Dzurriyat Rasulullah dari kalangan Habib dan Wali Songo maupun Kesultanan di Nusantara adalah keturunan dari Imam Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa
KELIRU orang-orang yang mengatakan bahwa panggilan Habib HANYA diperuntukkan bagi Ahlul Bait (keluarga) Rasulullah atau Dzurriyah Rasulullah dari jalur Imam Ubaidillah.
SERUPA dengan KEKELIRUAN tokoh Banten Imaduddin Utsman yang menuduh terputusnya nasab Habaib Ba’alawi dengan MENGINGKARI Imam Ubaidillah sebagai keturunan Imam Ahmad Al-Muhajir bin Isa.
KARENA para Habib dan Wali Songo maupun Syekh Jumadil Kubro DATUK dari KESULTANAN di Nusantara adalah KETURUNAN Imam Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa.
Imam Al-Fakhrurazi (w. 604 H) sekedar menceritakan tiga orang putera dari Imam Ahmad Al-Muhajir bin Isa yakni Muhammad Abu Ja’far yang tinggal sekota dengannya yakni di kota Roy dan Ali yang berada di Ramallah, dan Husain yang keturunannya ada di Naisaburi karena jumlah keturunan Beliau adalah 12 orang.sebagaimana contoh kabar dari https://www.laduni.id/post/read/73517/biografi-al-imam-ahmad-al-muhajir-bin-isa-ar-rumi-bin-muhammad-naqib#Keluarga
Contoh Biografi Imam Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa dapat dibaca pada https://www.laduni.id/post/read/73518/biografi-imam-ubaidillah-bin-ahmad-al-muhajir-bin-isa
Penjelasan ilmiah dari Habib Hanif Al Atthas menjawab tuduhan tokoh Banten Imaduddin Utsman tentang terputusnya nasab Habaib Ba’alawi dipublikasikan dalam video pada https://youtube.com/watch?v=IlyEqnU_47M
Begitupula KEKELIRUAN mereka salah satunya dapat DIBUKTIKAN contohnya dengan Manuskirip Kuno Pagaruyung Minangkabau tentang silsilah keturunan Syekh Jumadil Kubro dan Putri Salinduang Bulan juga para Keturunan Maharaja Diraja ( Sultan Syarif Muhammad Syah Raja Pertama “Minangkabau Timur” ) di Tambo Minangkabau Peninggalan Bundo Kanduang Istana Pagaruyung Abad 15 Masehi. Panjang Silsilah ini Mencapai 6 Meter Lebih sebagaimana yamg dikabarkan pada https://facebook.com/story.php?story_fbid=6536657176358678&id=100000433811926
- Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam
- Sayyidah Fatimah Az-Zahra
- Al-Imam Sayyidina Hussain
- Sayyid Al Imam ‘Ali Zainal ‘Abidin
- Sayyid Al Imam Muhammad Al Baqir
- Sayyid Al Imam Ja’far As-Sodiq
- Sayyid Al-Imam Ali Uradhi
- Sayyid Al Imam Muhammad An-Naqib
- Sayyid Al Imam ‘Isa Naqib Ar-Rumi
- Sayyid Al Imam Ahmad al-Muhajir
- Sayyid Al-Imam ‘Ubaidillah
- Sayyid Al Imam Alawi Awwal
- Sayyid Muhammad Sohibus Saumi’ah
- Sayyid Alawi Ats-Tsani
- Sayyid Ali Kholi’ Qosam
- Sayyid Muhammad Sohib Mirbath
- Sayyid Alawi Ammil Faqih
- Sayyid Amir ‘Abdul Malik Al-Muhajir
- Sayyid Abdullah Al-Khan Al Husseini
- Sayyid Ahmad Shah Jalal alias Ahmad Jalaludin Al-Khan
- Sayyid Syaikh Jumadil Qubro alias Jamaluddin Akbar Al-Khan
Begitupula KEKELIRUAN orang-orang menyebarluaskan berita tidak benar atau hoax seolah-olah Habib BS mengatakan para Wali Songo BUKAN Dzurriyat Rasulullah disampaikan klarifikasinya dalam video pada https://youtube.com/watch?v=PqmAyekqGVk
Jadi Habib BS sekedar menyampaikan bahwa Rabithah Alawiyah belum dapat mengistbat/mengesahkan kebenaran jalur nasab para Wali Songo ke bawahnya sebagaimana kutipan pernyataan pada https://www.faktakini.info/2020/06/pernyataan-maktab-daimi-rabithah.html
Ada DUA ALASAN lembaga nasab seperti Rabithah Alawiyah belum dapat mengistbat/ mengesahkan kebenaran jalur nasab para Wali Songo maupun Kesultanan di Nusantara yakni,
ALASAN PERTAMA lelaki keturunan Ahlul Bait (keluarga) Rasulullah yang tidak lagi menikah dengan Syarifah karena yang SANGAT DIPERHATIKAN catatan nasabnya untuk kalangan Syarifah yakni Perempuan dari keturunan Ahlul Bait (keluarga) Rasulullah.
Dalam kitab Umdatul Mufti wal Mustafti, Mufti Hadramaut Imam Jamaluddin Muhammad bin Abdurrahman Al-Ahdal menyebutkan,
لا يجوز لشريف تزويج بنته على غير شريف، فإن كانت بالغة ورضيت جاز له، فالكفاءة حق للمرأة والولي، وتكون بذلك مسقطة لكفاءتها.
