Mereka terhasut dari potongan perkataan ulama yang sholeh
Mereka adalah hasil pengajaran para ulama korban hasutan atau ghazwul fikri (perang pemahaman) dari kaum Zionis Yahudi.
Mereka merasa telah mengikuti pemahaman Salafush Sholeh namun kenyataannya mereka tidak lebih dari mengikuti pemahaman ulama-ulama yang mengaku-aku mengikuti pemahaman Salafush Sholeh namun tidak bertalaqqi (mengaji) dengan Salafush Sholeh
Mereka terhasut untuk meninggalkan pemahaman Imam Mazhab yang empat.
Imam Mazhab yang empat telah disepakati oleh jumhur ulama sejak dahulu sampai sekarang sebagai pemimpin atau imam ijtihad kaum muslim (Imam Mujtahid Mutlak)
Imam Mazhab yang empat bertalaqqi (mengaji) langsung dengan Salafush Sholeh.
Imam Mazhab yang empat mengetahui dan mengikuti pemahaman Salafush Sholeh melalui lisannya Salafush Sholeh.
Imam Mazhab yang empat melihat sendiri penerapan, perbuatan serta contoh nyata dari Salafush Sholeh.
Salah satu penghasutnya adalah perwira Yahudi Inggris bernama Edward Terrence Lawrence yang dikenal oleh ulama jazirah Arab sebagai Laurens Of Arabian. Laurens menyelidiki dimana letak kekuatan umat Islam dan berkesimpulan bahwa kekuatan umat Islam terletak kepada ketaatan dengan mazhab (bermazhab) dan istiqomah mengikuti tharikat-tharikat tasawuf.
Laurens mengupah ulama-ulama yang anti tharikat dan anti mazhab untuk menulis buku buku yang menyerang tharikat dan mazhab. Buku tersebut diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dan dibiayai oleh pihak orientalis.
Cara ulama-ulama yang anti tasawuf dan anti mazhab menghasut adalah memotong-motong firman Allah, hadits Rasulullah, perkataan Salafush Sholeh maupun perkataan ulama-ulama terdahulu seperti perkataan Imam Mazhab yang empat.
Contoh hasutannya mereka menyampaikan
Al-Imam Al-Baihaqi rahimahullahu meriwayatkan dengan sanadnya sampai Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullahu: “Jika seorang belajar tasawuf di pagi hari, sebelum datang waktu dhuhur engkau akan dapati dia menjadi orang dungu.”
Perkataan Al Imam Asy-Syafi’i rahimahullahu tersebut bersumber dari Manaqib Al Imam As Syafi’i yang ditulis oleh Imam Al Baihaqi.
Di dalam kitab itu, Imam As Syafi’i menyatakan, “Kalau seandainya seorang laki-laki mengamalkan tashawuf di awal siang, maka tidak tidak sampai kepadanya dhuhur kecuali ia menjadi kekurangan akal.” (Al Manaqib Al Imam As Syafi’i li Al Imam Al Baihaqi, 2/207)
Beliau juga menyatakan,”Aku tidak mengetahui seorang sufi yang berakal, kecuali ia seorang Muslim yang khawwas.” (Al Manaqib Al Imam As Syafi’i li Al Imam Al Baihaqi, 2/207)
Beberapa pihak secara tergesa-gesa menyimpulkan dari perkataan di atas bahwa Imam As Syafi’i mencela seluruh penganut sufi. Padahal tidaklah demikian, Imam As Syafi’i hanya mencela mereka yang menisbatkan kepada tasawuf namun tidak benar-benar menjalankan ajarannya tersebut.
Dalam hal ini, Imam Al Baihaqi menjelaskan,”Dan sesungguhnya yang dituju dengan perkataan itu adalah siapa yang masuk kepada ajaran sufi namun mencukupkan diri dengan sebutan daripada kandungannya, dan tulisan daripada hakikatnya, dan ia meninggalkan usaha dan membebankan kesusahannya kepada kaum Muslim, ia tidak perduli terhadap mereka serta tidak mengindahkan hak-hak mereka, dan tidak menyibukkan diri dengan ilmu dan ibadah, sebagaimana beliau sifatkan di kesempatan lain.” (Al Manaqib Al Imam As Syafi’i li Al Imam Al Baihaqi, 2/208)
Jelas, dari penjelasan Imam Al Baihaqi di atas, yang dicela Imam As Syafi’i adalah para sufi yang hanya sebatas pengakuan dan tidak mengamalkan ajaran sufi yang sesungguhnya.
Imam As Syafi’i juga menyatakan,”Seorang sufi tidak menjadi sufi hingga ada pada dirinya 4 perkara, malas, suka makan, suka tidur dan berlebih-lebihan.” (Al Manaqib Al Imam As Syafi’i li Al Imam Al Baihaqi, 2/207)
Imam Al Baihaqi menjelaskan maksud perkataan Imam As Syafi’i tersebut,”Sesungguhnya yang beliau ingin cela adalah siapa dari mereka yang memiliki sifat ini. Adapun siapa yang bersih kesufiannya dengan benar-benar tawakkal kepada Allah Azza wa Jalla, dan menggunakan adab syari’ah dalam muamalahnya kepada Allah Azza wa Jalla dalam beribadah serta mummalah mereka dengan manusia dalam pergaulan, maka telah dikisahkan dari beliau (Imam As Syafi’i) bahwa beliau bergaul dengan mereka dan mengambil (ilmu) dari mereka.” (Al Manaqib Al Imam As Syafi’i li Al Imam Al Baihaqi, 2/207)
Kemudian Imam Al Baihaqi menyebutkan satu riwayat, bahwa Imam As Syafi’i pernah mengatakan,”Aku telah bersahabat dengan para sufi selama sepuluh tahun, aku tidak memperoleh dari mereka kecuali dua huruf ini,”Waktu adalah pedang” dan “Termasuk kemaksuman, engkau tidak mampu” (maknanya, sesungguhnya manusia lebih cenderung berbuat dosa, namun Allah menghalangi, maka manusia tidak mampu melakukannya, hingga terhindar dari maksiat).
Jelas, bahwa Imam Al Baihaqi memahami bahwa Imam As Syafi’i mengambil manfaat dari para sufi tersebut. Dan beliau menilai bahwa Imam As Syafi’i mengeluarkan pernyataan di atas karena perilaku mereka yang mengatasnamakan sufi namun Imam As Syafi’i menyaksikan dari mereka hal yang membuat beliau tidak suka. (lihat, Al Manaqib Al Imam As Syafi’i li Al Imam Al Baihaqi, 2/207)
Bahkan di satu kesempatan, Imam As Syafi’I memuji salah satu ulama ahli qira’ah dari kalangan sufi. Ismail bin At Thayyan Ar Razi pernah menyatakan,”Aku tiba di Makkah dan bertemu dengan As Syafi’i. Ia mengatakan,’Apakah engkau tahu Musa Ar Razi? Tidak datang kepada kami dari arah timur yang lebih pandai tentang Al Qur`an darinya.’Maka aku berkata,’Wahai Abu Abdillah sebutkan ciri-cirinya’. Ia berkata,’Berumur 30 hingga 50 tahun datang dari Ar Ray’. Lalu ia menyebut cirri-cirinya, dan saya tahu bahwa yang dimaksud adalah Abu Imran As Shufi. Maka saya mengatakan,’Aku mengetahunya, ia adalah Abu Imran As Shufi. As Syafi’i mengatakan,’Dia adalah dia.’” (Adab As Syafi’i wa Manaqibuhu, hal. 164)
Walhasil, Imam As Syafi’I disamping mencela sebagian penganut sufi beliau juga memberikan pujian kepada sufi lainnya. Dan Imam Al Baihaqi menilai bahwa celaan itu ditujukan kepada mereka yang menjadi sufi hanya dengan sebutan tidak mengamalkan ajaran sufi yang sesungguhnya dan Imam As Syafi’i juga berinteraksi dan mengambil manfaat dari kelompok ini.
Bahkan Imam As Syafi’i menasehatkan kita untuk menjalankan perkara syariat sebagaimana yang mereka sampaikan dalam kitab fiqih sekaligus menjalankan tasawuf untuk mencapai muslim yang baik, muslim yang sholeh, muslim yang berakhlakul karimah atau muslim yang Ihsan
Imam Syafi’i ~rahimahullah menyampaikan nasehat (yang artinya) ,”Berusahalah engkau menjadi seorang yang mempelajari ilmu fiqih dan juga menjalani tasawuf, dan janganlah kau hanya mengambil salah satunya. Sesungguhnya demi Allah saya benar-benar ingin memberikan nasehat padamu. Orang yang hanya mempelajari ilmu fiqih tapi tidak mau menjalani tasawuf, maka hatinya tidak dapat merasakan kelezatan takwa. Sedangkan orang yang hanya menjalani tasawuf tapi tidak mau mempelajari ilmu fiqih, maka bagaimana bisa dia menjadi baik (ihsan)?” [Diwan Al-Imam Asy-Syafi’i, hal. 47]
Begitupula dengan nasehat Imam Malik ~rahimahullah bahwa menjalankan tasawuf agar manusia tidak rusak dan menjadi manusia berakhlak baik
Imam Malik ~rahimahullah menyampaikan nasehat (yang artinya) “Dia yang sedang tasawuf tanpa mempelajari fiqih (perkara syariat) rusak keimanannya , sementara dia yang belajar fikih tanpa mengamalkan Tasawuf rusaklah dia, hanya dia siapa memadukan keduanya terjamin benar” .
Berikut adalah pendapat para ulama terdahulu yang sholeh tentang tasawuf.
Imam Nawawi Rahimahullah berkata :
أصول طريق التصوف خمسة: تقوى الله في السر والعلانية. اتباع السنة في الأقوال والأفعال. الإِعراض عن الخلق في الإِقبال والإِدبار. الرضى عن الله في القليل والكثير.الرجوع إِلى الله في السراء والضراء.
“ Pokok-pokok metode ajaran tasawwuf ada lima : Taqwa kepada Allah di dalam sepi maupun ramai, mengikuti sunnah di dalam ucapan dan perbuatan, berpaling dari makhluk di dalam penghadapan maupun saat mundur, ridha kepada Allah dari pemberian-Nya baik sedikit ataupun banyak dan selalu kembali pada Allah saat suka maupun duka “. (Risalah Al-Maqoshid fit Tauhid wal Ibadah wa Ushulut Tasawwuf halaman : 20, Imam Nawawi)
Al-Allamah al-Hafidz Ibnu Hajar al-Haitami berkata :
إياك أن تنتقد على السادة الصوفية : وينبغي للإنسان حيثُ أمكنه عدم الانتقاد على السادة الصوفية نفعنا الله بمعارفهم، وأفاض علينا بواسطة مَحبتَّنا لهم ما أفاض على خواصِّهم، ونظمنا في سلك أتباعهم، ومَنَّ علينا بسوابغ عوارفهم، أنْ يُسَلِّم لهم أحوالهم ما وجد لهم محملاً صحيحاً يُخْرِجهم عن ارتكاب المحرم، وقد شاهدنا من بالغ في الانتقاد عليهم، مع نوع تصعب فابتلاه الله بالانحطاط عن مرتبته وأزال عنه عوائد لطفه وأسرار حضرته، ثم أذاقه الهوان والذلِّة وردَّه إلى أسفل سافلين وابتلاه بكل علَّة ومحنة، فنعوذ بك اللهم من هذه القواصم المُرْهِقات والبواتر المهلكات، ونسألك أن تنظمنا في سلكهم القوي المتين، وأن تَمنَّ علينا بما مَننتَ عليهم حتى نكون من العارفين والأئمة المجتهدين إنك على كل شيء قدير وبالإجابة جدير.
“ Berhati-hatilah kamu dari menentang para ulama shufi. Dan sebaiknya bagi manusia sebisa mungkin untuk tidak menentang para ulama shufi, semoga Allah member manfaat kpeada kita dengan ma’rifat-ma’rifat mereka dan melimpahkan apa yang Allah limpahkan kepada orang-orang khususnya dengan perantara kecintaan kami pada mereka, menetapkan kita pada jalan pengikut mereka dan mencurahkan kita curahan-curahan ilmu ma’rifat mereka. Hendaknya manusia menyerahkan apa yang mereka lihat dari keadaan para ulama shufi dengan kemungkinan-kemungkinan baik yang dapat mengeluarkan mereka dari melakukan perbuatan haram.
Kami sungguh telah menyaksikan orang yang sangat menentang ulama shufi, mereka para penentang itu mendapatkan ujian dari Allah dengan pencabutan derajatnya, dan Allah menghilangkan curahan kelembutan-Nya dan rahasia-rahasia kehadiran-Nya. Kemudian Allah menimpakan para penentang itu dengan kehinaan dan kerendahan dan mengembalikan mereka pada derajat terendah. Allah telah menguji mereka dengan semua penyakit dan cobaan . Maka kami berlindung kepada-Mu ya Allah dari hantaman-hantaman yang kami tidak sanggup menahannya dan dari tuduhan-tuduhan yang membinasakan. Dan kami memohon agar Engkau menetapi kami jalan mereka yang kuat, dan Engkau anugerahkan kami apa yang telah Engkau anugerahkan pada mereka sehingga kami menjadi orang yang mengenal Allah dan imam yang mujtahid, sesungguhnya Engkau maha Mampu atas segala sesuatu dan maha layak untuk mengabulkan permohonan “. (Al-Fatawa Al-Haditsiyyah : 113, karya Imam Ibnu Hajar al-Haitami)
Al-Imam Al-Hafidz Abu Nu’aim Al-Ashfihani berkata :
أما بعد أحسن الله توفيقك فقد استعنت بالله عز وجل وأجبتك الى ما ابتغيت من جمع كتاب يتضمن أسامي جماعة وبعض أحاديثهم وكلامهم من أعلام المتحققين من المتصوفة وأئمتهم وترتيب طبقاتهم من النساك من قرن الصحابة والتابعين وتابعيهم ومن بعدهم ممن عرف الأدلة والحقائق وباشر الأحوال والطرائق وساكن الرياض والحدائق وفارق العوارض والعلائق وتبرأ من المتنطعين والمتعمقين ومن أهل الدعاوى من المتسوفين ومن الكسالى والمتثبطين المتشبهين بهم في اللباس والمقال والمخالفين لهم في العقيدة والفعال وذلك لما بلغك من بسط لساننا ولسان أهل الفقه والآثار في كل القطر والأمصار في المنتسبين إليهم من الفسقة الفجار والمباحية والحلولية الكفار وليس ما حل بالكذبة من الوقيعة والإنكار بقادح في منقبة البررة الأخيار وواضع من درجة الصفوة الأبرار بل في إظهار البراءة من الكذابين , والنكير على الخونة الباطلين نزاهة للصادقين ورفعة للمتحققين ولو لم نكشف عن مخازي المبطلين ومساويهم ديانة , للزمنا إبانتها وإشاعتها حمية وصيانة , إذ لأسلافنا في التصوف العلم المنشور والصيت والذكر المشهور
“ Selanjutnya, semoga Allah memperbagus taufiqmu, maka sungguh aku telah memohon pertolongan kepada Allah Ta’ala dan menjawabmu atas apa yang engkau mau dari pengumpulan kitab yang mengandung nama-nama kelompok dan sebagian hadits dan ucapan mereka dari ulama hakikat dari orang-orang ahli tasawwuf, para imam dari mereka, penertiban tingkatan mereka dari orang-orang ahli ibadah sejak zaman sahabat, tabi’in dan tabi’it tabi’in dan setelahnya dari orang yang memahami dalil dan hakikat. Menjalankan hal ihwal serta thariqah, bertempat di taman (ketenangan) dan meninggalkan ketergantungan. Berlepas dari orang-orang yang berlebihan dan orang-orang yang mengaku-ngaku, orang-orang yang berandai-andai dan dari orang-orang yang malas yang menyerupai mereka di dalam pakaian dan ucapan dan bertentangan pada mereka di dalam aqidah dan perbuatan. Demikian itu ketika sampai padamu dari pemaparan lisan kami dan lisan ulama fiqih dan hadits di setiap daerah dan masa tentang orang-orang yang menisabatkan diri pada mereka adalah orang-orang fasiq, fajir, suka mudah berkata mubah dan halal lagi kufur. Bukanlah menghalalkan dengan kedustaan, umpatan dan pengingkaran dengan celaan di dalam manaqib orang-orang baik pilihan dan perendahan dari derajat orang-orang suci lagi baik, akan tetapi di dalam menampakkan pelepasan diri dari orang-orang pendusta dan pengingkaran atas orang-orang pengkhianat, bathil sebagai penyucian bagi orang-orang jujur dan keluhuran bagi orang-orang ahli hakikat. Seandainya kami tidak menyingkap kehinaan dan keburukan orang-orang yang mengingkari tasawwuf itu sebagai bagian dari agama, maka kami pasti akan menjelaskan dan mengupasnya sebagai penjagaan, karena salaf kami di dalam ilmu tasawwuf memiliki ilmu yang sudah tersebar dan nama yang masyhur “. (Muqoddimah Hilyah Al-Awliya, karya imam Al-Ashfihani)
Wassalam
Zon di Jonggol, Kab Bogor 16830
info yang penting bagi saya yang awam tentang ajaran imam empat. terima kasih banyak, kayaknya saya harus banyak-banyak belajar nih. semoga ALLAH SWT selalu memudahkan urusan Anda.
Izin share Ustazd….
Alhamdulillah, silahkan share
Imam Syafii menilai ada yg baik dan yg tidak pada penganut tasawuf. Beliau sepakat dg yg menjalankan sesuai AL Qur’an dan As-Sunnah, ya saya pun sepakat dg ini. Sebagaimana ucapan Imam nawawi yg telas disampaikan diatas.
Imam Nawawi Rahimahullah berkata :
أصول طريق التصوف خمسة: تقوى الله في السر والعلانية. اتباع السنة في الأقوال والأفعال. الإِعراض عن الخلق في الإِقبال والإِدبار. الرضى عن الله في القليل والكثير.الرجوع إِلى الله في السراء والضراء.
“ Pokok-pokok metode ajaran tasawwuf ada lima : Taqwa kepada Allah di dalam sepi maupun ramai, mengikuti SUNNAH di dalam ucapan dan perbuatan, berpaling dari makhluk di dalam penghadapan maupun saat mundur, ridha kepada Allah dari pemberian-Nya baik sedikit ataupun banyak dan selalu kembali pada Allah saat suka maupun duka “. (Risalah Al-Maqoshid fit Tauhid wal Ibadah wa Ushulut Tasawwuf halaman : 20, Imam Nawawi)
Jelas ini sejalan dengan Al QUr’an dan As-SUnnah, saya sepakat. Namun kalau tasawuf yg tdk sesuai dg Al Qur’an dan As-Sunnah—> maka sampai kapanpun saya tdk sepakat.
Seperti Ucapan Abu Yazid al Bustami: yg menurut saya itu kufur, yg mengaku Tuhan, begitu juga al -hallaj, bukankan Syeikh Siti jenar pun dihukum mati sama wali songo….?????
Kalau tasawuf seperti yg pokok2 nya disampaikan Imam Nawawi–itu jelas sekali memang ajaran Islam.
Yup, pokok-pokok yang disampaikan Imam Nawawi Rahimahullah adalah tasawuf. Sesatlah mereka yang berpendapat tasawuf adalah sesat
Cobalah mas Hery berkunjung ke perguruan-perguruan tinggi Islam, lihatlah kurikulum atau silabus tasawuf pastilah jalan menuju muslim yang baik, muslim yang sholeh, muslim yang berakhlakul karimah atau muslim yang ihsan
Sya sepakat kalau dengan yg sesuai Al Qur’an dan as-Sunnah yg shahih, makanya saya tidak pernah menilai sejara general pada suatu faham tertentu, apapun fahamnya, dan sya selalu berusaha seobjektif mungkin.
Nah begitu juga Mas Zon, coba dikaji ulang karya2 ulama salafy , termasuk Ibnu Taimiyyah , jangan dipukul rata bahwa mereka itu sesat, ambil yg baiknya kalau memang ada yg salah ya jangan diikuti. Kita harus legowo kepada siapapun kalau memang terbukti pemahaman mereka lebih benar. Termasuk Sifat2 Allah, Ibnu Qudomah (seorang Ulama Madzhab Hanbali) pun dalam kitabnya Lum’atul Itiqod–> beliau telah menetapkan Sifat2 Allah sesuai Lafadnya(zhohir), hanya menetapkan saja, karena penetapan ini tidak berkonsekuensi penyerupaan trhdp Allah dengan Makhluknya.
Allah : punya nama, melihat, istiwa’ , mendengar, wajhullah (ini berdasarkan lafadznya/makna hakiki), namun kita tdk mengetahui cara dan bentuknya.
Manusia pun sama : punya nama, melihat juga, punya wajah, mendengar juga.
Namun berbeda Bentuk dan Tatacaranya.
Intinya Musabihah itu : pada tingkatan Bentuk dan Tatacaranya.
Adapun menetapkan sesuai lafadznya/zhohirnya–maka ini adalah bukti Iman Kita kepada Apa Yg Allah sifatkan Dirinya dg Sifat2 tersebut yg telah dijelaskan di Al Qur’an dan Al-Hadits. Memang agak susah perkara ini, perlu dikaji dg yg menguasainya, diskusi, dan beristikhoroh. namun dikitab Lum’atul Itiqod yg telah diberi syarah/penjelasan oleh Syaikh Utsaimin dan Sayikh Dr. Shalih AL Fauzan. Insya ALlah kita tdk akan ragu2 lagi, karena rinci dan jelas sekali penjelasannya. Semoga kita mendapat taufik dan hidayah Allah SWT.
@hery:Intinya Musabihah itu : pada tingkatan Bentuk dan Tatacaranya. ane jadi bingung pak hery, karena klw berpedoman pada difinisi antum berarti didunia islam gak ada namanya golongan/faham musyabbihah. bahkan gak bakalan ada. baaimana mungkin ada orang islam yg -menggambarkan bentuk n cara- allah??
wallohu’alam ………..
Trims ats sgla ilmuy,mdh2an bs bermanfaat utk mlurskn ajrn ahlus sunnah waljamaah
Mas Asy Saidani dalam perkara ini memang tidak gampang, tetapi tidak usah bingung, terus belajar dan istikhoroh. perlu mengkaji kitab2 ulama seperti lum’atul i’tiqod (karya Imam Ibnu QUdomah , madzhab Hanbali), dan juga Imam yg lainnya (Abul hasan Al As-ari), maupun sama orang2 yg berbeda/berlawanan dengan pemahaman mereka. Jadi saya sarankan baca semua kitab para ulama (tanpa memandang dari mana madzhab/manhajnya) dan saat ini sudah banyak terjemahan ke dalam bahasa Indonesia (sehingga lbh mudah untuk difahami )…nanti silahkan mana yg diyakini kebenarannya menurut mas, Insya Allah ..Allah tidak membebani umatnya diluar batas kemampuan kita.
