلَمُونَ (75)
” Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya
kepadamu,padahal segolongan dari mereka mendengar firman
Allah,lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya,
sedang mereka mengetahui “.
QS.Al Baqarah ; 75.
فَبِمَا نَقْضِهِمْ مِيثَاقَهُمْ لَعَنَّاهُمْ وَجَعَلْنَا قُلُوبَهُمْ قَاسِيَةً يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ عَنْ
مَوَاضِعِهِ } [المائدة: 13]
” Karena mereka melanggar janjinya,maka Kami kutuk mereka
dan Kami jadikan hati mereka keras membatu.Mereka sukanya
merobah firman-firman Allah dari tempatnya [ merobah arti kata-
kata,tempat atau menambah dan mengurangi ].
QS.Al Maidah ; 13.
JADI TIDAK DIRAGUKAN LAGI BAHWA PARA TUKANG TA’WIL
PENYELEWENG MAKNA DAN PARA PENDUSTA SIFAT-SIFAT
ALLAH YANG ALLAH DAN RASUL-NYA SIFATKAN KEPADA DIRI-NYA
DALAM AL QUR’AN DAN AS SUNNAH ADALAH MANUSIA TERKUTUK.
Allaahu Al Musta’aan
mas Abu Faza
Ulama Ibnu Taimiyyah yang menjadi panutan ulama Muhammad bin Abdul Wahhab dan para pengikutnya, semula bermazhab atau berguru dengan para ulama bermazhab Hambali namun pada akhirnya ulama Ibnu Taimiyyah lebih bersandar kepada upaya pemahamannya sendiri melalui muthola’ah , menelaah kitab dengan akal pikirannya sendiri sehingga pemahamannya bertentangan dengan pemahaman Imam Mazhab yang empat. Hal ini telah diuraikan dalam tulisan pada https://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/07/28/semula-bermazhab-hambali/ dan bantahan pemahaman Ibnu Taimiyyah dari para ulama Ahlussunnah wal Jama’ah sebagaimana yang terurai dalam tulisan pada https://mutiarazuhud.files.wordpress.com/2010/02/ahlussunnahbantahtaimiyah.pdf
Bahkan karena kesalahpahamannya dalam i’tiqod yakni memahami ayat-ayat mutasyabihat tentang sifat Allah dengan makna dzahir mengakibatkan ulama Ibnu Taimiyyah wafat di penjara sebagaimana dapat diketahui dalam tulisan pada https://mutiarazuhud.wordpress.com/2012/04/13/ke-langit-dunia atau uraian dalam tulisan pada http://ibnu-alkatibiy.blogspot.com/2011/12/kisah-taubatnya-ibnu-taimiyah-di-tangan.html
Mereka melarang orang mentakwilkan ayat-ayat mutsyabihat tentang sifat Allah. Mereka menuduh pelakuan takwil sama artinya dengan melakukan tahrif (perubahan) terhadap ayat Al-Qur’an. Terhadap ayat-ayat mutsyabihat tentang sifat Allah mereka mengi’tiqodkan berdasarkan makna dzahir atau arti harfiah atau literal (sebagaimana yang tersurat, apa adanya teks)
Para ulama terdahulu yang sholeh telah memberikan batasan kepada kita untuk tidak memahami ayat mutasyabihat dengan makna dzahir.
Imam Ahmad ar-Rifa’i (W. 578 H/1182 M) dalam kitabnya al-Burhan al-Muayyad, “Sunu ‘Aqaidakum Minat Tamassuki Bi Dzahiri Ma Tasyabaha Minal Kitabi Was Sunnati Lianna Dzalika Min Ushulil Kufri”, “Jagalah aqidahmu dari berpegang dengan dzahir ayat dan hadis mutasyabihat, karena hal itu salah satu pangkal kekufuran”.
Imam besar ahli hadis dan tafsir, Jalaluddin As-Suyuthi dalam “Tanbiat Al-Ghabiy Bi Tabriat Ibn ‘Arabi” mengatakan “Ia (ayat-ayat mutasyabihat) memiliki makna-makna khusus yang berbeda dengan makna yang dipahami oleh orang biasa. Barangsiapa memahami kata wajh Allah, yad , ain dan istiwa sebagaimana makna yang selama ini diketahui (wajah Allah, tangan, mata, bertempat), ia kafir (kufur dalam i’tiqod) secara pasti.”
Bahkan Imam Sayyidina Ali mengatakan bahwa mereka yang mensifati Allah ta’ala dengan sifat-sifat benda dan anggota-anggota badan adalah mereka yang mengingkari Allah Azza wa Jalla.
Sayyidina Ali Ibn Abi Thalib ra berkata : “Sebagian golongan dari umat Islam ini ketika kiamat telah dekat akan kembali menjadi orang-orang kafir”.
Seseorang bertanya kepadanya : “Wahai Amirul Mukminin apakah sebab kekufuran mereka? Adakah karena membuat ajaran baru atau karena pengingkaran?”
Sayyidina Ali Ibn Abi Thalib ra menjawab : “Mereka menjadi kafir karena pengingkaran. Mereka mengingkari Pencipta mereka (Allah Subhanahu wa ta’ala) dan mensifati-Nya dengan sifat-sifat benda dan anggota-anggota badan.”
Dalam kitab ilmu tauhid berjudul “Hasyiyah ad-Dasuqi ‘ala Ummil Barahin” karya Syaikh Al-Akhthal dapat kita ketahui bahwa
– Barangsiapa mengi’tiqadkan (meyakinkan) bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala mempunyai tangan (jisim) sebagaimana tangan makhluk (jisim-jisim lainnya), maka orang tersebut hukumnya “Kafir (orang yang kufur dalam i’tiqod)
– Barangsiapa mengi’tiqadkan (meyakinkan) bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala mempunyai tangan (jisim) namun tidak serupa dengan tangan makhluk (jisim-jisim lainnya), maka orang tersebut hukumnya ‘Aashin atau orang yang telah berbuat durhaka kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
– I’tiqad yang benar adalah i’tiqad yang menyatakan bahwa sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala itu bukanlah seperti jisim (bentuk suatu makhluk) dan bukan pula berupa sifat. Tidak ada yang dapat mengetahui Dzat Allah Subhanahu wa Ta’ala kecuali Dia
Salaf yang sholeh mengatakan
قال الوليد بن مسلم : سألت الأوزاعي ومالك بن أنس وسفيان الثوري والليث بن سعد عن الأحاديث فيها الصفات ؟ فكلهم قالوا لي : أمروها كما جاءت بلا تفسير
“Dan Walid bin Muslim berkata: Aku bertanya kepada Auza’iy, Malik bin Anas, Sufyan Tsauri, Laits bin Sa’ad tentang hadits-hadits yang di dalamnya ada sifat-sifat Allah? Maka semuanya berkata kepadaku: “Biarkanlah ia sebagaimana ia datang tanpa tafsir“
Imam Sufyan bin Uyainah radhiyallahu anhu mengatakan:
كل ما وصف الله تعالى به نفسه فتفسيره تلاوته و السكوت عنه
“Setiap sesuatu yang Allah menyifati diri-Nya dengan sesuatu itu, maka tafsirannya adalah bacaannya (tilawahnya) dan diam daripada sesuatu itu”.
Sufyan bin Uyainah radhiyallahu anhu ingin memalingkan kita dari mencari makna dzahir dari ayat-ayat sifat dengan cukup melihat bacaannya saja, tafsiruhu tilawatuhu: tafsirannya adalah bacaannya. Bacaannya adalah melihat dan mengikuti huruf-perhurufnya, bukan maknanya, bukan tafsiruhu ta’rifuhu.
Terhadap lafazh-lafazh ayat sifat kita sebaiknya tidak mengi’tiqodkan berdasarkan maknanya secara dzahir karena akan terjerumus kepada jurang tasybih (penyerupaan), sebab lafazh-lafazh ayat sifat sangat beraroma tajsim dan secara badihi (otomatis) pasti akan menjurus ke sana.
Terhadap lafazh-lafazh ayat sifat , Imam Syafi’i ~rahimahullah mengatakan “Jawaban yang kita pilih tentang hal ini dan ayat-ayat yang semacam dengannya bagi orang yang tidak memiliki kompetensi di dalamnya adalah agar mengimaninya dan tidak –secara mendetail– membahasnya dan membicarakannya. Sebab bagi orang yang tidak kompeten dalam ilmu ini ia tidak akan aman untuk jatuh dalam kesesatan tasybîh”
Mereka tidak membedakan antara “mencari-cari takwil” sebagaimana kaum mu’tazilah dengan “men-takwilkan” sebagaimana contohnya yang dilakukan oleh Ibnu Abbas ra dan Ulil Albab lainnya
Doa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam untuk Ibnu Abbas ra untuk dapat mentakwilkan atau mengambil hikmah,
Allahumma faqqihhu fiddin wa ‘allimhu al ta’wil
dan
Allahum ‘allimhu al hikmah
Andaikan “mentakwilkan” adalah suatu hal yang haram, tentu Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tidak akan mendoakan hal yang haram atau jelek kepada Ibnu Abbas ra
Mas Abu Faza
Kaum muslim yang dapat menta’wilkan atau mengambil hikmah atau mengambil pelajaran atas firman Allah ta’ala adalah mereka yang dikehendakiNya, mereka yang dikaruniakan hikmah oleh Allah ta’ala yakni yang disebut Ulil Albab.
Allah Azza wa Jalla berfirman yang artinya
“Allah menganugerahkan al hikmah (pemahaman yang dalam tentang Al Qur’an dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya Ulil Albab yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)“. (QS Al Baqarah [2]:269 ).
“Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan Ulil Albab” (QS Ali Imron [3]:7 )
Karunia hikmah atau pemahaman secara hikmah tentu tidak dikaruniakan oleh Allah Azza wa Jalla kepada kaum yang dimurkaiNya yakni kaum Zionis Yahudi.
Kerajaan dinasti Saudi dengan lembaga Al-Lajnah Ad-Da`imah lil Buhuts Al-’Ilmiyyah wal Ifta` (Komite Tetap untuk Riset Ilmiah dan Fatwa) berpendapat bahwa Imam Baihaqi, Imam Nawawi maupun Ibnu Hajar telah sesat dalam memahami ayat-ayat mutasyabihat tentang sifat Allah atau telah terjatuh / tergelincir pada pen-ta’wilan terhadap sifat-sifat Allah sebagaimana yang dapat diketahui dalam tulisan pada https://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/09/07/klaim-mereka/
Berikut penjelasan tentang ta’wil yang kami kutip dari https://mutiarazuhud.files.wordpress.com/2010/04/inilahahlussunnahwaljamaah.pdf
***** awal kutipan *****
Al Qur’an di dalam mengungkapkan suatu masalah ada yang konkrit, misal nya hukum waris, hukum syariat mu’amalat, dijelaskan dengan kalimat yang bukan kiasan, yaitu muhkamat artinya sudah jelas, tidak perlu ditafsirkan lagi, seperti shalatlah kamu, bayarlah zakat, dan sebagainya.
Akan tetapi kalau sudah mencakup persoalan ghaib, misal: tentang Allah, rahasia langit, peralatan akhirat, surga, dan neraka dan lain-lain maka Al Qur’an menggunakan kalimat perumpamaan (metafora), yang biasa disebut mutasyabihaat.
Kurang tepat juga bila dikatakan kalau Allah berada di mana-mana, walau pun difirmankan “…..kemanapun kamu menghadap disitulah wajah Allah”.
Juga tidak pula bisa dikatakan bahwa Allah berada di langit atas sana sehingga kita harus menunjuk ke arah atas atau ketika kita berdo’a kita menengadahkan tangan ke atas sambil dibenak/dipikiran kita beranggapan bahwa Allah seolah-olah ada di langit di atas nun jauh di sana. Sekali lagi kalau dikatakan Allah di langit atas sana berarti Allah bertempat tinggal di langit dan kalau demikian jadinya berarti selain di langit apakah tidak ada Allah ? Na’udzubillah.
Hakikat langit yang sebenarnya bukanlah berupa alam fisik, seperti dzan (persangkaan) kita selama ini. Dia Maha meliputi segala sesuatu. Begitu juga bila Allah Subhanahu wa Ta’ala memerlukan singgasana (‘Arsy), seakan-akan Allah setelah membuat langit dan bumi berserta isinya naik kembali ke tahta-Nya ? Kalau Allah memerlukan singgasana (‘Arsy) berarti Allah memerlukan ruangan untuk bertempat tinggal ?, na’udzubillah.
Alangkah kelirunya bila orang mengartikan ayat-ayat ilahi yang mutasyabihaat (samar) ini secara hakiki/arti sebenarnya. Mereka mengatakan Allah dalam menciptakan iblis menggunakan kedua tangan-Nya secara hakiki, dan dikatakan Allah mempunyai wajah ~Na’udzubillah~ dan lain sebagainya secara hakiki.
Dengan adanya riwayat-riwayat demikian, Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadi seorang makhluk ~Na’udzubillah~ yang mempunyai sifat-sifat hakiki yang dimiliki oleh makhluk-Nya.
Bahwa istilah ‘langit’ bukan hanya melukiskan alam fisik saja tetapi keseluruh annya, dari alam terendah sampai tertinggi, dari alam ghaib sampai alam maha ghaib. Istilah ’langit’ digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang ghaib, dan bukan melulu alam fisik. Banyak ahli tafsir yang mengartikan makna-makna ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala umpamanya: “Kursi Allah meliputi langit dan bumi“. Kata Kursi dalam ayat ini berarti Ilmu, jadi ayat ini diartikan sebagai berikut: “Ilmu Allah meliputi langit dan bumi”.
Begitu juga firman-firman Allah Subhanahu wa Ta’ala berikut ini: “Wajah Allah” berarti “Dia Allah”, “Tangan Allah” berarti Kekuasaan Allah, “Mata Allah” berarti “Pengawasan Allah” dan lain sebagainya.
Pada kenyataannya terdapat ayat al-Qur’an yang mempunyai arti harfiah dan ada juga yang mempunyai arti majazi, yang mana kata-kata Allah Subhanahu wa Ta’ala harus diartikan sesuai dengan ke Mahasucian dan ke Mahaagungan-Nya. Jika kita tidak dapat membedakan diantara keduanya maka kita akan menjumpai beberapa kontradiksi yang timbul didalam Al-Qur’an.
Marilah kita teliti lagi berikut ini beberapa contoh saja dari ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits yang ditakwil (digeser) dari makna aslinya/dhahirnya tekst dan firman-firman Allah Subhanhu wa Ta’ala yang mutasyabihat harus diartikan sesuai dengannya, dengan demikian tidak akan berbenturan dengan firman-firman Allah Subhanhu wa Ta’ala yang lain.
Di antara Sahabat besar yang berjalan di atas kaidah ta’wîl adalah Sayyiduna Ibnu Abbas ra., anak paman Rasulallah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan murid utama Imam Ali -karramallahu wajhahu- yang pernah mendapat do’a Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam , “Ya Alah ajarilah dia (Ibnu Abbas) tafsir Kitab (Al Qur’an).” (HR. Bukhari)
Telah banyak riwayat yang menukil ta’wîl beliau tentang ayat-ayat sifat dengan sanad yang shahih dan kuat.
1) Ibnu Abbas menta’wîl ayat : يوم يُكْشَفُ عَ ن ساقٍ “Pada hari betis disingkapkan.” (QS. al Qalam [68]:42) Ibnu Abbas ra. berkata (ayat itu berarti): “Disingkap dari kekerasan (kegentingan).” Disini kata ساقٍ (betis) dita’wîl dengan makna شِدَّ ةٌ “kegentingan”.
Ta’wîl ayat di atas ini telah disebutkan juga oleh Ibnu Hajar dalam Fathu al Bâri,13/428 dan Ibnu Jarir dalam tafsirnya 29/38. Ia mengawali tafsirnya dengan mengatakan, “Berkata sekelompok sahabat dan tabi’în dari para ahli ta’wîl, maknanya (ayat al-Qalam:42) ialah, “Hari di mana disingkap (diangkat) perkara yang genting.”
Dari sini tampak jelas bahwa menta’wîl ayat sifat adalah metode dan diamalkan para Sahabat dan Tabi’în. Mereka adalah salaf kita dalam metode ini. Ta’wîl itu juga dinukil oleh Ibnu Jarir dari Mujahid, Said ibn Jubair, Qatadah dan lain-lain.
2) Ibnu Abbas ra. menta’wîl ayat : و السَّمَا ءَ بَنَيْناهَا بِأَيْدٍ و إِنَّا لَمُوسِعُو ن “Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan Sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa.” (QS adz Dzâriyât [51] : 47). Kata أَیْدٍ secara lahiriyah adalah telapak tangan atau tangan dari ujung jari jemari hingga lengan, ia bentuk jama’ dari kata یَدٌ .(Baca Al Qamûs al Muhîth dan Tâjal ‘Ârûs, 10/417.). Akan tetapi Ibnu Abbas ra. mena’wîl arti kata tangan dalam ayat Adz-Dzariyat ini dengan بِقُوَّةٍ artinya kekuatan. Demikian diriwayatkan al-Hafidz Imam Ibnu Jarir ath-Thabari dalam tafsirnya, 7/27. Selain dari Ibnu Abbas ra., ta’wîl serupa juga diriwayatkannya dari para tokoh Tabi’în dan para pemuka Salaf Shaleh seperti Mujahid, Qatadah, Manshur Ibnu Zaid dan Sufyan.
3). Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : فَالْيَوْمَ نَنْسَاهُمْ كَمَا نَسُوا لِقَاءَ يَوْمِهِمْ هَٰذَا
“Maka pada hari ini, Kami melupakan mereka sebagaimana mereka melupakan pertemuan mereka dengan hari ini…” (QS. al A’râf [7]:51). Ibnu Abbas ra. menta’wil ayat ini yang menyebut (Allah) melupakan kaum kafir dengan ta’wîl “menelantarkan/membiarkan”. Ibnu Jarir berkata: “Yaitu maka pada hari ini yaitu hari kiamat, Kami melupakan mereka, Dia berfirman, Kami membiarkanmereka dalam siksa..’ (Tafsir Ibnu Jarir, 8/201) Di sini Ibnu Jarir mena’wîl kata melupakan dengan membiarkan. Dan ia adalah penggeseran sebuah kata dari makna aslinya yang dhahir kepada makna majazi/kiasan. Beliau telah menukil ta’wîl tersebut dengan berbagai sanad dari Ibnu Abbas ra., Mujahid dan lain-lain.
Ibnu Abbas ra. adalah seorang sahabat besar dan pakar dalam tafsir Al Qur’an. Mujahid adalah seorang tabi’în agung …. Ibnu Jarir, ath-Thabari adalah Bapak Tafsir kalangan Salaf…
Dalam Shahih Muslim disebutkan sebuah riwayat Hadits qudsi: – “Hai anak Adam, Aku sakit tapi engkau tidak menjenguk-Ku. Ia [hamba] berkata, “Bagaimana aku menjenguk-Mu sementara Engkau adalah Rabbul ’Âlamîin?” Allah menjawab, “Tidakkah engkau mengetahui bahwa hamba-Ku si fulan sakit, engkau tidak menjenguknya, tidakkah engkau mengetahui bahwa jika engkau menjenguknya engkau akan dapati Aku di sisinya….” (HR. Muslim,4/1990, Hadits no.2569)
Apakah boleh kita mengatakan; Kita akan menetapkan bagi Allah sifat sakit, tetapi sakit Allah tidak seperti sakit kita (makhluk-Nya)? Bolehkah kita meyakini menurut dhahir/lahir kalimat tanpa memasukkan unsur kiasan jika ada seorang hamba sakit maka Allah juga akan terserang sakit, dan Dia akan berada di sisi si hamba yang sakit itu? Pasti tidak boleh !!