“Tidak boleh bagi seorang Syarif (Sayyid) mengawinkan anak perempuannya (Syarifah) dengan selain Syarif, namun andaikata ia (Syarifah) telah baligh dan ridha, maka diperkenankan baginya melakukan hal tersebut. Karena persolaan kesetaraan (kafa’ah) merupakan hak bagi perempuan dan walinya, dan jika salah satunya menafikan perkara tersebut, HILANGLAH anjuran kesetaraan dalam pernikahan.”
Begitupula DATUKNYA dari kesultanan di Nusantara yakni Sayyid Syaikh Jumadil Qubro alias Jamaluddin Akbar Al-Khan adalah KETURUNAN dari Sayyid Amir Abdul Malik bin Alawi Ammil Faqih yang berimigrasi dari Hadramaut ke India pada abad ke-14 Masehi.
Sayyid Abdul Malik kemudian menikahi putri bangsawan Nasirabad dan mendapatkan gelar “Azmat Khan”.
Gelar “Khan” diberikan oleh bangsawan Nasirabad agar ia dianggap sebagai bangsawan setempat sebagaimana keluarga yang lain.
Selain itu, mereka menyematkan gelar “Azmat” yang berarti “mulia” karena Abdul Malik berasal dari garis keturunan sayyid. Keturunannya tetap mempertahankan nama ini sebagai patronimik sampai hari ini.
Sayyid Abdul Malik lahir di kota Qasam, Hadhramaut, sekitar tahun 574 Hijriah. Ia juga dikenal dengan gelar “Al-Muhajir Ilallah”, karena dia hijrah dari Hadhramaut ke Gujarat untuk berdakwah sebagaimana kakeknya, Sayyid Ahmad al-Muhajir yang hijrah dari Irak ke Hadhramaut untuk berdakwah.
Menurut Sayyid Salim bin Abdullah Asy-Syathiri Al-Husaini, guru besar dari Tarim, Yaman, keluarga Azmatkhan (yang merupakan leluhur Walisongo) adalah dari Qabilah Ba’ Alawi asal Hadramaut dari gelombang pertama yang masuk di Nusantara dalam rangka penyebaran Islam.
Jadi Dzurriyat Rasulullah dari kalangan Wali Songo maupun dari kalangan kesultanan di nusantara adalah juga keturunan Imam Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa sebagaimana contoh kabar pada https://www.laduni.id/indeks-nasab/hal/690
ALASAN KEDUA mengapa catatan nasab ahlul bait (keluarga) Rasulullah atau Dzurriyat Rasulullah dari jalur para Wali Songo maupun dari jalur Sayyid Syaikh Jumadil Qubro DATUK dari kesultanan di Nusantara itu MASTUR (tersembunyi) adalah selain mereka MEMBAUR juga untuk MENGHINDARI kalangan NASHIBI atau NASHIBAH dan jamaknya NAWASHIB yakni orang-orang yang MEMBENCI ahlul bait (keluarga) Rasulullah dan contohnya pada zaman Salafus Sholeh adalah orang-orang seperti Dzul Khuwaishirah penduduk Najed dari bani Tamim yakni mereka yang menyempal keluar (kharaja) dari mayoritas kaum muslim (as-sawadul a’zham) sehinggga mereka dinamakan khawarij.
Asal kata khawarij adalah dari akar kata kha-ra-ja. Ia adalah bentuk jama’ dari kharij, yaitu isim fa’il dari kata kharaja yang memiliki arti keluar.
Begitupula Imam Ahmad Al-Muhajir bin Isa HIJRAH dari Basrah ke Hijaz, nama kawasan Mekkah, Madinah dan sekitarnya kala itu adalah karena telah bermunculannya FITNAH dari orang-orang seperti Dzul Khuwaishirah penduduk Najed dari bani Tamim atau kaum KHAWARIJ.
Ketika Beliau berangkat hijrah dari Iraq ke Hijaz pada tahun 317 H beliau ditemani oleh istrinya, Syarifah Zainab binti Abdullah bin Al-Hasan bin ‘Ali al-‘Uraidhy, bersama putera bungsunya bernama Abdullah, yang kemudian dikenal dengan nama Ubaidillah.
Dinamakan Ubaidillah karena bentuk tasghir dari Abdullah dan Beliau suka dipanggil dengan nama tersebut.
Turut serta dalam hijrah itu cucu Imam Ahmad Al-Muhajir bin Isa yang bernama Ismail bin Abdullah (Ubaidillah) yang dijuluki dengan Bashriy.
Begitupula ikut serta bersama Imam Ahmad Al-Muhajir bin Isa hijrah dari kota Basrah ke kota Madinah, KAKEK (datuk) dari Bani Ahdal (keturunannya antara lain Ali bin Umar bin Muhammad bin Sulaiman bin Ubaid bin Isa bin Alwi bin Muhammad bin Jamzam bin Auf bin Al-Imam Musa Al-Kadzim) dan KAKEK (datuk) dari Bani Qudaim (diantara keturunannya adalah Muhammad Jawad bin Ali Ar-Ridho bin Al-Imam Musa Al-Kadzim)
Sedangkan anaknya Imam Ahmad Al-Muhajir bin Isa yakni Muhammad Abu Ja’far sebagaimana yang diceritakan oleh Imam Al-Fakhrurazi (w. 604 H) dan Abu Ismail Ibrahim bin Nasir ibnu Thobatoba (w. 400 an) TETAP tinggal di Iraq untuk menjaga harta Imam Ahmad Al-Muhajir bin Isa sampai beliau mendapat tempat dan menetap di sana.