Menurut ulama yg itu tidak hanya yg menyerupakan/musyabihah saja yg dilarang, ada dilarang juga diantaranya :
Mu’atilah—>
Menghilangkan/mengingkari sifat2 Allah yg ada di AL Qur’an. Seandainya ada penjelasan di AL Qur’an dan As-Sunnah—> maka kita pun harus beriman terhadap penjelasannya itu, namun kalau tidak ada penjelasannya—> maka tidak boleh menafsirkannya dengan akal/logika/hawa nafsu—–> seperti
Merubah makna Yadullah (Sifat Tangan Allah)—> dengan kekuatan.
(coba lihat ditafsir/terjemahan). Yg lebih mudah adalah Surat Yasin ayat terkahir, disitu kebanyakan terjemahan mengartikan yadullah dengan Tangan. Seandainya kalau kita mengingkari sifat2 yg ada di Al Qur’an, apakah kita tidak takut dianggap mengingkari al qur’an….????
Kebanyakan dari kita tidak berani menetapkan sifat Yadullah ini pada Allah, padahal Allah sendiri telah menetapkan sifat ini dalam Al Qur’an. Yg tidak berani ini karena takut menyerupakan Allah dengan makhluknya sehingga Sifat Yadullah ini diganti dengan kekuatan, Turunnya Allah dengan rahmat, Wajhullah dengan Dzat, dan yg lainnya. Padahal meskipun Yadullah diganti dengan KEKUATAN –> ini sama saja tetap dimiliki manusia bukan…?? ya manusia tetap memiliki kekuatan -> namun berbeda dengan kekuatan Allah SWT. Jadi menetapkan sifat Allah sebagaimana ia datang, ini yg selamat .menurut hemat saya.
Imam Malik mengatakan Istiwa’ -> bukan tidak diketahui (Ghoiru majhul), artinya istiwa’ itu diketahui( disebutkan dalam AL Qur’an) namun Kaifiyatnya tidak diketahui.
jadi Imam malik menetapkan Istiwa’ sebagai salah satu sifat Allah SWT.
Ulama2 yg menetapkan sifat Allah sesuai dengan AL Qur’an—> maka ini juga mengikuti Imam Malik. Coba kaji:
Imam Malik menetapkan Istiwa’-> yg diterjemahkan sbg bersemayam (dlm bahasa indonesia)
Yadullah, Wajhullah, dan Sifat Allah yg lainnya pun disebutkan dalam AL Qur’an—> apakah kita mau mengingkari ini….??? kalau kita konsisten mengikuti ulama ahlusunnah (seperti Imam Malik), maka kita pun akan menetapkan sifat Allah seperti menetapkan Istiwa’ ini.
orang 2 yg menyerupakan bahwa Tangan Allah itu sama dengan tangannya manusia, wajah Allah itu seperti wajah manusia, nah inilah yg disebut musabihah itu. Tidak tahu sekarang apakah masih ada atau tidak, namun dahulu kala pasti ada, dan kalau sekarang tidak ada—> ya seharusnya kita bersyukur Allah SWT menjaga ummat ini dari musabihah itu.
Dan kita jangan memfitnah bahwa ibnu taimiyyah dan ulama2 lainnya yg menetapkan sifat Allah sesuai Apa yg Allah tetapkan dlm Al Qur’an maupun al hadits—sebagai musabihah-.dengan alasan karena harus ada dari umat ini yg musabihah….,
Saya slalu berusaha berfikir objektif dalam masalah agama ini, saya berbeda dengan salafy yg selalu menjeneralisir dalam menilai suatu aliran /faham sebagaimana menilai tasawuf dan saya juga berbeda dg tasawuf yg menjeneralisir menilai Ibnu Taimiyyah dan ulama2 salafy sebagai ulama sesat dan berbahaya. Buat saya dari keduanya ada hikmah dan ilmu yg bisa diambil, adapun kalau ada yg tidak sesuai dengan syari’at ya tidak usah diikuti.
Berikut ini link dari persis, yg mungkin bisa dijadikan perbandingan mengenai perkara ini.
http://www.persis.or.id/?mod=content&cmd=news&berita_id=1345
Link ini berjudul Pokok-Pokok Aqidah Ahlus Sunnah (I) fiqih. isinya adalah dari kitab al ibanah (karya Imam ABul Hasan AL Asy’ari)
Catatan :
Ada hadits yg kurang lebih isinya : Islam muncul dari arab saudi, dan mendekati akhir zaman akan kembali ke sana, sebagaimana ular kembali kepada sarangnya (al hadits). Jadi yg lebih tahu Islam apakah di Indonesia atau arab saudi…????, bukankah banyak ulama2 kita yg belajar dari sana…?? dan mereka menyelaraskan dengan kondisi di Indonesia. dari segi bahasa pun ulama saudi arabia pasti lebih tahu dari pada ahli bahasa arab dari Indonesia.
Negara yg paling damai, aman dan sejahtera menurut saya …saat ini adalah arab saudi. Sebagai negara yg diberkahi oleh Allah SWT, yg disitulah Allah mengutus Rosulullah SAW. Seandainya mereka sesat (ulama salafy, yg mana arab saudi kebanyakan bermanhaj ini), pasti Allah SWT akan Murka kepada mereka yg berada di Tanah Suci ini.
pemikiran seperti mas Hery lah yang sangat di harapkan kaum zionis ………..diharapkan mampu nggak mampu muslim mempelajari Al Qur’an dan Hadits sendiri2 tanpa madzhab ……….innalillahi ……
Catatan : UJUNG UJUNGNYA WAHABI COY ……he he he he he
Salah kaprah Anda…, anda mau mengelabui umat islam dengan perkataan innalillahi terhadap pemahaman saya……., sya bukan wahabi bung…?? Allah Maha Tahu Siapa yg berada diatas AL Qur’an dan As-Sunnah..
biarkanlah ummat menilai secara objektif——-, dan wahabi pun telah difitnah oleh yahudi maupun orientalis karena mereka mengajak menegakan AL Qur’an dan As-Sunnah , dan ini yg dibenci oleh yahudi dan nasrani, apalagi konsep tajdid(pembaharuan) baik dalam gerakan2 islam seperti IM, HTI, dll-> ini yg ditakuti yahudi, karena apa…?? karena dengan inilah Islam akan kembali bangkit…., anda tahu ketika IKhwanul Muslimin menjadi partai pemenang di mesir….???Israel gusar bung…………
Muhammadiyyah, persis, MMi, HTI, salafy, IKhwanul Muslimin-> semuanya tidak bermadzhab, dan dalam masalah syari’at mereka hampir sama, yg berbeda adalah strategi dakwah…., kalau salafi -> keras-> karena memang watak arab saudi seperti itu. Sementara yg lainnya seperti muhammadiyyah-> mereka lebih ke syi’ar-tanpa memaksakan.
Kenapa tdk bermadzhab , kalau anda konsisten dengan madzhab Syafii: maka akan anda temukan perkataan Imam Syafii : Jika ada pendapatku yg bertentangan dg hadits shahih, maka lemparkan pendapatku ke tembok, dan ambilah hadits shahih itu. Ini perkataan Imam yg tawadhu,…karena dia menyadari bahwa dirinya tidak Ma’shum. dan Imam2 ahli hadits itu datang setelah masa beliau.
ARtinya Apa:…????? sesungguhnya jika kita berpegang pada hadits shahih, maka kita hakikatnya mengikuti Imam Syafii. Coba renungkan dan Istikhoroh…minta pada Allah untuk ditunjukkan ke jalan yg diridhoi-Nya.
Namun bukan berarti fatwa imam madzhab tidak dijadikan referensi, kalau kita sepakat dg Imam madzhab itu silahkan. Selama fatwa2 Imam madzhab itu sesuai hadits yg shahih maka akan dipedomani, tetapi kalau ada yg bertentangan dg hadits shahih…maka akan ditinggalkan.
Coba lihat guru2 Imam madzhab…., ata ulama yg sejaman seperti Al A’uzai, Sufyan Tsauri, dll….apakah mereka bermadzhab pada salah satu dari keempat madzhab…?????
Tidak Bung…>> mereka mampu berijtihad sendiri, begitu juga ulama2 yg ada di muhammdiyyah, salafy, persis, dan HTI, IM,MMI—–, mereka berijtihad juga. jadi patokannya adalah Al Qur’an dan As-Sunnah yg shahih(minimal hasan), adapun hadits dhoif ini masih ragu2/subhat bisa jadi benar bisa jadi tidak berasal dari Rosulullah SAW, maka harus ditinggalkan.
saya sangat benci terhadap Yahudi dan Nasrani. Kalau wahabi melarang menyekutukan Allah SWT dengan kuburan dan makhluk/para wali lainnya-> saya sepakat dengan ini. dari pada yg ikut jiarah ke makam para wali-> dengan niat mencari berkah dari makam tersebut/dari wali yg telah meninggal itu. Sedangkan keberkahan pada makhluk itu telah Allah sampaikan makhluk/tempat mana saja yg mendapat berkah dari Allah SWT. jadi tidak bisa diqiyaskan kpd wali2 selain diri Rosulullah SAW.
Wahabi sendiri sangat memerangi yahudi dan nasrani termasuk syi’ah……
kalau senadainya umat Islam ini hanya membentuk kesalehan pribadi aja, hanya sholat dan dzikir tanpa memperhatikan urusan umat yg lebih besar, seperti negara/khilafah->maka justru ini yg disenangi oleh Orang Yahudi dan Nasrani.
Sehingga umat islam menjadi terpuruk, karena tidak mengurusi masalah penegakan syari’at Islam. Dan hanya legowo dengan sistem demokrasi yg sangat menyengsarakan umat ini. PKS alias Ikhwanul Muslimin—.menurut saya merekalah yg berjuang sedikit demi sedikit membenahi aturan/kebijakan/undang2 yg merugikan ummat.
Kalau begini, orang2 kafir akan menyetir sistem negara , contoh di Indonesia, sistem ekonomi RIBAWI—. yg sudah jelas diharamkan oleh Allah. Coba tengok arab saudi—> amerika tidak bisa masuk dalam wilayah kebijakan dalam negeri arab saudi, mereka hanya mitra sejajar, beda bukan dg Indonesia…???? …dengan inilah stratgei yg diambil oleh arab saudi. Seandainya haram bekerjasama dg amerika…., namun mereka lebih mengutamakan kemaslahatan umat islam khususnya di negaranya (karena jika bermusuhan dan berperang melawan amerika maka mafsadahnya akan lebih besar dibanding keuntungannya, bukankah kita wajib dan harus mengutamakan menghindari madorot/mafsadah diabnding mengambil manfaat…??, dan tentunya arab saudi pun tetap membantu umat islam di luar negaranya sebatas kemampuannya.
“” ………..diharapkan mampu nggak mampu muslim mempelajari Al Qur’an dan Hadits sendiri2 tanpa madzhab””
kalau anda faham AL QUr’an: Allah tidak akan membebani ummatnya diluar batas kemampuan kita.
Jadi apa…??? bukan berarti memaksakan harus belajar Islam di luar batas kemampuan.
Untuk orang yg tidak mau belajar (orang awam), taklid kepada salah satu Imam Madzhab pun tidak dilarang (namun ini jangan dijadikan alasan untuk tidak mau mempelajari dalil2nya dari mana mereka mengambil, karena mereka pun bilang haram jika mengikuti mereka tanpa mengetahui dalil dari mana mereka mengambil).
Namun bagi orang yg punya kapasitas dan ada kemauan untuk belajar, maka pelajarilah Islam ini secara menyeluruh tidak terbatas pada madzhabnya. Hal ini agar tidak fanatik madzhab, merasa benar sendiri, dan melihat orang diluar pemahamannya itu salah semuanya. Ini yg saya tekankan itu. Adapun kalau tetap sepakat dg fatwa imam madzhab …yoooo silahkan, tidak masalah. NAMUN…pegang erat itu pendapat Imam madzhab itu, jangan setengah setengah…yang akhirnya banyak yg salah kaprah karena tidak mengikuti Imamnya secar utuh.
Ok lah mungkin anda bermadhab syafi’i–> apakah Imam Syafii–> pernah memfatwakan agar dilaksanakan tahlilan, maulid nabi, barjanjian, …???
harus utuh—–> kalau memang mau bermadzhab, jangan setengah setengah, jangan mengaku melaksanakan ritual tertentu dg alasan bermadzhab Syafi’i padahal Imam Syafii pun tidak melakukannya. Kalau begini artinya sama aja, tidak bermadzhab dan mencampur adukan pendapat Imam Syafii dengan yg lainnya bukan…????
he he he he larinya kok ke amalan shaleh / kebaikan ………..silahkan dgn pemahaman nt ……..mas Hery pemahaman kami amal shaleh TIDAK ADA BATASANYA SELAMA TIDAK MELANGGAR AL QUR’AN N HADITS BOLEH DILAKSANAKAN ………hal tsb udah di bahas dalam blog ini sangat banyak dalam berbagai judul artikel ………silahkan mas Hery memahami spt wahabi yang lain …….walau nt mengingkari nt wahabi itu hak nt …………apa ukuran tidak setengah setengah dalam bermadzhab mas ??? jangan bicara madzhab kalau tidak bermadzhab karena ditakutkan menjadikan fitnah mas ….ana hanya mengingatkan …………….
Terkadang ijtihad disalah-pahami oleh sebagian kaum muda. Ketika mereka memilih satu pendapat dari dua pendapat atau lebih, dengan mudahnya dia berkata bahwa itu adalah ijtihad. Pada taraf tertentu pandangan keliru ini membuat mereka alergi kepada taklid, yang juga dipandang secara keliru. Kekeliruan-keliruan semacam ini mungkin disebabkan mereka hanya melihat dari sisi bahasa atau lughoh semata.
Secara bahasa, ijtihad berarti bersungguh-sungguh, bersusah-payah, menggunakan segenap kemampuan. Maka sebagian kaum muda beranggapan bahwa jika mereka bersusah-payah menggali hukum syar’iyyah dengan segenap ilmunya yang sangat minim dan segenap kemampuan aqalnya yang sangat dangkal, itu adalah ijtihad.
Namun, di kalangan ulama, ijtihad ini khusus digunakan dalam pengertian usaha yang sungguh-sungguh dari seorang ahli hukum (fuqoha) untuk mengetahui hukum syari’at. Adapun Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa ijtihad adalah usaha sungguh-sungguh dari seorang Mujtahid dalam upaya mengetahui atau menetapkan hukum syari’at. Dalam definisi lain dikatakan bahwa ijtihad ialah mencurahkan seluruh kemampuan untuk menetapkan hukum syara’ dengan jalan istinbat (mengeluarkan hukum) dari Kitabullah dan Sunnah Rasul.
Ijtihad dilakukan oleh mujtahid untuk mengeluarkan hukum berdasarkan pada Kitabullah dan Sunnah Rasul. Karena mujtahid ini mengeluarkan hukum, maka ia disebut pula sebagai hakim sebagaimana tercantum dalam hadits dimana Rasul bersabda:
“Apabila seorang hakim menetapkan hukum dengan jalan ijtihad, kemudian ia benar, maka ia mendapatkan dua pahala. Namun bila ia menetapkan hukum dengan jalan ijtihad, kemudian ia keliru, maka ia mendapatkan satu pahala.”
Pahala itu berlaku bagi Mujtahid. Namun bagi orang yang bukan mujtahid, jika benar maka tidak mendapat apa-apa, jika salah maka mendapat dosa. Lalu siapa Mujtahid itu?
Tidak semua orang dapat berijtihad begitu saja dan mengeluarkan fatwa. Untuk mencapai derajat Mujtahid, seseorang harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Diantara syarat-syarat mujtahid itu adalah:
1. Menguasai bahasa Arab. Mujtahid haruslah mampu memahami ucapan orang Arab dan kebiasaan-kebiasaan yang berlaku dalam pemakaian bahasa Arab di kalangan mereka. Sehingga ia dapat membedakan antara ucapan yang sharih, zhahir, mujmal, haqiqat, majaz, umum, khusus, muhkam, mutasyabih, muthlaq, muqoyyad, nash, serta mudah atau tidaknya dalam pemahaman.
2. Mengetahui Nasakh dan Mansukh dalam Al-Qur’an serta Asbabun Nuzul, dan seluk beluk ayat-ayat hukum.
3. Mengerti Sunnah (Hadits) serta Asbabul Wurud. Mujtahid haruslah mengerti seluk beluk hadits dan perawinya secara umum.
4. Mengerti ijma’ dan ikhtilaf. Mujtahid haruslah mengetahui ijma’ para ulama dan dasar-dasarnya. Dan mujtahid juga harus mengetahui hal-hal ikhtilaf beserta seluk-beluknya.
5. Mengetahui Qiyas. Mujtahid haruslah mengetahui jalan-jalan qiyas yang benar. Bahkan boleh dikatakan bahwa ijtihad itu adalah Qiyas itu sendiri.
6. Mengetahui maksud-maksud hukum.
7. Telah baligh serta mempunyai pemahaman dan penalaran yang benar.
8. Mempunyai Aqidah dan niat yang benar.
mujtahid saja ada beberapa tingkatan mas Hery……….nt harusnya lebih paham …….maaf ana kembali mengingatkan saja kalau2 mas Hery lupa …..1x lagi maaf
Yup…pada level ini.., hak kita masing2 bukan, anda mau bermadzhab silahkan, namun jangan menyalahkan orang lain yg tdk bermadzhab.
Salah kalau anda bilang bahwa kaum muda berijtihad sendiri, mereka pun taklid juga kepada ulama yg memang berkapasitas untuk ijtihad. Muhammadiyyah ( banyak juga professornya di Majlis Tarjih), PKS, Ikhwnaul Muslimin, salafy (semuanya punya ulama2 yg memiliki syarat untuk berijtihad). Jadi jangan membatasi bahwa ijtihad itu terputus pada imam Madzhab, anda tahu Quraish Shihab…? dia sbg ahli tafsir………., dia mampu berijtihad bukan…?? dan banyak ulama yg punya kapasitas untuk berijtihad.
Pada level kita…mau pilih yg mana…??? tentunya akan memilih sesuai kapasitas ilmu, keyakinan maupun keilmiahan berdasarkan sudut pandang masing2 bukan….???? apa ini salah…??
ok lah kalau memang bukan ijtihad dalam menggali hukum, namun apakah namanya untuk memilih sesuai keyakinan, ilmu yg dimilik/nilai keilmiahan itu….???
Tidak bermadzhab, bukan berarti tdk mempelajari madzhab, keliru kalau memandang seperti ini. para ulama di muhammadiyyah, persis, salafy, pks, dll, itu mempedomani/menjadikan referensi pendapat imam madzhab juga. namun yg dijadikan standar adalah hadits-2 yg telah dibukukan oleh imam2 ahli hadits. jadi Standar yg digunakan bukan Imam madzhab. Ini yg sya pegang. Dulu sya berprinsip seperti mas mamo juga (bermadzhab). Lingkungan pesantren akan berbeda dg lingkungan kampus yg lebih majemuk, dan ini akan membedakan cara pandang terhadap sesuatu bukan…???
Yup, mas Hery silahkan kalau mas mau bermzhab dengan akal pikiran sendiri ataupun akal pikiran ulama/ustadz mas sendiri
Sebaiknya, marilah kita ikuti penerapan, perbuatan serta contoh nyata beribadah dari Salafush Sholeh berdasarkan apa yang disampaikan oleh Imam Mazhab yang empat karena Imam Mazhab yang empat melihat langsung penerapan, perbuatan serta contoh nyata beribadah dari Salafush Sholeh. Imam Mazhab yang empat bertalaqqi(mengaji) dengan Salafush Sholeh. Imam Mazhab yang empat mengetahui dan mengikuti pemahaman Salafush Sholeh melalui lisannya Salafush Sholeh. Perlu diingat bahwa Imam Mazhab yang empat telah disepakati oleh jumhur ulama sejak dahulu sampai sekarang sebagai pemimpin atau imam ijtihad kaum muslim (Imam Mujtahid Mutlak)
Rasulullah shallallahu alaihi memperingatkan kita untuk menghindari pemahaman yang menyempal dari jamaah muslimin dan imamnya
Dari Ibnu ‘Abbas r.a. berkata Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “hendaklah kamu selalu bersama jamaah muslimin dan imam mereka“
Aku bertanya; kalau tidak ada jamaah muslimin dan imam bagaimana?
Nabi menjawab; hendaklah kau jauhi seluruh firqah (kelompok-kelompok pemahaman / sekte) itu, sekalipun kau gigit akar-akar pohon hingga kematian merenggutmu kamu harus tetap seperti itu. (Riwayat Bukhari VI615-616, XIII/35. Muslim XII/135-238 Baghawi dalam Syarh Sunnah XV/14. Ibnu Majah no. 3979, 3981. Hakim IV/432. Abu Dawud no. 4244-4247.Baghawi XV/8-10. Ahmad V/386-387 dan hal. 403-404, 406 dan hal. 391-399)
Kemudian diceritakan dari Ibnu Sirin dari Abi Mas’ud, bahwa beliau mewasiatkan kepada orang yang bertanya kepadanya ketika ‘Utsman dibunuh, untuk berpegang teguh pada Jamaah, karena Allah tidak akan mengumpulkan umat Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam dalam kesesatan. Dan dalam hadits dinyatakan bahwa ketika manusia tidak mempunyai imam, dan manusia berpecah belah menjadi kelompok-kelompok maka janganlah mengikuti salah satu firqah/sekte. Hindarilah semua firqah/sekte itu jika kalian mampu untuk menghindari terjatuh ke dalam keburukan”.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menyampaikan, “Sesungguhnya umatku tidak akan bersepakat pada kesesatan. Oleh karena itu, apabila kalian melihat terjadi perselisihan maka ikutilah as-sawad al a’zham (jumhur ulama).” (HR. Ibnu Majah, Abdullah bin Hamid, at Tabrani, al Lalika’i, Abu Nu’aim. Menurut Al Hafidz As Suyuthi dalam Jamius Shoghir, ini adalah hadits Shohih)
Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah dalam Fathul Bari XII/37 menukil perkataan Imam Thabari rahimahullah yang menyatakan: “Berkata kaum (yakni para ulama), bahwa jamaah adalah Sawadul A’dzam.
@mas hery…
Waduuh mas.. penjelasannya terlalu panjang n melebar.. malah jadi sulit ditangkap intinya n sulit didiskusikan. Coba di vokuskan pd masalah n scr singkat padat.
1.Apa difinisi tasybih,tajsim dan ta’thil yg baku.
2.Stlh divinisi jelas, Bagaimana hukum musyabihah,mjassimah dan muattilah . kafir/fasiq/muwahhid?
3.Apakah smua ayat yg berkaitan dg ALLAH boleh ditakwil atw tidak ataw sbagian boleh dan sebagian tidak?