Bahkan kita berhak mengatakan bahwa siapa saja yang mensifati Allah dengan sakit atau Dia sedang sakit dia benar-benar telah kafir! Sementara pelaku pada kata kerja مَرِضْتُ adalah kata ganti orang pertama/aku/si pembicara yaitu Allah. Jadi berdasarkan dhahir tekts dalam hadits itu, Allah-lah yang sakit. Tetapi pastilah dhahir kalimat itu bukan yang dimaksud. Kalimat itu harus Dita’wîl. Demikian pandangan setiap orang berakal. Dan ini adalah sebuah bukti bahwa Sunnah pun mengajarkan ta’wîl kepada kita.
Jadi makna hadits di atas menurut para ulama sebagaimana diuraikan Imam Nawawi dalam Syarah Muslim sebagai berikut;“Para ulama berkata, “disandarkannya sifat sakit kepada-Nya sementara yang dimaksud adalah hamba sebagai tasyrîf,pengagungan bagi hamba dan untuk mendekatkan. Para ulama berkata tentang maksud engkau akan dapati Aku di sisinya(ialah) engkau akan mendapatkan pahala dari-Ku dan pemuliaan-Ku… “ (Syarah Shahih Muslim,16/126)
Begitu juga dalam pembuktian bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala berada / bersemayam di atas langit, kaum Mujassimah antara lain ulama madzhab Wahabi Nâshiruddîn al Albani dalam Mukhtashar al Uluw dan Syeikh as Sabt dalam kitab Ar Rahmân ‘Alâ al Asryi Istawâ membawakan beberapa hadits, sebagiannya shahih sanadnya, sementara sebagian lainnya cacat secara kualitas sanad- nya (walaupun oleh sebagian ulama madzhab ini dianggap sebagai hadits shahih). Adapun hadits hadits yang shahih sanadnya tidak jarang mereka salah dalam memaknainya, akibatnya mereka mempercayai kepada syubhat konsep Tajsîmdan Tasybîh. Untuk lebih jelasnya mari kita ikuti istidlâlh/ upaya pengajuan dalil oleh mereka.
Hadis Pertama:
أَلاَ تَأْمَنُونِى وَأَنَا أَمِينُ مَنْ فِى السَّمَاءِ ، يَأْتِينِى خَبَرُ السَّمَاءِ صَبَاحًا وَمَسَاءً
“Tidaklah kalian percaya padaku, padahal aku ini kepercayaan yang dilangit, dimana khabar datang kepadaku pada pagi dan sore hari” (HR. Bukhari dan Muslim)
Setiap ayat/hadits yang menyebut kata: مَنْ فِى السَّمَاء untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala maka yang dimaksud dalam bahasa orang-orang Arab (yang Al Qur’an diturunkan dengan bahasa mereka) adalah makna majâzi/kiasan, yaitu berarti keagungan, kemuliaan dan ketinggian maknawi, bukan ketinggian hissi (material).
Seorang pujangga Arab klasik bersyair:علونا السماءَ مَجْد ُنا وجدودُنا*** و إِنَّا لنبغِي فوق ذلك مظهرا
“Kami menaiki langit, kejayaan dan moyang kami*** dan kami menginginkan kemenangan di atas itu”.
Jelas sekali bahwa yang dimaksud menaiki/meninggii langit bukan langit fisik di atas kita itu, akan
tetapi langit kemuliaan dan keagungan.
Demikianlah yang dimaksud dalam setiap nash yang datang dengan redaksi: مَنْ فى السَّمَاء (andai ia shahih tentunya). Hal demikian dikarenakan dasar dasar yang pasti dalam al-Qur’an dan as-Sunnah shahihah yang mengharuskan kita mensuci- kan Allah Subhanahu wa Ta’ala dari sifat-sifat hakiki pada makhluk-Nya umpama; bersemayam, bersentuhan dan bertempat di atas langit atau di atas bumi /bertempat pada makhluk-Nya.
Hadits di atas dalam riwayat Bukhari dan Muslim, telah mengalami “olah kata” oleh perawi. Artinya
si perawi meriwayatkannya dengan makna saja, ia tidak menghadirkan redaksi sebenarnya. Akan tetapi seperti telah kami singgung, kaum Mujassimah (golongan yang menjasmanikan Allah) lebih
cenderung membuka mata mereka kearah hadits di atas ketimbang membuka mata mereka
terhadap riwayat lain dari hadits yang juga diriwayat-kan Imam Bukhari.
Coba perhatikan, dalam Shahih Bukhari dan Muslim terdapat banyak redaksi periwayatan hadits di atas yang tersebar di beberapa tempat, akan tetapi tidak memuatkata: مَنْ فى السَّمَاء yang tentunya tidak akan membantu kaum Mujassimah, karenanya hadits itu selalu dikesampingkan (tidak pernah merekagubris). Perhatikan hadits di bawah ini:
فَمن يُطيعُ اللهَ إذا عصيْتُهُ، فَيَأْمَنُنِي على أهلِ الأرضِ ولا تَأْمَنُونِى؟!
“Siapakah yang mena’ati Allah jika aku (Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam) menentangnya?! Dia (Allah) mempercayaiku untuk mengurus penduduk bumi sedangkan kalian tidak mempercayaiku?!”
Coba perhatikan redaksi hadits di atas, kemudian bandingkan dengan redaksi hadits sebelumnya yang juga diriwayatkan Bukhari!
Al-Hâfidz Ibnu Hajar al-Asqallani mengomentari hadits tersebut dengan kata-katanya, “Nanti akan
dibicarakan makna sabda (kata-kata): مَنْ فِى السَّمَاء pada Kitab at-Tauhid. Kemudian seperti beliau janjikan, beliau menguraikan makna kata tersebut: “Al-Kirmâni berkata, “Sabda: مَنْ فى السَّمَاء makna dzâhir- nya jelas bukan yang dimaksudkan, sebab Allah Maha Suci dari bertempat di sebuah tempat, akan tetapi, karena sisi atas adalah sisi termulia di banding sisi-sisi lainnya, maka ia disandarkan kepada-Nya sebagai isyarat akan ketinggian Dzat dan sifat-Nya. “Dan seperti inilah para ulama selainnya menjawab / menerangkan setiap kata yang datang dalam nash yang menyebut kata atas dan semisalnya.”(Fathu al Bâri,28/193)
Andai seorang mau merenungkan dan meresapi keterangan di atas pasti ia akan selamat dari syubhat kaum Mujassimah dan pemuja riwayat yang mutasyabihat yakni golongan al-hasyawiyah.
Jadi para ulama telah mengarti- kan / memaknai hadits-hadits yang memuat redaksi yang mengesankan keberadaan Allah Subhanahu wa Ta’ala di sebuah tempat dengan pemaknaan yang sesuai dengan Kemaha Sucian dan Kemaha Agungan Allah Subhanahu wa Ta’ala . Akan tetapi golongan Mujassimah dan mereka yang tertipu oleh syubhat kaum Mujasimah ini lebih tertarik mengemukakan hadits-hadits dengan redaksi yang mendukung konsep dan pandanganTajsîm yang mereka yakini, walaupun mereka enggan disebut sebagai Pewaris Madzhab Mujassimah. Disamping yang telah dikemukakan tadi, masih banyak lagi hadits-hadits Shifat yang tidak tercantum disini yang ditakwil maknanya oleh para ulama pakar (antara lain Imam Bukhori, Muslim dan lainnya) sesuai dengan sifat Kemaha-Sucian dan Kemaha-Agungan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Umpama lagi kata, و جاء رَبُّكَ arti secara bahasa; “Dan datanglah Tuhamu”,tapi ditakwil oleh para ulama pakar ialah: جاء ثوابُهُ artinya: “Datang pahala-Nya”. Dan kata الضحك atau يَضْحَكُ artinya secara bahasa tertawa tapi ditakwil oleh para ulama pakar berarti Rahmat dan ada lagi yang mengartikan kerelaan dan kebaikan balasan. Tertawa yang dialami manusia misalnya adalah dengan membuka mulut, dan tentunya makna ini mustahil disamakan maknanya atas Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Nah kalau kita baca, bukankah banyak para ulama pakar memalingkan kata-kata yang dzahirnya
menunjukkan tajsim dengan ta’wil yang sesuai dengan Kemaha Sucian dan Kemaha Agungan
Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dengan mentakwil ayat-ayat atau hadits-hadits sifat sesuai dengan Kemaha-Sucian dan Kemaha-Agungan Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka tidak akan berlawanan dengan firman-firman Ilahi yang telah dikemukakan (QS. Asy-Syuura [42]:11; QS Al-An’aam [6] : 103; QS Ash-Shaffaat [37] : 159) atau ayat-ayat lainnya yang serupa.
Untuk lebih lengkapnya bacalah kitab Daf’u Syubahi At Tasybih bi Akuffi At-Tanzih karya Ibnu al-Jauzi, seorang ulama bermadzhab Imam Ahmad bin Hanbal, di sana semua syubhat yang selama ini menghinggap dalam pikiran sebagian golongan muslimin, insya Allah tersingkap atau paling tidak mereka mengetahui dalil-dalil para ulama yang menentang aliran Mujassimah.
Ibnu Taimiyyah mengatakan, “Kalangan salaf tidak berbeda pendapat sedikit pun di dalam masalah sifat”, Ibnu Taimiyyah juga mengatakan, “Saya tidak menemukan hingga saat sekarang ini seorang sahabat yang mentakwil sedikit saja ayat-ayat sifat”, disertai dengan pengakuannya bahwa beliau telah merujuk seratus kitab tafsir. Tetapi nyatanya ada kalangan salaf yang berbeda pendapat.
Disamping contoh yang telah dikemukakan diatas, kita ambil contoh riwayat Ath-Thabari berikut ini yang mana Ibnu Taimiyyah mengenai kitab tafsir Ath-Thabari mengatakan sebagai berikut, “Di dalamnya tidak terdapat bid’ah, dan tidak meriwayatkan dari orang-orang yang menjadi tertuduh.” (Al-Muqaddimah fi Ushul at-Tafsir, hal 51.)
Ketika kita merujuk kepada ayat kursi, yang oleh Ibnu Taimiyyah dianggap termasuk salah satu ayat sifat yang terbesar, sebagaimana yang beliau katakan di dalam kitab al-Fatawa al-Kabirah, jilid 6, hal 322, Ath-Thabari mengemukakan dua riwayat yang bersanad kepada Ibnu Abbas, berkenaan dengan penafsiran firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang berbunyi, “Kursi Allah meliputi langit dan bumi. ” Ath-Thabari berkata, “Para ahli takwil berselisih pendapat tentang arti kursi. Sebagian mereka berpendapat bahwa yang dimaksud adalah ilmu Allah. Orang yang berpendapat demikian bersandar kepada Ibnu Abbas yang mengatakan, ‘Kursi-Nya adalah ilmu-Nya.’ Adapun riwayat lainnya yang juga bersandar kepada Ibnu Abbas mengatakan, ‘Kursi-Nya adalah ilmu-Nya’ Bukankah kita melihat di dalam firman-Nya, ‘Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya.’” (Tafsir ath-Thabari, jld 3, hal 7.)
Berikut ini contoh yang kedua, yang masih berasal dari kitab tafsir Ath-Thabari. Pada saat menafsirkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang berbunyi, “Dan Allah Mahatinggi dan Mahabesar”, Ath-Thabari berkata, “Para pengkaji berbeda pendapat tentang makna firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang berbunyi, ‘Dan Allah Mahatinggi dan Mahabesar.’ Sebagian mereka berpendapat, ‘Artinya ialah, ‘Dan Dia Mahatinggi dari padanan dan bandingan.’ Mereka menolak bahwa maknanya ialah ‘Dia Mahatinggi dari segi tempat.’ Mereka mengatakan, Tidaklah boleh Dia tidak ada di suatu tempat. Maknanya bukanlah Dia tinggi dari segi tempat. Karena yang demikian berarti menyifati Allah Subhanahu wa Ta’ala ada di sebuah tempat dan tidak ada di tempat yang lain.'” (Tafsir ath-Thabari, jld 3, hal 9.)
Demikianlah pendapat kalangan salaf, yang tidak mempercayai keyakinan tempat bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala sementara Ibnu Taimiyyah mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi untuk membuktikan keyakinan tempat bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala, di dalam risalah yang ditujukannya bagi penduduk kota Hamah. Bahkan, tatkala beliau sampai kepada firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang berbunyi,”Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala bersemayam di atas ‘Arsy “, beliau mengatakan, “Sesungguhnya Dia berada di atas langit.” (Al-‘Aqidah al-Hamawiyyah al-Kubra, yang merupakan kumpulan surat-surat Ibnu Taimiyyah, hal 329 – 332.) Yang beliau maksud adalah tempat.
Adapun didalam kitab tafsir Ibnu ‘Athiyyah, yang oleh Ibnu Taimiyyah dianggap juga sebagai kitab tafsir yang paling dapat dipercaya, disebutkan beberapa riwayat Ibnu Abbas yang telah disebutkan oleh Ath-Thabari di dalam kitab tafsirnya. Kemudian, Ibnu ‘Athiyyah memberikan komentar tentang beberapa riwayat yang disebutkan oleh Ath-Thabari, yang dijadikan pegangan oleh Ibnu Taimiyyah, “Ini adalah perkataan-perkataan bodoh dari kalangan orang-orang yang mempercayai tajsim. Wajib hukumnya untuk tidak menceritakannya.” (Faidh al-Qadir, asy-Syaukani.)
Berikut ini adalah bukti lainnya berkenaan dengan penafsiran firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang berbunyi, “Segala sesuatu pasti binasa kecuali wajah-Nya” (QS. al-Qashash: 88), dan juga firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang berbunyi, “Dan tetap kekal Wajah Tuhanmu, yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan” (QS. ar-Rahman: 27), di mana dengan perantaraan kedua ayat ini Ibnu Taimiyyah menetapkan wajah Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam arti yang sesungguhnya.
Ath-Thabari berkata, “Mereka berselisih tentang makna firman-Nya, ‘kecuali wajah-Nya’. Sebagian dari mereka berpendapat bahwa yang dimaksud ialah, segala sesuatu pasti binasa kecuali Dia. Sementara sebagian lain berkata bahwa maknanya ialah, kecuali yang dikehendaki wajah-Nya, dan mereka mengutip sebuah syair untuk mendukung takwil mereka, “Saya memohon ampun kepada Allah dari dosa yang saya tidak mampu menghitungnya Tuhan, yang kepada-Nya lah wajah dan amal dihadapkan.” (Tafsir ath-Thabari, jld 2, hal 82).
Al-Baghawai berkata, “Yang dimaksud dengan ‘kecuali wajah-Nya’ ialah ‘kecuali Dia’. Ada juga yang mengatakan, ‘kecuali kekuasaan-Nya’.”
Abul ‘lyalah berkata, “Yang dimaksud ialah ‘kecuali yang dikehendaki wajah-Nya’.” (Tafsir al-Baghawi).
Di dalam kitab ad-Durr al-Mantsur, dari Ibnu Abbas yang berkata, “Artinya ialah ‘kecuali yang dikehendaki wajah-Nya’.” Dari Mujahid yang berkata, “Yang dimaksud ialah ‘kecuali yang dikehendaki wajah-Nya.’”
Dari Sufyan yang berkata, “Yang dimaksud ialah ‘kecuali yang dikehendaki wajah-Nya, dari amal perbuatan yang saleh’.”
Oleh karena itu, para ulama sezaman dengan Ibnu Taimiyyah tidak tinggal diam atas perkataanperkataannya (yang menyifati Allah Subhanahu wa Ta’ala secara hakiki). Mereka memberi fatwa tentangnya dan memerintahkan manusia untuk men- jauhinya. Dikarenakan keyakinan-keyakinan tajsim dan tasybih itu, akhirnya Ibnu Taimiyyah dipenjara, dilarang menulis di dalam penjara, dan kemudian meninggal dunia di dalam penjara di kota Damaskus.
Banyak dari kalangan para ulama dan huffadz yang telah menulis kitab untuk membantah keyakinan-keyakinan beliau ini.
Umpamanya, Adz-Dzahabi telah menulis surat kepadanya, yang berisi kecaman terhadapnya atas keyakinan keyakinan yang dibawanya. Surat adz-Dzahabi tersebut cukup panjang, yang mana ‘Allamah al-Amini telah menukil surat adz-Dzahabi ini secara lengkap di dalam kitab al-Ghadir, jilid 7, hal 528, yang dia nukil dari kitab Takmilah as-Saif ash-Shaqil, karya al-Kautsari, halaman 190.
Berdasarkan kaidah yang ditegakkan di atas pondasi Al Qur’an dan Sunnah yang telah dikemukakan diatas, para sahabat, tabi’în dan para imam mujtahidîn dan di atas methode inilah para ulama berjalan dalam memahami ayat-ayat dan hadits-hadits yang berkaitan dengan Shifat.
Masih banyak lagi pendapat para ulama baik yang mentakwil maupun yang tidak mentakwil ayat ayat atau hadits-hadits shifat itu yang tidak tercantum disini. Ulama yang tidak mentakwil hanya menyebutkan apa adanya tekts saja yaitu menurut bacaannya saja dan menyerahkan kepada Allah s Subhanahu wa Ta’ala pe-makna-annya.
***** akhir kutipan *****
Karena pemahaman sempit kaum Salafi/Wahabi, sehingga main hantam kromo…
Ayat-ayat mengenai orang2 kafir dihantamkan ke sesama muslim.
Mereka mengatakan Takwil itu sesat…tanpa mempelajari sesungguhnya takwil spt apa yg sesat?
Mereka menganggap ulama2 yg melakukan Takwil adalah peniti jalan kaum Yahudi.
Wahai Abu…Imam Malik meskipun tidak menakwil surah Thaha ayat 5, namun beliau menakwil hadist mengenai turunnya Allah di 1/3 malam terakhir sebagai turunya “Rahmat dan perintah-Nya”.
Apakah anda berani mengatakan Imam Malik sesat dan meniti jalan kaum Yahudi???
Ibnu Abbas Ra seorang sahabat Nabi Saw menakwil kata “kursi” dalam ayat Kursi sebagai “ilmu Allah”.
Apakah anda berani mengatakan Ibnu Abbas Ra sesat dan meniti jalan kaum Yahudi???
Justru kalianlah yg menakwil ayat2 mustasyabihat dg sifat2 tubuh seperti halnya kaum Yahudi.
– Kalian katakan, bahwa Allah memiliki mata, tangan, kaki, mulut, hidung, rambut, telinga, lambung, dan sifat2 anggota badan lainnya…mengartikan ayat2 mustasyabihat secara letterlux. Ini mirip dg pemahaman kaum Yahudi yg juga menakwil ayat2 mustasyabihat dalam kitab mereka dengan menyifatkan sifat2 tubuh kepada Allah Swt.
Tahukah anda, kaum Yahudi pun meyakini bahwa Allah juga memiliki mata, mulut, hidung, tangan, kaki, dan sifat2 anggota tubuh lainnya.
Meskipun dikatakan oleh ulama kaum Wahabi bahwa bentuknya Allah berbeda dr bentuk makhluk2-Nya…namun meyakini Allah memiliki bentuk itu sama dengan keyakinan kaum Yahudi.