Turut pula dua anak lelaki dari paman Beliau dan orang-orang yang bukan dari kerabat dekatnya. Mereka merupakan rombongan yang terdiri dari 70 orang.
Al-Imam Al-Muhajir membawa sebagian dari harta kekayaannya dan beberapa ekor unta ternaknya. Sedangkan putera-puteranya yang lain ditinggalkan menetap di Iraq.
Sampai di Madinah, mereka bermukim selama setahun. Ketika itu bulan Zulhijah 317 H / 897 M, di Mekah terjadi kerusuhan yang dilakukan oleh kaum Qaramithah pimpinan Abu Thahir bin Abi Sa’id. Mereka berhasil menjebol Hajar Aswad dari tempatnya di salah satu pojok Ka’bah. Tapi 23 tahun kemudian, mereka mengembalikan Hajar Aswad tersebut.
Dalam kerusuhan itu, Kaum Qaramithah tidak segan-segan merampok, merampas harta benda dan membunuh penduduk Mekah.
Setahun kemudian setelah keadaan tenang, Al-Imam Ahmad Al-Muhajir dan pengikutnya berangkat menunaikan ibadah haji ke Mekah, melakukan ibadah haji. Di sanalah, Al-Imam Ahmad Al-Muhajir beserta rombongannya bertemu dengan para jamaah haji dari Tuhaim dan Hadramaut.
Mereka penduduk Hadramaut memberi tahu fitnah Khawarij yang sedang mereka alami. Mereka juga meminta Al-Imam Ahmad Al-Muhajir untuk pergi ke Hadramaut bersama-sama.
Dari Makkah Al-Imam Ahmad Al-Muhajir pergi ke Hajrain Hadramaut dan membeli perkebunan kurma dengan harga 500.000 dinar dan menghadiahkan perkebunan tersebut kepada mawalinya.
Kemudian Beliau pindah ke daerah Husaisah yang jaraknya kira-kira setengah marhalah dari Tarim dan terletak sebelah Timur Syibam. Di Husaisah Beliau menetap sampai wafat.
Pengembaraan Al-Imam Ahmad Al-Muhajir di Hadramaut di mulai dari tahun 320 hijriyah sampai tahun 345 hijriyah. Beliau hidup pada zaman Daulah Ziyadiyah (Bani Umayah) dan pada zaman Daulah Zaidiyah (Al-Hasyimi) di Yaman. Selama di Hadramaut, Beliau memerangi kaum Ibadhiyah dan kaum Qaramithah tanpa senjata”.
Al-Imam Al-Muhajir menetap di Hadramaut atas dasar petunjuk dari Allah Ta’ala sebab kenyataan menunjukkan, setelah Beliau hijrah ke negeri itu di sana memancar cahaya terang sesudah beberapa lama gelap gulita.
Al-Imam Al-Muhajir dan keturunannya berhasil menundukkan kaum khawarij hanya dengan dalil dan argumentasi.
Kaum Khawarij tidak mengakui atau mengingkari Al-Imam Al-Muhajir berasal dari keturunan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam.
Untuk memantapkan kepastian nasabnya sebagi keturunan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, Sayyid Ali bin Muhammad bin Alwi berangkat ke Iraq. Di sanalah ia beroleh kesaksian dari seratus orang terpercaya dari mereka yang hendak berangkat menunaikan ibadah haji.
Kesaksian mereka yang mantap ini lebih dimantapkan lagi di makkah dan beroleh kesaksian dari rombongan hujjaj Hadramaut sendiri.
Dalam upacara kesaksian itu hadir beberapa orang kaum Khawarij, lalu mereka ini menyampaikan berita tentang kesaksian itu ke Hadramaut.
Dengan demikian mantaplah sudah pengakuan masyarakat luas mengenai keutamaan para kaum ahlul-bait sebagai keturunan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melalui puteri Beliau Siti Fatimah
Imam Ubaidillah dan ayahnya yakni Imam Ahmad Al Muhajir hijrah ke Hadramaut Yaman untuk melaksanakan perintah Rasulullah dan perintah Allah dalam surat Al Maidah ayat 54 tentang firqah Khawarij, orang-orang yang MURTAD dari AGAMANYA karena tuduhan kembali kepada si penuduh.
Sebutan KHAWARIJ berlaku tidak sebatas pemberontak NAMUN berlaku bagi siapa saja yang menganggap sesat, menuduh musyrik dan bahkan menghalalkan darah dan membunuh umat Islam karena mereka KELIRU BERHUJJAH atau KELIRU MEMAHAMI Al Qur’an dan Hadits SEHINGGA mereka MENGASINGKAN DIRI atau MENYEMPAL KELUAR dari mayoritas kaum muslim (as-sawadul a’zham).
Mereka MENGASINGKAN DIRI atau MENYEMPAL KELUAR karena mereka menganggap atau menuduh mayoritas kaum muslim (as-sawadul a’zham) telah rusak padahal mereka sendirilah yang rusak
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Maslamah bin Qa’nab; Telah menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah dari Suhail bin Abu Shalih dari Bapaknya dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Demikian juga diriwayatkan dari jalur lainnya, Dan telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya dia berkata; Aku membaca Hadits Malik dari Suhail bin Abu Shalih dari Bapaknya dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Apabila ada seseorang yang berkata; ‘Celakalah (rusaklah) manusia’, maka sebenarnya ia sendiri yang lebih celaka (rusak) dari mereka. (HR Muslim 4755 atau Syarh Shahih Muslim 2623)
Dzul Khuwaishirah tokoh penduduk Najed dari bani Tamim walaupun termasuk salaf / sahabat (bertemu dengan Rasulullah) namun tidak mendengarkan dan mengikuti Rasulullah melainkan mengikuti pemahaman atau akal pikirannya sendiri sehingga menjadikannya SOMBONG dan DURHAKA kepada Rasulullah yakni MERASA LEBIH PANDAI dari Rasulullah sehingga berani menyalahkan dan mencela atau menghardik Rasulullah ketika pembagian harta rampasan perang.