Perlu di ingat : qonun diskusi… singkat, padat, jelas dan maju kedepan dan dg data bukti yg valid…
jazakallah
Intinya Apa yg disampaikan oleh Al Qur’an mengenai sifat2 Allah maka kita terima sebagaimana Ia datang. Seandainya dijelaskan maknanya (ta’wilnya baik dalam al qur’an maupun as-sunnah—> maka kitapun beriman kepada ta’wil itu). Jadi ta’wil itu harus sesuai dengan Al Qur’an dan As-Sunnah. bukan berdasarkan akal. Sementara imam malik menyikapinya adalah sesuai lafadznya.
Mengenai hukumnya : bagaimana kalau kita mengingkari ayat AL Qur’an…???. Sya kira…. yg bertanya lebih faham dlm masalah ini dr pada saya
@heri
wah… klw sudah pokoknya atw intinya.. atw..atw… ni mah dah gak bisa didiskusikan..
tawkah antum ya akhi.. tidak ada ulama mu’tabar manapun yg mengingkari hadist shohih scr qoth’i apalagi al qur’an.. yang ada adalah “perbedaan cara memahami” nash keduanya.
satu point yg ane tangkap… ya akhi.. antum banyak tadlis n mugholathoh dlm memberi ulasan..
Mohon maaf sya belum bisa menyampaikan secara rinci, karena ini perlu membuka terlebih dahulu referensi ulama, Insya Allah, nanti sya sampaikan, karena kalau dg perkataan saya–> takutnya banyak salah, sya tdk berani membuat definisi sendiri> Ringkasnya begini akhi asyaidani:
1. Tasybih : menyerupakan Allah dengan makhluknya
2. Tajsim : Meyakini bahwa Allah berjism seperti manusia
3. Ta’thil : Menghilangkan Sifat Allah yg ada di Al Qur’an ataupun al hadits.
Mengenai hukumnya : hal ini tidak serta merta / langsung dinilai kafir/fasiq seperti itu. Sangat kasuistik. Banyak juga ulama lainnya yg menafsirkan/fahamnya berbeda—> maka hukumnya hanya Allah yg Tahu–> jika salah maka insya Allah ada ampunan Allah ataupun Allah tdk mengampuninya (itu kewenangan Allah SWT). dan saya pun bukan dalam rangka menilai ini (makanya saya perlu hati2), karena kita dalam diskusi jangan sampai ada pihak yg sakit hati, saya sangat menjaga ini.
Ya betul , tidak ada ulama yg mengingkari Al Qur’an dan hadits yg qoth’i. Namun kesalahan tafsir ini kalau masih dalam rangka ijtihad–> bisa jadi diampuni Allah SWT, namun jika telah diajukan Hujjahnya–> maka bisa dihukumi. Dan yg berhak menghukumi adalah para ulama.
>>>1. Tasybih : menyerupakan Allah dengan makhluknya 2. Tajsim : Meyakini bahwa Allah berjism seperti manusia
===afwan.. kayaknya musyabbihah dan mujassimah gak beda dg Hindu tuh.. Allah berjasad/jisim menyerupai manusia.. bukankah sama dg batara guru, syiwa, brahma dll.. bedanya klw bathara guru tangannya empat dan berdiri diatas sapi (lihat gambar/patung2 batara guru?), klw bathara syiwa duduk diatas singgasana dg tampang serem==
>>>Ta’thil : Menghilangkan Sifat Allah yg ada di Al Qur’an ataupun al hadits.
Allah berfirman,” hari ini aku me-LUPA-kan kalian, sebagaimana kalian telah melupakan pertemuan hari kalian ini (hari kiyamat).
===Menurut ustadz kita harus menetapkan sifat LUPA ataw mentakwil? Mohon pencerahannya..==
>>>Ya betul , tidak ada ulama yg mengingkari Al Qur’an dan hadits yg qoth’i. Namun kesalahan tafsir ini kalau masih dalam rangka ijtihad–> bisa jadi diampuni Allah SWT,
== muwafiq!! Sepakat!==
>>namun jika telah diajukan Hujjahnya–> maka bisa dihukumi.
== setuju, sayangnya masing2 merasa hujjahnya paling benar. Buktinya.. pergulatan pembahasan konsep aqidah islam mulai masa tabi’in (menurut syeh al al bani munculnya faham tajsim mulai masa tabi’in, lihat Kitab AL”Uluwu”) sampai skarang masih berlangsung dg klaim kebenaran oleh masing2 firqoh==.
>> Dan yg berhak menghukumi adalah para ulama.
== setujju, sayangnya mereka2 yg beradu hujjah adalah juga para ulama dan ahlu hadist, jadi harus ulama yg mana yg boleh menghukumi?? ==
kalau orang berkeyakinan Allah wujudnya sama dg manusia —> ini yg dimaksud mujassimah.
anda bilang bukankah sama dg batara guru, syiwa, brahma dll.. bedanya klw bathara guru tangannya empat dan berdiri diatas sapi (lihat gambar/patung2 batara guru?), klw bathara syiwa duduk diatas singgasana dg tampang serem== Apakah anda meyakini mereka batara guru…?? mereka itu thoghut /berhala berhala/syethan.
Akan tetapi sifat2 yg telah Allah Sifatkan dalam AL Qur’an kita bukankah wajib beriman kepada ayat tersebut…???
Allah berfirman,” hari ini aku me-LUPA-kan kalian, sebagaimana kalian telah melupakan pertemuan hari kalian ini (hari kiyamat).
LUPA dan MELUPAKAN sama tidak…????? anda jawab aja sendiri, apakah Allah Lupa atau melupakan…???
Saya tdk berani menakwilkan, sya mengikuti Imam Malik ttg Istiwa’: Saya beriman trhadap ayat itu (—Allah melupakan kalian—-), caranya, bentuknya, bagaimanaya saya tdk tahu hanya Allah yg Maha Tahu. Tidak boleh nakwil sendiri dg akal fikiran, harus ada dalil dr al qur’an ataupun hadits, atsar sahabat, tabi’in maupun tabu’ut tabi’in.
Ulama yg diikuti adalah u’lama yg bersandar pada AL Qur’an dan As-Sunnah dengan pemahaman salafulshalih (para sahabat, tabi’in , tabiut tabi’in). Apakah ada perselisihan mengenai asma wa shifat dari kalangan sahabat…??? tdk ada bukan , karena mereka beriman kepada ayat2 AL Qur’an, tanpa menanyakan sedikitpun ttg hal itu.
@hery
>>>kalau orang berkeyakinan Allah wujudnya sama dg manusia —> ini yg dimaksud mujassimah.
==pernah baca kitab [aqoidu ahlil iman : tentang penciptaan Adam dlm BENTUK Allah yg maha penyanyang].. karya: at tuwaijiri yg di taqrid Syeh bin baz??==
>>Akan tetapi sifat2 yg telah Allah Sifatkan dalam AL Qur’an kita bukankah wajib beriman kepada ayat tersebut…???
==betul, gak da yg ngingkari tu. Cuma pemahamannya yg beda??==
>>LUPA dan MELUPAKAN sama tidak…????? anda jawab aja sendiri, apakah Allah Lupa atau melupakan…???
==apa bedanya? Juga dlm ayat tsb allah brfirman {sebagaimana). Trkesan allah menyamakan LUPA-NYA dan LUPA KALIAN???==
>>Saya tdk berani menakwilkan, sya mengikuti Imam Malik ttg Istiwa’: Saya beriman trhadap ayat itu (—Allah melupakan kalian—-), caranya, bentuknya, bagaimanaya saya tdk tahu hanya Allah yg Maha Tahu.
== samakah kasus istiwa dan lupa?=
>>Ulama yg diikuti adalah u’lama yg bersandar pada AL Qur’an dan As-Sunnah dengan pemahaman salafulshalih (para sahabat, tabi’in , tabiut tabi’in).
==smua ulama mengklaim begitu??==
>>Apakah ada perselisihan mengenai asma wa shifat dari kalangan sahabat…??? tdk ada bukan
=pada ayat [yauma yuksyafu an saqin], ibnu abbas mentakwil dg kata [pada hari yg dahsyat/ memayahkan tu??==
Ibnu abbas itu adalah ahli tafsir dikalangan sahabat, apapun yg beliau tafsirkan saya sepakat. (ga ada masalah).
pernah baca kitab [aqoidu ahlil iman : tentang penciptaan Adam dlm BENTUK Allah yg maha penyanyang].. karya: at tuwaijiri yg di taqrid Syeh bin baz??==
>>> blm…, jangan sepenggal sepenggal, coba lengkapnya bagaimana…?? jangan2 anda berdusta.
==betul, gak da yg ngingkari tu. Cuma pemahamannya yg beda??==
Pemahaman berbeda itu tdk masalah kalau memang datang dari para sahabat, tabi’in maupun tabi’it tabi’in dan para ulama yg mengikuti jejak mereka.
==apa bedanya? Juga dlm ayat tsb allah brfirman {sebagaimana). Trkesan allah >>>>menyamakan LUPA-NYA dan LUPA KALIAN???==
terkesan itu pikiran anda, saya tidak berani menafsirkan Allah melupakan kalian. Sya hanya beriman pada ayat itu. dan menanyakan bagaimana caranya…itu adalah bid’ah bukan…??
== samakah kasus istiwa dan lupa?=
Istiwa dan lupa beda lah…, tapi kalau istiwa’ dan melupakan itu sama ada dlm Al Qur’an (dan Allah yang Maha Agung terbebas dari sifat2 ketidaksempurnaan).
=smua ulama mengklaim begitu??==
makanya perlu belajar terus sampai liang lahat, jangan terbatas pada kyai/ulama yg didekat anda. terus kalau membaca kitab dari kalangan ulama lainnya, jangan diawali oleh kebencian dulu. Kaji , telaah, dan mohon petunjuk kepada Allah SWT.
terus mengenai ayat:
1. wajhullah
2. yadullah
bagaimana menurut anda…??? apakah anda menakwilkannya, atau beriman kepada ayat tersebut sesuai dzohirnya.
@hery
>>Ibnu abbas itu adalah ahli tafsir dikalangan sahabat, apapun yg beliau tafsirkan saya sepakat. (ga ada masalah).
==artinya.. pada dasarnya takwil tu gak di larang. Bahkan nabi mendoakan ibnu abbas, “ya Allah, pandaikan dia dalam agama dan ajari dia takwil”. Dari hadist sohih ni dapat disimpulkan.. pada dasarnya nabi tidak melarang takwil bahkan mendoakan ibnu abbas agar diajari allah tentang takwil”==
>>> blm…, jangan sepenggal sepenggal, coba lengkapnya bagaimana…??
==baca aja sendiri tuh n silakan dipahami. Yg jelas menurut ane.. belum pernah a da sebelumnya kitab yg kupas tuntas seperti itu==
>>> jangan2 anda berdusta.
== buat pa berdusta? Apa untungnya?
>>para ulama yg mengikuti jejak mereka.
Semua ulama mengklaim mengikuti jejak mereka tuh dg dalil2n ya?
>>Istiwa dan lupa beda lah
===Dimana bedanya? Mana dalil perbedaannya dari al qur’an hadist?==
>>makanya perlu belajar terus sampai liang lahat
==alhamd.. tiap hari ana baca kitab, mulai dari kitab rofidloh, zaidiyah, madzhab 4, asy’ariyah, kitab2 imam ibnu taimiyah, as-subki, adz-zahabi, ibnu hajar. Juga kitab2 ulama kontemporer spt ; syeh al albani, yusuf qordlowi, dll. Karena ane yakin.. kebenaran bertebaran di mana-mana. Bukan milik satu kelompok saja..=
>>jangan terbatas pada kyai/ulama yg didekat anda.
==ane ngaji sama kyai sekitar Cuma sampai usia 21 th ja tuh?=
>>kalau membaca kitab dari kalangan ulama lainnya, jangan diawali oleh kebencian
>>Al hamd.. ane gak pernah menbenci ulama manapun meski berbeda pendapat karena ane sadar, ane bisa saja salah dalam berpendapat dan kalaupun beliau yg salah, beliau juga manusia yg berusaha benar menuju ridlo allah.
Ane sepakat dg :
1. Al Imam al hafidz ad-dzahabi ketika mengomentari ucapan seorang tokoh asy’ariyah, “Aku bersaksi atas diriku sendiri bahwa aku tidak mengKAFIRkan satu orangpun dari ahli qiblat karena semuanya menunjuk pada satu tuhan yang sama.Dan sesungguhnya, semua ini adalah hanya perbedaan ungkapan”. Imam ad-zahabi berkata, “ dan demikian ini aku beragama” (catatan kaki kitab jam’ul juyus wa ad dasakir hal 74. Perpus : universitas islam madinah, kementerian pendidikan kerajaan Saudi arabia)
2. Imam bin taimiyah rahimahullah di ahir2 kehidupan beliau berkata,“ aku tidak mengkafirkan seorangpun dari umat islam dan nabi bersabda, “tidak ada yg menjaga wudlu kecuali mukmin”(as-siyar 15/88)
3.Imam bin taimiyah rahimahullah , “ Abu Ismail Al Anshori termasuk orang yg paling suka mencela golongan asy’ariyah. Padahal MEREKA (ASY’ARIYAH) adalah golongan terdekat dengan sunnah di antara golongan2 lain (majmu’ fatawa 8/230)
==artinya.. pada dasarnya takwil tu gak di larang. Bahkan nabi mendoakan ibnu abbas, “ya Allah, pandaikan dia dalam agama dan ajari dia takwil”. Dari hadist sohih ni dapat disimpulkan.. pada dasarnya nabi tidak melarang takwil bahkan mendoakan ibnu abbas agar diajari allah tentang takwil”==
>>>> Yup tdk dilarang, namun apakah mau menafsirkan sesuai akal fikiran kita, tentunya yg telah di tafsirkan oleh sahabat, kita terima aja, bukan nafsir2kan sendiri bukan. karena sahabat, tabi’in/tabiut tabi’in dijamin oleh rosulullah SAW, begitu juga dg orang2 yg mengikuti mereka..pasti selamat. Penafsiran yg tdk sesuai dg para sahabat ini lah..yg membuat rusak agama ini.
==baca aja sendiri tuh n silakan dipahami. Yg jelas menurut ane.. belum pernah a da sebelumnya kitab yg kupas tuntas seperti itu=
>>>>kalo memang seperti itu ya jangan diikuti. tdk susah bukan…??? afwan ana blm baca…, klo dah baca biar saya tanyakan langsung sama orang2 salafy. Kalo antum punya teksnya silahkan share ke saya…nanti sya langsung tanyakan…(kebetulan saya berteman dg siapa saja).
===Dimana bedanya? Mana dalil perbedaannya dari al qur’an hadist?==
jadi menurut anda sama Istiwa’ sama lupa-> yg akhirnya dua2nya tdk layak bagi Allah gitu maksudnya..?? astaghfirullah…., lagian di terjemahannya juga Allah Melupakan—bukan Allah Lupa…, jadi apakah sama Lupa dan Melupakan menurut anda…??? menurut saya Allah terbebas dari sifat kekurangan (Lupa dan Melupakan itu beda bukan…???)
===Semua ulama mengklaim mengikuti jejak mereka tuh dg dalil2n ya?
Tinggal anda periksa cocok tdk klaimnya itu…., tdk susah bukan…??
alhamd.. tiap hari ana baca kitab, mulai dari kitab rofidloh, zaidiyah, madzhab 4, asy’ariyah, kitab2 imam ibnu taimiyah, as-subki, adz-zahabi, ibnu hajar. Juga kitab2 ulama kontemporer spt ; syeh al albani, yusuf qordlowi, dll. Karena ane yakin.. kebenaran bertebaran di mana-mana. Bukan milik satu kelompok saja..=
>>>>> ya sukur…alhamdulillah , semoga anda dan saya mendapat petunjuk Allah SWT.
+++Yup saya sepakat dg anda, tentang komentar2 Imam Adzahabi dan Imam Ibnu Taimiyyah…
O ya …bagaimana menurut antum ttg ayat yg didalamnya ada wajhullah dan yadullah…??? apa antum sikapi sebagaimana Imam malik menyikapi istiwa’ atau perlu dita’wilkan….???jzkh
@hery
>>>O ya …bagaimana menurut antum ttg ayat yg didalamnya ada wajhullah dan yadullah…??? apa antum sikapi sebagaimana Imam malik menyikapi istiwa’ atau perlu dita’wilkan….???jzkh
==afwan .. pendapat ana yg masih dl pencarian kebenaran :
1.Ane mengimani allah berwajah dan beryad.. tanpa berpikir rumit2, tanpa membayangkan, tanpa mentakwil, tnpa tasybih+tamsil+tajsim+tajsid bahkan klw perlu tanpa membahas.
2.Ane mengimani Allah istawa alal Arsy, allah Nuzul di tiap ahir malam tanpa berpikir rumit2, tanpa membayangkan, tanpa mentakwil, tnpa tasybih+tamsil+tajsim+tajsid bahkan klw perlu tanpa membahas.
3.Ane mengimani Allah istawa alal Arsy, juga bersama kita dengan dzat-Nya (bukan Cuma dengan ilmu-Nya, klw dg ilmu-Nya mah dah gak perlu dibahas..)sesuai ayat : (wa hua ma’akum ainama kuntum), lebih dekat dari pada urat leher kita sendiri dg Dzat-nya (Hadist : aqrobu min Hablil Warid), kedua jari2-nya mengapit hati orang mukmin dg Dzat-Nya (tanpa takwil..tnpa tasybih+tamsil+tajsim+tajsid bahkan klw perlu tanpa membahas.
harap antum jangan bertanya ,”lha mana jari2-nya”)
4.Ane mengimani Allah istawa alal Arsy namun allah juga ada tanpa tempat tanpa arah. Allah ada sebelum tempat, arah dan sesuatu yang lain ada. Bingung??
5.Segala sesuatu termasuk bumi, langit, arasy dan malaikat pemikul arasy berada dalam genggaman allah. (wallahu bi kulli syai’in mukhit-al ayat)
ana tidak mengatakan bid’ah bagi yg tidak mentakwil.. ane juga gak mengatakan bid’ah bagi yang mentakwilnya asal masing2 sudah mengemukakan dengan landasan2 yang kuat dg mengacu al qur’an-hadist, Atsar shohabat +tabhi’in dg penerapan yg tepat. biar lah yang menilai kebenarannya Allah sendiri===
“Allah memberikan ilmu (hikmah) pada orang yang dikehendaki”. tentu saja kadarnnya berbeda-beda..
Yup ane sepakat sama antum…,intinya itu ada di alqur’an, jadi harus percaya dan wajib meyakininya.
namun tentu yg tidak menyepakati ke 5 point yg antum kemukakan, ini masih dalam proses pencarian, dan kita jg bukan dalam rangka menyalahkan…biarkanlah mereka yg menilai….dan tentunya ini dalam rangka memberikan informasi yg berimbang, bahwa meyakini ke 5 poin yg antum sebutkan…bukanlah berkonsekuensi adanya tasbih terhadap Allah SWT, karena memang Allah menyifatinya dlm AL Qur’an seperti itu. Wallohu a’lam. Semoga yg membaca dan kita semua mendapat petunjuk Allah SWT.
amiin…
yang terpenting..selama masih sama arkanul iman dan arkanul islamya.. maka mereka adalah bersaudara..
di diriku ada salafi wahaby
di diriku ada asy’ari
di diriku ada sufi
di diriku ada syi’i
di diriku ada hanafi, maliki, syafi’i, hambali
di diriku ada juned, sahl at tusturi, ibnu taimiyah, as-subki, ali jum’ah, bin baz
siapakah aku???
ana almuslim
ana almukmin insyaallah….
ya rasulallah…salam alaika.. ya rasulallah…..aku merindukanmu hadir lagi dalam mimpi2 indahku..
Cukuplah kiranya perkataan Ulama’, “Barang siapa di zaman ini merasa mampu menggali sendiri dari Al Quran dan Sunah saja maka ia telah sesat dan menyesatkan. “
Rosulullah SAW bersabda : ummat ini akan terpecah menjadi 73 golongan dan hanya 1 yg masuk surga dan 72 lainnya masuk neraka,sahabat bertanya, “wahai Rosulullah, siapa saja yg masuk jannah itu? beliau menjawab mereka adalah al jama’ah. (Ibnu Majah 2/321, ABu Dawud 4/197)
Dl riwayat Tarmidzi ” SIapakah mereka wahai Rosulullah SAW?” Beliau menjawwab, “orang2 yg mengikuti sunnah (jalan hidup) ku dan para sahabatku
Siapakah mereka…
Betul Yg rukun Islam dan Rukun Imannya sama (yaitu orang Islam). Namun orang Islam ini yg Rosulullah SAW katakan ummatku akan terpecah menjadi 73 golongan, dan yg selamat adalah yg mengikuti Sunnah Rosulullah SAW dan Sunnah Para sahabatnya, merekalah ulama2 Ahlusunnah/AHlul Hadits dan ummat yg mengikuti jejak mereka sampai akhir zaman. Mudah2an kita termasuk kedalam mereka firqutunnajiyyah itu. amin Ya Robbal A’lamin.
Beliau menyatakan bahwa dari sekian banyak kelompok Islam hanya ada satu yang selamat dan menjadi ahli Surga, yaitu mereka yang menempuh perikehidupan (Sunnah) sesuai dengan bimbingan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya Radhiyallahu ‘anhum. Hal ini beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tegaskan dalam sabdanya (yang artinya):
“Semuanya masuk neraka kecuali satu golongan saja yaitu golongan yang pada saat itu mengikuti perikehidupanku dan perikehidupan para Sahabatku.”
Berdasarkan riwayat-riwayat kita mengetahui bahwa perikehidupan para Sahabat Radhiyallahu’ anhum adalah perikehidupan Khulafa’ ar-Rasyidin dan perikehidupan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jadi jelaslah, pemahaman sahabat Radhiyallahu ’anhum –sebagai generasi Salaf pertama- menjadi rujukan bagi generasi berikutnya.
Namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kaum Muslimin terpecah-belah dalam berbagai pemahaman. Semua mengklaim dirinyalah yang berpegang kepada al-Qur’an dan as-Sunnah. Masing-masing mengaku paling benar dan menyalahkan orang lain yang menyelisihinya.
Pertanyaan kita adalah siapakah yang paling benar dan paling tepat dalam memahami al-Qur’an dan as-Sunnah sehingga kita tidak boleh menyelisihi mereka?
Jawabannya adalah para sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Para sahabat itulah orang-orang yang paling paham tentang al-Qur’an dan as-Sunnah karena mereka hidup di zaman turunnya kedua wahyu tersebut kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka wajib bagi kita mengikuti petunjuk dan bimbingan mereka.
Selain itu, kita juga harus melihat pemahaman para tabi’in dan tabi’it tabi’in. Karena mereka adalah 3 generasi salaf yang disebut oleh Rasul sebagai 3 generasi terbaik. Tabi’in adalah generasi yang telah bertemu dan bergaul dengan para shahabat dan memahami benar pemahaman para Shahabat terhadap Al-Qur`an dan Hadits. Sedangkan tabi’it tabi’in adalah mereka yang telah berjumpa dan menimba ilmu kepada para tabi’in.