Jadi sebenarnya siapa yg meniti jalan kaum Yahudi??? Justru kalianlah yg meniti jalan kaum Yahudi.
Para ulama 4 madzhab menakwil ayat2 mustasyabihat tidak dengan arti yg nyeleneh, tapi mereka menakwilnya dengan sifat-sifat Allah yg agung, dan sifat2 Allah ini ada dalam al-Qur’an.
Jikalau kalian anti takwil, kalian harus konsisten…
Jangan lagi mencatut hujjah Imam Malik, karena beliau tidak anti takwil. Menurut anda ulama yg menakwil itu sesat, jadi anda pun harus konsisten tidak lagi memakai hujjah Imam Malik krn secara tidak langsung anda menuduh Imam Malik sesat.
Jangan lagi anda pakai perkataan Imam Syafi’I, krn Imam Syafi’I dalam kitabnya menjelaskan takwil para ulama. Jadi Imam Syafi’I pun dikategorikan sesat oleh anda.
Jangan lagi da’i-da’I Wahabi dan anda pakai perkataan Imam Nawawi…krn Imam Nawawi menakwil ayat2 mustasyabihat. Konsisten dgn perkataan anda…jangan meludah lantas anda jilat ludah sendiri. Anda katakan kan di awal bahwa ulama yg menakwil itu sesat dan meniti jalan kaum Yahudi…jadi, konsisten untuk tidak berhujjah dengan pendapat Imam Nawawi.
Dgn mengatakan ulama yg menakwil adalah sesat, secara tidak langsung anda memvonis Ibnu Abbas Ra juga sesat. Jadi jangan lagi kalian da’i-da’I Wahabi memakai hadist-hadist yg diriwayatkan Ibnu Abbas Ra…
Apakah anda mau konsisten dengan ucapan anda wahai Abu???
skak MATT …….
ketika mengatakan bahwa Allah di atas langit sesuai Al Quran dan Hadits bukanlah berarti menetapkan tempat bg Allah.
banyak yg terperdaya oleh tuduhan-tuduhan orang-orang Syi’ah dan makhluk sejenisnya yg selalu mengatakan Allah ada tapi tidak ada dimana-mana.
Gimana bisa ada tapi tidak ada.
Itulah sebatil-batil ucapan.
Kata tempat muncul dari lisan2 ahli kalam/asy’ariyah. Krn di dlm kitabullah dan sunnah Nabi tdk ada lafaz makaan. ini hny bersumber dari logika. Pdhal logika manusia tdk bsa menembus dzat Allah. Mreka hanya spekulasi.
Semoga Alloh merahmati al-Imam Abu Hatim ar-Rozi yang telah mengatakan;
“ Tanda ahli bid’ah adalah mencela ahli atsar. Dan tanda Jahmiyyah adalah menggelari Ahli Sunnah dengan Musyabbihah “.
Lihat Syarah Ushul I’tiqad Ahli Sunnal Wal Jama’ah karya Al-Lalikai 1/204, Dzammul Kalam karya Al-Harowi: 4/390
lshaq bin Rohawaih mengatakan;
“ Tanda Jahm dan pengikutnya adalah menuduh Ahli Sunnah dengan penuh kebohongan dengan gelar Musyabbihah padahal merekalah sebenarnya Mu’aththilah (kelompok kaum yang meniadakan / mengingkari sifat bagi Alloh) “.
Lihat Syarah ushul I’tiqad karya Al-Lalikai: 937, Syarah Aqidah Ath-Thahawiyah karya Ibnu Abi Izzi Al-Hanafi: 1/85
Sudah menjadi tabiat dan aktifitas kaum PAGAN [ MUSYRIK ] DAN PARA PECANDU BID’AH mereka sukanya menebar FITNAH dan menyebarkan BERITA DUSTA.
Seperti telah dinyatakan oleh syekh al islam Ibnu Taimiyah ;
Semoga Allah merahmati Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah tatkala mengatakan;
الشرك وسائر البدع مبناهاعلي الكدَب والافتراء , ولهدَا : كل من كان
عن التوحيد والسنة أبعد , كان الي الشرك والابتداع والافتراء أقرب
“ Semua bentuk kesyirikan dan beragam corak kebid’ahan dibangun di atas kebohongan dan tuduhan dusta. Oleh karenanya, setiap orang yang semakin jauh dari tauhid dan sunnah, maka dia akan lehih dekat kepada kesyirikan, kebid’ahan, dan kedustaan.”
Lihat Iqtidho Siroth Mustaqim : 2/281
Dan alangkah benarnya ucapan al-Hafizh Ibnul Qoyyim:
لا تخش من كيد العدوومكرهم , فقتالهم بالكدَب والبحتان
” Janganlah engkau takut akan tipu daya
[ perbuatan makar ]musuh,Karena senjata mereka
hanyalah kedustaan “.
Lihat Al-Kafiyah Asy-Syafiyah no. 198
* AQIDAH AHLI SUNNAH WALJAMA’AH DALAM ASMA DAN SIFAT ALLAH *
oleh Abu Faza pada 4 Januari 2012 pukul 1:22 ·
Bismillaah,.,.
INILAH AQIDAH KELOMPOK YANG SELAMAT DAN MENDAPAT PERTOLONGAN
HINGKA AKHIR ZAMAN “ AHLI SUNNAH WALJAMA’AH “.
AQIDAH AHLI SUNNAH WALJAMA’AH YAITU:
1.Iman Kepada Allah.
2.Malaikat-Nya
3.Kitab-kitab-Nya.
4.Rasul-rasul-Nya.
5.Hari Kebangkitan Setelah Mati.
6.Iman Kepada Baik Dan Buruknya Takdir.
Termasuk iman kepada Allah yaitu mengimani dan menetapkan terhadap Asma’ [ nama-nama ] dan sifat – sifat yang Allah dan Rasul-Nya sifatkan pada diri-Nya [ Allah ],dalam al Qur’an dan as Sunnah.Dengan tanpa merubah makna [ Tahrif ],tanpa membuang [ Ta’thil ],tanpa bertanya bagaimana hakikatnya [Takyif ],dan tanpa menyerupakan dengan makhluk-Nya [ Tamtsil ].
Mereka [ Ahli Sunnah Waljama’ah ] beriman BAHWA TIDAK ADA SESUATUPUN YANG MENYERUPAI ALLAH DAN DIA-LAH YANG MAHA MENDENGAR LAGI MAHA MELIHAT.
Ahli Sunnah Waljama’ah tidak pernah menafikan sifat-sifat yang Allah sifatkan pada diri-Nya
dan tidak merubah makna dari makna dhahirnya,serta tidak menyelewengkannya dengan makna lain.
Karena tidak ada sesuatupun yang menyerupai-Nya,tidak ada tandingan bagi-Nya,dan tidak bisa disamakan dengan makhluk-Nya.Dia-lah yang Maha Kuasa,Dia-lah yang berhak diagungkan dan disembah,Dia-lah Yang Maha segala-galanya,dan Dia-lah yang paling mengetahui tentang diri-Nya daripada makhluk-Nya.
Dia-lah yang paling benar dalam firman-Nya,paling fasih dalam kalam-kalam-Nya ,paling baik,bijak dan jelas dalam pernyataan-Nya.
Karena itulah para Nabi dan Rasul selalu benar dan dibenarkan dalam berkata,sebab selalu mengikuti petunjuk wahyu Ilahi,begitu juga orang-orang yang mengikuti jejak para Nabi dan Rasul.Mereka akan selalu mendapat pertolongan dalam mendakwahan kebenaran TAUHID.
Berbeda dengan orang-orang yang berbicara tanpa landasan dalil,hanya menduga dan menyangka sekedar menuruti hawa nafsunya,akan tersesat dan celakalah mereka.
“ SUNGGUH MAHA SUCI ALLAH DARI APA YANG MEREKA SIFATKAN / KATAKAN “
Allah berfirman :
وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“ Hanya milik Allah asmaa-ul husna[585], maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya[586]. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan “.QS.Al A’raf ; 180.
[585] Maksudnya: nama-nama yang agung yang sesuai dengan sifat-sifat Allah.
[586] Maksudnya: janganlah dihiraukan orang-orang yang menyembah Allah dengan nama-nama yang tidak sesuai dengan sifat-sifat dan keagungan Allah, atau dengan memakai asmaa-ul husna, tetapi dengan maksud menodai / menyelewengkan nama Allah atau mempergunakan asmaa-ul husna untuk nama-nama selain Allah.
وَلِلَّهِ الْمَثَلُ الْأَعْلَى وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
“Dan Allah mempunyai sifat yang Maha Tinggi; dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.QS.An Nahl ; 60.
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
“ Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat “.QS.Asy Syura’ ; 11.
*GOLONGAN SESAT DALAM ASMA DAN SIFAT *
Dalam masalah Asma’ dan Sifat Allah,ada dua golongan yang tersesat,yaitu :
1.Golongan Mu’aththilah ; mereka adalah golongan yang mengingkari seluruh nama-nama dan sifat-sifat Allah atau mengingkari sebagiannya.Menurut dugaan mereka,menetapkan nama-nama dan sifat-sifat Allah dapat menyebabkan TASYBIH [ Penyerupaan ] ,yakni menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya.
Seperti golongan Jahmiyah ; mereka menafiakan / membuang semua Asma’ dan Sifat Allah.
Kemudian golongan Mu’tazialah ; mereka menetapkan Asma Allah tanpa makna serta menafikan / membuang seluruh sifat-sifat Allah.
Selanjutnya yang termasuk golongan sesat adalah golongan Asya’iroh [ Asy’ariyah ],mereka menetapkan semua Asma Allah akan tetapi mereka menetapkan Cuma tujuh sifat yaitu ;Al Ilmu,Al Hayat,Al Qudrat,Al Iradat ,Al Sama’ ,Al Bashar serta Al Kalam ,kemudian mereka membuang / menafikan sifat lainnya.
*.Pendapat diatas ini jelas keliru,karena :
a.Dugaan di atas akan mengakibatkan hal-hal yang bathil atau salah,karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menetapkan untuk diri-Nya nama-nama dan sifat-sifat serta telah menafikan sesuatu yang serupa dengan-Nya.
Andaikata menetapkan nama-nama dan sifat-sifat Allah itu menimbulkan adanya penyerupaan [ TASYBIH ] ,berarti ada pertentangan dalam kalam Allah.
Yakni sebagian firman-Nya bertolak belakang dengan sebagian yang lain.
b.Adanya persamaan nama atau sifat dari dua zat yang berbeda tidak mengharuskan persamaan keduanya dari segala hal dan sisi.Anda melihat ada dua orang yang keduanya manusia,sama-sama bisa mendengar,melihat, dan berbicara.Akan tetapi tidak harus sama dalam makna-makna kemanusiaannya,pendengarannya,penglihatannya dan pembicaraannya.Anda juga melihat beberapa binatang yang punya tangan,kaki dan mata,akan tetapi persamaan itu tidak mengharuskan tangan,kaki dan mata mereka sama persis dari segala hal dan sisi,ukuran,bentuk dan warna.
Apabila antara makhluk-makhluk yang serupa dalam nama atau sifatnya saja memiliki perbedaan yang sangat nyata,maka tentulah perbedaan antara sang Khaliq [ Allah Yang Maha Pencipta ] dan makhluq sebagai ciptaan-Nya akan lebih jelas dan jauh perbedaannya.
2.Golongan Musyabbibah ; yaitu golongan yang menetapkan nama-nama dan sifat-sifat Allah,akan tetapi mereka menyerupakan Allah Ta’ala dengan makhluk-Nya.Seperti sebagian kaum sufi dan kaum Hululi yang mengatakan bahwa Allah mempunyai paras wanita yang sangat cantik atau diantara dari keyakinan mereka adalah setiapmanusia yang berwajah tampan dan perparas cantik jika wanita maka mereka meyakini bahwa makhluk itu adalah titisan sang Maha Kuasa.Mereka mengira keyakinan seperti ini adalah yang paling benar dan sesuai nash-nash al Qur’an,karena Allah berbicara deangan hamba-hamba-Nya,dengan sesuatu yang dapat dipahaminya.
*.Anggapan seperti ini jelaslah sangat keliru ditinjau dari beberapa hal,antara lain ;
a.Menyerupakan Allah Ta’ala dengan makhluk-Nya jelas merupakan sesuatu yang bathil menurut akal maupun syara’.Padahal nash-nash al Qur’an dan As Sunnah sebagai wahyu Ilahi yang suci tidak mungkin menunjukan pengertian yang bathil.
b.Allah berbicara dengan hamba-hamba-Nya dengan sesuatu yang dapat dipahami maknanya.Adapun hakikat makna yang berhubungan dengan zat dan sifat Allah maka itu tidak ada seorangpun yang mengetahuinya kecuali Dia [ Allah ] saja.
Apabila Allah menetapkan untuk diri-Nya bahwa Dia Maha Mendengar maka pendengaran itu sudah maklum dari segi maknanya,yaitu menangkap suara-suara.Akan tetapi hakikat hal itu bila dinisbatkan kepada pendengaran Allah maka tidak seorangpun yang mengetahuinya.Karena hakikat pendengaran itu sangat berbeda walau pada makhluk-makhluk sekalipun.
Karena itulah sudah pasti dan barang tentu perbedaan hakikat sifat pencipta dan yang diciptakan akan sangat jelas dan jauh perbedaannya.
Apabila Allah Ta’ala memberitakan tentang diri-Nya bahwa Dia bersemayam [ diam ] di atas Arsy-Nya ,maka kata “ BERSEMAYAM “ dari segi asal maknanya sudah bisa dimaklumi.Akan tetapi hakikat bersemayamnya Allah itu tidak dapat diketahui.Karena bersemayamnya para makhluk saja satu dengan yang lainnya sangat berbeda.Contoh ; ada seseorang ketika bersemayam di atas kursi akan berbeda sifat dan posisinya ketika dia bersemayam di atas hewan tunggangan.Bila bersemayamnya seorang makhluk saja sangat berbeda apatah lagi bersemayamnya Allah sebagai sang Khaliq di atas Arsy makhluk ciptaannya yang paling besar yang tidak bisa diketahui ciri,sisi,ukuran dan warnanya tentunya lebih jauh dan pasti serta sangatlah jelas perbedaannya.
MANHAJ SALAF SHALIH DALAM SIFAT
Berikut ini adalah diantara pernyataan – pernyataan dan Manhaj Salaf Shalih tentang sifat-sifat Allah ;
1.Imam Muhammad bn Muslim Az Zuhri pembesar Tabi’in berkata :
من الله الرسالة وعلي الرسول البلاغ وعلينا التسليم
“ Dari Allah-lah Risalah,wajib atas Rasul untuk menyampaikan dan wajib bagi kita untuk pasrah , [ mengimani / menerima apa adanya ]”.
2.Imam Sufyan bn Uyainah berkata :
كل ماوصف الله تعالي به نفسه في القرآن , فقراءته تفسيره , لا كيف ولا مثل
“ Semua sifat yang Allah sifatkan pada diri-Nya dalam al Qur’an,bacaannya [ dibaca apa adanya tanpa menyelewengkan makna / ta’wil ] itulah tafsirnya,tanpa bertanya bagaimna hakikatnya dan tanpa menyerupakan pada makhluknya”.
3.Imam Abu Hanifah berkata :
لا ينبغي لأحد أن ينطق في دَات الله بشيء , بل يصف بما وصف به نفسه , ولا يقول فيه برأيه شيئا, تبارك الله تعالي رب العلمين
“ Tidaklah layak bagi seseorang mengatakan sesuatu pada zat Allah,justru seharusnya dia mensifati Allah dengan sifat yang telah Allah sifatkan pada diri-Nya.Dan janganlah mengatakan sesuatu terhadap Allah dengan pendapatnya,Maha Suci Allah Rabb Semesta Alam”.
Dan ketika beliau ditanya tentang sifat turunnya Allah,beliau menjawab :
ينزل بلا كيف
“ Allah akan selalu turun dan tidak perlu ditanyakan bagaimana hakikat turun-Nya”.
4.Imam Anas bn Malik berkata :
“ Waspadalah terhadap para ahli bid’ah ” ; lalu dipertanyakan kepadanya ;” Sipakah ahli bid’ah itu ?,beliau menjawab :
أهل البدع هم الدَين يتكلمون في أسماء الله وصفاته وكلامه وعلمه وقدرته , ولا يسكتون عما سكت عنه الصحابة والتابعون لهم بإحسان
“ Ahli bid’ah adalah mereka orang-orang yang selalu membicarakan nama-nama Allah,sifat-sifat-Nya,kalam-Nya,ilmu-Nya dan kekuasaan-Nya.Dan mereka tidak mau diam dari apa-apa yang para sahabat serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik diamkan”.
5.Al Walid bn Muslim Al Qurasyi berkata :
“ Aku telah bertanya kepada Imam Al Auza’i,Imam Sufyan bn Uyainah dan Imam Malik bn Anas tentang hadits-hadits yang menjelaskan sifat-sifat Allah,lalu mereka menjawab :
أمروها كما جاءت بلا كيف
“ Biarkan/jalankan seperti datangnya kabar,tanpa harus ditanyakan bagaimana hakikatnya “.
6.Imam Asy Syafi’i berkata :
آمنت بالله وبما جاء عن الله علي مرادالله,آمنت برسول الله وبما جاء عن رسول الله علي مراد رسول الله
“ Aku beriman kepada Allah dan beriman kepada apa yang datang dari Allah menurut kehendak Allah.Dan aku beriman kepada Rasulillah dan juga beriman kepada apa yang datang dari Rasulillah menurut kehendak Rasulillaah “.
Lihat Lum’ah al I’tiqad karya Ibnu Qudamah
BARANGSIAPA YANG MENGINGKARI SIFAT-SIFAT ALLAH ADALAH KAFIR
-.Imam Asy Syafi’i berkata ketika beliau membahas tentang Asma’ dan Sifat Allah yang telah ditetapkan dalam al Qur’an dan As Sunnah :
فإخالف بعدثبوت الحجة عليه فهو كافر , فأما قبل ثبوت الحجة عليه فمعدَور بالجهل .
“ Maka barangsiapa yang mengingkari sifat dan asma Allah setelah tegaknya hujjah atasnya maka dia KAFIR.Apapun sebelum tegaknya hujjah maka dimaafkan sebab kebodohannya”.
Lihat Mukhtashar al ‘Uluw hal.177 dan Ijtima’ al Juyus al Islamiyah hal.165.
-.Imam Nu’aim bn Hammad guru imam al Bukhari berkata :
من شبه الله بخلقه كفر , ومن جحد ما وصف الله به نفسه فقد كفر , وليس فيما وصف الله به نفسه ولا رسوله تشبيه
“ Barangsiapa yang menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya maka dia KAFIR,barangsiapa yang mengingkari sifat-sifat Allah yang telah Allah sifatkan pada diri-Nya SUNGGUH DIA TELAH KAFIR,dan mensifati Allah dengan sifat-sifat yang telah Allah dan Rasul-Nya sifatkan kepada Diri-Nya itu BUKANLAH TASYBIH [ menyerupakan kepada makhluknya ]”.
Lihat Tafsir Ibnu Katsir juz.2 hal.280 dan Siyar A’lam An Nubala’ juz 10 hal.610.
* PENUTUP *
Aqidah dan Manhaj Salaf Shalih Ahli Sunnah Waljama’ah ini adalah satu-satunya jalan yang terbaik bagi umat ini.Karena Manhaj ini jauh dan sepi dari PENYIMPANGAN serta PENYELEWENGAN dalam mengimana dan menetapkan Asma dan Sifat Allah yang Allah dan Rasul-Nya telah tetapkan dalam al Qur’an dan As Sunnah.