Dari Abu Sa’id Al Khudriy radliallahu ‘anhu berkata; Ketika kami sedang bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang sedang membagi-bagikan pembagian(harta), datang Dzul Khuwaishirah, seorang laki-laki dari BANI TAMIM, lalu berkata; Wahai Rasulullah, tolong engkau berlaku adil. Maka beliau berkata: Celaka kamu!. Siapa yang bisa berbuat adil kalau aku saja tidak bisa berbuat adil. Sungguh kamu telah mengalami keburukan dan kerugian jika aku tidak berbuat adil. (HR Bukhari 3341 atau Fathul Bari 3610)
Jadi masuk akallah atau logislah kalau orang-orang pada ZAMAN NOW (masa sekarang) yang mendalami ilmu agama secara otodidak (shahafi) sehingga TERJERUMUS KESOMBONGAN MENOLAK KEBENARAN dan menyalahkan, menganggap sesat atau bahkan mengkafirkan, menghalalkan darah dan membunuh umat Islam karena “nenek moyang mereka” yakni Dzul Khuwaishirah penduduk Najed dari bani Tamim MENYALAHKAN Rasulullah.
Rasulullah telah menubuatkan dalam sabdanya bahwa kelak akan bermunculan orang-orang seperti Dzul Khuwaishirah penduduk Najed dari bani Tamim yakni mereka yang pandai membaca Al Qur’an namun tidak sampai melewati tenggorakan mereka.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,
إِنَّ مِنْ ضِئْضِئِ هَذَا قَوْمًا يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لَا يُجَاوِزُ حَنَاجِرَهُمْ
“dari kelompok orang ini, akan muncul nanti orang-orang yang pandai membaca Al Qur’an tetapi tidak sampai melewati tenggorokan mereka” (HR Muslim 1762 atau Syarh Shahih Muslim 1064).
Tidak sampai melewati tenggorokan mereka yakni tidak sampai ke hatinya MAKNANYA tidak mempengaruhi hati mereka sehingga mereka berakhlak buruk kepada manusia yakni gemar menyalahkan, menganggap sesat dan TAKFIRI yakni mengkafirkan atau MENUDUH musyrik NAMUN mereka KELIRU ketika BERHUJJAH dengan Al Qur’an maka “Al Qur’an menjadi bencana” bagi mereka karena tuduhan akan kembali kepada si penuduh sehingga mereka terjerumus MURTAD yakni keluar dari Islam sebagaimana anak panah meluncur dari busurnya.
Rasulullah bersabda,
يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ يَحْسِبُونَ أَنَّهُ لَهُمْ وَهُوَ عَلَيْهِمْ
Mereka membaca Al-Qur’an dan mereka menyangka bahwa Al-Qur’an itu adalah (hujjah) bagi mereka, namun ternyata Al-Qur’an itu adalah (bencana) atas mereka.
لَا تُجَاوِزُ صَلَاتُهُمْ تَرَاقِيَهُمْ
Shalat mereka tidak sampai melewati batas tenggorokan.
يَمْرُقُونَ مِنْ الْإِسْلَامِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنْ الرَّمِيَّةِ
Mereka keluar dari Islam sebagaimana anak panah meluncur dari busurnya. (HR Muslim 1773 atau Syarh Shahih Muslim 1066)
Dari Hudzaifah radhiyallahu anhu, Rasulullah bersabda,
إنَّ أخوفَ ما أخاف عليكم رجل قرأ القرآن، حتى إذا رُئيت بهجته عليه وكان ردءاً للإسلام، انسلخ منه ونبذه وراء ظهره، وسعى على جاره بالسيف ورماه بالشرك، قلت: يا نبيَّ الله! أيُّهما أولى بالشرك: الرامي أو المرمي؟ قال: بل الرامي
“Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan atas kamu adalah seseorang yang telah membaca al-Qur’an, sehingga ketika telah tampak kebagusannya terhadap al-Qur’an dan dia menjadi pembela Islam, dia terlepas dari al-Qur’an, membuangnya di belakang punggungnya, dan menyerang tetangganya dengan pedang dan menuduhnya musyrik”. Aku (Hudzaifah) bertanya, “Wahai nabi Allah, siapakah yang lebih pantas disebut musyrik, penuduh atau yang dituduh?”. Beliau menjawab, “Penuduhnya”. (HR. Al-Bukhari dalam At-Tarikh, Abu Ya’la, Ibnu Hibban dan Al-Bazzar)
Allah Ta’ala berfirman dalam surat Al Maidah [5] ayat 54 bahwa jika telah bermunculan FITNAH PERSELISIHAN dan PEMBUNUHAN umat Islam yang dilakukan oleh orang-orang seperti Dzul Khuwaishirah penduduk Najed dari bani Tamim yakni orang-orang yang MURTAD dari AGAMANYA karena tuduhan kembali kepada si penuduh maka DATANGILAH dan MERUJUKLAH kepada ulama dari kalangan Wali Allah yang didatangkan oleh Allah Ta’ala.
Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mu’min, yang bersikap keras (tegas / berpendirian) terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.” (QS Al Maidah [5]:54)
Jadi ulama dari kalangan WALI Allah (KEKASIH Allah) yakni Allah Ta’ala mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya adalah,
- Mereka bersikap lemah lembut terhadap sesama muslim
- Mereka bersikap keras yakni dalam pengertian tegas atau berpendirian terhadap orang-orang kafir
- Mereka berjihad di jalan Allah dalam pengertian bergembira dalam menjalankan kewajibanNya dan menjauhi laranganNya
- Mereka tidak takut kepada celaan orang-orang seperti Dzul Khuwaishirah penduduk Najed dari bani Tamim yang suka mencela yakni celaan dari orang-orang yang MURTAD dari AGAMANYA karena tuduhan kembali kepada si penuduh.
Abu Musa al-Asy’ari meriwayatkan dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda , “Allah akan mendatangkan suatu kaum yang dicintai-Nya dan mereka mencintai Allah”. Bersabda Nabi shallallahu alaihi wasallam, “mereka adalah kaummu Ya Abu Musa, orang-orang Yaman”.
Ibnu Jarir meriwayatkan, ketika dibacakan tentang ayat tersebut di depan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, beliau berkata, “Kaummu wahai Abu Musa, orang-orang Yaman”.
Dari Jabir, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam ditanya mengenai ayat tersebut, maka Rasul menjawab, ‘Mereka adalah ahlu Yaman dari suku Kindah, Sukun dan Tajib’.
Al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalani telah meriwayatkan suatu hadits dalam kitabnya berjudul Fath al-Bari, dari Jabir bin Math’am dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkata, ‘Wahai ahlu Yaman kamu mempunyai derajat yang tinggi. Mereka seperti awan dan merekalah sebaik-baiknya manusia di muka bumi’
Dalam Jami’ al-Kabir, Imam al-Suyuthi meriwayatkan hadits dari Salmah bin Nufail, ‘Sesungguhnya aku menemukan nafas al-Rahman dari sini’. Dengan isyarat yang menunjuk ke negeri Yaman”.
Dari Ali bin Abi Thalib, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, ‘Siapa yang mencintai orang-orang Yaman berarti telah mencintaiku, siapa yang membenci mereka berarti telah membenciku”
Begitupula Rasulullah bersabda bahwa jika telah timbul FITNAH dari orang-orang seperti Dzul Khuwaishirah penduduk Najed dari bani Tamim sehingga timbul PERSELISIHAN atau bahkan PEMBUNUHAN terhadap umat Islam karena perbedaan pendapat maka hijrahlah dan ikutilah (merujuklah) kepada pendapat Ahlul Hadramaut, Yaman.
Diriwayatkan dari Ibnu Abi al-Shoif dalam kitab Fadhoil al-Yaman, dari Abu Dzar al-Ghifari, Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda, ‘Kalau terjadi FITNAH pergilah kamu ke negeri Yaman karena disana banyak terdapat keberkahan’
Diriwayatkan oleh Jabir bin Abdillah al-Anshari, Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda, ‘Dua pertiga keberkahan dunia akan tertumpah ke negeri Yaman. Barang siapa yang akan lari dari FITNAH, pergilah ke negeri Yaman, Sesungguhnya di sana tempat beribadah’
Abu Said al-Khudri ra meriwayatkan hadits dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, ‘Pergilah kalian ke Yaman jika terjadi FITNAH, karena kaumnya mempunyai sifat kasih sayang dan buminya mempunyai keberkahan dan beribadat di dalamnya mendatangkan pahala yang banyak’
Rasulullah telah menyampaikan bahwa ahlul Yaman adalah orang-orang yang mudah menerima kebenaran, mudah terbuka mata hatinya (ain bashiroh) dan banyak dikaruniakan hikmah (pemahaman yang dalam terhadap Al Qur’an dan Hadits) sebagaimana Ulil Albab
Dan telah menceritakan kepada kami Amru an-Naqid dan Hasan al-Hulwani keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami Ya’qub -yaitu Ibnu Ibrahim bin Sa’d- telah menceritakan kepada kami bapakku dari Shalih dari al-A’raj dia berkata, Abu Hurairah berkata; “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Telah datang penduduk Yaman, mereka adalah kaum yang paling lembut hatinya. Fiqh ada pada orang Yaman. Hikmah juga ada pada orang Yaman. (HR Muslim 74 atau Syarh Shahih Muslim 52)
Dari Abi Hurairah (radiyallahu ‘anhu) dari Nabi (Shalallahu ‘alaihi wassallam) beliau bersabda : “Telah datang kepada kalian Ahlul Yaman, mereka orang yang lemah lembut hatinya, Iman itu di negara Yaman, dan hikmah di negara Yaman dan fiqih (ilmu) itu di negara Yaman,”. (Muttafaqun ‘alaih).
Berkata para Ulama’ tentang arti hadits di atas :
Al-Hafidz Ibn Rajab Al-Hanbali telah menggambarkan Ahlul Yaman, berkata, “Mereka orang-orang yang sedikit berbicara akan tetapi banyak beramal, oleh karena mereka orang-orang yang beriman, dan diantara arti Iman adalah beramal”.