”Orang-orang terdahulu lagi pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar serta orang-orang yang mengikuti mereka (dalam melaksanakan) kebaikan, Allah ridha kepada mereka; dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang di dalamnya terdapat sungai-sungai yang mengalir. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” [QS. At-Taubah : 100]
Dalam ayat di atas, Allah Subhanahu wa Ta’ala memuji generasi Salaf dan orang-orang yang mengikuti mereka. Maka, dari sini dapat diketahui bahwa bila Salaf mengemukakan suatu pendapat kemudian diikuti oleh orang-orang pada generasi berikutnya, maka mereka menjadi orang-orang yang terpuji dan berhak mendapatkan keridhaan dari Allah sebagaimana yang didapat oleh generasi Salaf.
Kalaulah mengikuti jejak Salaf tidak berbeda dengan mengikuti jejak selainnya, niscaya mereka tidak pantas untuk dipuji dan diridhai; dan hal seperti itu jelas bertentangan dengan ayat di atas. Dengan demikian, berdasarkan ayat di atas telah jelas bahwa pemahaman Salaf menjadi rujukan bagi generasi berikutnya.
“Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia; menyuruh kepada yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Namun, di antara mereka ternyata ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” [QS. Ali Imran : 110]
Dalam ayat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala menetapkan adanya keutamaan generasi Salaf dibanding keseluruhan umat karena pernyataan dalam ayat tersebut tertuju kepada kaum Muslimin, yang waktu itu tiada lain adalah para Sahabat, generasi Salaf pertama yang mendulang ilmu langsung dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tanpa perantara.
Adanya pemberian gelar kepada mereka sebagai umat terbaik menunjukkan bahwa mereka itu senantiasa istiqamah dalam segala hal, sehingga tidak akan menyimpang dari kebenaran.
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga menjelaskan sifat mereka sebagai bukti kelurusan jalan hidup mereka, yaitu bahwa mereka selalu memerintahkan kepada yang ma’ruf dan melarang seluruh yang mungkar.Berdasarkan ayat di atas, juga jelas bahwa pemahaman Salaf menjadi hujjah dan rujukan bagi generasi sesudah mereka sampai Hari Kiamat.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya):“Sebaik-baik manusia adalah generasiku, kemudian generasi sesudahnya, kemudian generasi sesudahnya lagi. Selanjutnya akan datang suatu kaum yang persaksiannya salah seorang di antara mereka mendahului sumpahnya dan sumpahnya mendahului persaksiannya.” [HR. Bukhari nomor 2509, 3451, dan 6065; Muslim nomor 1533]
Ukuran kebaikan yang dimaksud oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak lain adalah ketakwaan hati dan amal shalih. Mengenai hal ini Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang artinya):
“Sesungguhnya manusia yang paling mulia di antara kalian adalah yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenali.” (QS. Al-Hujurat : 13)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya):“Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan harta kekayaan kalian. Allah hanya akan melihat kepada hati dan amal kalian.” [HR. Muslim nomor 2564]
Salah seorang shahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu, menceritakan bahwa Allah telah menjelaskan kepada umat ini bahwa hati para Shahabat adalah sebaik-baik hati setelah hati Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
tambahan ……..Allah Azza wa Jalla menganugerahkan kepada mereka pemahaman yang tidak akan pernah dicapai oleh generasi berikutnya. Sehingga, apa-apa yang mereka nilai baik, maka akan baik menurut Allah Azza wa Jalla dan apa-apa yang mereka nilai buruk, juga menjadi buruk menurut Allah Azza wa Jalla. [Lihat Musnad Imam Ahmad (I/379)]
Jadi jelaslah, pemahaman Salaf menjadi rujukan bagi generasi sesudahnya sampai Hari Akhir nanti.
Dalam suatu hadits, Rasul memerintahkan kepada kita agar memegang teguh Sunnah Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sunnah Khulafa’ ar-Rasyidin Radhiyallahu ‘anhum. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya):
“Wajib bagi kalian untuk berpegang teguh kepada sunnahku (kebiasaan dan perikehidupanku) dan sunnah (kebiasaan/ perikehidupan) Khulafa’ ar-Rasyidin sepeninggalku.”
Beliau menyatakan bahwa dari sekian banyak kelompok Islam hanya ada satu yang selamat dan menjadi ahli Surga, yaitu mereka yang menempuh perikehidupan (Sunnah) sesuai dengan bimbingan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya Radhiyallahu ‘anhum. Hal ini beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tegaskan dalam sabdanya (yang artinya):
“Semuanya masuk neraka kecuali satu golongan saja yaitu golongan yang pada saat itu mengikuti perikehidupanku dan perikehidupan para Sahabatku.”
Berdasarkan riwayat-riwayat di atas kita mengetahui bahwa perikehidupan para Sahabat Radhiyallahu’ anhum adalah perikehidupan Khulafa’ ar-Rasyidin dan perikehidupan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jadi jelaslah, pemahaman sahabat Radhiyallahu ’anhum –sebagai generasi Salaf pertama- menjadi rujukan bagi generasi berikutnya.
Yup sepakat…., smoga kita termasuk orang2 yg mengikuti generasi salaf (yaitu orang2 yang mengikuti sunnah Rosulullah SAW dan Para sahabatnya yg mendapat petunjuk).
Gmn cranya klu mau upload artikel ini ke fb jaya trmksh
@heri
>>> (yaitu orang2 yang mengikuti sunnah Rosulullah SAW dan Para sahabatnya yg mendapat petunjuk).
===Bagaimana sikap antum terkait hadist2 berikut??
1.(tidak mencintai ali (bin abi tholib) kecwali org mukmin dan tidak membencinya kcwli munafiq.H.R. muslim).
——cinta\bencikah muawiyah pd ali KW?Mukmin atw munafiq kah muawiyah Yg hamper tiap saat melaknat Ali KW??——
2.celakalah, hai ammar.. kamu akan dibunuh kelompok baghiyah(pembrontak-sesat). Kamu mengajak mereka ke sorga dan mereka mengajakmu ke neraka??
(Ibnu hajar,ibnu abdil ,Adz zahabi,imam ahmad, al qurtubi, al hakim …mengatakan hadist ini sohih dan mutawatir (itsarul haq : 412, darul kutub al ilmiyah)
——-Megajak ke sorga/neraka kah muawiyah yg kelompoknya tlh membunuh ammar bin yasir??—–
3.Orang pertama yg merobah sunnahku adlh lelaki dari bani umayyah (di sohihkan syeh al bani dlm kitab tahqiqus sunnah)
—–muawiyahkah yg merubah sunnah rosul pertama kali dari bani umayyah??
4.Dunia tidak akan sirna sampai orang terlaknat bin terlaknat/hina bin hina/munafiq bin munafiq tidak beriman pd allah dan rosulnya (musnad ahmad, sohhih)
—-yazid bin muawiyahkah orang terlaknat bin terlaknat/hina bin hina/munafiq bin munafiq yg tidak beriman pd allah dan rosulnya ??
5. [ya,allah..cintailah orang yg mencintai ali dan musuhilah org yg memusuinya]- sohih muawatir)
—apakah muawiyah termasuk orang yg di doakan nabi agar dimusuhi allah, karena muawiyah lah orang yg paling memusuhi ali KW??
6.klw kalian melihat muawiyah (khutbah) di atas mimbarku maka kalian bunuhlah ( ibnu asakir,tarikh bagdad 59/156)
—–klw antum saat itu melihat muawiyah di atas mimbar nabi setelah mendengar hadist ini beranikah antum membunuhnya? Klw tidak berani, apa yg akan antum lakukan??
—-patuhkah antum pd rosul terkait Nash2 hadist ini??—-
—-berdoakah antum agar orang2 yg jelas2 memusuhi ALI kw termasuk muawiyah agar dimusuhi allah sebagaimana yg diajarkan nabi??–
Trimaksh atas ilmunya,mga allah merahmati Qt smua amiin
@ery
>>>>Rosulullah SAW bersabda : ummat ini akan terpecah menjadi 73 golongan dan hanya 1 yg masuk surga dan 72 lainnya masuk neraka,sahabat bertanya, “wahai Rosulullah, siapa saja yg masuk jannah itu? beliau menjawab mereka adalah al jama’ah. (Ibnu Majah 2/321, ABu Dawud 4/197)
==menurut HEMAT ane ada beberapa kajian terkait adist ini
1.apakah maksud 1 golongan yg selamat itu satu madzhab /aliran/ organisasi keagamaan tertentu?
2.kalw iya..siapakah NAMA 1 golongan yg selamat dari golongan2 yg saat ini ada? Syafii`i?hambali? asy`ary? Wahaby? zaidiyah? NU? Persis? Sufi?
2.atwkah yg dimaksud 1 golongan itu adl orang2 yang berserak diberbagai madzhab namum sebenarnya dia memegang sunnah?
renungkan firman ALLOH SWT dlm ayat yg kalian pelajari tntg 73 golongan n hy 1 yg selamat. sy minta maaf trlbih dahulu krna sy hy org awam yg sdg mncri kbnaran, dlm prjlnan yg sy lalui sy hy brpgg pd 1 pndriian yaitu ISLAM, menurut sy smua manusia it lahir dlm keadaan ISLAM yg mmbdakan adlh keadaan stlah matinya, ALLOH SWT tlah jls dlm ayt trsebut menetapkn bhwa Agama ISLAM akn pecah mnjdi 73 golongan n hy 1 yg selamat, dr yg sy plajari smpai skrg sy mmiliki kesimpulan bahwa stiap golongan itu akan mnjga 1 amalan dalam agama ISLAM n akan mgingkari amalan laennya, cnth SUNNY akn mnjaga SUNNAH n akn mgigkri yg bkn mnjdi sunnahnya, SYIAH akn mnjaga SEJARAH n akn mgigkri yg bkn mnjdi sejarahnya, KAWARIJ akn mnjga HUKUM n akn mgigkri yg bkn mnjdi hukumnya, SUFI akan mnjga IBADAH n akn mgigkri yg bkn mnjdi ibadahnya, dll yg smuanya akan mnjaga satu persatu dr Agama ISLAM, 1 golongan it sy kira yg sprti kalian tulis yaitu AL JAMA`AH, jk 72 golongan trsbut dikumpulkan akn ditemukan 1golongan lg yaitu AL JAMA`AH, siapa sj mrka? mrka adlah golongan pertama MUHAJIRIN ANSOR n yg mgikuti stlahnya, itulah golongan yg ke 73 skaligus yg pertama INSYA`ALLOH, prtanyaan sy apakah kalian orang-orang yg mgkuti mreka stlahnya? jwbn`nya ada pd hati kalian masing-masing, jk ht kalian mgtakan “YA” mk tykan lg bnrkah “YA”, jk ht kalian mgtakn “TIDAK” tykn jg knpa “TIDAK”. maaf n trimakasih
Surga itu makhluk yg diciptakan Allah SWT. Allah SWT yg berhak memasukannya siapa2 saja dari ummatnya yg berhak masuk surga. Kita hanya berusaha mengikuti Rosulullah SAW dan Sahabatnya semampu kita (fataqulloha mastato’tum)…afwan…saya tidak bisa menghukumi mana yg akan masuk surga dan mana yg akan masuk neraka. Intinya siapa saja yg mengikuti Rosulullah SAW dan Para sahabatnya yg mendapat petunjuk, dan orang islam yg mengikutinya sampai hari kiamat. Seseorang yg berusaha, terus belajar bersungguh2 untuk mengikuti pendahulunya (salafusholih)….Insya Allah akan masuk surga dan ini pun tentunya tergantung pribadi masing2, dan nanti hisab di akhirat yg akan menentukan lebih banyak amalan keta’atannya atau dosanya.
Sebelum saya menjawab semuanya ttg para sahabat : ana mau tanya, apakah antum senang mengupas pertikaian sahabat…??? Terus siapa sahabat yg lebih dekat kedudukannya dg Rosulullah SAW…???
@hery
>>>Sebelum saya menjawab semuanya
==silahkan di jawab aja SEMUANYA per item mas.. bukankah kita diwajibkan mengikuti nash2 al qur’an hadist? Dan bukankah do’a nabi [ya,allah..cintailah orang yg mencintai ali dan musuhilah org yg memusuinya- sohih muawatir] ini juga merupakan tuntunan dan ajaran buat kita yg apabila kita baca juga dapat pahala??? Sudah pernahkan antum baca doa ini minimal 1 kali dlm seumur hidup???
Dan juga hadist dari berbagai riwayat “klw kalian melihat muawiyah (khutbah) di atas mimbarku maka kalian bunuhlah”. Ini perintah bagi siapapun dan kapanpun ?“
>>>ttg para sahabat
=hanya membahas Ali bin abi tholib KW beserta pengikutnya dan muawiyah beserta kelompoknya??
>>ana mau tanya, apakah antum senang mengupas pertikaian sahabat…???
==bukankah yg ana sebutkan itu hadist2 sohih/hasan/tidak maudlu’ yg harus di jadikan hakim dalam khilafiyah???
>>> Terus siapa sahabat yg lebih dekat kedudukannya dg Rosulullah SAW…???
==bukankah khulafaur rosiyidin, lalu 10 org yg dijanjikan sorga, sahabat uhud +badar, muhajirin dan anshor????
Berarti antum selalu mencaci Mu’awiyyah…???
Imam Muslim meriwayatkan dari hadits Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu , dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , bahwa beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لَا تَسُبُّوا أَصْحَابِي لَا تَسُبُّوا أَصْحَابِي فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا أَدْرَكَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلَا نَصِيفَهُ
“Janganlah mencela sahabatku! Janganlah mencela sahabatku! Demi Allah yg jiwaku berada di tanganNya, meskipun kalian menginfaqkan emas sebesar gunung Uhud, niscaya tdk akan dapat menyamai satu mud sedekah mereka, tdk juga separuhnya”.
Hadits ini secara jelas melarang kita mencela sahabat Nabi. Larangan dalam hadits di atas hukumnya adalah haram. yaitu haram hukumnya mencela sahabat Nabi. Termasuk di dalamnya, yaitu semua bentuk celaan & sindiran negatif yg ditujukan kepada mereka, / salah seorang dari mereka. Sebab, mencela sahabat Nabi, berarti telah menyakiti Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Imam Ahmad meriwayatkan dalam Al Fadha-il (19), dari jalur Waki`, dari Ja’far -yaitu Ibnu Burqan- dari Maimun bin Mihran, ia berkata: “Ada tiga perkara yg harus dijauhi. (Yaitu): mencela sahabat Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, meramal lewat bintang-bintang, & mempersoalkan takdir”.
Imam Ahmad juga menulis surat kepada Abdus bin Malik tentang Ushul Sunnah. Beliau berkata di dalam suratnya: “Termasuk Ushul, (yaitu) barangsiapa melecehkan salah seorang sahabat Nabi, / membencinya karena kesalahan yg dibuat, / menyebutkan kejelekannya, maka ia termasuk mubtadi`, hingga ia mendoakan kebaikan & rahmat bagi seluruh sahabat, & hatinya tulus mencintai mereka”.
Imam Ahmad meriwayatkan di dalam kitab Al Fadha-il, dari jalur Waki`, dari Sufyan, dari Nusair bin Za’luq, ia berkata, Saya mendengar Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma berkata: “Janganlah kalian mencela sahabat Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sungguh, kedudukan mereka sesaat bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (itu) lebih baik daripada amal ibadah kalian sepanjang umurnya!”
SIKAP AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH TERHADAP PERSELISIHAN YANG TERJADI
DI ANTARA SAHABAT
Banyak kita temui perkataan ahli ilmu yg berisi perintah utk tdk mempersoalkan pertikaian yg terjadi di antara sahabat Nabi Radhiyallahu anhum. Bahkan telah disebutkan adanya ijma’ dalam masalah ini.
Abdurrahman bin Abi Hatim berkata,”Aku pernah bertanya kepada ayahku & Abu Zur’ah tentang madzhab Ahlus Sunnah Wal Jama’ah & para alim ulama yg pernah ditemui oleh keduanya di berbagai belahan dunia, seperti di Hijaz, Iraq, Mesir, Syam & Yaman, dalam menyikapi para sahabat. Madzhab mereka ialah, mendoakan kebaikan & rahmat atas segenap sahabat Muhammad, atas segenap keluarga beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta menahan diri dari memperdebatkan pertikaian di antara mereka.” Demikian pula dinyatakan oleh Imam Al Lalikai dalam Syarah Ushul I’tiqad (321) & Abul ‘Ala Al Hamdani dalam bukunya yg berisi penyebutan aqidah Ahlus Sunnah & celaan terhadap perpecahan di halaman 90-91.
Dalilnya ialah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, yg artinya: “Dan orang-orang yg datang sesudah mereka (Muhajirin & Anshar), mereka berdoa: “Ya, Rabb kami, beri ampunlah kami & saudara-saudara kami yg telah beriman lebih dahulu dari kami, & janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yg beriman. Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang”. (Al Hasyr: 10).
Juga sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Janganlah engkau mencela sahabatku …… ”
Abdurrazzaq meriwayatkan di dalam kitab Al Amali (51), dari jalur Ma’mar, dari Ibnu Thawus, dari Thawus, ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا ذًُكِرَ أصحابي فَأَمْسِكُوْا و إِذَا ذًُكِرَ القَدَرُ فَأَمْسِكُوْا و إِذَا ذًُكِرَ النُّجُوْمُ فَأَمْسِكُوْا
“Jika sahabatku diperbincangkan, maka tahanlah diri. Jika masalah takdir dipersoalkan, maka tahanlah diri. Jika ramalan bintang-bintang dibicarakan, maka tahanlah diri”.
Makna “jika sahabatku diperbincangkan, maka tahanlah diri …”, menurut para ulama ialah tdk mengomentari mereka dg penilaian miring & negatif. Maksudnya, bukan larangan menceritakan apa yg terjadi, misalnya peperangan Shiffin / Jamal. Sebab, perkara tersebut memang telah diberitakan oleh Rasulullah n , kemudian perkara itu merupakan catatan sejarah. Oleh sebab itulah, para ulama menyebutkannya & menulisnya di dalam kitab-kitab sejarah & lainnya, bahkan telah dikarang buku khusus yg membicarakan permasalahan tersebut. Begitu pula Ibnu Jarir, Ibnu Katsir & Ibnu Hajar serta para alim ulama lainnya menceritakan panjang lebar kisah tersebut. Akan tetapi mereka tdk menghujat / mencela para sahabat, wallahu ta’ala a’lam.
Ibnu Baththah rahimahullah berkata -berkaitan dg larangan mencampuri pertikaian besar di antara sahabat-:
“Kemudian setelah itu kita harus menahan diri dari pertikaian yg terjadi di antara sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebab, mereka telah melalui berbagai peristiwa bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam & telah mendahului yg lainnya dalam hal keutamaan. Allah telah mengampuni mereka & memerintahkan agar memintakan ampunan utk mereka, & mendekatkan diri kepadaNya dg mencintai mereka. Semua itu Allah wajibkan melalui lisan RasulNya. Allah Maha Mengetahui apa yg bakal terjadi, bahwasanya mereka akan saling berperang. Mereka memperoleh keutamaan daripada yg lainnya, karena segala kesalahan & kesengajaan mereka telah dimaafkan. Semua pertikaian yg terjadi di antara mereka telah diampuni. Janganlah melihat komentar-komentar tentang peperangan Shiffin, Jamal, peristiwa di kediaman Bani Sa’idah & pertikaian-pertikaian lain yg terjadi di antara mereka. Janganlah engkau tulis utk dirimu, / utk orang lain. Janganlah engkau riwayatkan dari seorangpun, & jangan pula membacakannya kepada orang lain. Dan jangan pula mendengarkannya dari orang yg meriwayatkannya.
Itulah perkara yg disepakati para ulama umat ini. Mereka sepakat melarang perkara yg kami sebutkan tersebut. Di antara ulama tersebut ialah: Hammad bin Zaid, Yunus bin Ubaid, Sufyan Ats Tsauri, Sufyan bin Uyainah, Abdullah bin Idris, Malik bin Anas, Ibnu Abi Dzi’b, Ibnul Munkadir, Ibnul Mubarak, Syu’aib bin Harb, Abu Ishaq Al Fazari, Yusuf bin Asbath, Ahmad bin Hambal, Bisyr bin Al Harits & Abdul Wahhab Al Warraq; mereka semua sepakat melarang perkara tersebut, melarang melihat & mendengar komentar tentang pertikaian tersebut. Bahkan mereka memperingatkan orang yg membahas & berupaya mengumpulkannya. Banyak perkataan-perkataan yg diriwayatkan dari mereka, yg ditujukan kepada orang-orang yg melakukannya, dg lafazh bermacam-macam, namun maknanya senada. Intinya, (mereka) membenci & mengingkari orang yg meriwayatkan & mendengarnya” .
Apabila Umar bin Abdul Aziz ditanya tentang peperangan Shiffin & Jamal, beliau berkata: “Urusan yg Allah telah mengeluarkan tanganku darinya, maka aku tdk akan mencampurinya dg lisanku!”.
Al Khallal meriwayatkan dari jalur Abu Bakar Al Marrudzi, ia berkata: “Ada yg berkata kepada Abu Abdillah. Ketika itu kami berada di tengah pasukan. Dan kala itu datang pula seorang utusan Khalifah, yaitu Ya’qub, ia berkata,’Wahai Abu Abdillah. Apa pendapat Anda tentang pertikaian yg terjadi antara Ali & Mu’awwiyah?’ Abu Abdillah menjawab,’Aku tdk mengatakan kecuali yg baik. Semoga Allah merahmati mereka semua’”.
Imam Ahmad menulis surat kepada Musaddad bin Musarhad. Isinya surat tersebut: “Menahan diri dari memperbincangkan kejelekan sahabat. Bicarakanlah keutamaan mereka, & tahanlah diri dari membicarakan pertikaian di antara mereka. Janganlah berkonsultasi dg seorangpun (dari) ahli bid’ah dalam masalah agama, & janganlah menyertakannya dalam perjalananmu”.
Abu ‘Utsman Ismail bin Abdurrahman Ash Shabuni rahimahullah menyatakan di dalam Aqidah Salaf Ashhabul Hadits: “Ahlu Sunnah berpendapat, wajib menahan diri dari mencampuri pertikaian di antara sahabat Rasul. (yaitu) menahan lisan dari perkataan yg mengandung celaan & pelecehan terhadap para sahabat”.
PERKATAAN ULAMA BERKAITAN DENGAN ORANG YANG MENCELA SAHABAT
ATAU BERKOMENTAR MIRING TERHADAP SALAH SEORANG SAHABAT
Imam Al Bukhari t menulis sebuah bab dalam Shahih-nya berjudul “Bab: Larangan Mencela Orang Yang Sudah Mati”, kemudian beliau meriwayatkan sebuah hadits dari jalur Adam, dari Syu’bah, dari Al A’masy, dari Mujahid, dari ‘Aisyah Radhiyallahu anha , ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَا تَسُبُّوا الْأَمْوَاتَ فَإِنَّهُمْ قَدْ أَفْضَوْا إِلَى مَا قَدَّمُوا
“Janganlah kalian mencela orang yg sudah mati. Karena mereka telah menyelesaikan amal perbuatan mereka”.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
لَا تَسُبُّوا أَصْحَابِي فَلَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلَا نَصِيفَهُ
“Janganlah kalian mencela sahabatku. Karena sesungguhnya, meskipun kalian menginfaqkan emas sebesar gunung Uhud, niscaya tdk akan dapat menyamai satu mud sedekah mereka, tdk juga separuhnya”.