Semoga Allah yang Maha Tinggi dan Mulia memberikan petunjuk-Nya kepada kita untuk mengikuti Manhaj terbaik ini,serta menjadikan kita sebagai para pengikut Salaf Shalih Yang Setia,Aamiin Yaa Mujib as Saailiin.
,.,.,., والله أعلم ,.,.وبالله التوفيق,.,.,
* وصلي الله علي نبينا محمد وعلي آله وصحبه وسلم *
Referensi / Maraaji’ :
-Al Qur’an Al Kareem
-Tafsir Ibnu Katsir
-Syarh As Sunnah karya Imam al Baghawi
-Al I’tiqaad Ahli Sunnah Waljama’ah karya Imam Alalika’i
-Lum’ah al I’tiqaad karya Imam Ibnu Qudamah
-Syarah Ushul al Iman karya syekh Muhammad bn Shalih al Othemin
-Al Irsyad ilaa Shahih al I’tiqaad karya Doktor Shalih al Fauzan
-Al Wajiz Fii Al Aqidah Salaf Shalih karya Abdullah bn AbdulHamid al Athari
-Dhawabith Takfir al Mu’ayyan karya syekh Abdullah bn AbdulRahman al Jibrin
*.Riyadh ,.,Rabu 10 Muh. 1433 H,.,al Muwafiq 4 Jan.2012 M.
*.Shohib al Hussein [ Abu Faza ].
Assalaamu ‘alaikum wa rahmatullaah,.,
Bagi Kang Prabu dan Ikhwaan lainnya,yang berpendapat bahwa ayat”
MUTASYABIHAAT harus diTA’WIL ,.,
Sungguh ana pengin sekali mengerti kehebatan ilmu TA’WIL antum
sekalian,coba tolong TA’WILKAN dua ayat di bawah ini ;
وَقَالَتِ الْيَهُودُ يَدُ اللَّهِ مَغْلُولَةٌ غُلَّتْ أَيْدِيهِمْ وَلُعِنُوا بِمَا قَالُوا بَلْ يَدَاهُ مَبْسُوطَتَانِ يُنْفِقُ كَيْفَ يَشَاءُ
Al Maidah ; 64.
وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ وَالْأَرْضُ جَمِيعًا قَبْضَتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَالسَّماوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ
Az Zumar ; 67.
dr kata2 ente “Sungguh ana pengin sekali mengerti kehebatan ilmu TA’WIL antum sekalian,coba tolong TA’WILKAN dua ayat di bawah ini” jelas sekali jiwa anda dipenuhi hawa nafsu dan berada dlm pengaruh syetan. pilihannya hanya dua orang kalo tdk bersama Allah dia pasti bersama syetan, bersama Allah itu senantiasa menghidupkan hati dengan Dzikrullah.
Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah mengatakan ;
“Orang yg memusuhi syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab ada 2 golongan:
1.Golongan yg berada dalam kubang kesyirikan.mereka memusuhi syaikh karena ingin kembali kedalam kesyirikan mreka,sebab syekh menyerukan TAUHD,sedng mereka menggandrungi kesyirikan.
2.Orang-orang jahil yg tertipu oleh juru dakwah kebatilan.
Orang-orang jahil tsb hanya taklid buta kepada sesama orang jahil atau orang yg dengki”.
Majmu’ Fatawa wa maqalat 9\234
Bismillaah ,.,
Ikhwaani Fillaah,.,’Azzakumullaahu Jamii’an,.,
Pembaharu Dakwah Tauhid,,
Syekh Muhammad bn Abdilwahab berkata dalam karyanya ;
” KASYFU ASY SYUBUHAT “.
واعلم أن الله سبحانه من حكمته لم يبعث نبيا بهذا التوحيد إلا جعلِ له
أعداء كما قال الله تعالى : { وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنْسِ
وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا } [ الأنعام : 112 ] . وقد
يكون لأعداء التوحيد علوم كثيرة وكتب وحجج كما قال الله تعالى { فَلَمَّا
جَاءَتْهُمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَرِحُوا بِمَا عِنْدَهُمْ مِنَ الْعِلْمِ } [ غافر : 83 ]
إذا عرفت ذلك وعرفت أن الطريق إلى الله لا بد له من أعداء قاعدين عليه
أهل فصاحة وعلم وحجج . فالواجب عليك أن تعلم من دين الله ما يصير
سلاحا لك تقاتل به هؤلاء الشياطين الذين قال إمامهم ومقدمهم لربك –
عز وجل – : { لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ }{ ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ
أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ
} [ الأعراف : 16 ، 17 ] . ولكن إذا أقبلت على الله وأصغيت إلى حجج الله
وبيناته فلا تخف ولا تحزن { إِنَّ كَيْدَ الشَّيْطَانِ كَانَ ضَعِيفًا } [ النساء : 76 ]
. والعامي من الموحدين يغلب الألف من علماء هؤلاء المشركين كما قال
تعالى : { وَإِنَّ جُنْدَنَا لَهُمُ الْغَالِبُونَ } [ الصافات :173 ]
” Ketahuilah,.,
Sungguh dari kebijaksanaan Allah,Dia tidaklah mengutus seorang nabipun dengan mendakwahkan TAUHID ini kecuali Allah menjadikan musuh-musuh baginya”.
Seperti telah Allah jelaskan dalam firmannya;
” Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi musuh,yaitu syaitan-syaitan dari jenis manusia dan syaitan-syaitan dari jenis jin,sebagian mereka membisikan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk MENIPU [ manusia
].Jikalau Rabb-mu menghendaki,niscaya mereka tidak mengerjakannya,maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan “.
QS.Al An’am ; 112.
Dan terkadang para musuh-musuh TAUHID itu mempunyai banyak sekali disiplin keilmuan dan tumpukan buku-buku yang sangat banyak,dan hujjah-hujjah.
Allah berfirman ;
” Maka tatkala datang kepada mereka rasul-rasul [ yang diutus kepada mereka ] dengan membawa keterangan-keterangan,mereka merasa senang [ sombong ] dengan ilmu [ pengetahuan ] yang ada pada mereka [ maksudnya mereka sombong merasa cukup dengan ilmu yang telah mereka ketahui dan tidak butuh dengan keterangan yang para rasul kabarkan,bahkan menganggap remeh dan memperolok-oloknya ],dan mereka dikepung oleh azab Allah sebab mereka telah memperolok-oloknya [ menertawakannya ]”.
QS.Al Ghafir ; 83.
Jika anda telah mengetahui yang demikian,dan mengetahui bahwa jalan mencari ridha Allah itu sarat musuh-musuh yang sangat banyak yang menghadang dari berbagai penjuru dari para intelektual,berbagai disiplin keilmuan serta hujjah-hujjah.
Maka wajib bagi anda belajar agama Allah [ Islam ] dengan benar SEBAGAI SENJATA untuk menghadapi mereka para syaitan-syaitan dari manusia dan jin yang PENTOLANNYA [ IBLIZ ],telah berkata kepada Rabb-mu ‘Aza wa Jall :
Iblis berkata ;
” Karena Engkau telah menghukum saya tersesat,maka saya benar-benar akan [ menghalang-halangi ] mereka [ manusia ] dari jalan Engkau yang lurus ,kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka,dari kanan dan dari kiri mereka.
Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur [ taat ]”.
QS.Al A’raf ; 16-17.
Akan tetapi jika anda mau bersungguh-sungguh menghadap [ minta pertolongan ] kepada Allah serta bersungguh-sungguh dan serius mau mendengarkan dan mengambil hujjah-hujjah Allah dengan keterangan-keterangannya yang jelas.Maka anda jangan TAKUT apalagi BERSEDIH.
Allah berfirman ;
” Sungguh tipudaya / rekayasa syaitan itu sangatlah LEMAH “.
QS.An Nisa’ ; 76.
Dan 1 orang biasa [ umum ] dari kelompok orang-orang yang BERTAUHID akan MAMPU MENGALAHKAN 1000 ULAMA DARI KELOMPOK ORANG-ORANG MUSYRIK [ KAUM PAGAN ].
Allah Ta’ala berfirman :
” Sungguh tentara Kami [ rasul dan para pengikutnya ] itulah YANG PASTI MENANG “.
Wallaahu Al Musta’aan,.,
Abu Faza Jahil Murokab…
utk abu faza, tolong kalo ambil referensi surat Al-Qur’an yang lengkap jangan sepotong -sepotong, baca ayat sebelumnya maka akan kau ketahui ayat itu diperuntukkan oleh orang-orang musyrikin dan sangat tidak tepat utk saudara-saudaramu yang syahadatainnya sama serta rukun islam dan rukun imannya sama dalam pengamalannya
berikut saya ambil sebagian dari ayat sebelumnya.
ayat 106:Ikutilah apa yang telah diwahyukan kepadamu dari Tuhanmu; tidak ada Tuhan selain Dia; dan berpalinglah dari orang-orang musyrik.
ayat 107:Dan kalau Allah menghendaki, niscaya mereka tidak memperkutukan(Nya). Dan Kami tidak menjadikan kamu pemelihara bagi mereka; dan kamu sekali-kali bukanlah pemelihara bagi mereka.
ayat 108:Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan.
ayat 109:Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan segala kesungguhan, bahwa sungguh jika datang kepada mereka sesuatu mu jizat, pastilah mereka beriman kepada-Nya. Katakanlah: “Sesungguhnya mu’jizat-mu’jizat itu hanya berada di sisi Allah”. Dan apakah yang memberitahukan kepadamu bahwa apabila mu’jizat datang mereka tidak akan beriman
ayat 110:Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya (Al Quraan) pada permulaannya, dan Kami biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya yang sangat
ayat 111:Kalau sekiranya Kami turunkan malaikat kepada mereka, dan orang-orang yang telah mati berbicara dengan mereka dan Kami kumpulkan (pula) segala sesuatu ke hadapan mereka498, niscaya mereka tidak (juga) akan beriman, kecuali jika Allah menghendaki, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui
ayat 112:Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.
ayat 113:Dan (juga) agar hati kecil orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat cenderung kepada bisikan itu, mereka merasa senang kepadanya dan supaya mereka mengerjakan apa yang mereka (syaitan) kerjakan.
jadi sangat jelas ayat itu utk orang-orang musyrik. apa hukumnya mencela, mengolok-olok, menghujat sesama muslim an perkataan keji seperti yang kau tuduhkan diatas, apakah itu amalan yang mereka yang mengaji qur’an dan hadist shohih. sunnah rosul itu jumalahnya ribuan, baik dari kitab Bukhori, Muslim, An-Nasai, Imam At Tirmidzi, apakah sdh kau amalkan semua. kau dan para Syaikh mu serta aku tidak jauh bedanya yang hanya sekedarnya menjalan sunnah Rosul, lalu masihkah engkau berani mengatakan bahwa kelompokmu lah yang paling benar ? paling baik sunnahnya, paling benar aqidahnya, dan paling ahlusunnah.
abu faza, kau tidak perlu mencemaskan kami hanya karena kau melihat amalan kami yang kau cap sesat dan bid’ah seperti maulid, tahlil, nisyfu sya’ban, dzikir bersama . Kau pun tidak perlu bersusah-payah mencari bukti yang menunjukkan bahwa kami memang pantas masuk neraka. Karena pertama, apa yang kau lihat belum tentu merupakan hasil dari pandangan kalbumu yang bening. Kedua, kau kan tahu, sebagaimana neraka dan syurga, kita semua adalah milik Allah. Maka terserah kehendak-Nya, apakah Ia mau memasukkan kami ke sorga atau ke neraka. Untuk memasukkan hambaNya ke sorga atau neraka, sebenarnyalah Ia tidak memerlukan alasan. Sebagai Ustadz, apakah kau berani menjamin amalmu pasti mengantarkanmu ke sorga kelak? Atau kau berani mengatakan bahwa orang-orang yang melakukan amalan tsb diatas dan yang kau pandang sebelah mata itu, pasti masuk neraka? Kita berbuat baik karena kita ingin dipandang baik oleh-Nya, kita ingin berdekat-dekat denganNya, tapi kita tidak berhak menuntut balasan kebaikan kita. Mengapa? Karena kebaikan kita pun berasal dari-Nya. Bukankah begitu?’ Kau harus lebih berhati-hati dgn pemahamanmu Cobaan yang berupa pengetahuan tidak kalah gawatnya dibanding cobaan yang berupa penderitaan. Hayya ‘alash sholah, Hayya ‘alal falah. INSYA ALLAH umat ISLAM akan MENANG.
Sekolahe kepinteren Mas,jadi yang ditangkap akal/pikiran harus sama dengan apa yang dilihat mata. Makanya,maaf,mareka hanya memakai pemahaman ulama2/buku mereka,ndak mau ngambil sumber dari luar,jadi yg tidak sepaham dgn mereka,ya.. sesat.. maklumin saja,karena itu sudah sunatulloh yg harus kita hadapi. Itu lbih baik drpd kita ikut2an menghujat & menuduh.
Sampeyan bener,bukan kuasa kita untuk menentukan kapling surga/neraka,tugas kita adlh ibadah kepada Alloh SWT dgn syariat Rosululloh Muhammad SAW. Masalah surga / neraka ,itu hak Alloh atas hamba-Nya. Dan sebagai s’orang yg dloif & pnuh dosa,tak pantas kita brtanya tempat kembali kita kelak kpd Alloh…
Sya sepakat dengan Sifat Allah tdk boleh dita’wil, ta’wilnya adalah sesuai dg bacaannya. apa yg dibaca sudah itulah ta’wilnya. Kecuali kalau memang ada ta’wil dari rosulullah SAW dan para sahabatnya.
Namun mungkin …(abu faza), umat islam di indonesia ini banyak sekali yg awam, jadi tidak gampang untuk langsung menerima sifat2 Alloh sebagaimana Alloh sifatkan sendiri dalam Al Qur’an maupun as-sunnah. Misal : Allah punya sifat Tangan, Wajah, hal tersebut betul memang ada di AL Qur’an, namun terjemahan di Indonesia bahkan para ustadnya juga jarang membahas ini, dan bahkan mena’wilkan sendiri (yg sebenarnya mena’wilkan sendiri itulah yg mengikuti hawa nafsu/akal fikiran, bukan mengikuti Wahyu), mereka pun tdk bermaksud dalam menolak hal itu, …
yg jadi masalah adalah belum terpuaskannya akal dan perasaan hati…misal (masa sih Alloh punya Wajah/tangan…?, berarti kaya manusia donk…??), padahal seandainya kita taat pada wahju sebagaimana abu faza sampaikan diatas beserta fatwa2 para ulama terdahulu, kita hanya wajib menerima ayatnya saja bahwa Allah mempunyai sifat Tangan (karena ada dlm Al Qur’an dan kita wajib percaya semua ayat Al Qur’an), namun jelas berbeda tangannya dg manusia, dan kita tdk tahu dan tdk boleh menanyakan bagaimana Tangannya itu. Wallohu a’lam…mudah2an Alloh memberi taufik kepada kita semua. Meskipun demikian…mudah2an yg belum bisa menerima ini, ada ampunan Alloh SWT, karena belum datang hujjah yg kuat kepada mereka dan kita doa’akan supaya mereka dan kita smua mendapat hidayah Alloh SWT.
Memang tdk gampang…., apalagi bagi orang awam…, oleh karena itu perlu penyampaian yg rinci, detail, dan dengan bahasa yg indah (santun) yg dg itu mudah2an bisa diserap oleh kalbu setiap hamba Alloh SWT. Kewajiban kita adalah menyampaikan, dan tdk baik saling berdebat secara keras apalagi kasar yg akhirnya kita sesama umat yg mengharapkan petunjuk Alloh saling bertengkar dan membenci.
Permisi…..!!Perang dalil dan hadist….. dah jelas dan tegas dikatakan WALI ALLAH hanya allah yg mengetahuinya….. mau pake rumus apapun kalo ALLAH ga mengijinkan siapapun tuk mengetahuinya ….ya ga akan terbuka…… sebab umat manusia pasti akan menyangkalNya….hanya org” yg dipiliNYA yg akan mengetahui tanda” itu…….salam !
assalamualaikum warahmatullahiwabarakatu, Ane bukan orang yg begitu paham dg dalil,ane orang awam yg seneng memperhatikan perkembang umat muslim,karena ane dilahirkan sebagai seorang muslim.dan penddidikan ane bukan di bidang ilmu pesantren.cuma ane ngga habis pikir sala satunya mengenai tahlilan yg menurut ane sah2 saja…… ini anekdot yg ane tulis.sehandainya tahlilan yg di bacakan kepada ahli kubur ,trus ahli kubur kaga sembayang otomatis Tuhan berkata ” tu lihat kelurgamu ngirimi doa ente kaga shalat, piiiiiiiiiiing di tempeleng ama Tuhan.ini pahala nambah siksa di alam barza. trus kirm doa ama orang shole, ane kira org shale tersebut berkata ” ini orang kaga ngerti apa .ane waktu hidup apal al-Quran.menulis kitab.belajar dong kaya ane agar ente seneng dialam barza.” ini orang bising aja.
ane mau istirahat.
astagfirullaahaldziim..1000x (hiikkss ingat dosa (saya) sendiri agan-agan T T) mohon doanya, dan saya juga mendoakan semoga hidayah Allah engga’ lari kemana melainkan pada orang-orang yang sholeh… ^^
Ya Allah , Rabb langit & bumi ,Rabb semua manusia yg lalu maupun yg akan datang.
Inilah fenomena umat muhammad , manusia2 akhir zaman yg masih tersisa dalam jalan cahaya keselamatan dari Engkau Tuhan ‘ , mereka suka berdebat hingga saling berpecah belah.
Terima kasih saudaraku atas ilmu dan informasinya semoga selalu dalam ridho Allah amin
Abu Faza
Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah mengatakan ;
“Orang yg memusuhi syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab ada 2 golongan:
1.Golongan yg berada dalam kubang kesyirikan.mereka memusuhi syaikh karena ingin kembali kedalam kesyirikan mreka,sebab syekh menyerukan TAUHD,sedng mereka menggandrungi kesyirikan.
2.Orang-orang jahil yg tertipu oleh juru dakwah kebatilan.
Orang-orang jahil tsb hanya taklid buta kepada sesama orang jahil atau orang yg dengki”.