Berkata As-Safaarini, : “Dan yang dimaksud bahwa Nabi (Shalallahu ‘alaihi wassalam) menyifatkan hati-hati mereka (orang-orang Yaman) dengan lemah lembut hatinya adalah bahwa mereka memilki hubungan yang erat untuk membela agama dari segala tipu-daya yang menyesatkan dan dari syahwat (hawa nafsu) yang diharamkan”. [Tsulatsiyaat Musnad Al-Imam Ahmad (1/698-699)].
Alhamdulillah, umat Islam khususnya di Indonesia maupun Nusantara dan umat Islam pada umumnya mendapatkan pengajaran agama dari para ulama yang berasal dari Hadramaut, Yaman yang bersumber dari ulama kalangan ahlul bait, keturunan cucu Rasulullah yakni dari apa yang disampaikan oleh Imam Ahmad Al Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali Al Uraidhi bin Ja’far Ash Shodiq bin Muhammad Al Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Husain ra yang bermazhab dengan Imam Syafi’i.
Imam Ahmad Al Muhajir , sejak Abad 7 H di Hadramaut Yaman, beliau menganut madzhab Syafi’i dalam fiqih , Ahlus Sunnah wal Jama’ah dalam akidah (i’tiqod) mengikuti Imam Asy’ari (bermazhab Imam Syafi’i) dan Imam Maturidi (bermazhab Imam Hanafi) serta tentang akhlak atau tentang ihsan mengikuti ulama-ulama tasawuf muktabaroh yang bermazhab dengan Imam Mazhab yang empat.
Di Hadramaut kini, akidah dan madzhab Imam Al Muhajir yang adalah Sunni Syafi’i, terus berkembang sampai sekarang, dan Hadramaut menjadi kiblat kaum sunni yang “ideal” karena kemutawatiran sanad serta kemurnian agama dan aqidahnya.
Dari Hadramaut (Yaman), anak cucu Imam Al Muhajir menjadi pelopor dakwah Islam sampai ke “ufuk Timur”, seperti di daratan India, kepulauan Melayu dan Indonesia. Mereka rela berdakwah dengan memainkan wayang mengenalkan kalimat syahadah, mereka berjuang dan berdakwah dengan kelembutan tanpa senjata , tanpa kekerasan, tanpa pasukan , tetapi mereka datang dengan kedamaian dan kebaikan. Juga ada yang ke daerah Afrika seperti Ethopia, sampai kepulauan Madagaskar. Dalam berdakwah, mereka tidak pernah bergeser dari asas keyakinannya yang berdasar Al Qur’an, As Sunnah, Ijma dan Qiyas.
Prof.Dr.H. Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA) dalam majalah tengah bulanan “Panji Masyarakat” No.169/ tahun ke XV11 15 februari 1975 (4 Shafar 1395 H) halaman 37-38 menjelaskan bahwa pengajaran agama Islam diajarkan langsung oleh para ulama keturunan cucu Rasulullah mulai dari semenanjung Tanah Melayu, Nusantara dan Philipina
Berikut kutipan penjelasan Buya Hamka
* awal kutipan ****
“Rasulallah shallallahu alaihi wasallam mempunyai empat anak-anak lelaki yang semuanya wafat waktu kecil dan mempunyai empat anak wanita. Dari empat anak wanita ini hanya satu saja yaitu (Siti) Fathimah yang memberikan beliau shallallahu alaihi wasallam dua cucu lelaki dari perkawinannya dengan Ali bin Abi Thalib.
Dua anak ini bernama Al-Hasan dan Al-Husain dan keturunan dari dua anak ini disebut orang Sayyid jamaknya ialah Sadat.
Sebab Nabi sendiri mengatakan, ‘kedua anakku ini menjadi Sayyid (Tuan) dari pemuda-pemuda di Syurga’. Dan sebagian negeri lainnya memanggil keturunan Al-Hasan dan Al-Husain Syarif yang berarti orang mulia dan jamaknya adalah Asyraf.
Sejak zaman kebesaran Aceh telah banyak keturunan Al-Hasan dan Al-Husain itu datang ketanah air kita ini. Sejak dari semenanjung Tanah Melayu, kepulauan Indonesia dan Pilipina.
Harus diakui banyak jasa mereka dalam penyebaran Islam diseluruh Nusantara ini.
Diantaranya Penyebar Islam dan pembangunan kerajaan Banten dan Cirebon adalah Syarif Hidayatullah yang diperanakkan di Aceh.
Syarif kebungsuan tercatat sebagai penyebar Islam ke Mindanao dan Sulu. Yang pernah jadi raja di Aceh adalah bangsa Sayid dari keluarga Jamalullail, di Pontianak pernah diperintah bangsa Sayyid Al-Qadri.
Di Siak oleh keluaga Sayyid bin Syahab, Perlis (Malaysia) dirajai oleh bangsa Sayyid Jamalullail. Yang dipertuan Agung 111 Malaysia Sayyid Putera adalah Raja Perlis. Gubernur Serawak yang ketiga, Tun Tuanku Haji Bujang dari keluarga Alaydrus.
Kedudukan mereka dinegeri ini yang turun temurun menyebabkan mereka telah menjadi anak negeri dimana mereka berdiam. Kebanyakan mereka jadi Ulama. Mereka datang dari hadramaut dari keturunan Isa Al-Muhajir dan Fagih Al-Muqaddam. Yang banyak kita kenal dinegeri kita yaitu keluarga Alatas, Assegaf, Alkaff, Bafaqih, Balfaqih, Alaydrus, bin Syekh Abubakar, Alhabsyi, Alhaddad, Al Jufri, Albar, Almusawa, bin Smith, bin Syahab, bin Yahya …..dan seterusnya.