Di dalam Shahih Al Bukhari & Shahih Muslim, diriwayatkan dari hadits Al Bara` bin ‘Azib Radhiyallahu ‘anhu, bahwa ia mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الْأَنْصَارُ لَا يُحِبُّهُمْ إِلَّا مُؤْمِنٌ وَلَا يُبْغِضُهُمْ إِلَّا مُنَافِقٌ فَمَنْ أَحَبَّهُمْ أَحَبَّهُ اللَّهُ وَمَنْ أَبْغَضَهُمْ أَبْغَضَهُ اللَّهُ
“Tidaklah mencintai kaum Anshar, kecuali seorang mukmin. Dan tidaklah membenci mereka, kecuali seorang munafik. Barangsiapa mencintai mereka, niscaya Allah mencintainya. Barangsiapa membenci mereka, niscaya Allah membencinya”.
Ibnu Asakir menyebutkan, ketika dihadapkan kepada Umar, seorang Arab Badui menyerang sahabat Anshar dg kata-kata, beliau berkata: “Sekiranya dia bukan sahabat Nabi, niscaya cukuplah aku yg menyelesaikannya. Akan tetapi, ia masih termasuk sahabat Nabi” .
Imam Al Lalikai meriwayatkan dari jalur Hambal bin Ishaq, dari Muhammad bin Ash Shalt, dari Qeis bin Ar Rabi`, dari Wa’il dari Al Bahi, ia berkata: “Pernah terjadi pertengkaran antara Ubaidullah bin Umar dg Al Miqdam, lalu Ubaidullah mencela Al Miqdam, maka Umar berkata: “Tolong, ambilkan besi tajam, agar kupotong lisannya, sehingga tdk seorangpun sesudahnya yg berani mencela salah seorang sahabat Nabi”.
Al Lalikai juga meriwayatkan dari jalur Sufyan bin Uyainah, dari Khalaf bin Hausyab, dari Sa’id bin Abdirrahman bin Abza, ia berkata: Aku bertanya kepada ayahku,”Seandainya aku membawa seseorang yg mencaci Abu Bakar, apa kira-kira yg engkau lakukan?” Beliau menjawab,”Akan kupenggal lehernya!” aku bertanya lagi: “Bagaimana jika mencaci Umar?” Jawab ayahku,”Juga akan kupenggal lehernya!”.
Ibnu Baththah menyebutkan, bahwa Sufyan Ats Tsauri berkata: “Janganlah engkau mencela Salafush Shalih, niscaya engkau akan masuk surga dg selamat”.
Imam Al Lalikai meriwayatkan dari jalur Ma’n bin Isa, ia berkata: Saya mendengar Malik bin Anas berkata,”Barangsiapa mencela sahabat Nabi, maka ia tdk berhak mendapat harta fa’i, sebab Allah berfirman: (Juga) bagi para fuqara Muhajirin yg diusir dari kampung halaman & dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah & keridhaan(Nya) -QS Al Hasyr ayat 8-, mereka adalah sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yg berhijrah bersama Beliau. Kemudian Allah berfirman: Dan orang-orang yg telah menempati kota Madinah & telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin) –QS Al Hasyr: 9-, mereka adalah kaum Anshar. Kemudian Allah berfirman: Dan orang-orang yg datang sesudah mereka (Muhajirin & Anshar), mereka berdoa: “Ya Rabb kami, beri ampunlah kami & saudara-saudara kami yg telah beriman lebih dahulu dari kami, & janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yg beriman. Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyanyang. –QS Al Hasyr:10. Itulah ketiga golongan yg berhak menerima fa’i. Barangsiapa mencela sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka ia tdk termasuk salah satu dari tiga golongan tersebut, & ia tdk berhak menerima fa’i” .
Al Khallal meriwayatkan dalam kitab As Sunnah, dari jalur Abu Bakar Al Marwadzi, ia berkata: “Saya bertanya kepada Abu Abdullah (yaitu Imam Ahmad) tentang hukum orang yg mencela Abu Bakar, Umar & ‘Aisyah Radhiyallahu anhum. Beliau berkata,’Menurut saya, ia bukan orang Islam.’ Saya juga mendengar Abu Abdillah berkata,’Imam Malik mengatakan, siapa saja yg mencela sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka ia tdk mendapat bagian apapun dalam Islam’”.
Al Khallal juga meriwayatkan dari jalur Abdul Malik bin Abdul Hamid, ia berkata: “Saya mendengar Abu Abdillah berkata,’Barangsiapa mencela sahabat Nabi, maka aku khawatir ia jatuh ke dalam kekufuran, seperti halnya kaum Rafidhah,’ kemudian beliau berkata,’Barangsiapa mencela sahabat Nabi, maka dikhawatirkan ia keluar dari agama’.”
Al Khallal juga meriwayatkan dari Abdullah bin Ahmad bin Hambal, ia berkata: “Aku pernah bertanya kepada ayahku tentang orang yg mencela salah seorang sahabat Nabi, (dan) beliau menjawab,’Menurut saya, dia bukan orang Islam’.”
Al Khallal juga meriwayatkan dari jalur Harb bin Ismail Al Kirmani, dari Musa bin Harun bin Ziyad, bahwa ia mendengar Al Faryabi ditanya oleh seorang lelaki tentang hukum orang yg mencaci Abu Bakar. Beliau (Al Faryabi, Red) menjawab: “Kafir!” Tanyanya lagi: “Bolehkah jenazahnya dishalatkan?” Jawab beliau,”Tidak!” Aku bertanya kepadanya: “Bukankah ia telah mengucapkan La Ilaha illallah?” Beliau menjawab,”Janganlah kalian sentuh jenazahnya dg tangan kalian, angkatlah jenazahnya dg kayu, lalu kuburkan dalam lubang kuburnya.”
Imam Ahmad berkata dalam sebuah risalah yg diriwayatkan oleh Ahmad bin Ja’far bin Ya’qub Al Ishthakhri: “Seorangpun tdk boleh menyebutkan keburukan para sahabat, & janganlah mencela seorangpun dari sahabat karena aib / kekurangannya. Barangsiapa melakukan hal itu, maka wajib bagi penguasa menjatuhkan hukuman & sanksi atasnya. Kesalahannya itu tdk boleh dimaafkan. Pelakunya harus dihukum & diminta bertaubat. Jika ia bertaubat, maka diterimalah taubatnya. Jika tetap bertahan, maka hukuman kembali dijatuhkan atasnya, & dipenjara seumur hidup hingga mati / bertaubat”.
Beliau (Imam Ahmad) berkata di awal risalahnya ini: “Itulah madzab ahli ilmu, ahli atsar & ahlu sunnah yg teguh memegangnya, di kenal dengannya, yg masalah ini telah diikuti semenjak zaman sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai sekarang ini. Saya telah bertemu dg para ulama dari Hijaz, Syam & daerah lainnya berada di atas madzhab tersebut” .
Al Qadhi` Iyadh berkata dalam Syarah Shahih Muslim: “Mencela sahabat Nabi & merendahkan mereka, / salah seorang dari mereka, (itu) termasuk perbuatan dosa besar yg diharamkan. Nabi telah melaknat orang yg melakukannya”.
Diriwayatkan dari Ibrahim An Nakha-i, ia berkata: “Mencaci Abu Bakar & Umar termasuk dosa besar”.
Demikian pula dinyatakan oleh Abu Ishaq As Sab’i. Dan disebutkan pula hal itu oleh Ibnu Hajar Al Haitsami dalam kitab Az Zawajir, ia berkata: “Dosa besar yg ke empat ratus enam puluh empat & empat ratus enam puluh lima ialah membenci kaum Anshar, mencaci salah seorang sahabat Nabi –radhiyallahu` anhum ajma’in”(20).
Dari uraian di atas jelaslah, betapa besar dosa mencela sahabat Nabi / salah seorang dari mereka. Karena Rasulullah Shallal telah melarang mencela orang yg sudah mati & melarang mencela sahabat beliau. ‘Aisyah Radhiyallahu anha juga mengabarkan, bahwa mereka telah diperintahkan utk memohon ampunan bagi sahabat Nabi, akan tetapi, mereka justru malah mencela sahabat.(21)
Begitulah kenyataannya, mereka benar-benar mencela sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Orang-orang yg mencela sahabat Nabi itu sebenarnya meniru perbuatan seorang zindiq bernama Abdullah bin Saba’. Oleh sebab itu, mereka merupakan orang yg paling mirip dg kaum Nasrani yg mencela kaum Hawariyun, pengikut setia Nabi Isa Alaihissallam.
Imam Al Ajurri meriwayatkan dari jalur Ahmad bin Abdullah bin Yunus, dari Ibnu Abi Dzi’b, dari Az Zuhri, ia berkata: “Belum pernah aku melihat orang yg paling mirip dg kaum Nasrani selain pengikut Saba’iyah”. Ahmad bin Yunus berkata,”Mereka adalah kaum Syi’ah Rafidhah.” (22)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata di dalam kitab Ash Sharimul Maslul: “Sejumlah ulama dari kalangan sahabat-sahabat kami (yaitu ulama madzhab Hambali) menegaskan kekafiran kaum Khawarij yg meyakini harus berlepas diri dari Ali & Utsman, & juga menegaskan kekafiran Rafidhah yg meyakini wajib mencaci seluruh sahabat, & menegaskan kekafiran orang-orang yg mengkafirkan sahabat, mengatakan mereka fasik / mencaci mereka”.
Abu Bakar Abdul Aziz berkata di dalam kitab Al Muqni’: “Adapun jika ia termasuk penganut paham Rafidhah yg mencaci sahabat, maka hukumnya kafir & tdk boleh dinikahkan (dengan wanita Ahlus Sunnah Wal Jama’ah). Sedangkan pendapat ulama lainnya, & inilah pendapat yg didukung oleh Al Qadhi Abu Ya’la, bahwa jika ia benar-benar mencaci sahabat & menjatuhkan martabat agama & keshalihan mereka, maka ia kafir karena perbuatan tersebut. Namun jika ia mencacinya tanpa menjatuhkan martabat -misalnya mencaci ayah salah seorang dari mereka, / mencacinya dg maksud membuat marah, / tujuan lainnya- maka ia tidaklah kafir karena hal itu”.
Itulah sikap yg harus dimiliki setiap muslim terhadap para sahabat yg mulia. Sebagaimana dimaklumi, Ahlus Sunnah Wal Jama’ah tdk mengatakan jika sahabat itu ma’shum dari dosa besar ataupun dosa kecil. Boleh jadi mereka melakukan dosa tersebut, akan tetapi mereka tetap yg paling utama, paling baik & mempunyai kelebihan sebagai sahabat Nabi. Itulah sebabnya mereka mendapat ampunan atas kesalahan yg mereka perbuat. Bahkan mereka mendapat ampunan atas dosa & kesalahan, yg barangkali, bila dilakukan oleh selain mereka, belum tentu diampuni. Setiap muslim wajib meyakini hal ini & mempertahankannya. Sebab ini merupakan bagian dari ajaran agama yg diturunkan Allah.
Sebagai penutup tulisan ini, berkut adalah pernyataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah di dalam kitab Ash Sharimul Maslul: “Dalam masalah ini, kami tdk mengetahui adanya perbedaan pendapat di antara para ahli fiqih & ahli ilmu dari kalangan sahabat & orang-orang yg mengikuti mereka dg baik, serta (di kalangan) seluruh Ahlus Sunnah Wal Jama’ah. Mereka semua sepakat, bahwa kita wajib memuji para sahabat, memohon ampunan bagi mereka, memohon curahan rahmat bagi mereka, mendoakan mereka (dengan mengucapkan radhiyallahu`anhu), mencintai & loyal kepada mereka, serta meyakini adanya sanksi yg berat atas orang yg berpandangan buruk tentang mereka”. Wallahul musta’an.
1. (tidak mencintai ali (bin abi tholib) kecwali org mukmin dan tidak membencinya kcwli munafiq.H.R. muslim).
——cinta\bencikah muawiyah pd ali KW?Mukmin atw munafiq kah muawiyah Yg hamper tiap saat melaknat Ali KW??——
Sepakat dengan hadits tersebut. Namun Masalah Muawiyyah, dia adalah sahabat nabi, jadi saya menyikapinya sebagaimana ulama ahlusunnah. Pertikaian mereka disebabkan oleh penyebar fitnah. Jadi dalam hal ini adalah masalah ijtihadiyyah. Penyebar fitnahlah yg akan menanggung dosanya. Pasti anda tahu siapa sebenarnya penyebar fitnah itu, seorang yahudi bukan…???
Seandainya tidak ada fitnah…?sebagaimana pada saat Rosulullah SAW masih hidup…?? Apakah mereka saling bertikai…??
2. celakalah, hai ammar.. kamu akan dibunuh kelompok baghiyah(pembrontak-sesat). Kamu mengajak mereka ke sorga dan mereka mengajakmu ke neraka??
(Ibnu hajar,ibnu abdil ,Adz zahabi,imam ahmad, al qurtubi, al hakim …mengatakan hadist ini sohih dan mutawatir (itsarul haq : 412, darul kutub al ilmiyah)
——-Megajak ke sorga/neraka kah muawiyah yg kelompoknya tlh membunuh ammar bin yasir??—–
Saya menyikapinya seperti ulama2 ahlusunnah dalam menilai sahabat Rosul. Pertikaian ini, adalah ujian bagi kita…?? Apakah kita akan terkena fitnah atau tidak…?? Jadi melihat hadits ini perlu juga melihat hadits yg lainnya.
3. Orang pertama yg merobah sunnahku adlh lelaki dari bani umayyah (di sohihkan syeh al bani dlm kitab tahqiqus sunnah)
—–muawiyahkah yg merubah sunnah rosul pertama kali dari bani umayyah??
Afwan, ana blm cek hadits ini. tidak tahu..siapakah yg dimaksud, Saya tetap menyikapi Mu’awiyyah sebagaimana ulama2 ahlusunnah menyikapi mereka. Tidak ada gunanya menyikapi pertikaian mereka. Tdk akan membuat kita lebih utama dari mereka di hadapan Rosulullah SAW kelak di akhirat.
4. Dunia tidak akan sirna sampai orang terlaknat bin terlaknat/hina bin hina/munafiq bin munafiq tidak beriman pd allah dan rosulnya (musnad ahmad, sohhih)
—-yazid bin muawiyahkah orang terlaknat bin terlaknat/hina bin hina/munafiq bin munafiq yg tidak beriman pd allah dan rosulnya ??
Wallhu a’lam. Kalau ada dua sahabat di fitnah oleh seorang yahudi yg ingin memecah belah ummat islam, terus keduanya bertikai karena fitnah itu. Siapa yg salah….???
5. [ya,allah..cintailah orang yg mencintai ali dan musuhilah org yg memusuinya]- sohih muawatir)
—apakah muawiyah termasuk orang yg di doakan nabi agar dimusuhi allah, karena muawiyah lah orang yg paling memusuhi ali KW??
Afwan…Ana ga tahu siapa yg dimaksud…., saya melihat mu’awiyyah sebagaimana ulama2 ahlusunnah melihat dan menilai sahabat.
6. klw kalian melihat muawiyah (khutbah) di atas mimbarku maka kalian bunuhlah ( ibnu asakir,tarikh bagdad 59/156)
—–klw antum saat itu melihat muawiyah di atas mimbar nabi setelah mendengar hadist ini beranikah antum membunuhnya? Klw tidak berani, apa yg akan antum lakukan??
—-patuhkah antum pd rosul terkait Nash2 hadist ini??—-
—-berdoakah antum agar orang2 yg jelas2 memusuhi ALI kw termasuk muawiyah agar dimusuhi allah sebagaimana yg diajarkan nabi??–
Saya blm dalami dan mengecek..hadits2 yg antum sampaikan apakah benar seperti itu atau…ini hanyalah pemecah ummat, lihatlah hadits lainnya tentang keutamaan Mu’waiyyah dan sahabat…dan apa manfaatnya buat kita mempermasalahkan pertikaian mereka.
Sudah diterangkan dikomentar 1 , saya menyikapainya seperti ulama ahlusunnah terhadap para sahabat. Saya akan mendo’akan para sahabat semoga mendapat Rahmat dan Ampunan Allah SWT. Saya pun sepakat dengan ulama2 ahlusunnah dan telah menyampaikan beberapa hadits Rosulullah SAW ttg tdk bolehnya mencaci sahabat.
Saya tanya pada antum….apakah antum berpatokan pada hadits2 diatas itu dalam hal I’tiqod…??sehingga berani mencaci sahabat (Mu’awiyyah)…??? Ketahuilah Ali dan Mu’awiyyah itu sahabat Rosulullah SAW, mereka bertikai karena adanya fitnah, sehingga mereka berijtihad masing2 karena adanya fitnah itu. Jika salah pun mereka masih tetap mendapat pahala.
>>Berarti antum selalu mencaci Mu’awiyyah…???
==ana hanya berdoa sesuai doa yg diajarkan nabi “[ya,allah..cintailah orang yg mencintai ali dan musuhilah org yg memusuinya]- sohih muawatir)
>>>>Imam Muslim meriwayatkan …
“Janganlah mencela sahabatku! Dst….”.
=== kata SAHABAT-ku adalah kata umum. Didalamnya termasuk sebagian munafik (seperti UBay bin khalf dkk) dan khowarij dari kalangan sahabat…bahkan termasuk yang membunuh Umar RA dan Ali KW.. Menurut ilmu ushul..ini disebut dalil umum.
>>>Dalilnya ialah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, yg artinya: “Dan orang-orang yg datang sesudah mereka (Muhajirin & Anshar), mereka berdoa: “Ya, Rabb kami, dst (Al Hasyr: 10).
=muawiyah bukan muhajirin dan anshor bahkan dia adalah orang yg paling memusuhi muhajirin dan anshor Radliyallahu ‘anhum
>>>Juga sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Janganlah engkau mencela sahabatku …… ”
=ini juga dalil umum..tuuuh??
>>Apabila Umar bin Abdul Aziz ditanya tentang peperangan Shiffin & Jamal, beliau berkata: “
==kedua perang ini berbeda dg perang ali KW melawan muawiyah. Karena Ahlus shiffin dan ahlul Jamal pada akhirnya kembali kepada Ali KW setelah beliau2 menyadari kekliruan ijtihad mereka. Bahkan diriwiyatkan, mendekati wafatnya..Aisyah RA menangis tersedu2 dan berkata, “tiada sesuatu apapun yang memberatkan hatiku (yg paling aku sesali) dalam seumur hidupku kecwali kejadian itu (perang jamal)
>>>Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Janganlah kalian mencela orang yg sudah mati. Karena mereka telah menyelesaikan amal perbuatan mereka”.
==ini dalil umum.. bolehkah mencela abu lahab yg telah mati??
>>>, Rasulullah SAW bersabda:
“Tidaklah mencintai kaum Anshar, kecuali seorang mukmin dst…
==muawiyah bukan sahabat anshor tuh??
>>,”Seandainya aku membawa seseorang yg mencaci Abu Bakar, apa kira-kira yg engkau lakukan?” Beliau menjawab,”Akan kupenggal lehernya!” aku bertanya lagi: “Bagaimana jika mencaci Umar?” Jawab ayahku,”Juga akan kupenggal lehernya!”.
===sepakat tuh.. HARUS!!
>>>Imam Malik mengatakan, siapa saja yg mencela sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka ia tdk mendapat bagian apapun dalam Islam’”.
==bagaimana kalw mencela abu lu’luah (pembunuh umar) dan Ibnu Muljam (pembunuh Ali)?? Tidak bolehkah dg alasan si pembunuh juga sahabat???
>>>Diriwayatkan dari Ibrahim An Nakha-i, ia berkata: “Mencaci Abu Bakar & Umar termasuk dosa besar”.
==sepakat, klw mencela muawiyah atw pembunuh ali/umar RA gmn??
>>>Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata di dalam kitab Ash Sharimul Maslul: “Sejumlah ulama dari kalangan sahabat-sahabat kami (yaitu ulama madzhab Hambali) menegaskan kekafiran kaum KHAWARIJ yg meyakini harus berlepas diri dari Ali & Utsman..dst”
==bukankah diantara kaum khawarij juga ada sahabat?? Bahkan sahabat2 yg ikut khowarij ini justru terkenal tekun ibadahnya?? Dan mengusung slogan “kembali pada al qur’an”?? bukankah ini juga berarti ada sahabat yg kafir karena masuk golongan khowarij?? (kontradiksi??)
>> Itulah sebabnya mereka mendapat ampunan atas kesalahan yg mereka perbuat. Bahkan mereka mendapat ampunan atas dosa & kesalahan, yg barangkali, bila dilakukan oleh selain mereka, belum tentu diampuni.
==apakah dosa2 pembunuh ALI dan UMAR akan mudah diampuni karena pembunuh2 ini juga sahabat?? Mengapa pembunuh2 ini mendapat keistimewaan ampunan? Apakah karena AMALNYA atw karena BERKAH KEDEKATANNYA dg nabi??
KESIMPULAN….
Dalil2 yg antum kemukakan adalah dalil2 yg umum bahkan sering tidak terkait dg muawiyah seperti dalil yg menyebut Amshor + muhajirin. dan hadist2 yg ana kemukakan adl dalil khusus. Menurut ilmu ushul ..
1. hukum ditetapkan dengan mengumpulkan bebagai dalil2 (al jam’u bainal adillah)
2.dalil khusus berfungsi menghususkan dalil umum..
Terakhir… sebagian ulama salaf mengatakan “SEMUA hadist2 tentang keutamaan muawiyah adalah MAUDLU’? gmn hukum hadist maudlu’??
@HERY
>>>Sepakat dengan hadits tersebut. Namun Masalah Muawiyyah, dia adalah sahabat nabi,
==oh, betapa besar bencana ketika Nash2 al qur’an dan Al Hadist harus rikuh dan kikuk didepan sebuah nama… MUAWIYAH??betapa celaka ketika nash2 yg sohih harus takluk pd hadist2 maudlu’… betapa aneh ketika orang2 yg mengaku ahlus sunnah dg pemahaman salaf meninggalkan pendapat2 sahabat badar yg benar2 salaf dan ikhlas….betapa mengherankan mereka yg mengaku sunni meninggalkan pendapat kibar tabi’in.. lalu mereka mengambil pendapat generasi ke tiga..
Wahai muawiyah..sungguh bahayamu tidak diketahui oleh pengaku salafi karena kecerdikanmu dan karena kecerobohan mereka, juga racunmu tidak diketahui oleh Syi’ah karena fanatisme buta mereka.. sungguh strategi mu telah berhasil..