Majmu’ Fatawa wa maqalat 9\234
Afwan…ana hanya ingin mengetahui keterangan saudara tentang :
Bila suatu saat ada orang yang tingkat ilmu dan shalehnya melebihi dari syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, lalu beliau berkata kepada anda seperti ucapan2 syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab terhadap Asy’ariah, Imam Mazhab 4, kaum Sufi, NU, Aswaja dsb….adakah anda mau mengakui dan mengikuti beliau ?…bagaimana reaksi anda ?…
Kami, kaum muslim tidaklah membenci sosok ulama Muhammad bin Abdul Wahhab namun membenci kesalahpahamannya
Ulama Muhammad bin Abdul Wahhab dikenal sebagai ulama kontroversial atau banyak dibicarakan atau dibantah oleh para ulama terdahulu. Contohnya diuraikan dalam tulisan pada http://ummatipress.com/2010/03/06/kepulan-asap-dari-api-wahabi/
Begitupula dengan ulama Ibnu Taimiyyah yang merupakan ulama kontroversial atau banyak dibicarakan atau dibantah oleh para ualam terdahulu sebagaimana contohnya yang diuraikan dalam tulisan pada http://www.facebook.com/media/set/?set=a.326602040738235.82964.187233211341786&type=3
Assalamualaikum Ustadz.. kalo saya gak khilaf dalam web MR bagian pertanyaan disitu Hb. Munzir mengiyakan ketika ada salah satu penanya menyatakan bahwa Hb. Munzir sudah bertemu Rasulullah SAW dan dikasih shalawat ratib…. mohon penjelasan bahwa dimasa sekarang ada manusia mampu bertemu dengan Orang yg sudah meninggal (maaf kalo salah, sekalipun Yg Mulia Nabi Muhammad SAW) ilmu apa apa? kesalehan macam apa sehingga manusia mampu bertemu seseorang yg sudah meningal (maaf kalo salah, sekalipun Yg Mulia Nabi Muhammad SAW) terima kasih
sekedar menambah wawasan kami tidak membenci siapapun ……. http://sunnahrasul.com/2009/04/23/taubat-seorang-kartini/ …
Assalamualaikum Ustadz.. kalo saya gak khilaf dalam web MR bagian pertanyaan disitu Hb. Munzir mengiyakan ketika ada salah satu penanya menyatakan bahwa Hb. Munzir sudah bertemu Rasulullah SAW dan dikasih shalawat ratib…. mohon penjelasan bahwa dimasa sekarang ada manusia mampu bertemu dengan Orang yg sudah meninggal (maaf kalo salah, sekalipun Yg Mulia Nabi Muhammad SAW) ilmu apa apa? kesalehan macam apa sehingga manusia mampu bertemu seseorang yg sudah meningal (maaf kalo salah, sekalipun Yg Mulia Nabi Muhammad SAW) terima kasihini
pertanyaan tadinya saya tujukan ke Ustadz Zon tp beliau gak jawab2 barangkali mas Mamo bisa memberikan pencerahan… tks
Walaikumsalam
Jawaban dapat ditemukan dalam tulisan pada https://mutiarazuhud.wordpress.com/2012/09/13/yang-merindu/ dan https://mutiarazuhud.wordpress.com/2012/12/09/dengan-yang-wafat/
Sdr Mamo, sekedar tambahan, semua ulama aceh membenci wahabi kenapa tidak bisa kita membenci, Rasulullah telah memberi gambaran untuk melawan golongan sesat , kalau sdr ngak benci yg sesat , anda telah salah perusak Islam wajib dilawan seperti wahabi Al bani yg mengkafirkan Imam Bukhari
maaf mas Ridwan bisa lebih detail gambaran Rasululloh spt apa dalam melawan gol sesat mas ……..sedangkan Firman Allah ta’ala yang artinya
“Tidak ada paksaan untuk beragama (Islam) ” (QS Al Baqarah [2]:256)
Katakanlah:”Hai Ahli Kitab, kamu tidak dipandang beragama sedikitpun hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil, dan Al Qur’an yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu“. (QS Al Maa’idah [5]:68 )
“Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka..” (QS.Ali Imran [3] : 110)
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “ Demi Allah, yang diriku ada dalam genggaman tanganNya, tidaklah mendengar dari hal aku ini seseorangpun dari ummat sekarang ini, Yahudi, dan tidak pula Nasrani, kemudian tidak mereka mau beriman kepadaku, melainkan masuklah dia ke dalam neraka.”.
semua hak Alloh ta ala biarlah kelak mereka menanggung sediri akibatnya …kita hanya sebatas mengingatkan mas Ridwan ….lihat Rasulullah bertanya lagi: “Sudahkah kamu membelah dadanya sehingga kamu tahu dia benar-benar mengucapkan Kalimah Syahadat atau tidak? Rasulullah terus mengulangi pertanyaan itu kepadaku hingga menyebabkan aku berandai-andai bahwa aku baru masuk Islam saat itu. (HR Muslim 140)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya lagi: ‘Apakah kamu yang telah membunuhnya? ‘ Dia menjawabnya, ‘Ya.’ Beliau bertanya lagi: ‘Lalu apa yang hendak kamu perbuat dengan kalimat, ‘Tidak ada tuhan (yang berhak disembah) kecuali Allah’, jika di hari kiamat kelak ia datang (untuk minta pertanggung jawaban) pada hari kiamat nanti? ‘ (HR Muslim 142).
kebencian hanya menimbulkan permusuhan dan merusak hati kita ……..maaf mas kalau tanggapan tidak sesuai harapan antum .
Mencoba memaksakan bajunya untuk dipakaikan terhadap orang lain, karena menganggap bahwa baju yang dipakai orang lain adalah jelek,
dan orang lainpun mempunyai baju dengan bahan yang sama, yang membedakan adalah model dan jahitan dari kualitas penjahitnya.
perlu keberanian dan kejujuran untuk mampu memeriksa dengan cermat dan meneliti baju sendiri, siapa tahu baju kita ada bolongnya, kalau baju ada bolongnya .. ya beli lagi bahan untuk baju baru dan ganti penjahitnya dengan yang lebih profesional, kecuali jika merasa adem dengan baju yang bolong
ya nikmatin saja… walaupun masuk angin…..
ORANG WAHABI ITU ORANG BAYARAN … jadi buat apa cape-cape bicara sama mereka … buang-buang waktu ajja
kok rata2 orang2 yang suka ngengkel dari pengikut wahabi namanya abu ya bro,,,, wah barangkali apa masih titisan abu jahal dan abu lahab ya, ada jg yan pakai abu tp tidak pelihara jenggot dan celana jingkrang, ya itu yang keturunan abu darda’….. abu faza ini mungkin gennya masih sambung dg abu jahal/lahab….. dan kelihatannya jenggotnya panjang dan jarang2, babut sj sampe pingsan nanti kan insaf sendiri bro……………… wexxxx wexxx wexxx.
kok pd sibuk cari kesalahan orang sih s aya setuju dgn bung yahya
Sebanyak apapun dalil yg disampaikan orang Wahabi tetap aja digunakan untuk tuduhan2 yg tak semestinya. Pikiran, hatinya sudah mati, ibaratnya jika ada orang kehilangan sandal di masjid yg dilakukan orang tertentu, lalu orang seMasjid dituduh maling semua. Lalu mengeluarkan dalil sebanyak2nya yg digunakan untuk menyalahkan umat muslim lain yg tak sepaham.
Ya, smoga mereka bisa memahami perbedaan pemikiran, hasil observasi, penafsiran seperti apa yang ada pada ulama-ulama mazhab serta ulama-ulama yg jadi rujukan mereka seperti Albani dan Syaikh Abdul Bin Baaz. Yg jika smua nekat salah satu yg paling benar, maka masing-masing akan menuduh bid’ah.
Memang, kita berusaha mengikuti Alquran dan sunah nabi Muhammad SAW
tapi bagamaimana risalah bisa sampai kepada kita, tentu melalui ulama2 terdahulu,
lalu bagaimana pemahamannya, disinilah terjadi perbedaan pemahaman dan penafsiran antar ulama.
Sedangkan pemahaman sendiri
harus bisa dilihat secara tekstual atau kontektual. Tidak asal ngeluarkan dalil.
Apakah kita fanatik buta terhadap penafsiran padahal kita tidak terlibat langsung?
Semoga juga bagi para pengikut wahabi tidak taklid buta pada ulama-ulama mereka, tetapi juga bisa mengkritisi cara penelitian ilmiah ulama-ulama mereka.
Seandainya saja ulama2 wahabi mengkritik ulama2 terdahulu seperti Imam Bukhori, sejauh manakah kapasitas yg dimiliki untuk mengkritik Imam Bukhori tersebut, seperti Albani yg telah mengkritik sebagian hadist shohih Bukhori. Jelas ulama2 lalu memiliki kapasitas yg lebih dari sisi pengumpulan data, pengamatan lansung, keterlibatanya, yg jika dikatakan sebagai metode ilmiah maka akan lebih valid.
Smoga kita bisa mencontoh ulama2 lalu yg tidak mengkafirkan sesama muslim. Amin
Assalamualaikum buat semuanya
blog ini dibuat oleh ustadz Zon Jonggol yg saya yakin beliau mempunyai tujuan mulia barang kali kalo boleh saya sedikit mendahului Ustadz Zon salah satu tujuanya ingin berdakwah lewat dunia maya, jadi anda semua jangan nodai tujuan beliau dengan mencerca, memaki dengan cara2 yg barangkali sudah keluar dari aturan Allah dan Rasulnya, saya yakin anda semua mempunyai tujuan yg baik dalam melakukan komentar, tetapi jika anda memberikan pernyataan bahwa orang yang anda maksud itu salah (katakan memang salah) dan anda melakukan dengan cara keluar dari aturan Allah dan Rasulnya berarti andapun juga sesungguhnya dalam posisi yg sama.
dan kembali lagi kepada tujuan Ustada Zon, non muslim/muslim mana yang menyukai komentar2 yang menghardik, mencaci, mencela, dan terakhir sejauh mana anda yakin bahwa anda akan masuk surganya Allah sementara itu adalah hanya bisa diketahui (otoritas) Allah (maaf saya lupa ayatnya) sementara meyakini bahwa Ibadah / Amal anda lebih baik dari orang lain sesama muslim saja itu hukumnya haram (tolong dibenarkan jika saya khilaf), melaknat sesama muslim saja tidak pernah dilakukan oleh Rosululloh tanpa wahyu dari Allah APA LAGI KITA MANUSIA BIASA… camklan itu wahai saudara2 sekalian (baca Qs. Ali Imron 128)….
Jazakallah
anda boleh mengikuti kajian Manhaj Salaf, anda juga boleh mengikuti kajian di MR atau dikajian2 lainya … tetapi marilah kita sama sama berdoa bahwa agar kita diberikan petunjuk sesuai dengan ajaranNya karena tidak ada yg sanggup memberikan kebaikan ataupun keburukan kecuali Allah SWT
Mudah2an dapat bermanfaat
Imam Mazhab yang empat tidak pernah menyampaikan apa yang dinamakan manhaj salaf atau mazhab salaf. Padahal Imam Mazhab yang empat masih bertemu dengan Salafush Sholeh
Silahkan baca tulisan pada
Assalamu’alaikum,
Mohon masukan dari tuan-tuan semuanya.
Saya dalam kebingungan sekarang ini. Saya rajin mengikuti kajian salafi di radio hang setiap pulang dan pergi ke tempat kerja. Sedikit banyak saya menerapkan nasihat-nasihat ustadz pembicara, seperti sekarang ini saya tidak lagi isbal, tidak memotong jenggot dan sholat mengikuti sifat shalat nabi (Syaikh al Albani), dan meninggalkan kebiasaan-kebiasaan yang dianggap bid’ah.
Namun ada hal yang mengganjal dalam hati, saya jadi kurang khusu dalam shalat, saya melihat sekiling saya adalah salah…bahkan imam, khotib Jum’at dan para da’i…
Dan ada sedikit perasaan membanggakan diri (sombong) dalam hati…saya sangat khawatir dengan ini semua.
Terimakasih sebelumnya.
Walaikumsalam
Mas Mulyadi , tidak lagi isbal, memelihara jenggot adalah baik
Namun kenapa mengikuti cara sholat sebagaimana yang dipahami oleh ulama Al Albani ?
Ulama Al Albani tidak dikenal berkompetensi sebagai Imam Mujtahid Mutlak
Lebih baik kita mengikuti cara sholat sebagaimana yang disampaikan oleh Imam Mazhab yang empat (kalau di negara kita mnegikuti Imam Syafi’i rahimahullah) karena Imam Mazhab yang empat masih bertemu dengan Salafush Sholeh sehingga menyampaikan cara sholat berdasarkan apa yang mereka lihat dari apa yang dikerjakan oleh Salafush Sholeh bukan berdasarkan membaca kitab hadits. Disamping itu jumhur ulama dari dahulu sampai sekarang telah sepakat bahwa Imam Mazhab yang empat berkompetensi sebagai Imam Mujtahid Mutlak sehingga mereka patut diikuti oleh kaum muslim yang tidak lagi bertemu dengan Salafush Sholeh
Beruntunglah antum semua menjadi orang yang berilmu,,namun perlu di ingat penyakit orang berilmu merasa tahu,,
Hati – hati antum dengan penyakit itu karena itu akan menjadi hijab kita denganNya.semoga kita menjadi orang yang semakin berilmu dan membawa kita semakin dekat denganNya
Bukan membawa kita pada kesombongan diri.
Perkembangan pemanfaatan jaringan internet di dunia sangatlah pesat. Saking pesatnya pemanfaatan ini, internet menjadi salah satu sarana sebagian orang-orang jahat untuk menunjukkan secara nyata kebencian dan rasa permusuhan terhadap Islam dan mereka tidak segan untuk melakukan pembodohan terhadap kaum muslimin. Tujuan mereka hanya satu, yaitu menghancurkan Islam. Saat ini mereka tidak menggunakan cara-cara untuk mengeluarkan orang Islam dari Islam, tetapi yang mereka lakukan adalah menjauhkan orang dari Islamnya. Tulisan-tulisan sesat dan menyesatkan yang mereka buat tidak sedikit terpampang di grup-grup diskusi dunia maya. Brainwashing yang mereka lakukan tak ayal menyebabkan sebagain pemuda-pemudi kaum muslimin terpengaruh dan akhirnya mereka tak segan lagi menjadi orang yang meragukan Islam. Sebagian besar dari mereka tidak segan melakukan penipuan-penipuan dan pengakuan-pengakuan palsu untuk meyakinkan kita para pembaca untuk melakukan pembenaran apa yang jelas-jelas salah. Perkembangan yang muncul dikarenakan sifat Islamophobia yang dirasakan oleh orang-orang yang membenci Islam. Robert Moorey dalam bukunya Islamic Invasion yang secara global berisi kebohongan-kebohongan dan secara nyata menunjukkan Islamophobia menyatakan bahwa: “Islam is the world’S second largest and fastest growing religion. Across America, Mosques are shooting up in record numbers. To reach Muslims with the gospel, you must first shake their faith in their religion, Islam ” Moorey secara sadar Islam, sebagai agama yang Rahmatan lil Alamin dan satu-satunya yang diridhai Allah seperti yang tercantum dalam Al-Qur’an, adalah agama yang paling cepat berkembang semenjak keruntuhan Ottoman ditahun 1924. Ini semua disadari oleh musuh-musuh Islam, dan semuanya berawal dari rasa kebencian, dan munculnya keragu-raguan dari mereka terhadap apa yang mereka anut. Di Amerika Serikat; sebagai negara dimana orang secara bebas bisa membeli senjata, kekerasan, pemerkosaan, homosexual, Rasisme, penyimpangan sexual, pembunuhan di sekolah-sekolah (seperti kasus Virginia tech), dan turis-turis yang di perlakukan sebagai kriminal; muncul suatu propaganda yang bertujuan untuk membuat suatu opini publik tentang negatif dari Islam, yang disebut Neo-Conservative. Neo-con adalah sebutan bagi jelmaan partai konservatif gaya baru yang didirikan oleh George H. Bush. di dalam mewujudkan agenda politik dan tendensi zionisme di Amerika Serikat. Semenjak didirikannya partai ini, ideologi neo-con ini menyebar ke penjuru Eropa dan menjadi suatu ideologi tersendiri yang membawa misi sikap skeptis terhadap Islam dan memusuhi Islam. Agenda memerangi Islam telah mulai dicanangkan dengan berbagai bentuk propaganda, diantaranya adalah jargon “War against terrorism” dan menyebut Islam sebagai teroris. Mantan kepala biro “Jerussalem Post” dan asisten ilmuwan di “Cato Institute”, Leon T. Hadar, telah mendokumentasikan indikasi kebijakan luar negeri AS yang dikuasai Neo Con dalam bukunya yang ditulis awal 90-an tentang kebijakan pemerintah AS sebagai berikut: “Now that the Cold War is becoming a memory, America’S foreign policy establishment has begun searching for new enemies. Possible new villains include ‘instabilty’ in Europe – mulai dari German Resurgence to new Russian imperialism – the ‘vanishing’ ozone layer, nuclear Proliferasi and narcoterrorism. Toping the list of potential new global bogeymen, however are the Yellow Perril, the alleged threat to America economic security emanating from East Asia, and the so-called Green Peril (green is the color of Islam). The bahaya is symbolized by the Middle Eastern Moslem fundamentalist ” [Leon T. Hadar, The ‘Green Peril “: Creating the Islamic Fundamentalist Threat, Policy Analysis, Cato Institute, no. 177, 27 Agustus 1992) Untuk memenuhi ambisi dan agenda politik neo-con, upaya pembentukan opini dan pemburukan citra Islam dilakukan dengan berbagai cara. Diantaranya adalah dengan bombardir opini publik melalui media-media baik cetak maupun elektronik. Artikel dan esai yang tersebar di majalah, surat kabar maupun jurnal ramai memperbincangkan tentang isu Islam dan terorisme. Di Indonesia sendiri, seorang muslim yang secara kaafah memahami Islam berdasarkan Al-Qur’an dan tuntunan Nabi-Nya, akan mudah mengenali model perusakan citra Islam melalui opini publik. Mereka-mereka yang sudah tinggal lama di negara-negara yang menganut neo-konservatif ini, akan berusaha membantu untuk memuluskan jalan dalam penghancuran Islam. Untuk mengelabui tindak-tanduk mereka, tidak sedikit dari mereka melakukan kebohongan dengan cara mengaku sebagai muslim yang taat, memahami Al-Qur’an, dan Al Hadist, faham bahasa arab dan banyak di antara mereka dengan pongah mengsejajarkan diri dengan Nabi Muhammad-Alahi sholatu Wassalam-, dan para sahabatnya serta ulama kaum muslimin. Opini-opini mereka tidak akan jauh dari Islam, Arab Saudi, dan Wahabi. Sayangnya, banyak pemuda muslimin yang lemah iman menerima mentah-mentah opini-opini menyesatkan ini. Itulah yang terjadi. Sangat mudah ditebak, pemuda-pemuda yang mulai dihinggapi rasa jijik kepada Al-Qur’an dan Hadist, adalah pemuda-pemuda yang sangat mudah dipengaruhi. Pemuda-pemuda yang secara waktu, masih dalam taraf mencari jati diri, yang konon mereka mengakui mengalami pergulatan bathin dalam menemukan kebenaran versi mereka. Mereka-mereka adalah pemuda-pemuda yang merasa paling komunis setelah membaca buku-buka Karl Marx atau DN Aidit, atau paling liberal setelah buku-buku liberal dan mereka tidak segan menginjak-injak Al-Qur’an dan Hadist Nabi. Apabila kita menelaah ulasan para jurnalis neo-con yang islamfobia, mereka banyak mengambil sumber informasi dari sumber-sumber yang secara nyata memusuhi Islam. Opini-opini publik itu kini tersebar. Sebagai contoh opini-opini itu adalah sebagai berikut: 1. Nina Shea, seorang direktur “Center for Religious Freedom”. Ia menulis sebuah essay berjudul “Saudi Publication on Hate Ideology Fill American Mosques” setelah melakukan studi yang inadequate (tidak memadai) dan absurd ridiculous (tidak masuk akal dan menggelikan). Ia hanya melakukan observasi pada 15 masjid di AS (yang tidak sampai 1% dari jumlah keseluruhan Masjid di AS) lalu mengambil kesimpulan yang bias dan tidak bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Selain itu, Nina Shea banyak melakukan penukilan-penukilan dengan memotongnya sehingga keluar dari konteks dan membawa alur studi kepada pemahamannya yang anti Islam. 