Yang terbanyak dari mereka adalah keturunan dari Al-Husain dari Hadramaut (Yaman selatan), ada juga yang keturunan Al-Hasan yang datang dari Hejaz, keturunan syarif-syarif Makkah Abi Numay, tetapi tidak sebanyak dari Hadramaut. Selain dipanggil Tuan Sayid mereka juga dipanggil Habib. Mereka ini telah tersebar didunia. Di negeri-negeri besar seperti Mesir, Baqdad, Syam dan lain-lain mereka adakan NAQIB, yaitu yang bertugas mencatat dan mendaftarkan keturunan-keturunan Sadat tersebut. Disaat sekarang umum- nya mencapai 36-37-38 silsilah sampai kepada Sayyidina Ali bin Abi Thalib dan Sayyidati Fathimah Az-Zahra ra.
Kesimpulan dari makalah Prof.Dr.HAMKA: Baik Habib Tanggul di Jawa Timur dan Almarhum Habib Ali di Kwitang, Jakarta, memanglah mereka keturunan dari Ahmad bin Isa Al-Muhajir yang berpindah dari Bashrah/Iraq ke Hadramaut, dan Ahmad bin Isa ini cucu yang ke tujuh dari cucu Rasulallah shallallahu ‘alaihi wasallam Al-Husain bin Ali bin Abi Thalib.”
akhir kutipan
Keterangan buya Hamka ada dikutip pada https://nusantara-angkasanewsagencyglobal.blogspot.com/2014/09/asal-usul-para-wali-susuhunan-sultan-di.html
Walaupun mereka bersikeras menafikan atau mengingkari para Habib adalah ahlul bait (keluarga) Rasulullah NAMUN Allah Ta’ala tetap akan datangkan ulama pewaris Nabi dari kalangan Ahlul Bait keturunan cucu Rasulullah untuk menjaga agama Islam sampai akhir zaman
Dari Zaid bin Arqam, Rasulullah bersabda, aku meninggalkan tsaqalain (dua perkara yang sangat berharga) pada kamu (barangsiapa mengikutinya maka dia berada di atas petunjuk, dan barangsiapa meninggalkannya maka dia berada di dalam kesesatan) yakni KITAB ALLAH (Al Qur’an) di dalamnya ada PETUNJUK dan cahaya, oleh karena itu pegangilah dan pegang-teguhlah ia dan (para PENUNJUK dari kalangan) AHLUL BAIT
فَقَالَ لَهُ حُصَيْنٌ وَمَنْ أَهْلُ بَيْتِهِ يَا زَيْدُ أَلَيْسَ نِسَاؤُهُ مِنْ أَهْلِ بَيْتِهِ
Husain bertanya kepada Zaid bin Arqarn, “Hai Zaid, sebenarnya siapakah ahlul bait (keluarga) Rasulullah itu? Bukankah istri-istri beliau itu adalah ahlul bait (keluarga) nya?”
قَالَ نِسَاؤُهُ مِنْ أَهْلِ بَيْتِهِ وَلَكِنْ أَهْلُ بَيْتِهِ مَنْ حُرِمَ الصَّدَقَةَ بَعْدَهُ
Zaid bin Arqam berkata, “Istri-istri beliau adalah ahlul baitnya. tapi ahlul bait Beliau yang dimaksud adalah orang yang diharamkan untuk menerima zakat sepeninggalan beliau.”
قَالَ وَمَنْ هُمْ
Husain bertanya, “Siapakah mereka itu?”
قَالَ هُمْ آلُ عَلِيٍّ وَآلُ عَقِيلٍ وَآلُ جَعْفَرٍ وَآلُ عَبَّاسٍ
Zaid bin Arqam menjawab, “Mereka adalah keluarga Ali, keluarga Aqil. keluarga Ja’far, dan keluarga Abbas.”
قَالَ كُلُّ هَؤُلَاءِ حُرِمَ الصَّدَقَةَ
Husain bertanya, “Apakah mereka semua diharamkan untuk menerima zakat?”
قَالَ نَعَمْ
Zaid bin Arqam menjawab.”Ya.” (HR Muslim 4425 atau Syarh Shahih Muslim 2408)
Hadits dapat dibaca pada https://hadits.in/muslim/4425
Jadi para Habib (keturunan cucu Rasulullah) yakni dari keluarga Imam Sayyidina Ali karamallahu wajhah termasuk ahlul bait (keluarga) Rasulullah.
Dari Miswar bin Makhramah Az Zuhri
وَلَكِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فَاطِمَةُ شُجْنَةٌ مِنِّي يَبْسُطُنِي مَا بَسَطَهَا وَيَقْبِضُنِي مَا قَبَضَهَا
Akan tetapi, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah bersabda, “‘Sesungguhnya Fathimah adalah bagian dariku, aku merasa tersakiti atas semua yang menyakitinya dan aku merasa senang dengan apa saja yang membuatnya senang.
وَإِنَّهُ يَنْقَطِعُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الْأَنْسَابُ وَالْأَسْبَابُ إِلَّا نَسَبِي وَسَبَبِي
Sesungguhnya pada hari kiamat, semua nasab (keturunan) akan terputus kecuali nasabku, hubungan kekeluargaan dan kekerabatanku (Musnad Ahmad 18167, 18149)
Begitupula hadits diriwayatkan al-Thabrani, al-Hakim, al-Baihaqi, Ibnu Asakir dari Umar bin al-Khattab “Rasulullah bersabda: “Setiap sebab dan nasab terputus sampai hari kiamat, kecuali sebab dan nasabku”.