Abu lu’luah.. abd. Rahman bin muljam.. muawiyah.. beruntunglah kalian karena kalian mmbawa GELAR sahabat, shg menurut org2 sunni(?) dosa kalian akan mudah diampuni..BERKAT gelar kalian.. ==
>>>jadi saya menyikapinya sebagaimana ulama ahlusunnah.
==apakah sahabat badar bukan ahlus sunnah??
>>Pertikaian mereka disebabkan oleh penyebar fitnah.
== Betapa bodoh mereka2 yg mudah termakan penyebar fitnah???
>> Jadi dalam hal ini adalah masalah ijtihadiyyah.
==ketika sebuah hadist sudah sohih, maka itulah madzhabku??
>>Penyebar fitnahlah yg akan menanggung dosanya.
==dosanya sendiri…
>>Pasti anda tahu siapa sebenarnya penyebar fitnah itu, seorang yahudi bukan…???
==He..he..betapa pandai si “seorang yahudi” ini??
>>>sebagaimana pada saat Rosulullah SAW masih hidup
==ditegaskan al qur’an.. banyak diantara mereka (yg menurut difinisi sunni sebagai sahabat) yg munafik tuh??
>>>Saya menyikapinya seperti ulama2 ahlusunnah dalam menilai sahabat Rosul.
==taklid ya?? Ketika sebuah hadist sudah sohih maka itulah madhabku..
>>>Jadi melihat hadits ini perlu juga melihat hadits yg lainnya.
==betul, asal bukan hadist dloif lho?? Apalagi MAUDLU’
>>terus keduanya bertikai karena fitnah itu. Siapa yg salah….???
===Yang salah ya yg BATHIL tuu??
>>>””klw kalian melihat muawiyah (khutbah) di atas mimbarku maka kalian bunuhlah ( ibnu asakir,tarikh bagdad 59/156)…… dst…dan apa manfaatnya buat kita mempermasalahkan pertikaian mereka.??
==ya akhi, haruskah mata kita dilebarkan dg lima jari agar mata kita terbuka lebar dan kepala harus dipukul kayu agar otak kita bekerja memahami perintah rosul??? Bukankah perintah rosul SAW ini MUTLAK tanpa melihat apakah ada pertikaian antara dia dg Ali KW.. juga tidak melihat adanya kesalahan/tidak dlm ijtihad muawiyah?? Apakah menurut antum, pd saat nabi bersabda ini sambil terseyum dan bukan dengan penekanan yg tajam?? Apakah otak kita tidak bertanya, “ada apa sebenarnya antara rasul SAW dan muawiyah shg nabi demikian murkanya??”
>>>apakah antum berpatokan pada hadits2 diatas itu dalam hal I’tiqod…??
==apakah antum MENCAMPAKKAN hadist2 sohih/hasan/tidak maudlu’ tsb dlm i’tiqod??
>>>sehingga berani mencaci sahabat (Mu’awiyyah)
==bukankah nabi sudah jelas2 mengajari kita dg doanya, “semoga allah tidak mengenyangkan perutnya (muawiyah) (HR. Muslim)??
@Ustadz Asy Syaidani
>> Jadi dalam hal ini adalah masalah ijtihadiyyah.
==ketika sebuah hadist sudah sohih, maka itulah madzhabku??
>>>Saya menyikapinya seperti ulama2 ahlusunnah dalam menilai sahabat Rosul.
==taklid ya?? Ketika sebuah hadist sudah sohih maka itulah madhabku..
Masya Allah …. trima kasih ilmunya.
Jadi kelihatan jelas, yang gembar-gembor paling ittiba dan menuduh orang lain taklid, serta menyuruh orang banyak-banyak belajar dan baca buku di luar pemahaman kelompok, ternyata masih perlu juga instrospeksi diri.
@Bima as-syafi’i
assalam..
he..he..he.. al hamd.. selamat ketemu LAGI di forum diskusi blognya mas Zon.. semoga bermanfaat…
anna tanya Imam Madzhab dan Ulama2 ahli hadits, Nu, Muhammadiyyah, persis, IM, dan melakukan apa yg antum lakukan….????
sebenarnya bukan melarang taklid (istilah syari’at ittiba’), namun taklid buta yg hendak dijauhi. Anapun ittiba’ (atau taklid dg mengetahui dalil2 yg mereka pakai). Betul itu dalil2 umum, namun dalil khusus tentang kesesatan Mu’awiyyah apakah ada yg langsung dari Rosulullah SAW, justru Rosulullah SAW banyak menyebutkan kebaikan2nya bukan…??? Bukankah pertikaian sahabat terjadi karena fitnah sesorang…??.
Ana tanya apakah Mu’awiyyah menurut antum akan masuk neraka….???
Baca aja disini deh :
http://abul-jauzaa.blogspot.com/2010/06/hadits-muawiyyah-mati-tidak-dalam-agama.html
Riwayat Al-Balaadzuriy ini juga bertentangan dengan hadits :
حَدَّثَنَا صَدَقَةُ حَدَّثَنَا ابْنُ عُيَيْنَةَ حَدَّثَنَا أَبُو مُوسَى عَنْ الْحَسَنِ سَمِعَ أَبَا بَكْرَةَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى الْمِنْبَرِ وَالْحَسَنُ إِلَى جَنْبِهِ يَنْظُرُ إِلَى النَّاسِ مَرَّةً وَإِلَيْهِ مَرَّةً وَيَقُولُ ابْنِي هَذَا سَيِّدٌ وَلَعَلَّ اللَّهَ أَنْ يُصْلِحَ بِهِ بَيْنَ فِئَتَيْنِ مِنْ الْمُسْلِمِينَ
Telah menceritakan kepada kami Shadaqah : telah menceritakan kepada kami Ibnu ‘Uyainah : Telah menceritakan kepada kami Abu Muusaa, dari Al-Hasan bahwasannya ia mendengar Abu Bakrah : Aku mendengar Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam di atas mimbar bersabda – ketika itu Al-Hasan berada di samping beliau, sesekali beliau melihat ke arah orang banyak dan sesekali melihat kepadanya : “Sesungguhnya anakku ini adalah sayyid (pemimpin) dan semoga dengan perantaraannya Allah akan mendamaikan dua kelompok besar dari kaum Muslimin” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 3746].[31]
Perdamaian yang dilakukan oleh Al-Hasan bin ‘Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu ‘anhumaa di ‘tahun jama’ah’ adalah antara pendukungnya dan pendukung Mu’aawiyyah.
Sejarah Ahlus-Sunnah dan Syi’ah mencatat penyerahan kekuasaan ini. Di sini beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam tetap menyebut : ‘kaum muslimin’. Seandainya Mu’aawiyyah (dan juga para pendukungnya) adalah orang yang telah beliau ketahui akan mati tidak di atas agama Islam, niscaya beliau tidak akan menisbatkan Islam padanya.
Atau,…. mungkinkah Al-Hasan akan berdamai dan menyerahkan tampuk kekuasaan pada orang yang telah ia ketahui akan mati bukan di atas agama Islam (baca : kafir) ?
Jika ia melakukannya, maka itu adalah satu kekeliruan, bahkan satu kemunkaran. Ini bertentangan dengan doktrin kemaksuman imam ala Syi’ah.
Jika ada orang (Syi’ah) mengatakan : “Ada kemungkinan Al-Hasan bin ‘Aliy tidak mengetahui sabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bahwa Mu’aawiyyah akan mati bukan di atas agama Islam”.
Kita katakan : Bagaimana bisa mereka – apalagi kita – benarkan omongan mereka sendiri dimana mereka mengetahui apa yang tidak diketahui imam mereka (Al-Hasan) ?. Bukankah pernyataan ini – lagi-lagi – bertentangan doktrin bahwa imam mewarisi seluruh ilmu Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam ?[32]
Kalau mau jujur, sebenarnya tidak ada ruang bagi mereka – apalagi kita – untuk menerima hadits Al-Balaadzuriy di atas, dengan syarat : Mereka melihat rangkaian hadits-hadits lain yang berkenaan dengan Mu’aawiyyah.[33]
Apakah para pendengki itu akan rujuk dari perkataannya dalam penshahihan hadits ini atau rujuk dari men-taqlid-i orang yang menshahihkan hadits ini ? Dari pengalaman yang ada, nampaknya harapan kita susah diwujudkan, kecuali Allah menghendaki lain. Pengalaman pun menuntun kita agar hati-hati pada retorika mereka :
“Kita hanya butuh riwayat yang shahih”. Riwayat shahih macam apa ? Shahihnya riwayat Al-Bukhaariy, Muslim, dan yang lainnya tentang keutamaan Mu’aawiyyah bin Abi Sufyaan di atas pun kemungkinan besar akan dibuang ke balik punggung mereka karena tidak sesuai dengan doktrin imam atau ulama mereka.
@Ustadz Asy Saidani
Wa’alaikumussalam, terima kasih, ana terus nyimak dan nimba ilmu.
@HERY
>>>ana tanya Imam Madzhab dan Ulama2 ahli hadits, Nu, Muhammadiyyah, dst..melakukan apa yg antum lakukan….????
==jawabnya sama dengan jawaban Imam Syafi’I RA ketika sesorang bertanya tentang hukum suatu hal. Imam syafi’I menjawab, “ rasulullah bersabda…..dst…”
Si-Penanya membantah,” bukankah malik berkata begini, an nakhoi, berkata begini, thowus berkata begini, si anu berkata begini, si anu berkata begini… dst..”
Imam syafi’I berkata,”Hai, kamu. Klw aku tidak menghormatimu niscaya aku JEWER telingamu.. aku berkata, “rasulullah bersabda….” Lalu kamu membantah dg berkata,”bukankah malik bilang begini, an nakho’i bilang begini..dst..” ada apanya ucapan malik, an nakhoi, thowus , fulan dan fulan..di hadapan SABDA RASULULLAH?
>>>sebenarnya bukan melarang taklid (istilah syari’at ittiba’),
==klw dlm kitab2 fikih yg tenar istilah taklid..kalw berkata “syari’at” acuannya alquran..pahami firman allah,” dan janganlah kalian semua Ittiba’ pd kekasih2 SELAIN Allah” (wa la tattabi’u min dunihi auliya’)
>> Betul itu dalil2 umum, namun dalil khusus tentang kesesatan Mu’awiyyah apakah ada yg langsung dari Rosulullah SAW,
==ya, akhi…hadist””klw kalian melihat muawiyah (khutbah) di atas mimbarku maka kalian bunuhlah ( ibnu asakir,tarikh bagdad 59/156)……belumkah otak kita bisa bekerja dan bertanya, “mengapa demikian MURKAnya rasulullah sehingga menyuruh membunuhnya bila muawiyah khutbah di atas mimbar nabi?? Mengapa kita justru SALAh FIkir dan berbelit2 untuk tidak mengikuti kemurkaan nabi kepada muawiyah???
Ya, akhi.. hadist
1.muawiyah,akan mati pada selain Millah (agama)ku” riwayat yg lain menggunakan kata “selain Sunnah-ku”
2.(akan datang dari lorong ini seorang laki yg mati di atas selain agamaku), setelah nabi bersabda, datanglah muawiyah
3.Ketika rasul melihat Muawiyah, ayah dan saudaranya.. rasul bersabda,” Allah MELAKNAT yang mengendarai, menuntun dan menggiring (onta)
4.Ammar bin yasir yg mendapat jaminan sorga berpendapat, hadist, “Dunia tidak akan sirna sampai orang terlaknat bin terlaknat/hina bin hina/munafiq bin munafiq tidak beriman pd allah dan rosulnya (musnad ahmad, sohhih) hadist ini turun untuk muawiyah dan anaknya.
5.Dari sa’ad bin yazid dari Nashr bin asim dari bapaknya, bapaknya berkata,”Aku masuk masjid rasulullah (nabawi) dan PARA SAHABAT berkata, “KAMI berlindung dari MURKA allah dan MURKA rasulnya… Aku (asim) bertanya , “ada apa ini??”MUAWIYAH baru saja berlalu menggandeng tangan ayahnya, sedang rasulullah di atas mimbar. Mereka berdua keluar dari masjid lalu rasulullah berkata sesuatu (?) tentang mereka” (tobaqot ibnu sa’ad 7/78)
—masih kurangkah ya akhi… nash2 dari rasul ini untuk kita pahami??? ingat hadist2 ini tidak ada yg madlu’—
>>> justru Rosulullah SAW banyak menyebutkan kebaikan2nya bukan…???
==banyak??? awas.. dilarang berbohong atas nama rasulullah…
>>>Ana tanya apakah Mu’awiyyah menurut antum akan masuk neraka….???
==yg berhak menjelaskan hanya allah dan rasulnya?? Apakah pembunuh umar dan ali akan masuk neraka??
>>>>Baca aja disini deh :
http://abul-jauzaa.blogspot.com/2010/06/hadits-muawiyyah-mati-tidak-dalam-agama.html
== kitab “tathhirul jinan wal lisan” karya imam ibnu hajar al haitami as-syafi’I semoga allah merahmati dadan mengampuninya.. lebih komplet dalam menjelaskan kebaikan2 muawiyah???
—- he..he…he.. maaf ya…ana bilang, Rasulullah bersabda dan antum bilang, “ baca aja deh http://abul-jauzaa.blogspot.com?? Ada apanya http://abul-jauzaa.blogspot.com didepan nash Hadist rasulullah SAW??
@hery
>>>Sejarah Ahlus-Sunnah dan Syi’ah mencatat penyerahan kekuasaan ini. Di sini beliau SAW tetap menyebut : ‘kaum muslimin’. Seandainya Mu’aawiyyah (dan juga para pendukungnya) adalah orang yang telah beliau ketahui akan mati tidak di atas agama Islam, niscaya beliau tidak akan menisbatkan Islam padanya.
==bahasannya cuma muawiyah pak ustad.. gak terkait dg “(dan juga para pendukungnya)”….eh, kok jadi SALAh FIkir lagi ya?? Ini kan hadist umum pak ustadz?? Bukankah orang khawarij -sunni-syiah rofidloh jg masuk kategori muslimin shg dikatakan MUSLIM SUNNI dan MUSLIM SYI’I?
>>>Atau,…. mungkinkah Al-Hasan akan berdamai dan menyerahkan tampuk kekuasaan pada orang yang telah ia ketahui akan mati bukan di atas agama Islam (baca : kafir) ?
==he…he…Dalil Logika Ya??
>>.Ini bertentangan dengan doktrin kemaksuman imam ala Syi’ah.
==he..he..he..ini mah urusan internal syi’ah??
>> “Kita hanya butuh riwayat yang shahih”. Riwayat shahih macam apa ?
==he..he..he.. tentu saja SOHIHUL MATNI WAL ISNAD??
1. jawabnya sama dengan jawaban Imam Syafi’I RA ketika sesorang bertanya tentang hukum suatu hal. Imam syafi’I menjawab, “ rasulullah bersabda…..dst…”
Si-Penanya membantah,” bukankah malik berkata begini, an nakhoi, berkata begini, thowus berkata begini, si anu berkata begini, si anu berkata begini… dst..”
Imam syafi’I berkata,”Hai, kamu. Klw aku tidak menghormatimu niscaya aku JEWER telingamu.. aku berkata, “rasulullah bersabda….” Lalu kamu membantah dg berkata,”bukankah malik bilang begini, an nakho’i bilang begini..dst..” ada apanya ucapan malik, an nakhoi, thowus , fulan dan fulan..di hadapan SABDA RASULULLAH?
….antum membawa hadits…..silahkan…(afwan ana belum cek apakah betul antum berpegang pada hadit shahih menurut para ahli hadits ahlussunnah), anapun berpegang juga pada hadits2 lainnya. Ulama2 ahlusunnah tidak ada yg bersikap seperti antum…., ana hanya hamba Allah yg lemah, yg tidak tahu apakah masuk Syurga atau Tidak, Saya lebih memilih diam mengenai pertikaian sahabat. Boro-boro mencaci sahabat…., amal juga masih kurang, sunnah Nabi pun belum sanggup melaksanakan semuanya…., kalo antum mungkin sudah merasa lebih hebat dari para sahabat. Bukankan Imam Hasan bin Ali R.A pun memberikan khalifahnya kepada Mu’awiyyah…?? Apakah Imam Hasan tidak tahu hadist2 yg antum cantumkan itu…???? kalau tahu kenapa ga membunuh dan perang melawan Mu’awiyyah…??? hhhhe….jadi antum lebih hebat dari Imam Hasan….???
2. ==klw dlm kitab2 fikih yg tenar istilah taklid..kalw berkata “syari’at” acuannya alquran..pahami firman allah,” dan janganlah kalian semua Ittiba’ pd kekasih2 SELAIN Allah” (wa la tattabi’u min dunihi auliya’)
Yup terserah antum…, kalo kekeh dengan faham itu, silahkan monggo..
3.
==ya, akhi…hadist””klw kalian melihat muawiyah (khutbah) di atas mimbarku maka kalian bunuhlah ( ibnu asakir,tarikh bagdad 59/156)……belumkah otak kita bisa bekerja dan bertanya, “mengapa demikian MURKAnya rasulullah sehingga menyuruh membunuhnya bila muawiyah khutbah di atas mimbar nabi?? Mengapa kita justru SALAh FIkir dan berbelit2 untuk tidak mengikuti kemurkaan nabi kepada muawiyah???
Afwan ana belum cek, apakah hadits ini shahih atau tidak, ana para ulama Ahlusunnah..bagaimana menyikapi hadits ini…., karena anna bukan ahli hadits, hanya seorang pencari kebenaran…
Yo monggo kalo antum ikuti mengkalim seperti itu…, afwan ana blm mengkaji lbh lanjut…shahih, atau dhoi f atau bahkan palsu…
4. >>> justru Rosulullah SAW banyak menyebutkan kebaikan2nya bukan…???
==banyak??? awas.. dilarang berbohong atas nama rasulullah…
Yup sepakat, ….
BIOGRAFI DAN KEUTAMAANNYA
Beliau bernama Mu’awiyah bin Abi Sufyan (Shakhr bin Harb) bin Umayyah bin ‘Abdi Syams bin ‘Abdi Manaf bin Qushai, Abu ‘Abdirrahman Al-Qurasyi Al-Umawi, pamannya kaum mukminin(1). Beliau adalah penulis wahyu Rabb semesta alam. Lahir dua tahun sebelum kenabian -yaitu 15 tahun sebelum Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hijrah ke Madinah-. Beliau, ayahnya, dan ibunya, yaitu Hindun binti ‘Utbah, masuk Islam pada hari penaklukan kota Makkah. Diriwayatkan dari Mu’awiyah bahwa beliau berkata: “Aku masuk Islam pada hari ‘Umrah Qadhaa’ (pada tahun ke-7 hijriyah), akan tetapi aku menyembunyikan keislamanku terhadap bapakku sampai pada hari penaklukan kota Makkah.” Ayahnya adalah Abu Sufyan radhiyallahu ‘anhu, salah satu pembesar Quraisy yang dulunya menentang Islam. Ketika telah masuk Islam maka baguslah Islamnya, memiliki jasa-jasa yang cemerlang pada perang Yarmuk, dan perang-perang yang sebelum dan sesudahnya.
Mu’awiyah radhiyallahu ‘anhu, menemani Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam, dan menulis wahyu di hadapannya shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama para penulis yang lain. Beliau meriwayatkan sejumlah hadits yang diriwayatkan dalam Shahih Al-Bukhari dan Shahih Muslim, juga dalam kitab-kitab sunan [2] dan musnad [3]. sejumlah shahabat dan tabi’in meriwayatkan (hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) darinya.
Abu Bakar bin Abi Ad-Dunya mengatakan: “Mu’awiyah radhiyallahu ‘anhu adalah seorang yang tinggi, putih kulitnya, dan seorang yang tampan.
HADITS-HADITS YANG MENGANDUNG KEUTAMAAN MU’AWIYAH RADHIYALLAHU ‘ANHU
Al-Imam Muslim meriwayatkan dalam shahihnya: bahwa Abu Sufyan radhiyallahu ‘anhu, meminta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tiga perkara, beliau berkata: “Wahai Rasulullah, berikanlah kepadaku tiga perkara.” Beliau menjawab: “Baiklah. ” Abu Sufyan berkata: “Aku memiliki anak perempuan yang paling cantik di kalangan kaum Arab, yaitu ‘Izzah binti Abi Sufyan, aku ingin menikahkanmu dengannya.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Yang demikian itu tidak halal bagiku[4].” Abu Sufyan berkata: “Mu’awiyah, jadikanlah ia sebagai sekretarismu. ” Beliau menjawab: “Baiklah. Abu Sufyan radhiyallahu ‘anhu berkata: “Perintahkanlah aku (untuk memimpin perang) agar aku memerangi orang-orang kafir sebagaimana aku dahulu memerangi orang-orang muslim. ” Rasulullah menjawab: “Baiklah. ”
Dalam riwayat ini terdapat pemuliaan yang sangat terhadap Abu Sufyan dan anaknya, yaitu Mu’awiyah radhiyallahu ‘anhu.
Ath-Thabrani rahimahullah meriwayatkan dengan sanad yang para perawinya adalah tsiqah (terpercaya) bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendo’akan Mu’awiyah, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Ya Allah! Berikanlah dia petunjuk (hidayah), jauhkanlah ia dari kekejian, dan berikanlah ampunan baginya, balk di dunia maupun di akherat. ”
Al- Imam Ahmad rahimahullah meriwayatkan dengan sanad yang para perawinya adalah terpercaya dari shahabat Al-’Irbadh bin Sariyah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ya Allah berikanlah Mu’awiyah ilmu Al-Qur’an, ilmu berhitung, dan jagalah ia dari adzab. ”
At-Tirmidzi rahimahullah meriwayatkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang ia hasankan, beliau mendo’akan Mu’awiyah : “Ya Allah jadikanlah dia sebagai seorang yang memberi petunjuk yang benar dan mendapat ilham, berikanlah hidayah kepadanya.”
Dalam riwayat Al-Bukhari dengan sanadnya yang sampai kepada Ummu Haram binti Milhan, istri ‘Ubadah bin Ash¬-Shamith radhiyallahu ‘anha secara marfu’ (sampai kepada Rasulullah “Pasukan perang yang pertama kali sebagai armada laut dari umatku telah mendapat surga.” Aku berkata: “Wahai Rasulullah apakah saya termasuk diantara pasukan itu?” Beliau menjawab: “Ya, engkau tergabung dalam pasukan itu. ” Dan Mu’awiyah adalah panglima pasukan itu dan diantara pasukan ada Ummu Haram radhiyallahu ‘anha.
Inilah sosok Mu’awiyah radhiyallahu ‘anhu salah seorang shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan seorang mujahid yang dicintai oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam .Rasulullah mempercayakan kepadanya tugas yang paling agung dan paling penting, yaitu menulis wahyu Dzat Yang menguasai semesta alam. Lantas dimanakah gambaran yang begitu cemerlang dan indahnya dibandingkan dengan gambaran suram yang dipaparkan oleh para pendengki dan para penghasut dari kalangan Syiah Rafidhah dan orientalis?!! Mereka menyifati Mu’awiyah dengan berbagai sifat yang jelek berupa perbuatan makar, menipu, rakus, dan penumpah darah kaum muslimin. Kita berlindung kepada Allah dari hasutan dan celaan ini. Sampai-sampai mereka tega untuk menyusupkan riwayat¬-riwayat dusta dalam sumber-sumber sejarah yang utama.