2. Daniel Pipes. Seorang kolumnis Amerika Zionis dan Islamfobia. Ia adalah direktur sebuah forum yang disebut dengan “Middle East Forum”. Operasinya didukung oleh beberapa grup seperti “Christian Coalition”, “The America Israel Public Affair commitee”, “The American Jewish Congress” dan “Zionist Organization of America”. Dia juga orang yang berada di belakang website “Campus Watch”. Ayahnya, Richard Pipes, adalah salah satu arsitek kebijaksanaan metodologi neo-con mantan seorang dosen di Harvard University selama lebih dari 46 tahun yang pensiun pada tahun 1996. Richard sendiri adalah seorang kelahiran Polandia yang lahir dari keluarga Yahudi yang kaya raya. Richard Pipes pernah menjabat sebagai “Tim B” CIA pada tahun 1976 dan mengklaim bahwa Soviet memiliki senjata pemusnah massal, yang memicu perang dingin berkepanjangan. 3. Robert Spencer, seorang katolik yang berideologi neo-con yang namanya melambung pasca peristiwa 11 September dan memproklamasikan dirinya sebagai ‘spesialis Islam’. Dia adalah editor buku The Myth of Islamic Tolerance: How Islamic Law Treat Non Muslims [Mitos tentang toleransi Islam: Bagaimana hukum Islam memperlakukan non muslim] (New York: Promotheus Books, 2005). Ia berada di belakang website “Jihad Watch” dan “Dhimmi Watch” bersama dengan rekannya, Hugh Fitzgerald. 4. Bat Ye’or, seorang konseptor utama pencipta istilah Dhimmitude yang ia formulasikan dalam bukunya yang berjudul “Islam and Dhimmitude: Where Civilisations Collide” (Cranbury, Ney Jersey: Associated University Presses, 2002). Bat Ye’or sendiri sebenarnya bukanlah nama aslinya, ini adalah nama samaran pseudonim dengan bahasa Ibrani. Nama aslinya adalah Giselle Littman, seorang kelahiran Mesir namun beragama Yahudi. Ia mengklaim sebagai ahli spesialis Timur Tengah. Ia juga pernah menulis buku yang berjudul “The Jews in Egypt” pada tahun 1971 dengan nama samaran Yahudiyya Masriya. Dia menuduh bahwa bangsa muslim merampas hak kaum Yahudi dan mengkhianati perjanjian-perjanjian mereka dengan Yahudi. Dia memiliki dendam pribadi terhadap Islam setelah dirinya diusir oleh pemerintahan Mesir dan tinggal di Inggris. 5. Stephen Schwarts, Ia mengklaim dirinya sebagai ahli dalam masalah keislaman, Schwarts sangat anti dengan Wahhabi dan Saudi Arabia. Di dalam bukunya yang berjudul “The Two Faces of Islam: The House of Saud from Tradition in Terror”, Schwarts tidak pernah mendukung satupun pendapatnya tentang Islam dengan Al-Qur’an maupun Sunnah. Sangat menggelikan ketika orang yang mengaku ahli dalam masalah Islam tidak pernah mendukung pernyataannya dari sumber Islam. Bahkan lebih parah lagi, sebagaimana diutarakan oleh Amir Butler, bahwa Schwarts bersikap kelewat batas dengan membandingkan antara Wahhabisme dengan Fasisme di Italia, Komunisme di Uni Soviet atau militerisme Jepang. Schwarts, yang berpindah dari agama Yahudi ke agama Islam ala sufi Naqshabandiyah, tetap menunjukkan sikap antipati terhadap dakwah Islam. 6. Oriana Falacci, seorang penulis Italia yang dikenal dengan buku best-sellernya Anger and Pride (Kemarahaan dan Kebanggan) ini menyamakan antara ayat suci Al-Qur’an dengan Mein Kampf-nya Hittler [Mein-Kampf = perjuanganku adalah catatan harian Hittler yang dianggap kitab suci-nya kaum NAZI]. 7. Melanie Philips, penulis Londonistan: How Britain is Creating a Terror State within (London: Gibson Square, 2006). Di dalam bukunya, Melanie banyak melakukan klaim-klaim tanpa bukti, seperti ia menyatakan bahwa toko-toko buku Islam turut menjual buku Mein Kampf-nya Hittler. Ia juga menyandarkan beberapa ucapan kepada Abdurrahman as-Sudays (Imam besar Masjidil Haram, Makkah Al Mukarromah) yang sangat aneh dan tidak menunjukkan dimana perujukan ucapan tersebut ia dapatkan. Banyak sekali sumber-sumber penukilan di buku ini yang tidak diketahui asal muasalnya. Dan ini jelas merupakan kebohongan untuk memuluskan propagandanya. 8. Patrick Sookhdeo, mantan muslim asal Guyana yang murtad menjadi Kristen Anglikan Kanon. Ia menjadi direktur lembaga tidak jelas bernama “Institute for The Study of Islam and Christianity”. Dia memiliki beberapa tulisan, diantaranya “The chalenge of The Church” (2006), “Understanding Islamic Terrorist: The Islamic Doctrin of War” (2004) dan lainnya. Sookhdeo menulis artikel berjudul “The Myth of a Moderate Islam” yang menyatakan bahwa kaum teroris dan ekstrimis Islam melakukan tindakan teror adalah berangkat dari ajaran islam itu sendiri, sehingga aktivitas itu sendiri merupakan representasi dari Islam. 9. Ayaan Hirsi Ali, seorang wanita zindiq asal Somalia yang mengaku sebagai muslimah,, (namun ternyata seorang atheist) namun tindak-tanduk dan karya tulisnya menunjukkan akan kebenciannya terhadap Islam. Dan ini dapat dengan mudah kita dapatkan di grup-grup diskusi yang secara nyata mendukung ini. Ia hijrah ke Belanda dengan cara keimigrasian gelap, dan pernah menjadi mantan anggota partai sayap kanan Belanda. Hirsi Ali menyeru pemerintahan kafir untuk lebih waspada menghadapi kaum muslimin dan mendukung kebijakan-kebijakan pemerintah yang menyudutkan kaum muslimin. Sikap anti islammnya inilah menyebabkan dirinya menjadi “one of the most influential people of 2005” versi majalah “Times”. Di dalam bukunya, “The Caged Virgin: An Emancipation for Women and Islam” menunjukkan sikap kebencian kepada syari’at Islam dan kecenderungannya di dalam atheis dan menentang syariat-syariat Islam. Di bukunya ini ia lebih banyak mengejek dan menghina syariat islam terhadap perlindungan wanita, ia juga mengejek wanita-wanita muslimah yang secara komitmen menjalani syari’at Islam secara kaffah. Tidak aneh pula kalau kebenciannya terhadap Islam sangat tinggi karena ia juga pernah menghadiri pertemuan tahunan Komite Yahudi Amerika. 10. Wafa Sultan, seorang wanita yang lahir si Syiria dan akhirnya menetap di Amerika. Dia secara konyol mengatakan dalam Majalah Time: “I even masih belum believe in Islam, but I am a Muslim”. Pernyataan yang sempat membuat ambigu ini akhirnya terkuak juga hingga suatu saat Wafa Sultan di wawancarai oleh penulis David Horowitz yang juga seorang Neo Conservative, dan dia menyatakan sebagai berikut: “I have decided to fight Islam; please pay attention to my statement; to fight Islam , not the political Islam, not the militant Islam, not the radical Islam, not the Wahhabi Islam, but Islam itself … Islam has never been misunderstood, Islam is the problem …. (Muslims) have to realize that they have only two choices: to change or to be crushed “. Suatu ungkapan yang sangat mengerikan dari seorang wafa sultan, dan ungkapan ini jelas sudah menggambarkan bagaimana sikap dari musuh-musuh Islam sebenarnya. Naudzubillah. Dan masih banyak lagi dari para jurnalis dan penulis neo-con yang islamfobia, yang mendiskreditkan dan memfitnah Islam, termasuk di Indonesia ini. Ada suatu agenda tersembunyi dan propaganda terang-terangan di dalam menyudutkan kebangkitan Islam di dunia. Barat khawatir akan kebangkitan Islam, dimana dalam hal ini Amerika memiliki kepentingan besar di dalam menjaga eksistensinya. Mereka menjadi paranoid dan ketakutan besar terhadap gerakan puritan dan kebangkitan kaum muslim. Mereka khawatir bangkitnya kembali Khilafah Islamiyyah sebagaimana pada masa-masa kegelapan Eropa. Untuk itulah, mereka berupaya mempersiapkan diri melawan suatu ‘peperangan’ dan mencuri start dengan memerangi Islam dengan atas nama terorisme. Madeline Albright, mantan dubes AS untuk PBB menyatakan ketika dirinya masih menjabat sekretaris negara: “The Islamic terrorism threat will lead to a war of the future ” (London: The Observer, 23 Oktober 1998, hal. 14) Dan inilah yang mereka takutkan. Oleh karena itu mereka akan senantiasa menjaga ko-eksistensi mereka, mereka melakukan peperangan dan kekerasan terorganisir atas nama humanity (kemanusiaan) padahal merekalah yang pertama kali menginjak-injak humanity. Sikap arogan seperti inilah yang akan membenamkan Amerika ke dalam jurang kehancuran-dengan izin Allah Subhana wa Ta’ala-ke dalam jurang kehinaan. Samuel Huntington dalam bukunya Clash of Civilitation and the Remaking of World Order (New York: Touchstone books: 1996) mengatakan (hal. 51): “The West won the world not by the superiority of its ideas or values or religion (to which beberapa members of other civilization were converted) but rather by its superiority in applying organized violence. Westerners often forget this fact; non Westerner never do. ” Dari pernyataan ini jelas bahwa orang barat tidak pernah menyadari kesalahan mereka ini, sedangkan lawan mereka tidak pernah melupakannya. Dan inilah yang akan menjadi bumerang bagi mereka, di saat itulah civilitation (peradaban) Amerika akan hancur dan kepemimpinan Islam akan bangkit dan menggantikan posisi mereka, dengan izin Allah-Subhana wa Ta’ala. Dan kita sebagai kaum muslimin, mari kita jadikan Al- Qur’an dan As Sunnah sebagai tuntunan kita. Cintailah Allah dan Rasul-Nya. Letakkanlah keduanya di kepala-kepala kita. Dan yakinlah akan semua janji-janji Allah-Subhana wa Ta’ala-. Jangan takut untuk memperkenalkan Islam kepada istri-istri/suami kita, dan lingkungan keluarga kita. Ajarilah anak-anak kita seperti Lukman Al Hakim mengajarkan anaknya. Ajarilah anak-anak kita berbahasa arab sehingga mereka mampu membaca dan memahami Al-Qur’an, Janganlah kita meninggalkan sholat 5 waktu sekali pun, karena ketika kita mulai berani meninggalkan, maka Allah akan mencabut kecintaan kita kepada Islam dan akan menghinakan kita di hari kiamat . Ajari mereka Islam yang benar, jauhilah dari perbuatan-perbuatan syirik, dan menyimpang dari tuntunan Islam. Jauhkan keluarga kita dari makanan-makanan haram yang akan meracuni darah-darah mereka. Cintailah Makkah dan Madinah, karena Rosulullah telah menyatakan prioritas kedua kota tersebut di hadistnya yang mulia. Rosulullah tidaklah menyebutkan Washington DC, New York, California, Amsterdam, Delft, Groningen, atau Jakarta sekalipun sebagai negeri yang rahmatan lil alamin. Tapi Rosulullah menyebut Makkah dan Madinah. Negeri-negeri yang Rahmatan lil Alamin bukanlah negeri-negeri dimana orang secara bebas bisa membeli senjata lalu menembaknya kepada orang sipil, bukanlah negeri dimana kekerasan, pemerkosaan, homosexual, Rasisme, penyimpangan sexual, anak-anak lahir di luar nikah, pembunuhan di sekolah- sekolah (seperti kasus Virginia tech), dan turis-turis yang di perlakukan sebagai kriminal, poltik standar ganda terjadi disana. Namun negeri yang Rahmatan lil Alamin adalah negara dimana Penduduknya menyembah hanya kepada Allah-Subhana wa Ta’ala-, Yaitu Allah-Subhana wa Ta’ala-yang disembah Nabi Adam Alaihi Salam sampai Nabi Ibrahim, Ismail, Ishaq Yakub Yusuf Ayub, Musa, Harun dan Daud-Alaihi Sallam-, yaitu Allah-Subhana wa Ta’ala-yang disembah oleh Nabi Isa dan Nabi Muhammad-Alaihi sholatu Wassalam-, dan tidak melakukan kesyirikan, negeri dimana hukum-hukum Allah-Subhana wa Ta’ala ditegakkan, negeri dimana, penduduknya saling mencintai atas dasar ketakwaan hanya kepada Allah-Subhana wa Ta’ala. Negeri yang dulunya gersang dan hanya suatu lembah yang tandus, dan kemudian di do’akan Nabi Ibrahim-alaihi Salam-sampai seperti sekarang. Negeri dimana Nabi Ismail dan ibundanya, Hajar, akhirnya menetap disana. Jangan pernah terpengaruh oleh manisnya kalimat-kalimat orang yang secara jelas menunjukkan Islamophobia, yang hanya bisa mengandalkan otak-otak mereka. Tanyailah setiap pernyataan mereka dengan dalil dari Al-Qur’an dan Al Hadist, maka niscaya kita akan temui mereka tak berdaya, yang hanya berteriak tanpa dalil yang jelas kecuali berdasarkan otak-otak ayam mereka, dan ingatan mereka pada masa kecil yang tidak dapat dipertanggungjawabkan . Merekalah dajjal-dajjal para pendusta agama ini. Mereka adalah orang-orang yang menempatkan Al-Qur’an dan Al Hadist di tumpukkan paling bawah. Mereka adalah musuh yang nyata. Slogan mereka tak lebih dari muntahan barang haram yang telah mereka makan dan kenakan. Mereka adalah orang-orang pengecut yang berlindung dibalik ketiak-ketiak tuan mereka. Mereka yang terlena dengan keindahan dunia, dan menggadaikan iman-iman mereka. Mereka bekerja untuk kepentingan orang-orang yang membenci Islam. Sesungguhnya mereka tidak sadar siapa yang mereka hadapi. Mereka itu sombong, dan mereka menantang Allah-Subhana wa Ta’ala. وعد الله الذين آمنوا منكم وعملوا الصالحات ليستخلفنهم في الأرض كما استخلف الذين من قبلهم وليمكنن لهم دينهم الذي ارتضى لهم وليبدلنهم من بعد خوفهم أمنا يعبدونني لا يشركون بي شيئا “Dan Allah Telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shaleh bahwa dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana dia Telah membuat orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang Telah diridhai-Nya untuk mereka, dan dia benar-benar akan mengubah (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. mereka tetap menyembah-Ku dengan tidak mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. ” ولينصرن الله من ينصره إن الله لقوي عزيز “Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa ” إن ينصركم الله فلا غالب لكم وإن يخذلكم فمن ذا الذي ينصركم من بعده “Jika Allah menolong kamu, Maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (Tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? ” وإن تصبروا وتتقوا لا يضركم كيدهم شيئا إن الله بما يعملون محيط “Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan. ” Semoga rangkuman ini bermanfaat buat kita, dan semakin meningkatkan ukhuwah Islamiyah diantara kaum Muslimin. Seluruh kebenaran datangnya hanya dari Allah-Subhana wa Ta’ala-dan kesalahan datang dari kekhilafan pribadi. Dan sesungguhnya seluruh urusan kaum muslimin adalah selalu baik, baik disaat diberikan kenikmatan oleh Allah-Subhana wa Ta’ala-dan kita bersyukur, dan disaat diberikan cobaan maka kita senantiasa bersabar. Semoga Allah memberikan kita keteguhan di atas Islam yang haq. Amin. sumber: dari berbagai sumber http://sallysety.multiply.com/journal/item/44/Agenda_Penghancuran_Islam Bahkan lebih parah lagi, sebagaimana diutarakan oleh Amir Butler, bahwa Schwarts bersikap kelewat batas dengan membandingkan antara Wahhabisme dengan Fasisme di Italia, Komunisme di Uni Soviet atau militerisme Jepang. Schwarts, yang berpindah dari agama Yahudi ke agama Islam ala sufi Naqshabandiyah, tetap menunjukkan sikap antipati terhadap dakwah Islam. 6. Oriana Falacci, seorang penulis Italia yang dikenal dengan buku best-sellernya Anger and Pride (Kemarahaan dan Kebanggan) ini menyamakan antara ayat suci Al-Qur’an dengan Mein Kampf-nya Hittler [Mein-Kampf = perjuanganku adalah catatan harian Hittler yang dianggap kitab suci-nya kaum NAZI]. 7. Melanie Philips, penulis Londonistan: How Britain is Creating a Terror State within (London: Gibson Square, 2006). Di dalam bukunya, Melanie banyak melakukan klaim-klaim tanpa bukti, seperti ia menyatakan bahwa toko-toko buku Islam turut menjual buku Mein Kampf-nya Hittler. Ia juga menyandarkan beberapa ucapan kepada Abdurrahman as-Sudays (Imam besar Masjidil Haram, Makkah Al Mukarromah) yang sangat aneh dan tidak menunjukkan dimana perujukan ucapan tersebut ia dapatkan. Banyak sekali sumber-sumber penukilan di buku ini yang tidak diketahui asal muasalnya. Dan ini jelas merupakan kebohongan untuk memuluskan propagandanya. 8. Patrick Sookhdeo, mantan muslim asal Guyana yang murtad menjadi Kristen Anglikan Kanon. Ia menjadi direktur lembaga tidak jelas bernama “Institute for The Study of Islam and Christianity”. Dia memiliki beberapa tulisan, diantaranya “The chalenge of The Church” (2006), “Understanding Islamic Terrorist: The Islamic Doctrin of War” (2004) dan lainnya. Sookhdeo menulis artikel berjudul “The Myth of a Moderate Islam” yang menyatakan bahwa kaum teroris dan ekstrimis Islam melakukan tindakan teror adalah berangkat dari ajaran islam itu sendiri, sehingga aktivitas itu sendiri merupakan representasi dari Islam. 9. Ayaan Hirsi Ali, seorang wanita zindiq asal Somalia yang mengaku sebagai muslimah,, (namun ternyata seorang atheist) namun tindak-tanduk dan karya tulisnya menunjukkan akan kebenciannya terhadap Islam. Dan ini dapat dengan mudah kita dapatkan di grup-grup diskusi yang secara nyata mendukung ini. Ia hijrah ke Belanda dengan cara keimigrasian gelap, dan pernah menjadi mantan anggota partai sayap kanan Belanda. Hirsi Ali menyeru pemerintahan kafir untuk lebih waspada menghadapi kaum muslimin dan mendukung kebijakan-kebijakan pemerintah yang menyudutkan kaum muslimin. Sikap anti islammnya inilah menyebabkan dirinya menjadi “one of the most influential people of 2005” versi majalah “Times”. Di dalam bukunya, “The Caged Virgin: An Emancipation for Women and Islam” menunjukkan sikap kebencian kepada syari’at Islam dan kecenderungannya di dalam atheis dan menentang syariat-syariat Islam. Di bukunya ini ia lebih banyak mengejek dan menghina syariat islam terhadap perlindungan wanita, ia juga mengejek wanita-wanita muslimah yang secara komitmen menjalani syari’at Islam secara kaffah. Tidak aneh pula kalau kebenciannya terhadap Islam sangat tinggi karena ia juga pernah menghadiri pertemuan tahunan Komite Yahudi Amerika. 