Imam Suyuti dalam kitab Al-Jami’ As-Shoghir juz 2 halaman 92 menerangkan, bahwa Rasulullah pernah bersabda: “Semua Bani Adam (manusia) mempunyai ikatan keturunan dari ayah, kecuali anak-anak Fathimah, maka akulah ayah mereka dan akulah Asobah mereka (ikatan keturunan mereka).” (HR. Ath Thabrani )
Imam Syafii dalam bait syairnya mengatakan,
يا آل بيت رسول الله حبكم فرض من الله في القرآن أنزله
Wahai Ahlul Bait Rasulullah, mencintaimu adalah kewajiban yang Allah turunkan dalam Al Qur’an.
يكفيكم من عظيم الفخر أنكم من لم يصل عليكم لا صلاة له
Cukuplah bukti betapa tinggi martabatmu bahwa tiada sholat tanpa membaca shalawat atasmu”. (Nur al-Abshor: 127)
Imam at Tirmidzi dan Imam ath Thabrani meriwayatkan sebuah hadits dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Cintailah Allah agar kalian memperoleh sebagian nikmat-Nya, cintailah aku agar kalian memperoleh cinta Allah, dan cintailah keluargaku (ahlul baitku) agar kalian memperoleh cintaku.”
Berikut beberapa pesan dari Rasulullah terkait ahlul bait,
- Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda :
من أبغضنا أهل البيت فهو منافق
Siapa orang yang membenci kami ahlu bait adalah termasuk golongan munafik.[Al-Dur al-Mansur (7/349), Fadhail al-Sahabah (2/661)]
- Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda :
لا يحبنا أهل البيت الا مؤمن تقي , ولا يبغضنا الا منافق شقي
Tidak ada yang mencintai kami ahlu bait kecuali orang yang beriman dan bertaqwa, dan tidak ada yang membenci kami kecuali orang munafik dan durhaka.[Dzakhair al-Uqba : 218, al-Showaiq al-Muhriqah : 230.]
- Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda :
حرّمت الجنة على من ظلم اهل بيتي و آذاني في عترتي
Surga diharamkan bagi siapa saja yang menzhalimi ahlu baitku dan menyakiti aku melalui keturunanku.[Tafsir al-Qurthubi (16/22)]
- Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda :
الويل لظالمي اهل بيتي , عذابهم مع المنافقين في الدرك الأسفل من النار
Celakalah siapa saja yang menzhalimi ahlu baitku, mereka akan diadzab bersama orang-orang munafiq di dasar neraka.[Yanabi’ al-Mawaddah (2/326)]
- Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda :
من أبغض عترتي فهو ملعون و منافق خاسر
Siapa yang membenci keturunanku, ia termasuk orang yang dilaknat dan munafik yang merugi. [Jami’ al-Akhbar : 214.]
- Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda :
ألا و من ابغض آل محمد جاء يوم القيامة مكتوبا بين عينيه : آئس من رحمة الله
Sungguh siapa yang membenci keluarga Muhammad shallallahu alaihi wasallam, maka ia akan dibangkitkan di hari kiamat dengan tulisan di antara kedua matanya : ‘orang ini telah terputus dari rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala’.[Faraid al-Simthin (2/256)]
- Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda :
والّذي نفسي بيده , لا يبغضنا اهل البيت احد الا أدخله الله النار
Demi jiwaku yang berada dalam kekuasaan-Nya, Tidaklah seorang yang membenci kami ahlu bait kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala akan masukkan ia ke dalam neraka.[Al-Mustadrak ‘Ala Shahihain (3/162), al-Dur al-Mansur (7/349)]
- Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda :
… فَلَوْ اَنَّ رَجُلاً صفَنَ بَيْنَ الرُّكْنِ وَالمَقَامِ, وَصَلَّى وَصَامَ, ثُمَّ لقي الله , وَهُوَ مُبْغِضٌ لاِهْلِ بَيْتِ مُحَمَّدٍ دَخَلَ النَّارَ
“… Maka sekiranya seseorang berdiri di antara salah satu sudut Ka’bah dan maqam Ibrahim, lalu ia shalat dan puasa, kemudian meninggal sedangkan ia adalah pembenci keluarga (ahlu al-bait) Muhammad, pasti ia masuk neraka”.[Al-Mu’jam al-Kabir (11/142), al-Mustadrak ‘Ala Shahihain (3/161)]
- Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda :
إشتدّ غضب الله على من آذاني في عترتي
Allah Subhanahu wa Ta’ala sangat murka kepada orang yang menggangguku melalui keturunanku.[Ihya al-Mait al-Suyuthi : 53]
- Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda :
إشتدّ غضب الله وغضبي على من أهرق دمي و آذاني في عترتي
Allah Subhanahu wa Ta’ala dan aku sangat murka kepada orang yang menumpahkan darahku dan menyakitiku melalui keturunanku.[Dzakhoir al-Uqba : 39]
- Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda :
من سبّ اهل بيتي فأنا بريء منه
Siapa yang mencela ahlu baitku, maka aku berlepas diri darinya.[Yanabi’ al-Mawaddah (2/378)]
Wassalam
Zon di Jonggol, Kabupaten Bogor 16830
Tinggalkan komentar