Orang yang paling getol dalam membuat kedustaan-kedustaan di atas dan periwayatannya dijadikan sebagai sandaran kebanyakan sejarawan -hal ini amat disayangkan- dalam menukilkan peristiwa-peristiwa fitnah yang terjadi adalah seorang perawi dari kalangan Syiah Rafidhah yang bernama Abu Mikhnaf Luth bin Yahya. Dialah orang yang banyak menyusupkan sejumlah kedustaan dan kepalsuan – hal ini adalah perkara yang amat disayangkan-. Akan tetapi para ulama Islam telah menerangkan dan membongkar kedoknya, seperti Ibnu Katsir dan Adz¬Dzahabi -semoga Allah merahmati keduanya?
(http://kisahislam.net/2011/11/17/muawiyyah-bin-abi-sufyan-41h-60h/)
==yg berhak menjelaskan hanya allah dan rasulnya?? Apakah pembunuh umar dan ali akan masuk neraka??
ARtinya apa….??? Antum…tidak punya hak untuk menilai bahwa siapa akan masuk surgadan siapa akan masuk neraka, Kita tdk tahu apakah Allah mengampuni mereka atau tidak….???. Jadi menurut ana …lebih selamat adalah ulama2 ahlusunnah dalam menyikapi pertikaian sahabat.
hadits yg antum sebutkan ana masih ragukan….
== kitab “tathhirul jinan wal lisan” karya imam ibnu hajar al haitami as-syafi’I semoga allah merahmati dadan mengampuninya.. lebih komplet dalam menjelaskan kebaikan2 muawiyah???
—- he..he…he.. maaf ya…ana bilang, Rasulullah bersabda dan antum bilang, “ baca aja deh http://abul-jauzaa.blogspot.com?? Ada apanya http://abul-jauzaa.blogspot.com didepan nash Hadist rasulullah SAW??
Hhhe…yup… ga masalah…., lebih komplit berarti…tandanya lebih bagus donk dalam menjelaskan kebaikan Muawiyyah….
==bahasannya cuma muawiyah pak ustad.. gak terkait dg “(dan juga para pendukungnya)”….eh, kok jadi SALAh FIkir lagi ya?? Ini kan hadist umum pak ustadz?? Bukankah orang khawarij -sunni-syiah rofidloh jg masuk kategori muslimin shg dikatakan MUSLIM SUNNI dan MUSLIM SYI’I?
ma’lum ana blm tahu banyak ustadz…., ana mah ga terlalu mempermasalahkan pertikaian sahabat. apalagi mencaci maki…wah…ga berani…, wong diri ini aja..blm tentu masuk surga…., dalil dalil umum lebih qot’i, sementara hadits2 yg ustadz sampaikan bagi sya blm tahu jelas status kesahihannya…, ana blm menelusuri, dan mengkajinya…, buat saya perlu hati2…dan jangan gegabah…., kalau ustad…sudah meyakininya..yo monggo…silahkan aj…..
>>>Atau,…. mungkinkah Al-Hasan akan berdamai dan menyerahkan tampuk kekuasaan pada orang yang telah ia ketahui akan mati bukan di atas agama Islam (baca : kafir) ?
==he…he…Dalil Logika Ya??
iya ni…Tapi ada benernya juga ah…., coba ngapain dikasihkan ke Mu’awiyyah…?? knp ga lanjut aja memerangi Mu’awiyyah kalau memang Mu’awiyyah kafir sebagaimana hadits2 yg antum sebutkan tadi….??
Coba antum…rela ga…kasih jabatan ke musuh antum….???
==he..he..he..ini mah urusan internal syi’ah??
jadi posisi antum dimana ni…??? sunni kah…?? ane juga agak bingung menilai antum…,
==he..he..he.. tentu saja SOHIHUL MATNI WAL ISNAD??
hhhe…pasti atuh…., perlu hati2…banyak pemalsu hadits bukan ustadz…???
@hery
>>>ma’lum ana blm tahu banyak ustadz….,
==lho, kan dah terbiasa meneliti dalil2?? Ana kira dah banyak baca kitab2 masyayih??
>>ana mah ga terlalu mempermasalahkan pertikaian sahabat. apalagi mencaci maki…wah…ga berani…
==he..he..klw ada PERINTAH LANGSUNG dari SABDA NABI mengapa takut. Kan ittiba’?? ittiba’nya separo2 ya?? Takutkah anda berdo’a sebagaimana nabi berdoa “ ya Allah cintailah orang yg mencintainya(ali) dan musuhilah orang yg memusuhinya????
>>dalil dalil umum lebih qot’i,
==dalil yg khusus juga banyak dan menunjukkan ke-qot’ian hukumnya tu?? Makanya, dalil khusus berfungsi mengkhususkan dalil umum?? Lupa ilmu ushulnya ya?
>>> sementara hadits2 yg ustadz sampaikan bagi sya blm tahu jelas status kesahihannya…, ana blm menelusuri, dan mengkajinya
==he..he..he.. sibuk menelusuri dan mengkaji dalil tahlilan kali ya??
>>==he…he…Dalil Logika Ya?? iya ni…Tapi ada benernya juga ah….,
==he..he..kirain anti dalil logika dan Cuma mau dalil wahyu doang??
>> knp ga lanjut aja memerangi Mu’awiyyah kalau memang Mu’awiyyah kafir sebagaimana hadits2 yg antum sebutkan tadi….??
==kafir?? Itu kesimpulan antum lho??
>>Coba antum…rela ga…kasih jabatan ke musuh antum….???
==he..he.. kalaw menurut fatwa syeh albani semoga allah mengampuninya sih orang palestina HARUS menyerahkan palestina Ke israil?? Perasaan antum gimana??
>>jadi posisi antum dimana ni…??? sunni kah…?? ane juga agak bingung menilai antum…,
==buat apa posisi?? ya akhi..bukankah kebenaran ini berserakan dimana2? Dan setiap kelompok dalam islam punyaKEBENARAN dan KESALAHAN ijtihad2 masing2.. asy’ariyah,mu’tazilah, salafiyah, syi’ah zaidiyah, sufiyah, anti sufi.. mereka semua punya kebenaran dan kesalahan.. tidaklah kebenaran itu hanya dimiliki satu kelompok dan tidaklah SEMUA kesesatan itu juga hanya ada pd golongan tertentu..
–>Imam madhab 4 adl imam2 yg diakui keilmuan dan KEIKHLASAN nya
— >Al Juned adl tokoh sufi yg diakui ke-Ma’rifatan-nya dan keihlasannya
— > an Nawawi as-syafi’I dan Syeh Abd. Qodir al jailani al hambali adl tokoh2 sufi yg diakui keilmuanya
— > Al Hafidz Muhammad bin al murtadlo al yamani pengarang itsarul haq adl tokoh Hadist dari syi’ah zaidiyah yang diakui oleh ulama sunni sebagai MUJTAHID MUTLAK bahkan kitabnya juga sering dijadikan rujukan kaum salafi.
Bukankah lebih baik bagi kita untuk melepaskan baju TA’ASSUB kita demi mencari KEBENARAN SEJATI? Demi menemukan AL HAQ?? Mendapat CAHAYA ILAHI..
==lho, kan dah terbiasa meneliti dalil2?? Ana kira dah banyak baca kitab2 masyayih??
saya pun baca juga komentar Imam Ahlusunnah. Ibnu Taimiyyah, Imam AHmad…bagaimana menyikapi pertikaian para sahabat.
==he..he..klw ada PERINTAH LANGSUNG dari SABDA NABI mengapa takut. Kan ittiba’?? ittiba’nya separo2 ya?? Takutkah anda berdo’a sebagaimana nabi berdoa “ ya Allah cintailah orang yg mencintainya(ali) dan musuhilah orang yg memusuhinya????
Ana perlu cek dulu dalilnya bener ga…, terus bagaimana ulama ahlusunnah menilai itu…., terus dalil2 lain seperti apa…? Kalau ada dalil dari Rosul Tentang Keutamaan Sahabat…tertentu…dan disitu ada kesalahannya meskipun kita tdk tahu sebenarnya siapa yg salah karena dalam hal ini ada perkara ijtihadiyah,
ibnu katsir : Sahabat Ali pun mengatakan bahwa di kelompok mu’awiyyah ada juga orang2 soleh, di kelompok Ali pun ada juga orang2 penghianat.
Yup Ittiba’ kepada rosul semampunya bukan separoh2 (secara ilmu dan kemampuan)…, coba antum smua sunnah rosul yg sudah jelas dalilnya apakah dilakukan smuanya….???
==dalil yg khusus juga banyak dan menunjukkan ke-qot’ian hukumnya tu?? Makanya, dalil khusus berfungsi mengkhususkan dalil umum?? Lupa ilmu ushulnya ya?
hhhe …betul, tapi dalil khusus harus di cek dulu..bener ga nya…atau masih dzonni…, dalil2 khusus yg antum bawa..sya baru denger tuh…jadi ana jangan gegabah dalam perkara ini…., itu maksudnya…..!!!!
==he..he..he.. sibuk menelusuri dan mengkaji dalil tahlilan kali ya??
hhhhe…, ah ga susah…, kembalikan ke alqur’an dan as-sunnah jika ada pertikaian diantara kita mah. Tinggal cek aja di al Qur’an, As-Sunnah , tentang perkara yg baru mah. Mufti arab saudi dari 4 madzhab pun tidak ada yg membolehkan tahlilan (H. Mahrus Ali, 2007)…, apa artinya…?? amalan ini masih kontroversi…., lbh baik ditinggalkan perkara2 yg masih dlm perdebatan mah…dan ane sepakat dg ulama’ yg tdk melaksanakannya. Karena seandainya menurut Allah boleh tahlilan(peringatan hari kematian itu), maka yg tidak melaksanakannya…(tdk apa2), tapi kalau seandainya tdk boleh menurut Allah yg tdk melaksanakannya selamat, dan yg melakukannya….??? ini konsekuensi amalan kontroversi itu…., terserah antum pilih mana…, ana mah bukan maksud untuk menghukumi..namun dalam rangka menyampaikan informasi yg berimbang…, biarlah yg membaca yg menilai..mau ikut yg mana.
==he..he..kirain anti dalil logika dan Cuma mau dalil wahyu doang??
>> knp ga lanjut aja memerangi Mu’awiyyah kalau memang Mu’awiyyah kafir sebagaimana hadits2 yg antum sebutkan tadi….??
==kafir?? Itu kesimpulan antum lho??
hhhe….ALlah tidak menafikan otak ini untuk berfikir, justru diperintahkan….
nah lho…mana ucapan ana berkesimpulan itu…?? —(ucapan ana kalo: memang menurut antum…), ko..antum jadi takut sih…???
==he..he.. kalaw menurut fatwa syeh albani semoga allah mengampuninya sih orang palestina HARUS menyerahkan palestina Ke israil?? Perasaan antum gimana??
hhhe……, syeikh albani kan manusia, bisa diikuti bisa tdk fatwanya. Jadi antum gimana…..???
==buat apa posisi?? ya akhi..bukankah kebenaran ini berserakan dimana2? Dan setiap kelompok dalam islam punyaKEBENARAN dan KESALAHAN ijtihad2 masing2.. asy’ariyah,mu’tazilah, salafiyah, syi’ah zaidiyah, sufiyah, anti sufi.. mereka semua punya kebenaran dan kesalahan.. tidaklah kebenaran itu hanya dimiliki satu kelompok dan tidaklah SEMUA kesesatan itu juga hanya ada pd golongan tertentu..
–>Imam madhab 4 adl imam2 yg diakui keilmuan dan KEIKHLASAN nya
– >Al Juned adl tokoh sufi yg diakui ke-Ma’rifatan-nya dan keihlasannya
— > an Nawawi as-syafi’I dan Syeh Abd. Qodir al jailani al hambali adl tokoh2 sufi yg diakui keilmuanya
– > Al Hafidz Muhammad bin al murtadlo al yamani pengarang itsarul haq adl tokoh Hadist dari syi’ah zaidiyah yang diakui oleh ulama sunni sebagai MUJTAHID MUTLAK bahkan kitabnya juga sering dijadikan rujukan kaum salafi.
Bukankah lebih baik bagi kita untuk melepaskan baju TA’ASSUB kita demi mencari KEBENARAN SEJATI? Demi menemukan AL HAQ?? Mendapat CAHAYA ILAHI..
namun ahlusunnah tdk pernah mencampuri urusan pertikaian sahabat. Terus terang ana juga baru denger…hadits2 yg antum bawa…, kalo salafi mengambil dalil yg kuat dari syi’ah zaidiyyah tdk ada salahnya…, namun bukan berarti mereka ikut campur dalam masalah pertikaian sahabat, karena mereka tahu siapa dalang pertikaian itu sebenarnya….
@hery
>>>saya pun baca juga komentar Imam Ahlusunnah. Ibnu Taimiyyah,
==he..he.. klw imam bin taimiyah semoga Allah mengampuninya,menurut HEMAT ana mungkin karena “terlalu semangat” menconter syi’ah, beliau Nampak mengerahkan daya upaya “memaksakan” keutamaan Muawiyah bahkan sekilas Nampak cenderung “mencubit” ali KW. Klw imam Ahmad, ana belum jelas sikap beliau, senada dengan ibnu taimiyah adalah imam ibnu hajar al haitami as-syafi’I bahkan mengarang kitab khusus tentang muawiyah (tathirul lisan wal janan). Sayangnya kitab ini lebih banyak menggunakan dalil logika dan sedikit Al Hadist, itupun menurut kacamata ilmu hadist disebut dlo’if atw Maudlu’
INFO 1 :
terhadap yazid Ahmad kayaknya membolehkan melaknat yazid..(riwayat dialog beliau dg anaknya). adapun Al Ghozali, beliau mengharamkan melaknat yazid. Namun pendapat al ghozali berbeda dg saudara seperguruannya yaitu imam Alkayya al harosi yg membolehkan melaknat yazid.
INFO 2 :
—> dalam hal ini saya sepakat dg sikap sahabat badar dan meninggalkan pendapat imam ibnu taimyah
— > namun dalam soal jatuhnya Talak 3 yg dihukumi jatuh talak 1 ,ana cenderung MENDUKUNG imam ibnu taimiyah meski melawan IJMA’. Karena sesui dengan Nash Hadist.
>>>Ana perlu cek dulu dalilnya bener ga…,
==monggo…
>>ibnu katsir : Sahabat Ali pun mengatakan bahwa di kelompok mu’awiyyah ada juga orang2 soleh,.
==betul, namun sahabat2 yg soleh tersebut pd akhirnya kembali pd ali KW
>>.di kelompok Ali pun ada juga orang2 penghianat
==bahkan banyak..
>>>dalil2 khusus yg antum bawa..sya baru denger tuh…
= he..he.. ya.iya lah..kan antum bacanya Cuma dari keterangan ulama2 hambali mutaahhirin? Coba klw mau baca kutubus sittah + kitab2 sejarah generasi awal? juga kitab2 dari luar kelompok?? Antum akan tahu juga klw nabi pernah “menyanyi” berjamaah dg sahabat2??
>>Tinggal cek aja di al Qur’an, As-Sunnah ,
== he..he.. asal jangan ada yg “terselip” atw “ketinggalan”??
>>lbh baik ditinggalkan perkara2 yg masih dlm perdebatan mah…
==he..he.. (perbedaan pendapat ummatku adl rahmat-al hadist)
>>>tapi kalau seandainya tdk boleh menurut Allah yg tdk melaksanakannya selamat, dan yg melakukannya….???
==he..he.. insyaallah diampuni tuh..kan ijtihad dari dalil2? Lagi pula “Allah maha pengampun” Nah, klw ternyata diperbolehkan allah dan yg kirim pahala sampai ke orang tua masing2 kan lumayan?? Yg tidak melakukan ya ortunya “cemberut”?
>>hhhe……, syeikh albani kan manusia, bisa diikuti bisa tdk fatwanya. Jadi antum gimana…..???
==ya, ana doakan semoga palestina cepat merdeka dong?
>>namun ahlusunnah tdk pernah mencampuri urusan pertikaian sahabat.
==ya akhi, bahkan para ulama juga tidak mencampuri pertikaian sesama muslim?…Ini bukan soal mencampuri urusan.. tapi soal melaksanakan Nash Al Hadist yg Khusus??
>> karena mereka tahu siapa dalang pertikaian itu sebenarnya….
==ya akhi, (apabila kalian melihat muawiyah di atas mimbarku, maka bunuh lah!- al hadist). Ini perintah MUTLAK. Baik dia bertikai dg ali atau tidak!! Masih sulit menerima ya??
==monggo…
Ya…, pendapat antum /sikap antum seperti itu…yo..monggo silahkan…, sebelum ana yakin n pasti…,maka ana ga mau gegabah dlm masalah ini…
==betul, namun sahabat2 yg soleh tersebut pd akhirnya kembali pd ali KW
>>.di kelompok Ali pun ada juga orang2 penghianat
==bahkan banyak..
Yup… itu termasuk khwarij/haruriyah itu
= he..he.. ya.iya lah..kan antum bacanya Cuma dari keterangan ulama2 hambali mutaahhirin? Coba klw mau baca kutubus sittah + kitab2 sejarah generasi awal? juga kitab2 dari luar kelompok?? Antum akan tahu juga klw nabi pernah “menyanyi” berjamaah dg sahabat2??
hhhe…dlm hal ana perlu hati2…, jangan telan mentah2….,
siapa yg berhak pertama kali menjadi khalifah menurut antum…???
== he..he.. asal jangan ada yg “terselip” atw “ketinggalan”??
hhhe….(Firman Allah : fataqulloha mastato’tum). Menurut antum mushaf utsman yg ada sekarang ini gimana…???
>>lbh baik ditinggalkan perkara2 yg masih dlm perdebatan mah…
==he..he.. (perbedaan pendapat ummatku adl rahmat-al hadist)
hhhe…dengar2 haditsnya dho’if tuh….
==he..he.. insyaallah diampuni tuh..kan ijtihad dari dalil2? Lagi pula “Allah maha pengampun” Nah, klw ternyata diperbolehkan allah dan yg kirim pahala sampai ke orang tua masing2 kan lumayan?? Yg tidak melakukan ya ortunya “cemberut”?
hhhe…bukankah anak soleh itu, merupakan investasi bagi orang tuanya…???, yg mengurus kita, dari kecil sampai bisa mandiri, dari ga tau apa2..sampai tahu agama…, itu juga hasil dari amalan /ibadah mereka. hhe…dan tentunya anak sholeh selalu mendo’akan kedua orang tuanya bukan…??? kenapa ya…Rosulullah SAW, para sahabat, ..yg orang tuanya juga..mungkin ada yg belum masuk islam, tapi ga ada riwayat kirim2 fatihah….??? padahal mereka lah yg lebih tahu dari pada kita ttg agama ini…
==ya, ana doakan semoga palestina cepat merdeka dong?
hhhe…ya tentu lah…, maksudnya…Imam Hasan memberikan jabatan khilafah ke mu’awiyah itu, sama dengan memberikan palestina kepada Israel…??? bukankah itu tdk dilakukan…??, sementara Imam Hasan sudah jelas memberikannya kepada Mu’awiyyah…??? pendapat antum….?? kenapa ini terjadi…?? apakah antum rela…??? atau protes kpd imam hasan…???
==ya akhi, bahkan para ulama juga tidak mencampuri pertikaian sesama muslim?…Ini bukan soal mencampuri urusan.. tapi soal melaksanakan Nash Al Hadist yg Khusus??
hhhe…perlu dikaji ulang…hadits itu shahih atau nda,,,?? kan disini permasalahannya, ulama ahlusunnah juga berpegang kpd hadist khusus bukan…??
>> karena mereka tahu siapa dalang pertikaian itu sebenarnya….
==ya akhi, (apabila kalian melihat muawiyah di atas mimbarku, maka bunuh lah!- al hadist). Ini perintah MUTLAK. Baik dia bertikai dg ali atau tidak!! Masih sulit menerima ya??
hhhe…ane masih ragu kesahihan hadits itu…., monggo silahkan antum sepakat dg syi’i yg terus menerus mempermasalahkan sejarah…yg tdk akan ada beresnya…., sya lebih sepakat dg Imam Ahmad yg tdk ikut nyemplung kedalam pertikaian sahabat…
@hery
>>>siapa yg berhak pertama kali menjadi khalifah menurut antum…???
==ijma’ sahabat dah jelas tuh…
>> Menurut antum mushaf utsman yg ada sekarang ini gimana…???
== dah dijamin keasliannya oleh Allah tuh…
>>> (perbedaan pendapat ummatku adl rahmat-al hadist)
…dengar2 haditsnya dho’if tuh….
==katanya sih, tapi bukan maudlu’ tho?
>>>hhhe…bukankah anak soleh itu, merupakan investasi bagi orang tuanya…???,
== begitupun sanak saudara, tetangga dan saudara2 sesama muslim.. juga investasi si mayyit sendiri kok??
>>> itu tapi ga ada riwayat kirim2 fatihah….??? padahal mereka lah yg lebih tahu dari pada kita ttg agama ini…
== he..he..he.. GAK TAU apa GAK MENEMUKAN ya?? Klw imam ahmad kayaknya MENEMUKAN tu…begitu juga imam NAWAWI..
————-nah ini kajiannya… —————
1.“Sa’ad al-Zanjani meriwayatkan hadits dari Abu Hurairoh ra secara marfu’: “Barang siapa mendatangi kuburan lalu membaca surah al-Fatihah, Qul Huwallahu Ahad dan al-Hakumuttakatsur, kemudian mengatakan: “YA ALLAH, AKU HADIAHKAN PAHALA BACAAN AL-QUR’AN INI BAGI KAUM BERIMAN LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI KUBURAN INI”, maka mereka akan menjadi penolongnya kepada Allah”.
2.Abdul Aziz – murid dari al-Imam al-Khollal -, meriwayatkan hadist dari sanadnya dari Anas bin Malik ra secara marfu’: Barangsiapa mendatangi kuburan, lalu membaca Surat Yasin, maka Allah akan meringankan siksa mereka, dan ia akan memperoleh pahala sebanyak orang-orang yang ada di kuburan itu.”