10. Wafa Sultan, seorang wanita yang lahir si Syiria dan akhirnya menetap di Amerika. Dia secara konyol mengatakan dalam Majalah Time: “I even masih belum believe in Islam, but I am a Muslim”. Pernyataan yang sempat membuat ambigu ini akhirnya terkuak juga hingga suatu saat Wafa Sultan di wawancarai oleh penulis David Horowitz yang juga seorang Neo Conservative, dan dia menyatakan sebagai berikut: “I have decided to fight Islam; please pay attention to my statement; to fight Islam , not the political Islam, not the militant Islam, not the radical Islam, not the Wahhabi Islam, but Islam itself … Islam has never been misunderstood, Islam is the problem …. (Muslims) have to realize that they have only two choices: to change or to be crushed “. Suatu ungkapan yang sangat mengerikan dari seorang wafa sultan, dan ungkapan ini jelas sudah menggambarkan bagaimana sikap dari musuh-musuh Islam sebenarnya. Naudzubillah. Dan masih banyak lagi dari para jurnalis dan penulis neo-con yang islamfobia, yang mendiskreditkan dan memfitnah Islam, termasuk di Indonesia ini. Ada suatu agenda tersembunyi dan propaganda terang-terangan di dalam menyudutkan kebangkitan Islam di dunia. Barat khawatir akan kebangkitan Islam, dimana dalam hal ini Amerika memiliki kepentingan besar di dalam menjaga eksistensinya. Mereka menjadi paranoid dan ketakutan besar terhadap gerakan puritan dan kebangkitan kaum muslim. Mereka khawatir bangkitnya kembali Khilafah Islamiyyah sebagaimana pada masa-masa kegelapan Eropa. Untuk itulah, mereka berupaya mempersiapkan diri melawan suatu ‘peperangan’ dan mencuri start dengan memerangi Islam dengan atas nama terorisme. Madeline Albright, mantan dubes AS untuk PBB menyatakan ketika dirinya masih menjabat sekretaris negara: “The Islamic terrorism threat will lead to a war of the future ” (London: The Observer, 23 Oktober 1998, hal. 14) Dan inilah yang mereka takutkan. Oleh karena itu mereka akan senantiasa menjaga ko-eksistensi mereka, mereka melakukan peperangan dan kekerasan terorganisir atas nama humanity (kemanusiaan) padahal merekalah yang pertama kali menginjak-injak humanity. Sikap arogan seperti inilah yang akan membenamkan Amerika ke dalam jurang kehancuran-dengan izin Allah Subhana wa Ta’ala-ke dalam jurang kehinaan. Samuel Huntington dalam bukunya Clash of Civilitation and the Remaking of World Order (New York: Touchstone books: 1996) mengatakan (hal. 51): “The West won the world not by the superiority of its ideas or values or religion (to which beberapa members of other civilization were converted) but rather by its superiority in applying organized violence. Westerners often forget this fact; non Westerner never do. ” Dari pernyataan ini jelas bahwa orang barat tidak pernah menyadari kesalahan mereka ini, sedangkan lawan mereka tidak pernah melupakannya. Dan inilah yang akan menjadi bumerang bagi mereka, di saat itulah civilitation (peradaban) Amerika akan hancur dan kepemimpinan Islam akan bangkit dan menggantikan posisi mereka, dengan izin Allah-Subhana wa Ta’ala. Dan kita sebagai kaum muslimin, mari kita jadikan Al- Qur’an dan As Sunnah sebagai tuntunan kita. Cintailah Allah dan Rasul-Nya. Letakkanlah keduanya di kepala-kepala kita. Dan yakinlah akan semua janji-janji Allah-Subhana wa Ta’ala-. Jangan takut untuk memperkenalkan Islam kepada istri-istri/suami kita, dan lingkungan keluarga kita. Ajarilah anak-anak kita seperti Lukman Al Hakim mengajarkan anaknya. Ajarilah anak-anak kita berbahasa arab sehingga mereka mampu membaca dan memahami Al-Qur’an, Janganlah kita meninggalkan sholat 5 waktu sekali pun, karena ketika kita mulai berani meninggalkan, maka Allah akan mencabut kecintaan kita kepada Islam dan akan menghinakan kita di hari kiamat . Ajari mereka Islam yang benar, jauhilah dari perbuatan-perbuatan syirik, dan menyimpang dari tuntunan Islam. Jauhkan keluarga kita dari makanan-makanan haram yang akan meracuni darah-darah mereka. Cintailah Makkah dan Madinah, karena Rosulullah telah menyatakan prioritas kedua kota tersebut di hadistnya yang mulia. Rosulullah tidaklah menyebutkan Washington DC, New York, California, Amsterdam, Delft, Groningen, atau Jakarta sekalipun sebagai negeri yang rahmatan lil alamin. Tapi Rosulullah menyebut Makkah dan Madinah. Negeri-negeri yang Rahmatan lil Alamin bukanlah negeri-negeri dimana orang secara bebas bisa membeli senjata lalu menembaknya kepada orang sipil, bukanlah negeri dimana kekerasan, pemerkosaan, homosexual, Rasisme, penyimpangan sexual, anak-anak lahir di luar nikah, pembunuhan di sekolah- sekolah (seperti kasus Virginia tech), dan turis-turis yang di perlakukan sebagai kriminal, poltik standar ganda terjadi disana. Namun negeri yang Rahmatan lil Alamin adalah negara dimana Penduduknya menyembah hanya kepada Allah-Subhana wa Ta’ala-, Yaitu Allah-Subhana wa Ta’ala-yang disembah Nabi Adam Alaihi Salam sampai Nabi Ibrahim, Ismail, Ishaq Yakub Yusuf Ayub, Musa, Harun dan Daud-Alaihi Sallam-, yaitu Allah-Subhana wa Ta’ala-yang disembah oleh Nabi Isa dan Nabi Muhammad-Alaihi sholatu Wassalam-, dan tidak melakukan kesyirikan, negeri dimana hukum-hukum Allah-Subhana wa Ta’ala ditegakkan, negeri dimana, penduduknya saling mencintai atas dasar ketakwaan hanya kepada Allah-Subhana wa Ta’ala. Negeri yang dulunya gersang dan hanya suatu lembah yang tandus, dan kemudian di do’akan Nabi Ibrahim-alaihi Salam-sampai seperti sekarang. Negeri dimana Nabi Ismail dan ibundanya, Hajar, akhirnya menetap disana. Jangan pernah terpengaruh oleh manisnya kalimat-kalimat orang yang secara jelas menunjukkan Islamophobia, yang hanya bisa mengandalkan otak-otak mereka. Tanyailah setiap pernyataan mereka dengan dalil dari Al-Qur’an dan Al Hadist, maka niscaya kita akan temui mereka tak berdaya, yang hanya berteriak tanpa dalil yang jelas kecuali berdasarkan otak-otak ayam mereka, dan ingatan mereka pada masa kecil yang tidak dapat dipertanggungjawabkan . Merekalah dajjal-dajjal para pendusta agama ini. Mereka adalah orang-orang yang menempatkan Al-Qur’an dan Al Hadist di tumpukkan paling bawah. Mereka adalah musuh yang nyata. Slogan mereka tak lebih dari muntahan barang haram yang telah mereka makan dan kenakan. Mereka adalah orang-orang pengecut yang berlindung dibalik ketiak-ketiak tuan mereka. Mereka yang terlena dengan keindahan dunia, dan menggadaikan iman-iman mereka. Mereka bekerja untuk kepentingan orang-orang yang membenci Islam. Sesungguhnya mereka tidak sadar siapa yang mereka hadapi. Mereka itu sombong, dan mereka menantang Allah-Subhana wa Ta’ala. وعد الله الذين آمنوا منكم وعملوا الصالحات ليستخلفنهم في الأرض كما استخلف الذين من قبلهم وليمكنن لهم دينهم الذي ارتضى لهم وليبدلنهم من بعد خوفهم أمنا يعبدونني لا يشركون بي شيئا “Dan Allah Telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shaleh bahwa dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana dia Telah membuat orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang Telah diridhai-Nya untuk mereka, dan dia benar-benar akan mengubah (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. mereka tetap menyembah-Ku dengan tidak mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. ” ولينصرن الله من ينصره إن الله لقوي عزيز “Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa ” إن ينصركم الله فلا غالب لكم وإن يخذلكم فمن ذا الذي ينصركم من بعده “Jika Allah menolong kamu, Maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (Tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? ” وإن تصبروا وتتقوا لا يضركم كيدهم شيئا إن الله بما يعملون محيط “Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan. ” Semoga rangkuman ini bermanfaat buat kita, dan semakin meningkatkan ukhuwah Islamiyah diantara kaum Muslimin. Seluruh kebenaran datangnya hanya dari Allah-Subhana wa Ta’ala-dan kesalahan datang dari kekhilafan pribadi. Dan sesungguhnya seluruh urusan kaum muslimin adalah selalu baik, baik disaat diberikan kenikmatan oleh Allah-Subhana wa Ta’ala-dan kita bersyukur, dan disaat diberikan cobaan maka kita senantiasa bersabar. Semoga Allah memberikan kita keteguhan di atas Islam yang haq. Amin. sumber: dari berbagai sumber http://sallysety.multiply.com/journal/item/44/Agenda_Penghancuran_Islam Bahkan lebih parah lagi, sebagaimana diutarakan oleh Amir Butler, bahwa Schwarts bersikap kelewat batas dengan membandingkan antara Wahhabisme dengan Fasisme di Italia, Komunisme di Uni Soviet atau militerisme Jepang. Schwarts, yang berpindah dari agama Yahudi ke agama Islam ala sufi Naqshabandiyah, tetap menunjukkan sikap antipati terhadap dakwah Islam. 6. Oriana Falacci, seorang penulis Italia yang dikenal dengan buku best-sellernya Anger and Pride (Kemarahaan dan Kebanggan) ini menyamakan antara ayat suci Al-Qur’an dengan Mein Kampf-nya Hittler [Mein-Kampf = perjuanganku adalah catatan harian Hittler yang dianggap kitab suci-nya kaum NAZI]. 7. Melanie Philips, penulis Londonistan: How Britain is Creating a Terror State within (London: Gibson Square, 2006). Di dalam bukunya, Melanie banyak melakukan klaim-klaim tanpa bukti, seperti ia menyatakan bahwa toko-toko buku Islam turut menjual buku Mein Kampf-nya Hittler. Ia juga menyandarkan beberapa ucapan kepada Abdurrahman as-Sudays (Imam besar Masjidil Haram, Makkah Al Mukarromah) yang sangat aneh dan tidak menunjukkan dimana perujukan ucapan tersebut ia dapatkan. Banyak sekali sumber-sumber penukilan di buku ini yang tidak diketahui asal muasalnya. Dan ini jelas merupakan kebohongan untuk memuluskan propagandanya. 8. Patrick Sookhdeo, mantan muslim asal Guyana yang murtad menjadi Kristen Anglikan Kanon. Ia menjadi direktur lembaga tidak jelas bernama “Institute for The Study of Islam and Christianity”. Dia memiliki beberapa tulisan, diantaranya “The chalenge of The Church” (2006), “Understanding Islamic Terrorist: The Islamic Doctrin of War” (2004) dan lainnya. Sookhdeo menulis artikel berjudul “The Myth of a Moderate Islam” yang menyatakan bahwa kaum teroris dan ekstrimis Islam melakukan tindakan teror adalah berangkat dari ajaran islam itu sendiri, sehingga aktivitas itu sendiri merupakan representasi dari Islam. 9. Ayaan Hirsi Ali, seorang wanita zindiq asal Somalia yang mengaku sebagai muslimah,, (namun ternyata seorang atheist) namun tindak-tanduk dan karya tulisnya menunjukkan akan kebenciannya terhadap Islam. Dan ini dapat dengan mudah kita dapatkan di grup-grup diskusi yang secara nyata mendukung ini. Ia hijrah ke Belanda dengan cara keimigrasian gelap, dan pernah menjadi mantan anggota partai sayap kanan Belanda. Hirsi Ali menyeru pemerintahan kafir untuk lebih waspada menghadapi kaum muslimin dan mendukung kebijakan-kebijakan pemerintah yang menyudutkan kaum muslimin. Sikap anti islammnya inilah menyebabkan dirinya menjadi “one of the most influential people of 2005” versi majalah “Times”. Di dalam bukunya, “The Caged Virgin: An Emancipation for Women and Islam” menunjukkan sikap kebencian kepada syari’at Islam dan kecenderungannya di dalam atheis dan menentang syariat-syariat Islam. Di bukunya ini ia lebih banyak mengejek dan menghina syariat islam terhadap perlindungan wanita, ia juga mengejek wanita-wanita muslimah yang secara komitmen menjalani syari’at Islam secara kaffah. Tidak aneh pula kalau kebenciannya terhadap Islam sangat tinggi karena ia juga pernah menghadiri pertemuan tahunan Komite Yahudi Amerika. 10. Wafa Sultan, seorang wanita yang lahir si Syiria dan akhirnya menetap di Amerika. Dia secara konyol mengatakan dalam Majalah Time: “I even masih belum believe in Islam, but I am a Muslim”. Pernyataan yang sempat membuat ambigu ini akhirnya terkuak juga hingga suatu saat Wafa Sultan di wawancarai oleh penulis David Horowitz yang juga seorang Neo Conservative, dan dia menyatakan sebagai berikut: “I have decided to fight Islam; please pay attention to my statement; to fight Islam , not the political Islam, not the militant Islam, not the radical Islam, not the Wahhabi Islam, but Islam itself … Islam has never been misunderstood, Islam is the problem …. (Muslims) have to realize that they have only two choices: to change or to be crushed “. Suatu ungkapan yang sangat mengerikan dari seorang wafa sultan, dan ungkapan ini jelas sudah menggambarkan bagaimana sikap dari musuh-musuh Islam sebenarnya. Naudzubillah. Dan masih banyak lagi dari para jurnalis dan penulis neo-con yang islamfobia, yang mendiskreditkan dan memfitnah Islam, termasuk di Indonesia ini. Ada suatu agenda tersembunyi dan propaganda terang-terangan di dalam menyudutkan kebangkitan Islam di dunia. Barat khawatir akan kebangkitan Islam, dimana dalam hal ini Amerika memiliki kepentingan besar di dalam menjaga eksistensinya. Mereka menjadi paranoid dan ketakutan besar terhadap gerakan puritan dan kebangkitan kaum muslim. Mereka khawatir bangkitnya kembali Khilafah Islamiyyah sebagaimana pada masa-masa kegelapan Eropa. Untuk itulah, mereka berupaya mempersiapkan diri melawan suatu ‘peperangan’ dan mencuri start dengan memerangi Islam dengan atas nama terorisme. Madeline Albright, mantan dubes AS untuk PBB menyatakan ketika dirinya masih menjabat sekretaris negara: “The Islamic terrorism threat will lead to a war of the future ” (London: The Observer, 23 Oktober 1998, hal. 14) Dan inilah yang mereka takutkan. Oleh karena itu mereka akan senantiasa menjaga ko-eksistensi mereka, mereka melakukan peperangan dan kekerasan terorganisir atas nama humanity (kemanusiaan) padahal merekalah yang pertama kali menginjak-injak humanity. Sikap arogan seperti inilah yang akan membenamkan Amerika ke dalam jurang kehancuran-dengan izin Allah Subhana wa Ta’ala-ke dalam jurang kehinaan. Samuel Huntington dalam bukunya Clash of Civilitation and the Remaking of World Order (New York: Touchstone books: 1996) mengatakan (hal. 51): “The West won the world not by the superiority of its ideas or values or religion (to which beberapa members of other civilization were converted) but rather by its superiority in applying organized violence. Westerners often forget this fact; non Westerner never do. ” Dari pernyataan ini jelas bahwa orang barat tidak pernah menyadari kesalahan mereka ini, sedangkan lawan mereka tidak pernah melupakannya. Dan inilah yang akan menjadi bumerang bagi mereka, di saat itulah civilitation (peradaban) Amerika akan hancur dan kepemimpinan Islam akan bangkit dan menggantikan posisi mereka, dengan izin Allah-Subhana wa Ta’ala. Dan kita sebagai kaum muslimin, mari kita jadikan Al- Qur’an dan As Sunnah sebagai tuntunan kita. Cintailah Allah dan Rasul-Nya. Letakkanlah keduanya di kepala-kepala kita. Dan yakinlah akan semua janji-janji Allah-Subhana wa Ta’ala-. Jangan takut untuk memperkenalkan Islam kepada istri-istri/suami kita, dan lingkungan keluarga kita. Ajarilah anak-anak kita seperti Lukman Al Hakim mengajarkan anaknya. Ajarilah anak-anak kita berbahasa arab sehingga mereka mampu membaca dan memahami Al-Qur’an, Janganlah kita meninggalkan sholat 5 waktu sekali pun, karena ketika kita mulai berani meninggalkan, maka Allah akan mencabut kecintaan kita kepada Islam dan akan menghinakan kita di hari kiamat . Ajari mereka Islam yang benar, jauhilah dari perbuatan-perbuatan syirik, dan menyimpang dari tuntunan Islam. Jauhkan keluarga kita dari makanan-makanan haram yang akan meracuni darah-darah mereka. Cintailah Makkah dan Madinah, karena Rosulullah telah menyatakan prioritas kedua kota tersebut di hadistnya yang mulia. Rosulullah tidaklah menyebutkan Washington DC, New York, California, Amsterdam, Delft, Groningen, atau Jakarta sekalipun sebagai negeri yang rahmatan lil alamin. Tapi Rosulullah menyebut Makkah dan Madinah. Negeri-negeri yang Rahmatan lil Alamin bukanlah negeri-negeri dimana orang secara bebas bisa membeli senjata lalu menembaknya kepada orang sipil, bukanlah negeri dimana kekerasan, pemerkosaan, homosexual, Rasisme, penyimpangan sexual, anak-anak lahir di luar nikah, pembunuhan di sekolah- sekolah (seperti kasus Virginia tech), dan turis-turis yang di perlakukan sebagai kriminal, poltik standar ganda terjadi disana. Namun negeri yang Rahmatan lil Alamin adalah negara dimana Penduduknya menyembah hanya kepada Allah-Subhana wa Ta’ala-, Yaitu Allah-Subhana wa Ta’ala-yang disembah Nabi Adam Alaihi Salam sampai Nabi Ibrahim, Ismail, Ishaq Yakub Yusuf Ayub, Musa, Harun dan Daud-Alaihi Sallam-, yaitu Allah-Subhana wa Ta’ala-yang disembah oleh Nabi Isa dan Nabi Muhammad-Alaihi sholatu Wassalam-, dan tidak melakukan kesyirikan, negeri dimana hukum-hukum Allah-Subhana wa Ta’ala ditegakkan, negeri dimana, penduduknya saling mencintai atas dasar ketakwaan hanya kepada Allah-Subhana wa Ta’ala. Negeri yang dulunya gersang dan hanya suatu lembah yang tandus, dan kemudian di do’akan Nabi Ibrahim-alaihi Salam-sampai seperti sekarang. Negeri dimana Nabi Ismail dan ibundanya, Hajar, akhirnya menetap disana. Jangan pernah terpengaruh oleh manisnya kalimat-kalimat orang yang secara jelas menunjukkan Islamophobia, yang hanya bisa mengandalkan otak-otak mereka. Tanyailah setiap pernyataan mereka dengan dalil dari Al-Qur’an dan Al Hadist, maka niscaya kita akan temui mereka tak berdaya, yang hanya berteriak tanpa dalil yang jelas kecuali berdasarkan otak-otak ayam mereka, dan ingatan mereka pada masa kecil yang tidak dapat dipertanggungjawabkan . Merekalah dajjal-dajjal para pendusta agama ini. Mereka adalah orang-orang yang menempatkan Al-Qur’an dan Al Hadist di tumpukkan paling bawah. Mereka adalah musuh yang nyata. Slogan mereka tak lebih dari muntahan barang haram yang telah mereka makan dan kenakan. Mereka adalah orang-orang pengecut yang berlindung dibalik ketiak-ketiak tuan mereka. Mereka yang terlena dengan keindahan dunia, dan menggadaikan iman-iman mereka. Mereka bekerja untuk kepentingan orang-orang yang membenci Islam. Sesungguhnya mereka tidak sadar siapa yang mereka hadapi. Mereka itu sombong, dan mereka menantang Allah-Subhana wa Ta’ala. وعد الله الذين آمنوا منكم وعملوا الصالحات ليستخلفنهم في الأرض كما استخلف الذين من قبلهم وليمكنن لهم دينهم الذي ارتضى لهم وليبدلنهم من بعد خوفهم أمنا يعبدونني لا يشركون بي شيئا “Dan Allah Telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shaleh bahwa dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana dia Telah membuat orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang Telah diridhai-Nya untuk mereka, dan dia benar-benar akan mengubah (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. mereka tetap menyembah-Ku dengan tidak mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. ” ولينصرن الله من ينصره إن الله لقوي عزيز “Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa ” إن ينصركم الله فلا غالب لكم وإن يخذلكم فمن ذا الذي ينصركم من بعده “Jika Allah menolong kamu, Maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (Tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? ” وإن تصبروا وتتقوا لا يضركم كيدهم شيئا إن الله بما يعملون محيط “Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan. ” Semoga rangkuman ini bermanfaat buat kita, dan semakin meningkatkan ukhuwah Islamiyah diantara kaum Muslimin. Seluruh kebenaran datangnya hanya dari Allah-Subhana wa Ta’ala-dan kesalahan datang dari kekhilafan pribadi. Dan sesungguhnya seluruh urusan kaum muslimin adalah selalu baik, baik disaat diberikan kenikmatan oleh Allah-Subhana wa Ta’ala-dan kita bersyukur, dan disaat diberikan cobaan maka kita senantiasa bersabar. Semoga Allah memberikan kita keteguhan di atas Islam yang haq. Amin
Dari semua perdebatan ini sy ingin menanyakan ke bang zon.
1.apa perbedaan mas abu dgn org kawarij?
2.apa kesamaan mas abu dengan orang kawarij?
Assalamualaikum wr.wb.
mas Bima kalau boleh tahu , kenapa sampai muncul dua pertanyaan diatas….?
waalaikumsalam,
Saya hanya ingin memastikan siapa yg benar2 mengikuti Rosulullah dan siapa yg mengikuti buku.
buku tiada akhlak namun Rosulullah di utus untuk menyempurnakan akhlak.
Bagaimana dgn org yg menuhankan Tuhan yg sebenarnya dgn org yg menuhankan agama?!
Sikap salafus shalih itu bijak,pengajar yg baik dan pengajaran penuh dgn hikmah,dia buang jauh2 hawa nafsu dlm mengajar,tidak otoriter namun tegas.tdk merasa pintar karena dia paham dia bukanlah siapa2 tanpa ilmunya Allah,maka dia rendah hati.
Maka aku bertanya biar aku bisa membedakan.
MAS BIMA SYA MW TANYA SAMA AND.
1. ap anda akan ikut syidina umar sahabat nbi yang di jamin masuk surga oleh nabi yang menurut wahabi melakukan bidah krna sholat traweh 20 rokaat yang tidak sesuai dengan nabi fersi wahabi ATW IKUT WAHABI YANG GX ADA JAMINAN DRI ROSUL? MHON JAWAB
2.BERANIKAH ANDA MENGKAFIRKAN SOHABT UMAR YANG TELAH MELAKUKAN BIDAH HSANAH? MOHON JAWAB
3. COBA ANDA TILAI MNAKAH YANG LEBIH BAIK SYIDINA UMAR ATW ABDUL WAHAB.? MHON JWAB DENGAN BENAR
Mas ARI sepertinya pertanyaan anda tidak singkron dengan komentar saya,lebih tepatnya pertanyaan anda di alamatkan ke mas ABU FAZA,saran saya mas ari baca semua komentar dari awal satu per satu,supaya paham ujung pembicaraannya.
assalamu’alaikum semuanya.
saya baca ucapan Abu Faza selalu tidak sesuai dengan alur dialog(debat ilmiah) yang terjadi.
ketika abu faza mencoba mengajak dialog ke barat maka akan diikuti dialognya dengan lawan dialognya, ketika mentok abu faza malah lari ke selatan. tidak menyelesaikan dialog / tanya jawab secara menyeluruh dan mendalam.
sitematika ini ga memuaskan saya selaku muslim yang awam.
saya juga melihat di situs situs, postingan facebook, blog-blog, maupun wordpress,
Gayanya Abu Faza sama saja dengan teman2nya yang ingin berdakwah islam versi “kaum salafi”.
tolong dong dirubah dong gaya debatnya sehingga kami bisa masuk ke aliran anda secara yakin tau bahasa lainnya “tolong yakinkan kami yang awam ini” dengan suguhan kupas tuntas jangan kabur atau cari masalah baru untuk menutup masalah lama yang ga kelar.
Abu Faza kayak politikus pemerintah yang suka buat isu baru untuk menutup isu yang ga populer buat kepentingan partai. hehehehe……… wassalam.
Walaikumsalam
Sebagaimana yang telah disampaikan dalam tulisan pada https://mutiarazuhud.wordpress.com/2014/02/04/terlarangkah-ajaran-mereka/ bahwa ajaran Wahabi maupun Syiah dilarang untuk disebarluaskan salah satu alasannya adalah karena akan menimbulkan konflik, merongrong persatuan dunia Islam, memecah belah umat Islam dan mengancam stabilitas negara.
Perbedaan di antara Imam Mazhab yang empat semata-mata dikarenakan terbentuk setelah adanya furu’ (cabang), sementara furu’ tersebut ada disebabkan adanya sifat zanni dalam nash. Oleh sebab itu, pada sisi zanni inilah kebenaran bisa menjadi banyak (relatif), mutaghayirat disebabkan pengaruh bias dalil yang ada. Boleh jadi nash yang digunakan sama, namun cara pengambilan kesimpulannya berbeda.
Jadi perbedaan pendapat di antara Imam Mazhab yang empat tidak dapat dikatakan pendapat yang satu lebih kuat (arjah atau tarjih) dari pendapat yang lainnya atau bahkan yang lebih ekstrim mereka yang mengatakan pendapat yang satu yang benar dan yang lain salah.
Perbedaan pendapat di antara Imam Mazhab yang empat yang dimaksud dengan “perbedaan adalah rahmat”. Sedangkan perbedaan pendapat di antara bukan ahli istidlal adalah kesalahpahaman semata yang dapat menyesatkan orang banyak
Salah dalam memahami Al Qur’an dan As Sunnah karena bukan ahli istidlal akan menimbulkan perselisihan seperti permusuhan, kebencian, saling membelakangi dan memutus hubungan sehingga timbullah firqah dalam Islam sebagaimana yang telah disampaikan dalam tulisan pada https://mutiarazuhud.wordpress.com/2014/01/23/timbullah-firqah/
Tulisan dalam bentuk file pdf silahkan download pada https://mutiarazuhud.files.wordpress.com/2014/01/penyebab-timbulnya-firqah-dalam-islam.pdf dalam bentuk file word silahkan download pada https://mutiarazuhud.files.wordpress.com/2014/01/penyebab-timbulnya-firqah-dalam-islam.docx
Perhatikanlah tulisan-tulisan mereka contohnya pada http://tukpencarialhaq.com/ maka akan dapat kita temukan bertebaran nama-nama firqah yang masing-masing merasa paling benar seperti salafi jihadi, salafi haraki, salafi Turotsi, salafi Yamani atau salafi Muqbil, salafi Rodja atau salafi Halabi, salafi Sururi, salafi Quthbi atau salafi Ikhwani dan firqah-firqah yang lain dengan nama pemimpinnya.
Contohnya pengikut Ali Hasan Al Halabi dinamakan oleh salafi yang lain sebagai Halabiyun sebagaimana contoh publikasi mereka pada http://tukpencarialhaq.com/2013/11/17/demi-halabiyun-rodja-asatidzah-ahlussunnah-pun-dibidiknya/ berikut kutipannya
***** awal kutipan *****
Kita lanjutkan sedikit pemaparan bukti dari kisah Haris, Jafar Salih dkk.
Cileungsi termasuk daerah terpapar virus Halabiyun Rodja pada ring pertama.
Tak heran jika kepedulian asatidzah begitu besar terhadap front terdepan (disamping daerah Jakarta tentunya).
Daurah-daurah begitu intensif dilaksanakan, jazahumullahu khaira. Kemarahan mereka telah kita saksikan bersama dan faktanya, amarah/ketidaksukaan ini juga mengalir deras pada sebagian dai yang menisbahkan diri dan dakwahnya sebarisan dengan kita.
Berdusta (atas nama Asy Syaikh Muqbil rahimahullah-pun) dilakukan, menjuluki sebagai Ashhabul Manhaj sebagaimana yang dilontarkan dengan penuh semangat oleh Muhammad Barmim, berupaya mengebiri pembicaraan terkait kelompok-kelompok menyimpang sampaipun Sofyan Ruray mengumumkan melalui akun facebooknya keputusan seperempat jam saja!!
****** akhir kutipan ******
Asy-Syathibi mengatakan bahwa orang-orang yang berbeda pendapat atau pemahaman sehingga menimbulkan perselisihan seperti permusuhan, kebencian, saling membelakangi dan memutus hubungan. maka mereka menjadi firqah-firqah dalam Islam sebagaimana yang Beliau sampaikan dalam kitabnya, al-I’tisham yang kami arsip pada https://mutiarazuhud.wordpress.com/2012/11/27/ciri-aliran-sesat/
****** awal kutipan *****
Salah satu tanda aliran atau firqoh sesat adalah terjadinya perpecahan di antara mereka. Hal tersebut seperti telah diingatkan dalam firman Allah subhanahu wa ta’ala:
“Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka”, (QS. 3 : 105).
“Dan Kami telah timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai hari kiamat”, (QS. 5 : 64).
Dalam hadits shahih, melalui Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah ridha pada kamu tiga perkara dan membenci tiga perkara. Allah ridha kamu menyembah-Nya dan janganlah kamu mempersekutukannya, kamu berpegang dengan tali (agama) Allah dan janganlah kamu bercerai berai…”
Kemudian Asy-Syathibi mengutip pernyataan sebagian ulama, bahwa para sahabat banyak yang berbeda pendapat sepeninggal Nabi shallallahu alaihi wasallam, tetapi mereka tidak bercerai berai. Karena perbedaan mereka berkaitan dengan hal-hal yang masuk dalam konteks ijtihad dan istinbath dari al-Qur’an dan Sunnah dalam hukum-hukum yang tidak mereka temukan nash-nya.
Jadi, setiap persoalan yang timbul dalam Islam, lalu orang-orang berbeda pendapat mengenai hal tersebut dan perbedaan itu tidak menimbulkan permusuhan, kebencian dan perpecahan, maka kami meyakini bahwa persoalan tersebut masuk dalam koridor Islam.
Sedangkan setiap persoalan yang timbul dalam Islam, lalu menyebabkan permusuhan, kebencian, saling membelakangi dan memutus hubungan, maka hal itu kami yakini bukan termasuk urusan agama.
Persoalan tersebut berarti termasuk yang dimaksud oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam menafsirkan ayat berikut ini. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda kepada ‘Aisyah, “Wahai ‘Aisyah, siapa yang dimaksud dalam ayat, “Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka menjadi bergolongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu terhadap mereka”, (QS. 6 : 159)?” ‘Aisyah menjawab: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.” Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Mereka adalah golongan yang mengikuti hawa nafsu, ahli bid’ah dan aliran sesat dari umat ini.”
******* akhir kutipan *******
Sebagaimana tulisan ust Ahmad Zarkasih yang kami arsip pada https://mutiarazuhud.wordpress.com/2013/08/06/matang-sebelum-waktunya/ bahwa orang-orang yang salah memahami Al Qur’an dan As Sunnah dapat menjadi liberal atau bahkan atheis
Berikut kutipannya
***** awal kutipan *****
Memang wajar, bahkan sangat wajar sekali jika ada seseorang mempertanyakan adanya perbedaan pandangan. Tapi tidak wajar kalau mereka membawa-bawa label “Kembali pada Al Qur’an dan As Sunnah” kemudian meyalahkan para Imam Mujtahid, seakan-akan para Imam Mujtahid tidak mengerti isi ayat dan kandungan hadits.
Justru para Imam Mujtahid orang yang paling mengerti madlul ayat dan hadits dibanding kita-kita yang masih berlabel “Muqollid”, bahkan dengan strata taqlid paling rendah.
Mereka bilang “Saya tidak mau terpaku dengan ajaran orang tua dan guru saya. Saya mau mencari ajaran yang benar”. Hal ini yang membuat kita semakin khawatir. Dengan umur yang masih seperti itu, mereka begitu yakin untuk tidak ber-taqlid (ikuti) kepada yang memang seharusnya ia taqlid.
Mereka menolak untuk menerima sepenuhnya apa yang ia dapatkan dari rumah, juga dari gurunya tapi mereka tidak punya pegangan untuk bisa berdiri dan menjadi sandaran sendiri.
Akhirnya, yang dilakukan kembali mencari di jalanan, seperti dengan buka laptop, searching google dan akhirnya bertemu dengan ratusan bahkan ribuan hal yang sejatinya mereka belum siap menerimanya semua. Sampai saat ini kita masih tidak memandang google sebagai sumber pencarian ilmu yang valid dan aman. Mendatangi guru dan bermuwajahah dengan beliau itu yang diajarkan syariah dan jalan yang paling aman.
Hal yang kita khawatirkan, nantinya mereka besar menjadi muslim yang membenci para imam mazhab dengan seluruh ijtihadnya. Dan kelompok pemuda semacam ini sudah kita temui banyak disekitar kita sekarang.
Dengan dalih “Kembali kapada al-quran dan sunnah”, mereka dengan pongah berani mecemooh para imam, padahal apa yang dipermasalahkan itu memang benar-benar masalah yang sama sekali tidak berdampak negatif kalau kita berbeda didalamnya.
Atau lebih parah lagi, ia menjadi orang yang anti dengan syariahnya sendiri. Karena sejak kecil sudah terlalu matang dengan banyak keraguan di sana sini.
Seperti orang yang belum matang dengan agamanya sendiri tapi kemudian sudah belajar perbandingan agama. Ujung-ujungnya mereka jadi atheism, karena banyak kerancuan yang dia temui.
Sama juga orang yang belum matang fiqih satu mazhab, kemudian mereka tiba-tiba belajar perbandingan mazhab. Satu mazhab belum beres, kemudian sudah dibanding-bandingkan. Ujung-ujungnya jadi Liberal, yang menganggap bahwa ijtihad itu terbuka untuk siapa saja dan dimana saja. Jadi sebebas-bebasnya lah mereka menfasirkan ini itu.
***** akhir kutipan *****
Selanjutnya silahkan baca tulisan pada https://mutiarazuhud.wordpress.com/2014/02/04/terlarangkah-ajaran-mereka/
Waduh, teorinya HEBAT, tpi sayang tidak berbobot. Maaf jika tersinggung.
Berarti klo anda sufi asli, “kalimah syahadat” nya sudah sempurna nich.
Berarti udah bangkit nur muhammad anda nich, JAGO banget ya 🙂
Ato anda sudah sehebat sufi yg ada di surat an-naml ayat 40 nich? Waw HEBAT ya.
Sebaenya klo masih blm mengerti ISLAM sesungguhnya, dan masih menggunakan khodam2an blm murni nur allah nur muhammad, bicaralah hati2, banyak post2 anda, termasuk kata “WAYANG” (thaghut), masih brlabel syirik. Banyak HAMBA ALLAH, sufi kurang suka mencampur2 agama lurus dengan agama buatan (Islam campur budaya).
Nah lain x mudah2an da isi post yg agak berbobot, membahas tentang JARINGAN CAHAYA, soalnya sufi yg lain sudah menunggu di JARINGAN CAHAYA.
Hal yang perlu kita ingat selalu bahwa bahwa Al-Quran dan As-Sunnah diturunkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan disampaikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam bahasa Arab yang fushahah dan balaghah yang bermutu tinggi, pengertiannya luas dan dalam, mengandung hukum yang harus diterima.
Hal yang perlu diketahui dan dikuasai bukan hanya arti bahasa tetapi juga ilmu-ilmu yang bersangkutan dengan bahasa arab itu seperti ilimu tata bahasa Arab atau ilmu alat seperti nahwu, sharaf, balaghah (ma’ani, bayan dan badi’).
Selain itu perlu mengetahui dan menguasai ilmu ushul fiqh, sebab kalau tidak, bagaimana mungkin menggali hukum secara baik dan benar dari al-Quran dan as-Sunnah padahal tidak menguasai sifat lafad-lafad dalam al-Quran dan as-Sunnah itu yang beraneka ragam yang masing-masing mempengaruhi hukum-hukum yang terkandung di dalamnya seperti ada lafadz nash, ada lafadz dlahir, ada lafadz mijmal, ada lafadz bayan, ada lafadz muawwal, ada yang umum, ada yang khusus, ada yang mutlaq, ada yang muqoyyad, ada majaz, ada lafadz kinayah selain lafadz hakikat. ada pula nasikh dan mansukh dan lain sebagainya.
Syeikh Al Islam Izzuddin bin Abdissalam dalam kitab beliau Qawaid Al Ahkam (2/337-339) sebagaimana diuraikan dalam tulisan pada http://syeikhnawawial-bantani.blogspot.com/2011/12/pembagian-bidah-menurut-imam-izzuddin.html menyatakan bahwa menguasai ilmu tata bahasa Arab atau ilmu alat seperti nahwu, sharaf, balaghah (ma’ani, bayan dan badi’) adalah termasuk bid’ah hasanah dan hukumnya wajib. Bid’ah tersebut hukumnya wajib, karena memelihara syari’at juga hukumnya wajib. Tidak mudah memelihara syari’at terkecuali harus mengetahui tata bahasa Arab. Sebagaimana kaidah ushul fiqih: “Maa laa yatimmul waajibu illa bihi fahuwa wajibun”. Artinya: “Sesuatu yang tidak sempurna kecuali dengannya, maka hukumnya wajib”.
Tidak sempurna pula jika hanya mengetahui dan menguasai ilmu nahwu dan sharaf tanpa mengetahui dan menguasai ilmu balaghah atau ilmu sastra Arab. Sebagaimana yang telah disampaikan dalam tulisan pada https://mutiarazuhud.wordpress.com/2013/07/07/penyebab-ketidakseimbangan/ atau dalam tulisan pada https://mutiarazuhud.wordpress.com/2013/07/10/ilmu-sastra-arab/ bahwa fungsi sastra adalah fungsi rekreatif, didaktif, estetis, moralitas dan religius yang semua itu berhubungan dengan hati sehingga dapat membuka mata hati yang berujung dapat menyaksikan Allah dengan hatinya (ain bashiroh). Penjelasan lebih lanjut dalam tulisan pada https://mutiarazuhud.wordpress.com/2014/01/19/gali-hukum-dalam-islam/
hehehehehehe
Lana a’maaluna walakum a’maalukum… Yuk kerja bakti ngamankeh, bersihkan kampung!