3. “Syaikh Ibnu Taimiyah ditanya (oleh seseorang) tentang orang yang membaca tahlil 70.000 kali dan menghadiahkannya kepada mayit agar menjadi tebusan baginya dari neraka, apakah hal ini hadits shahih atau tidak?. Dan apabila sseorang membaca tahlil lalu dihadiahkan kepada mayit, apakah pahalanya sampai atau tidak?” Beliau menjawab, “Apabila seseorang membaca tahlil sekian; 70.000 atau kurang, dan atau lebih, lalu dihadiahkan kepada mayit, maka hadiah tersebut bermanfaat baginya (mayyit), dan ini bukan hadits shahih dan bukan hadits dha’if. Wallahu a’lam (Majmu’ Fatawa Ibn Taimiyah, juz 24 hal. 323)
4. “Syaikhul Islam Ibn Taimiyah mengatakan dalam kitab Fatawa-nya bahwa pendapat yang benar dan sesuai dengan kesepakatan para imam adalah bahwa mayit dapat memperoleh manfaat dari semua ibadah badaniyyah seperti shalat, puasa, membaca alQur’an, ataupun ibadah maliyah seperti sedekah dan lain-lainnya. Hal yang sama juga berlaku untuk orang yang berdo’a dan membaca istighfar untuk mayit. (Hukm al-Syari’ah al-Islamiyah fi Ma’tam al-Arba’in, 36)
Ada sebuah ayat yang sering digunakan oleh golongan pengingkar sebagai dasar bahwa pahala seseorang itu tidak bisa diberikan kepada orang lain. Dan ia hanya akan mendapatkan pahala dari amal yang dikerjakannya sendiri.
“Ataukah belum diberitakan kepadanya apa yang ada dalam lembaran-lembaran Musa? Dan lembaran-lembaran Ibrahim yang selalu menyempurnaan janji? (yaitu) bahwa seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan bahwa seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. (QS Al-Najm 36-39)
Namun menurut Ibn Qayyim al-Jawziyah, beliau mengutip pendapat Abi al-Wafa’ Ibn ‘Aqil menjelaskan sebagai berikut:
الجواب الجيّد عندي أن يقال الإنسان بسعيه وحسن عشرته اكتسب الأصدقاء وأولد الأولاد ونكح الأزواج وأسدى الخير وتودّد إلى النّاس فتر حّموا عليه وأهدوا له العبادات وكان ذلك أثرسعيه – الرّوح ١٤٥
“Jawaban yang paling baik (tentang QS al-Najm 39) menurut saya, bahwa manusia dengan usahanya sendiri dan juga karena pergaulannya yang baik dengan orang lain, ia akan memperoleh banyak teman, melahirkan keturunan, menikahi perempuan, berbuat baik serta menyintai sesama. Maka semua teman, keturunannya dan keluarganya tentu akan menyayanginya kemudian MENGHADIAHKAN PAHALA IBADAHNYA (ketika telah meninggal dunia). Maka hal itu pada hakikatnya merupakan hasil usahanya sendiri.” (al-Ruh, 143)
>>>hhhe…perlu dikaji ulang…hadits itu shahih atau nda,,,?? kan disini permasalahannya, ulama ahlusunnah juga berpegang kpd hadist khusus bukan…??
== he..he.. selamat mengkaji.. yg insaf ya??
>>>, sya lebih sepakat dg Imam Ahmad yg tdk ikut nyemplung kedalam pertikaian sahabat…
== ana lebih sepakat dg hadist nabi yang demikian banyak (sohih, mutawatir, hasan dan tidak maudlu’) yg saling menopang.. sehingga menghasilkan NATIJAH HUKUM YG KUAT
——————————smoga bermanfaatt————————
Mmm… Nyimak dulu,
==ijma’ sahabat dah jelas tuh…
urutannya : Abu Bakar, Umar, Usman, kemudian Ali…bukan…??? syi’i hanya mengakui Ali tuh….
== dah dijamin keasliannya oleh Allah tuh…,
ya sukur kirain antum sepakat dg syi’i…ada mushaf fatimah…
==katanya sih, tapi bukan maudlu’ tho?
ya..terserah antum ah….hhe
>>>hhhe…bukankah anak soleh itu, merupakan investasi bagi orang tuanya…???,
== begitupun sanak saudara, tetangga dan saudara2 sesama muslim.. juga investasi si mayyit sendiri kok??
ya monggo…
>>> itu tapi ga ada riwayat kirim2 fatihah….??? padahal mereka lah yg lebih tahu dari pada kita ttg agama ini…
== he..he..he.. GAK TAU apa GAK MENEMUKAN ya?? Klw imam ahmad kayaknya MENEMUKAN tu…begitu juga imam NAWAWI..
————-nah ini kajiannya… —————
1.“Sa’ad al-Zanjani meriwayatkan hadits dari Abu Hurairoh ra secara marfu’: “Barang siapa mendatangi kuburan lalu membaca surah al-Fatihah, Qul Huwallahu Ahad dan al-Hakumuttakatsur, kemudian mengatakan: “YA ALLAH, AKU HADIAHKAN PAHALA BACAAN AL-QUR’AN INI BAGI KAUM BERIMAN LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI KUBURAN INI”, maka mereka akan menjadi penolongnya kepada Allah”.
2.Abdul Aziz – murid dari al-Imam al-Khollal -, meriwayatkan hadist dari sanadnya dari Anas bin Malik ra secara marfu’: Barangsiapa mendatangi kuburan, lalu membaca Surat Yasin, maka Allah akan meringankan siksa mereka, dan ia akan memperoleh pahala sebanyak orang-orang yang ada di kuburan itu.”
3. “Syaikh Ibnu Taimiyah ditanya (oleh seseorang) tentang orang yang membaca tahlil 70.000 kali dan menghadiahkannya kepada mayit agar menjadi tebusan baginya dari neraka, apakah hal ini hadits shahih atau tidak?. Dan apabila sseorang membaca tahlil lalu dihadiahkan kepada mayit, apakah pahalanya sampai atau tidak?” Beliau menjawab, “Apabila seseorang membaca tahlil sekian; 70.000 atau kurang, dan atau lebih, lalu dihadiahkan kepada mayit, maka hadiah tersebut bermanfaat baginya (mayyit), dan ini bukan hadits shahih dan bukan hadits dha’if. Wallahu a’lam (Majmu’ Fatawa Ibn Taimiyah, juz 24 hal. 323)
4. “Syaikhul Islam Ibn Taimiyah mengatakan dalam kitab Fatawa-nya bahwa pendapat yang benar dan sesuai dengan kesepakatan para imam adalah bahwa mayit dapat memperoleh manfaat dari semua ibadah badaniyyah seperti shalat, puasa, membaca alQur’an, ataupun ibadah maliyah seperti sedekah dan lain-lainnya. Hal yang sama juga berlaku untuk orang yang berdo’a dan membaca istighfar untuk mayit. (Hukm al-Syari’ah al-Islamiyah fi Ma’tam al-Arba’in, 36)
Ada sebuah ayat yang sering digunakan oleh golongan pengingkar sebagai dasar bahwa pahala seseorang itu tidak bisa diberikan kepada orang lain. Dan ia hanya akan mendapatkan pahala dari amal yang dikerjakannya sendiri.
“Ataukah belum diberitakan kepadanya apa yang ada dalam lembaran-lembaran Musa? Dan lembaran-lembaran Ibrahim yang selalu menyempurnaan janji? (yaitu) bahwa seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan bahwa seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. (QS Al-Najm 36-39)
Namun menurut Ibn Qayyim al-Jawziyah, beliau mengutip pendapat Abi al-Wafa’ Ibn ‘Aqil menjelaskan sebagai berikut:
الجواب الجيّد عندي أن يقال الإنسان بسعيه وحسن عشرته اكتسب الأصدقاء وأولد الأولاد ونكح الأزواج وأسدى الخير وتودّد إلى النّاس فتر حّموا عليه وأهدوا له العبادات وكان ذلك أثرسعيه – الرّوح ١٤٥
“Jawaban yang paling baik (tentang QS al-Najm 39) menurut saya, bahwa manusia dengan usahanya sendiri dan juga karena pergaulannya yang baik dengan orang lain, ia akan memperoleh banyak teman, melahirkan keturunan, menikahi perempuan, berbuat baik serta menyintai sesama. Maka semua teman, keturunannya dan keluarganya tentu akan menyayanginya kemudian MENGHADIAHKAN PAHALA IBADAHNYA (ketika telah meninggal dunia). Maka hal itu pada hakikatnya merupakan hasil usahanya sendiri.” (al-Ruh, 143)
>>>hhhe…perlu dikaji ulang…hadits itu shahih atau nda,,,?? kan disini permasalahannya, ulama ahlusunnah juga berpegang kpd hadist khusus bukan…??
== he..he.. selamat mengkaji.. yg insaf ya??
hhhe…,t kasih…, afwan …tenang aj ustadz…., ana dah baca juga.. yg meriwayatkan itu. ternyata ada juga yg menyanggahnya…syaikh Muqbil bin hadi al madkholi…, termasuk fatwa2 Imam Syafi’i…, ya…monggo lah…antum mau ikut itu.(H. Mahrus Ali, 2007 … tentu antum dah baca juga kayanya)…
== ana lebih sepakat dg hadist nabi yang demikian banyak (sohih, mutawatir, hasan dan tidak maudlu’) yg saling menopang.. sehingga menghasilkan NATIJAH HUKUM YG KUAT
hhhe…yo monggo…., ana mah masih ngecek kesahihannya…., maklum ana bukan ulama…jadi waktunya jg terbagi2 dg berbagai urusan…..
——————————smoga bermanfaatt————————
@hery
—- > syi’i hanya mengakui Ali tuh….
== klw syi’ah zaidiyah dalam hal ini mirip sunni tu.. jgn digeneralisir ya?
>>> hhhe…perlu dikaji ulang…hadits itu shahih atau nda,,,?? kan disini permasalahannya, ulama ahlusunnah juga berpegang kpd hadist khusus bukan…??
== he..he.. klw antum cermati kata2 imam ibnu taimiyah :
“Apabila seseorang membaca tahlil sekian; 70.000 atau kurang, dan atau lebih, lalu dihadiahkan kepada mayit, maka HADIAH TERSEBUT BERMANFAAT BAGINYA (MAYYIT), dan ini BUKAN HADITS SHAHIH DAN BUKAN HADITS DHA’IF. Wallahu a’lam (Majmu’ Fatawa Ibn Taimiyah, juz 24 hal. 323)
———–artinya….. hadist yg ini tidak sohih tp ibnu taimiyah tetap menggunakan sebagai landasan. Apa alasannya??? Selamatt mencari awabannya…———
Syaikh ibnu Taymiyyah pernah ditanya tentang ayat dan hadits yang dijadikan dalil oleh sebagian orang untuk menyatakan bahwa hadiah pahala bagi mayyit itu tidak sampai. Ayat dan hadits tersebut adalah:
وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَى
“dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.” [qs. an-najm: 39]
إذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إلَّا مِنْ ثَلَاثٍ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Jika anak Adam mati, maka terputuslah amalnya, kecuali berupa tiga perkara: shodaqoh jariyah, atau ilmu yang bermanfa’at, atau anak yang shalih yang berdoa baginya.” (Al-Hadits)
Mereka beranggapan bahwa mayyit tidak bisa mendapat manfaat dari makhluq lainnya.
Syaikh ibnu Taymiyyah menjawab dalam al-Fatawa:
لَيْسَ فِي الْآيَةِ، وَلَا فِي الْحَدِيثِ أَنَّ الْمَيِّتَ لَا يَنْتَفِعُ بِدُعَاءِ الْخَلْقِ لَهُ، وَبِمَا يُعْمَلُ عَنْهُ مِنْ الْبِرِّ بَلْ أَئِمَّةُ الْإِسْلَامِ مُتَّفِقُونَ عَلَى انْتِفَاعِ الْمَيِّتِ بِذَلِكَ، وَهَذَا مِمَّا يُعْلَمُ بِالِاضْطِرَارِ مِنْ دِينِ الْإِسْلَامِ، وَقَدْ دَلَّ عَلَيْهِ الْكِتَابُ وَالسُّنَّةُ وَالْإِجْمَاعُ، فَمَنْ خَالَفَ ذَلِكَ كَانَ مِنْ أَهْلِ الْبِدَعِ
“Tidak didapati dalam ayat dan tidak pula pada hadits (yang menyatakan) bahwa mayyit tidak mendapat manfaat dari doa makhluq baginya, dan dari apa yang dikerjakan baginya berupa kebaikan. Justeru para imamul Islam bersepakat bahwa mayyit mendapat manfa’at dengan yang demikian (doa dan amal-amal yang dikerjakan baginya). Dan ini merupakan hal yang harus diketahui dari dinul Islam. Dan telah ditunjukkan atasnya oleh Kitabullah dan sunnah Rasul dan ijma’. Maka siapa yang menyelisihi yang demikian adalah ahlil bid’ah.” (al-Fatawa al-Kubra Kitab Jenazah Bab Firman-Nya Ta’ala Wa allaysa lil insani illa ma sa’a)
Kemudian Syaikh ibnu Taymiyyah mengemukakan beberapa dalil, di antaranya:
الَّذِينَ يَحْمِلُونَ الْعَرْشَ وَمَنْ حَوْلَهُ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيُؤْمِنُونَ بِهِ وَيَسْتَغْفِرُونَ لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَيْءٍ رَحْمَةً وَعِلْمًا فَاغْفِرْ لِلَّذِينَ تَابُوا وَاتَّبَعُوا سَبِيلَكَ وَقِهِمْ عَذَابَ الْجَحِيمِ. رَبَّنَا وَأَدْخِلْهُمْ جَنَّاتِ عَدْنٍ الَّتِي وَعَدْتَهُمْ وَمَنْ صَلَحَ مِنْ آبَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ. وَقِهِمُ السَّيِّئَاتِ وَمَنْ تَقِ السَّيِّئَاتِ يَوْمَئِذٍ فَقَدْ رَحِمْتَهُ وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ.
(Malaikat-malaikat) yang memikul Arasy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): “Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertobat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala, ya Tuhan kami, dan masukkanlah mereka ke dalam surga Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang saleh di antara bapak-bapak mereka, dan istri-istri mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana, dan peliharalah mereka dari (balasan) kejahatan. Dan orang-orang yang Engkau pelihara dari (pembalasan) kejahatan pada hari itu, maka sesungguhnya telah Engkau anugerahkan rahmat kepadanya dan itulah kemenangan yang besar”. [QS. Al-Mu`min: 7-9]….
Maka jelaslah sekarang bahwa menurut Syaikh ibnu Taymiyyah, yang ahli bid’ah itu bukanlah yang berkata bahwa mayyit bisa mendapat manfaat dari lainnya, tetapi justeru orang yang berkata bahwa mayyit tak bisa mendapat manfaat dari makhluq lainnya itulah ahli bid’ah.
Mohon pencerahan.
Saya pernah mengikut diskusi semacam ini di beberapa blog. Ada peserta diskusi yang kurang dapat menerima penjelasan admin mengenai defisini “bid’ah hasanah” menurut Imam Syafi’i, Imam Baihaqi, Imam Nawawi, dll. Orang itu bilang omongan ulama tidak perlu dipakai. Yang diapkai Qur’an dan Hadits shohih ….
Tapi dalam diskusi di atas ini, beberapa kali muncul nama “Mahrus Ali”. Apa Beliau seorang ulama salaf, sehingga memalingkan kita dari pendapat ulama-ulama yang muktabar? Saya belum begitu mengenal Beliau. Bagi yang mengetahui, mohon informasi. Terima kasih
@bima asy-safi’i
>>>Tapi dalam diskusi di atas ini, beberapa kali muncul nama “Mahrus Ali”. Apa Beliau seorang ulama salaf, sehingga memalingkan kita dari pendapat ulama-ulama yang muktabar?
=== he..he..he.. betul mas bima.. “IMAM” Mahrus ali ini ulama” SALAF” asli jawa…. Asli lhooo?
Ini salah satu kebodohan kepicikan orang2 wahabi/saladi di tengah masyarakat…Saksikanlah betapa tidak benarnya pemahan wahabi ini…
dan memang betul yang di tulis admin,di balik aliran wahabi ini ada misi yahudi…Tapi mereka walaupun di letakkan di depan hidung mereka buku dalil tentang itu walaupun jumlah buku itu mlebihi besarnya pulau jawa,mereka tidak akan percaya..kecuali syeh nya yg berkata…kesesatan pangkal sebabnya adalah fanatik…
Ini kejadian di parlemen mesir..dan di video ini perbuatan anehnya wahabi di jawab oleh syeih universitas Al-azhar mesir..yang menggunakan penutup kepala khas mesir,,,
== klw syi’ah zaidiyah dalam hal ini mirip sunni tu.. jgn digeneralisir ya?
Hhhe…, Ulama2 ahlusunnah mah ga ada kan..yg melaknat mu’awiyyah. …??..monggo kalo antum tetep di zaidiyyah…emang sih lbh mirip dg sunni…, anah mau di ahlusunnah aja ah….
== he..he.. klw antum cermati kata2 imam ibnu taimiyah :
“Apabila seseorang membaca tahlil sekian; 70.000 atau kurang, dan atau lebih, lalu dihadiahkan kepada mayit, maka HADIAH TERSEBUT BERMANFAAT BAGINYA (MAYYIT), dan ini BUKAN HADITS SHAHIH DAN BUKAN HADITS DHA’IF. Wallahu a’lam (Majmu’ Fatawa Ibn Taimiyah, juz 24 hal. 323)
>>>>
Ibnu Taimiyyah juga seorang manusia…, dalam hal ini…, beliau ga bawa dalil…, wallohu a’lam. Ana tetep memegang pada hadits Ibnu Mas’ud : yg melarang sekelompok orang duduk2 dlm beberapa halaqoh (majelis) sambil menunggu sholat, di setiap halaqoh ada seorang lelaki (yg memimpin), dan ditangan2 mereka ada batu2 kecil , lalu orang (pimpinan) itu berkata, bertakbirlah kalian 100 kali, lalu berkata lgi : bertahlilah kalian 100 kali, orang itu berkata lagi bertasbihlah 100 kali ,
Ibnu Mas’ud mengatakan kepada mereka : sesungguhnya kalian betul2 beradad diatas suatu agama yg lebih beroetunjuk dari pada agama Muhammad atau kalaian sedang membuka pintu kesesatan?
Betapa banyak orang yg menginginkan kebaikan akan tetapi dia tdk mendapatkannya, sesungguhnya Rosulullah menceritakan kpd kami ttg suatu kaum yg mereka membaca Al Qur’an akan tetapi tdk melewati tenggorokan mereka, demi Allah, sya tdk tahu barangkali kebanyakan mereka adalah dari kalian kemudian beliau meninggalkan mereka. Maka Amr bin salamah berkata , “ kami telah melihat kebanyakan orang2 di halaqoh itu adalah yg menyerang kami bersama khwarij pada perang nahrawan ..(lebih lengkap ada dihaditsnya) (HR. Ad-Darimy dan dishohihkan oleh Al-Albany dalam ash-shohihah no 2005)
>>>> Hemat ana : berdzikir seperti diatas, ada penetapan jumlah, dzikir berjamaah, bertentangan dengan hadits diatas. Terlepas pahala nya sampai atau tidak (kalau fatwa Ibnu Taimiyyah seperti dibawah ini ane memang sepakat) namun TATACARA itu harus berdasarkan petunjuk Rosulullah SAW. Monggo kalao antum ga sepakat n tetep melakukan tahlilan… ,
“Tidak didapati dalam ayat dan tidak pula pada hadits (yang menyatakan) bahwa mayyit tidak mendapat manfaat dari doa makhluq baginya, dan dari apa yang dikerjakan baginya berupa kebaikan. Justeru para imamul Islam bersepakat bahwa mayyit mendapat manfa’at dengan yang demikian (doa dan amal-amal yang dikerjakan baginya). Dan ini merupakan hal yang harus diketahui dari dinul Islam. Dan telah ditunjukkan atasnya oleh Kitabullah dan sunnah Rasul dan ijma’. Maka siapa yang menyelisihi yang demikian adalah ahlil bid’ah.” (al-Fatawa al-Kubra Kitab Jenazah Bab Firman-Nya Ta’ala Wa allaysa lil insani illa ma sa’a)
>>>>Ya…ana sepakat dg fatwa ini…, mendoakan kepada mayit itu bagus. Namun kalau tahlilan dg metode n tatacara tertentu…, ana menilainya dg hadits Ibnu Mas’ud tadi….
@Ustadz Admin
Buat orang awam kaya saya, boleh dong share terjemahan video yang dikirim Akhi Sirat mengenai peristiwa di Parlemen Mesir. Mudah2an pembaca lain juga dapat mengambil manfaat dari info tersebut. Trims Ustadz
@masnun
== klw syi’ah zaidiyah dalam hal ini mirip sunni tu.. jgn digeneralisir ya?
Hhhe…, Ulama2 ahlusunnah mah ga ada kan..yg melaknat mu’awiyyah.
== he..he..klw yg dimaksud ulama ahli sunnah di sini melibatkan SAHABAT BADAR.. ya hamper semua sahabat badar mengatakan muawiyah seorang munafiq dan fasik. Begitu juga dg kalangan tabi’in?? klw an amah ikut IJMA’ SAHABAT BADAR yg lebih paham dg maksud alqur’an dan hadist..
== he..he.. klw antum cermati kata2 imam ibnu taimiyah :
“Apabila seseorang membaca tahlil sekian; 70.000 atau kurang, dan atau lebih, lalu dihadiahkan kepada mayit, maka HADIAH TERSEBUT BERMANFAAT BAGINYA (MAYYIT), dan ini BUKAN HADITS SHAHIH DAN BUKAN HADITS DHA’IF. Wallahu a’lam (Majmu’ Fatawa Ibn Taimiyah, juz 24 hal. 323)
>>>>Ya…ana sepakat dg fatwa ini…, mendoakan kepada mayit itu bagus.
== Klw ini mah gak di bahas
>>>Namun kalau tahlilan dg metode n tatacara tertentu…, ana menilainya dg hadits Ibnu Mas’ud tadi….
=== monggo
Hery@
apakah ada kalimat dr Ibnu Mas’ud yg melarang membuat halaqoh sambil menunggu sholat..?
apakah larangan trsbut tafsiran dr anda sendiri, krna ktdk sukaan Ibnu Mas’ud trhadp mreka (sbgmn hadist diats)?
Apakah Ibnu Mas’ud melarang dzikir brjemaahnya(apakah memang udh pasti bhwa TIDAK ADA hadist yg membolehkan dzikir brsama..?), atau TEMPATNYA, atau waktunya ataukah cara mereka duduk, misalny: duduk melingkar kmudian ada seseorng yg duduk DITENGAH2NYA (sy prnah menemukan hadis ttng larangan duduk yg demikian)?
Mohon diperjelaz.
afwn… Sy kurng mengerti.
Fajar: silahkan saja kalau antum punya pemahaman sendiri. pemahaman ana sudah seperti diatas. Sya hanya menyampaikan pemahaman saya, kalo sepakat ya sukur kalo , tdk sepakat juga ga apa2.
assalamu’alaykum
saya firmansyah budianto, tanya mungkin bisa di berikan file2 yang bisa kita download… atau jika dlm b.ing, bisa kami translate… 🙂
Assalamualaikum, mohon izin download ya pak Ustad, moga tambah berkah, amin….Wassalam